• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kedatangan Bangsa India ke Sumatera Timur tidak terlepas dari investasi modal perkebunan bangsa Eropa yang marak berkembang di kawasan Pantai Timur Sumatera pada pertengahan abad ke 19. Investasi ini dipelopori oleh Jacobus Nienhuys (1863) yang mendapat konsesi tanah dari Sultan Deli yaitu Mahmud Perkasa Alamsyah untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya ternyata sangat baik sebagai bahan pembungkus cerutu. Pada saat itu diperoleh keuntungan yang relatif besar, sehingga datanglah para investor asing lainnya ke Sumatera Timur. Kemudian, Nienhuys membentuk maskapai tembakau yang bersifat Perseroan terbatas (Naamloze Vernootschap/NV) dengan nama Deli

Maatschapping/Maskapai-Deli pada tahun 1869.1

Jika melihat lebih kebelakang, Bangsa India sudah datang jauh sebelum perkebunan dibuka. G.J.J. Deutz menemukan batu bertulis dari Lobu Tua (kira-kira 12 kilometer dari Barus) pada tahun 1872. Pada tahun 1932, K.A. Nilakanta Sastri, seorang guru besar ahli purbakala di Madras berhasil menerjemahkannya. Batu bertulis dengan angka tahun 1088 itu menurut penafsiran Nilakanta Sastri berasal dari sebuah serikat dagang orang-orang Tamil berjumlah 1.500 orang yang tinggal

1

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Sinar Harapan, 1985, hlm. 73.

(2)

2

menetap di Barus untuk berdagang.2

Seiring dengan perkembangan industri perkebunan yang dirintis oleh Nienhuys kebutuhan akan tenaga kerja juga meningkat, sehingga didatangkan buruh-buruh Cina dan India dalam jumlah besar. Etnis Cina dan India pada mulanya didatangkan dari Penang, Singapura dan India Selatan melalui perantara. Pengusaha-pengusaha perkebunan juga memanfaatkan tenaga kerja dari Jawa melalui program transmigrasi yang dilaksanakan Pemerintah Kolonial Belanda. Sejak saat itulah tenaga-tenaga buruh yang bekerja di perkebunan terdiri dari etnis Cina, India,dan Jawa.

Mereka bermukim di Barus dan Kalasan, dan menyebut daerah ini dengan Kalasapura. Hal ini memberi kesan bahwa mereka telah membentuk perkampungan sendiri. Seperti lazimnya terjadi di kota-kota pusat perdagangan, para saudagar asing hidup berkelompok-kelompok membentuk perkampungan-perkampungan menurut daerah asal atau bangsanya. Pada umumnya tempat tinggal mereka terpisah dari permukiman penduduk setempat.

3

Kemashuran Tanah Deli sebagai kawasan yang menghasilkan banyak devisa telah tersiar ke daerah-daerah lain baik di dalam maupun luar negeri. Istilah “Het Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, imigran lain juga terus berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia.

2 K.A. Nilakanta Sastri, A Tamil Merchant-guild In Sumatera, Bandoeng: A.C.NIX &

Co,1932, hlm. 2

3

Peristiwa pemindahan penduduk pulau Jawa ke daerah-daerah diluar Jawa terkait juga dengan kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk politik etis, Yaitu guna meningkatkan taraf hidup masyarakat maka diadakan kebijakan berupa:pendidikan untuk masyarakat,irigasi pada areal pertanian di jawa yang terkenal sebagai tanah yang paling subur di Nusantara serta transmigrasi sebagai upaya mengurangi jumlah penduduk di pulau Jawa. lihat Ricklefs,Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gajah Mada, 1992, hal: ?.

(3)

3

Dollar Landsch” atau tanah yang banyak menghasilkan uang melekat pada Deli. Stigma-stigma ini menggambarkan Tanah Deli banyak menarik minat para pendatang untuk mengadu nasib. Pendatang yang berasal dari luar daerah berasal dari Tapanuli Selatan (Mandailing dan Sipirok), Sumatera Barat (Minangkabau), Banjar, Sunda, Banten, Jawa, dan lain-lain, sedangkan pendatang yang berasal dari luar Nusantara berasal dari Cina, Arab, India.

Imigran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang yang berasal dari India Selatan dan juga orang-orang Bombay serta Punjabi. Di Masa kolonial buruh-buruh Tamil biasanya dipekerjakan sebagai tukang angkat air, membetulkan parit dan dibidang infrastruktur serta transportasi. Ketika bekerja di perkebunan, orang-orang India ini selalu disuruh untuk membuat jalan-jalan yang menghubungkan lokasi perkebunan dengan lokasi-lokasi yang lainnya. Sementara itu, orang-orang Punjabi yang beragama Sikh biasanya bekerja sebagai penjaga keamanan, pengawal di istana dan kantor-kantor, serta penjaga toko. Orang Punjabi yang bekerja di perkebunan juga bertugas sebagai penjaga malam, pengantar surat,

dan juga memelihara ternak sapi untuk memproduksi susu.4

Di awal abad XX secara perlahan terjadi peralihan mata pencaharian, dari awalnya bekerja sebagai kuli di perkebunan beralih menjadi pedagang, supir pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan. Hal ini mengakibatkan sebagian etnik Tamil mulai berpindah ke kota-kota yang dekat

4

Zulkifli Lubis, Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi Di Medan, Medan:USU, 2005, hlm. 138.

