• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DENGAN BANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DENGAN BANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 462

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING

DENGAN BANTUAN AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Hamdani

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Corresponding outhor : chan.hamdani@gmail.com

Abstrak

Model pembelajaran Discovery Learning dengan bantuan audio visual merupakan salah satu jenis pembelajaran yang dilakukan di kelas menjadi pelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menggunakan aneka sumber belajar yang dapat di peroleh di luar kelas yang mencakup lima aktivitas belajar yakni : mengamati, bertanya, melakukan percobaan atau mencari informasi penalaran assosiasi untuk mengelola informasi dan mengembangkan jaringan atau mengkomunikasikan hasil investigasi menggunakan audia visual.

Kata kunci : Konsep Sains, Metode Discovery Learning, Audio Visual. PENDAHULUAN

Berbagai usaha telah dilakukan oleh kementerian pendidikana kebudayaan (kemendikbud) untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Banyak hal inovasi yang telah ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya peningkatan kualitas guru dengan mengadakan pengujian Kompetensi Guru yang sering disebut GPO untuk pemetaan kualitas kemampuan guru dalam perbaikan sistem pengajaran dan pembaharuan kurikulum. Pembaharuan kurikulum merupakan langkah yang dilakukan oleh kemendikbud mulai dari tahun 2013, kurikulum ini mengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sintific. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill). Dan pengetahuan (knowledge). Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap mengamati transformasi substansi dan materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa” ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa” hal akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Dalam mendukung program Kememdikbud Upaya Guru yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dalam Pemahaman Konsep Sains siswa adalah dengan menerapkan kombinasi model pembelajaran dengan berbantuan media Audio Visual yang dapat membuat siswa agar turut serta aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran melalui penemuan (discovery learning). Hosnan (2014: 280) dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajaran discovery learning menekankan pada pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan model-model pembelajaran, salah satunya adalah model discovery learning.

Pemahaman Konsep Sains siswa menggunakan audio visual merupakan cara pembelajaran aktif bahwa media merupakan sarana transformasi ilmu kepada siswa. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Jadi, media dirancang sedemikaian rupa agar dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Sekarang ini, sudah banyak sekali media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Ada yang berbentuk cetakan, audio, audio visual, juga Tekhnologi komputer. Walaupun demikian, masih banyak juga yang hanya menggunakan teknik yang kuno, misalnya dengan cara lisan, atau bahkan hanya dengan menyuruh para siswa membaca sendiri buku atau mencarinya sendiri dari sumber-sumber lain

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medius” yang secara harfiah berarti “tengah, perantara atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 463

keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

PEMBAHASAN

Peningkatan Pengetahuan Siswa terhadap konsep pemahaman sains dengan metode discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Menurut Hamdani (2011: 184) discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Sedangkan inquiry merupakan perluasan dari discovery yang mana inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, bahwa pembelajarandiscovery learning adalah proses pengujian keberanian siswa dalam mencari dan menemukan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dengan bantuan petunjuk-petunjuk dari media audio visual.

Menurut Djamarah (2008: 22) discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran penemuan (discovery) ini mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya, tidak melalui pemberitahuan, tetapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Model pembelajaran discovery learning adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dimana model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat terbangun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam diri siswa. Selain itu, peranan guru juga sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru harus memberikan bimbingan kepada siswa agar mereka dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Bimbingan tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan. Menurut Masitoh (2016: 345) aspek penting dalam model pembelajaran discovery learing adalah keterlibatan siswa serta ketrampilan guru dalam memberikan pertanyaan. Jadi, seorang guru hanya memberikan informasi, memberikan pokok permasalahan, kemudian dengan bimbingan dan dorongan guru, siswa dapat mencari, menyelidiki dan memecahkan masalah.