(4)

4

dengan sentra perdagangan dan pusat kota.5 Di antara pendatang etnis Tamil yang

merantau di tanah Deli ada juga yang berpenghasilan cukup mapan sehingga menarik minat masyarakat di negeri asal mereka untuk mencoba merantau ke Sumatera Timur. Sebagian dari para pendatang ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik sehingga ketika tiba di Deli ia tidak bekerja sebagai buruh melainkan pegawai kantoran atau yang pada waktu itu lebih populer dengan istilah kerani pada

kantor-kantor perkebunan.6

Di awal abad XX, orang-orang India ini menyadari bahwa mereka memerlukan suatu wadah yang dapat menghubungkan dengan sesama bangsa India baik yang sudah tinggal menetap di Medan ataupun yang baru datang. Pada 1 Juli 1913 dibentuklah sebuah perkumpulan yang bernama Deli Hindu Sabba yang

disahkan oleh Gubernur Sumatera Timur.7

Deli Hindu Sabba tidak hanya diperuntukkan bagi etnis Tamil saja. Semua yang berbangsa India di Medan dapat bergabung, baik beragama Hindu ataupun Islam. Pendiri organisasi ini adalah Ranasamy Sarma, Sedhu Ramasamy, Inder Singh, Ponesamy Pillay, Delip Sing, dan lain-lain, di ketuai oleh Ponesamy Pillay.

Deli Hindu Sabba memiliki arti yaitu, Deli adalah tempat mereka bermukim, Hindu menyatakan identitas agama, dan kata Sabba yang berarti persatuan. Jadi Deli Hindu Sabba berarti persatuan masyarakat Hindu yang tinggal di Deli.

5

Siwa Kumar, “Pluralitas Tamil di Kota Medan” Etnografi Etnik Tamil Hindu Di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan Polonia”,Skripsi, belum diterbitkan, Medan:Antropologi FISIP USU,2008, hlm. 23.

6

Saifuddin Mahyuddin, Biografi D.Kumarasamy,Medan:Yayasan Sai Ganesha,2014, hlm. 10.

7

Tuanku Luckman Sinar Basharsyah, Orang India di Sumatera Utara,Medan: Forkala, 2008, hlm. 24.

(5)

5

Organisasi ini dibentuk untuk mengupayakan peningkatan kehidupan masyarakat Hindu yang ada di Medan baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, agama, dan kebudayaan. Pada awal pembentukan Deli Hindu Sabba pergerakannya dirasakan terlalu lambat oleh masyarakat Hindu karena kurangnya kecakapan sosok pemimpin. Pembentukan awal organisasi ini, anggotanya terdiri dari kaum tua yang terikat dengan budaya yang sudah ada sehingga sulit untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan.

Deli Hindu Sabba menjadi lebih hidup ketika dipimpin oleh D. Kumarasamy pada tahun 1931. Tujuan awal dari Deli Hindu Sabba dapat dilaksanakan secara nyata oleh D. Kumarasamy. D. Kumarasamy telah lama begabung di Deli Hindu Sabba dan memiliki banyak ide, namun ia tidak memiliki wewenang dalam pelaksanaannya karena tidak menjabat sebagai ketua, dan pada awal pembentukan Deli Hindu Sabba ide-ide dari kaum muda tidak begitu diterima.

Kegiatan-kegiatan dari organisasi ini mulai bermunculan. Dari mendirikan sekolah bahasa Tamil, seksi keputrian yang diberi nama “Mother Paguthi”, cabang olahraga, dan lain-lain. D. Kumarasamy mampu menarik minat anak-anak muda masyarakat Hindu untuk bergabung dalam Deli Hindu Sabbha. Bahkan anak-anak yang berusia 8 tahun dapat mengikuti pendidikan di Deli Hindu Sabba. Segala bentuk program pendidikan yang dibentuk Deli Hindu Sabba dapat diikuti secara gratis.