Dalam pemaham sain dengan metode Discovery learning dengan berbatuan audio Visual sebuah kombinasi teknik pembelajaran yang memberikan pengetahuan bagaimana tentang materi sains dengan media ajar yang di pertunjukkan melalui gambar gerak yang ditampilkan menggunakan proyektor yang terkoneksi ke jaringan Internet sehingga membuat suasana pembelajaran siswa aktif, dengan tampilan yang dipertujunkkan kepada siswa maka keinginan untuk berinteraksi terhadap apa yang mereka lihat dan melakukan tindakan dalam bentuk kerja siswa dalam pembelajar tentang pemahaman sains tersebut. Dengan metode tersebut akan terjadi tindakan siswa yaitu mengamati, bertanya, melakukan percobaan atau mencari informasi penalaran assosiasi untuk mengelola informasi dan mengembangkan jaringan atau mengkomunikasikan hasil invertigasi menggunakan Audio Visual

Karakteristik dan Tujuan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) a. Karakteristik Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Hosnan (2014: 284), mengemukakan bahwa terdapat 3 ciri utama belajar menemukan, yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik atau siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Melalui ciri yang telah dikemukakan, maka dapat diketahui bahwa model pembelajaran penemuan (discovery) adalah model yang menekankan pada kemampuan siswa dalam mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan baru dan yang sudah ada.

b. Tujuan Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Bell (1978) dalam Hosnan (2014:284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak,

juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 464

d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Karakteristik Media Audio-Visual Dalam Pembelajaran

Rudy Bretz mengklasifikasi media menurut ciri utama media menjadi tiga unsur, yaitu suara, visual, dan gerak. Selanjutnya, klasifikasi tersebut dikembangkan menjadi tujuh kelompok, yaitu:

a) Media audio-visual-gerak; merupakan media paling lengkap karena menggunakan kemampuan audio-visual dan gerak.

b) Media audio-visual-diam; memiliki kemampuan audio-visual tanpa kemampuan gerak.

c) Media audio-semi-gerak; menampilkan suara dengan disertai gerakan titik secara linear dan tidak dapat menampilkan gambar nyata secara utuh.

d) Media visual-gerak; memiliki kemampuan visual dan gerakan tanpa disertai suara.

e) Media visual-diam; memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak menampilkan suara maupun gerak.

f) Media audio; media yang hanya memanipulasi kemampuan mengeluarkan suara saja.

g) Media cetak; media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf-huruf dan simbol-simbol verbal tertentu saja.

Rahardjo mengklasifikasi media pengajaran sebagai berikut: Daftar Kelompok Media Pengajaran

a) Audio - pita audio (rol ataun kaset)  Piringan audio

 Radio (rekaman siaran) b) Cetak

 Bukuteks terprogram  buku pegangan (manual)  buku tugas

c) Audio-cetak

 Buku latihan dilengkapi kaset atau pita audio  Pita, gambar, bahan dengan suara pita audio d) Proyeksi visual diam

 film bingkai (slide)

 film rangkai (berisi pesan verbal) e) Proyeksi visual

 Diam dengan audio  Film bingkai (slide)  Film rangkai dengan suara f) Visual gerak

 Filmbisu dengan judul (caption) g) Visual gerak dengan audio

 Filmsuara  Video h) Benda

 Benda nyata  Modeltiruan

i) Manusia dan sumber lingkungan j) Komputer

 Program pembelajaran terkomputer Sumber: Rahardjo (1986:71)

Pemilihan maupun penggunaan media tersebut didasarkan pada prinsip yang telah dikemukakan oleh Rahardjo dan Miarso sebagaimana dijabarkan pada bagian sebelumnya. Sekalipun efektivitas dan efisiensi media tidak dapat diragukan lagi dalam pengajaran di kelas, pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor aksesibilitas (accessibility) yang menyangkut apakah media tersebut dapat diakses atau diperoleh dengan mudah atau tidak. Hal ini penting mengingat

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 465

sejumlah media tidak dapat diperoleh karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, di daerah terpencil, sejumlah media terkadang sulit didapat karena terbatasnya fasilitas transportasi yang tersedia di daerah tersebut, di samping persoalan lainnya, misalnya keamanan, perawatan, dan sebagainya. Sementara itu, dana bantuan dari pemerintah terkadang tidak mampu mengatasi itu semua.

Fungsi dan Peran Media Audio Visual Dalam Pembelajaran.

Adapun media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan bertamasya, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik ke dalam kelas. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :

a) obyek terlalu besar b) obyek terlalu kecil

c) obyek yang bergerak terlalu lambat d) obyek yang bergerak terlalu cepat e) obyek yang terlalu kompleks f) obyek yang bunyinya terlalu halus

g) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

h. Media memberikan pengalaman yang integral dari yang konkrit sampai dengan abstrak Adapun peran media pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan penyalur pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya.

b. Pemahaman terhadap konsep media pembelajaran tidak terbatas hanya kepada peralatan (hardware), tetapi yang lebih utama yaitu pesan atau informasi (software) yang disajikan melalui peralatan tersebut. Dengan demikian konsep media pembelajaran itu mengandung pengertian adanya peralatan dan pesan yang disampaikannya dalam satu kesatuan yang utuh.

c. Guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran melalui penggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki fungsi, nilai dan peranan yang sangat menguntungkan, terutama sekali mengurangi terjadinya verbalisme (salah penafsiran) terhadap bahan ajar yang disampaikan pada diri siswa.

d. Ada tiga jenis media pembelajaran yang perlu dipahami oleh para guru, yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual. Dari masing-masing jenis media tersebut terdapat berbagai bentuk media yang dapat dikembangkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Media mana yang akan digunakan tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan media tersebut, dan juga kemampuan guru dalam menggunakannya.

e. Setiap media memiliki karakteristik (kelebihan dan keterbatasan), oleh karena itu tidak ada media yang dapat

digunakan untuk semua situasi atau tujuan.

Alat pandang dengar atau audio visual yaitu media pengajaran dan media pendidikan yang mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar mengajar yang berlangsung.

Pengembangan Media Audio-Visual Dalam Praktek Pembelajaran Discovery Learning

Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran sangat diperlukan dalam pengembangan Metode Discovery learning mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar di kelas, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini, menurut Wijaya dkk , disebabkan perkembangan jaman yang terus terjadi tanpa henti dengan kurun waktu tertentu. Lembaga pendidikan hendaknya tidak hanya puas dengan metode dan teknik lama, yang menekankan pada metode hafalan, sehingga tidak atau kurang ada maknanya jika diterapkan pada masa sekarang. Perkembangan jaman yang begitu pesat dewasa ini membuat siswa semakin akrab dengan berbagai hal yang baru, seiring dengan perkembangan dunia

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 466

informasi dan komunikasi. Karena itu, sangat wajar jika kondisi ini harus diperhatikan oleh guru agar terus mengadakan pembaharuan (inovasi).

Pada lembaga pendidikan, faktor yang menjadi penentu keberhasilan tujuan pendidikan adalah guru. Hal ini ditegaskan oleh Samana bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat yang menjadi suprasistem sekolah yang bersangkutan. Masyarakat yang semakin rasional dan teknologis semakin membutuhkan jasa sekolah dan atau guru yang bermutu. Konsekuensi yang harus diperhatikan adalah bahwa sikap statis (tidak kreatif) dan cara-cara yang konvensional semua pihak yang terlibat dalam dunia kependidikan, terutama guru, hendaknya dihilangkan. Guru harus aktif mencari dan mengembangkan sistem pendidikan yang terbuka bagi inovasi teknologi media pengajaran. Dalam hal ini, penanaman sikap inovatif pada guru sangat penting dilakukan

Peranan Guru dalam Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Dahar (1989) dalam Hosnan (2014: 286), mengemukakan bahwa terdapat beberapa peranan guru dalam pembelajaran penemuan, yakni sebagai berikut:

a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.

c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.

d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.

e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisai-generalisasi itu.

Implementasi Model Pembelajaran Penemuan (Discovery) dalam Proses Pembelajaran

Jika ingin mengimplementasikan Pemahaman Konsep Sains Melalui Metode discovery learning, setidaknya dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan aplikasi tersebut dan tahap kedua memperhatikan prosedur aplikasinya.

1. Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning

Dalam rangka mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning didalam kelas, seorang guru harus melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu. Menurut Bruner dalam Cahyo (2013: 248) berikut adalah tahap persiapan antara lain sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan pembelajaran.

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2. Prosedur Aplikasi Model Discovery Learning dengan Berbantuan Audio Visual

Menurut Syah dalam Cahyo (2013: 249) mengemukakan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:

a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya yang ditampilkan dalam bentuan Audio Visual yang berupa gambar gerak dengan menggunakan proyektor, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

(6)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 467

b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa apa yang telah mereka lihat pada tayangan video pendek tentang pemahaman sains yang telah ditampilkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

c. Data collection (pengumpulan data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dalam pemahaman suatu pembelajaran untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. d. Data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean (coding)/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e. Verification (pentahkikan/pembuktian)

Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu tersebut kemudian dilakukan pengecekan, apakah terbukti atau tidak. Verification menurut Bruner dalam Cahyo (2013: 251), bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memerhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman seseorang.

SIMPULAN

Pemahaman Konsep Sains pada Pembelajaran metode discovery learing dengan bantuan Audio Visual merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan dengan menampilkan Film Pendek tentang Sains, siswa didorong terutama untuk belajar secara mandiri untuk mengamati apa yang mereka lihat dari bahan ajar sehingga siswa berperan aktif melalui konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipersiapkan oleh guru. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran penemuan deengan menggunakan Audio Visual memiliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Melalui pembelajaran penemuan siswa mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi. Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.

Implementasi pemahaman Konsep Sains melalui model discovery learning bengan bantuan Audio Visual di kelas adalah melalui tahapan atau prosedur yang harus dlaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), data collecting (pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification (pentahkikan/pembuktian) dan generalization (menarik kesimpulan).

Sebagai saran dalam tulisan ini ialah karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya REFERENSI

Bretz, Rudy, A Taxonomy Of Communication Media. Education Technology Publication, Englewood. Cliffs, N.J, 1971. Briggs, Leslie J., Instructional Design, Educational Technology Publications Inc. New Jersey : Englewood Cliffs, 1977.

(7)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online) 468

Brown, Konsep Media Pembelajaran, 25 September 2017, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/

Cahyo, A.N., Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press Natinal Education Asso, 2013. Djamarah, S. B., Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Rineka Cipta, 2008.

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014. Kemendikbud, Pengembangan Kurikulum 2013- Paparan Mendikbud Dalam Sosialisasi Kurikulum 2013, Jakarta:

Kemendikbud, 2013.

Masitoh, Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Strategi Inquiry Discovery Learning di Kelas IV SDN Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, Jurnal Pendidikan Dasar,Vol.7, No.2, hlm.345, 2016.

National Education Association, Audiovisual Instruction Department, New Media and College Teaching, Washington, D.C.: NEA, 1969.

Rahardjo, R., Media Pembelajaran, Dalam Miarso, Yusufhadi dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

Referensi

Dokumen terkait

Pembayaran yang PPn BM-nya dipungut melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas

Kondisi optimum dicapai pada pH fasa sumber adalah 3, konsentrasi oksin 17,5 x 10 -4 M dalam kloroform, volume membran 20 mL, waktu kesetimbangan 15 menit, konsentrasi asam sulfat

Pada hari ini, Kamis tanggal dua puluh enam bulan Mei tahun Dua Ribu Empat Belas, bertempat di kantor Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura, POKJA ULP yang telah mengadakan

Hitunglah total biaya pekerjaan galian tanah untuk pondasi batu kali seperti denah di bawah ini yang dihitung dengan menggunakan harga satuan dalam m 3 dan

List of goods and all related services

Karakteristik sosial budaya masyarakat di daerah Kabupaten Maros seperti halnya masyarakat sulawesi lainnya umumnya termasuk klasifikasi masyarakat homogen ditandai

PENGARUH LATIHAN SIMULASI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLETBOLA BASKET DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN. Universitas Pendidikan Indonesia

Bubun Saepudin, 2014 PENGARUH LATIHAN SIMULASI TERHADAP PENIGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BOLA BASKET DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN Universitas