(6)

6

Organisasi ini seutuhnya bersifat sosial dan tidak memiliki sedikitpun unsur politik di

dalamnya.8

Organisasi ini pada dasarnya bertujuan untuk memodernkan pemikiran orang-orang India yang bisa dikatakan masih kolot melalui pendidikan. Dengan alasan demikian maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang organisasi ini, dan memilih judul “ORGANISASI DELI HINDU SABBA DI MEDAN

1913-Topik ini menarik untuk dikaji karena Deli Hindu Sabba merupakan organisasi pertama di Medan yang dibentuk oleh Etnis Tamil. Deli Hindu Sabba merupakan sebuah apresiasi rasa kesadaran dari masyarakat Hindu yang sama-sama tinggal di Deli. Wadah ini berfungsi untuk mensejahterahkan kehidupan masyarakat India yang bermukim di Medan dan meningkatkan rasa solidaritas sesama orang India. Banyak kegiatan-kegiatan lahir dari organisasi ini. Selain itu, terdapat beberapa pembaharuan yang dilakukan yang di kemudian hari semakin memudahkan kehidupan masyarakat India, seperti menyederhanakan tata cara adat pernikahan Tamil dan menghapuskan peraturan dilarang menikah terhadap para wanita yang sudah janda. Organisasi ini juga mendirikan sekolah Tamil pertama di Medan, di mana semua anak-anak India yang tinggal di Medan bisa mengikuti sekolah ini baik beragama Hindu ataupun Islam. Sekolah ini menggunakan bahasa pengantar Tamil dan kemudian berkembang menggunakan bahasa Inggris. Sekolah ini bertujuan agar masyarakat India tidak lupa terhadap bahasa ibunya. D. Kumarasamy berusaha untuk tetap menjaga budaya bahasa Tamil agar tidak punah.

8Ibid.

(7)

7

1942”. Rentang waktu yang dimulai dari tahun 1913 yaitu dimana organisasi ini didirikan pada 1 Juli 1913 di Medan dan penulis membatasi hingga tahun 1942 karena pada tahun tersebut terjadi kemunduran di dalam organisasi yang dipicu oleh tidak adanya regenerasi tokoh sepeninggal D. Kumarasamy dan kemunduran semakin terlihat ketika Jepang menguasai Nusantara.

1.2 Rumusan Permasalahan

Rumusan masalah merupakan hal yang paling mendasar dalam sebuah proposal penulisan. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang dilakukan dalam penulisan tersebut. Bagian dalam rumusan masalah ini merupakan upaya untuk menyatakan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya oleh penulis. Maka sesuai dengan judul “ORGANISASI DELI HINDU SABBA DI MEDAN 1913-1942” dibuatlah suatu batasan pokok masalah penulisan dirangkum dalam beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Apa latarbelakang berdirinya Organisasi Deli Hindu Sabba di Medan?

2. Bagaimana perkembangan Organisasi Deli Hindu Sabba di Medan dari tahun 1913-1942?

(8)

8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penulisan Organisasi Deli Hindu Sabba adalah

1. Mengetahui latar belakang didirikannya Organisasi Deli Hindu Sabba, 2. Mendeskripsikan perkembangan dan kegiatan yang dilakukan oleh

Organisasi Deli Hindu Sabba,

3. Menemukan faktor-faktor penyebab kemunduran Organisasi Deli Hindu Sabba.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah

1. Untuk menambah referensi kajian historiografi sejarah Etnis di Sumatera Timur,

2. Bagi masyarakat umum, penulisan ini dapat memberi pengetahuan baru tentang keberadaan dan eksistensi Bangsa India di Medan,

3. Untuk mempertajam kemampuan penulis dalam melakukan penulisan karangan ilmiah.

1.4 Tinjauan Pustaka

Saifuddin Mahyudin dalam bukunya yang berjudul Biografi D. Kumarasamy (2014). Dalam buku ini dijelaskan bagaimana awal mulanya Deli Hindu Sabba dibentuk dan kegiatan-kegiatan yang belangsung selama berdirinya organisasi ini. Buku ini juga sangat membantu penulis dalam memahami peran dan fungsi Deli Hindu Sabba di tengah masyarakat Hindu yang bermukim di Sumatera Timur. Selain

(9)

9

itu di buku ini juga dijelaskan mengenai tokoh D. Kumarasamy yang berhasil mengembangkan Deli Hindu Sabba ditangannya. Bagaimana ia melakukan pembaharuan-pembaharuan yang menyangkut kehidupan masyarakat Hindu agar menuju kearah yang lebih modern.

Tuanku Luckman Sinar Basarsyah dalam bukunya yang berjudul Orang India Di Sumatera Utara(2008).Buku ini membahas tentang masyarakat India yang bermukim di Sumatera Utara. Bagaimana kedatangan Imigran dan buruh Tamil ke Residensi Sumatera Timur pada abad ke 19 juga dijelaskan dalam buku ini. Dalam buku ini juga dibahas beberapa etnis selain Tamil seperti yang bermukim di Sumatera Utara, dan juga membahas beberapa kegiatan penting masyarakat Tamil di Medan.

Karl Pelzer dalam bukunya yang berjudul Toean Keboen dan Petani Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria (1983). Membahas sedikit tentang orang-orang India yang menjadi kuli di perkebunan tembakau. Bagaimana kuli-kuli India di datangkan dan bagaimana pekerjaan mereka di Sumatera Timur.

Siwa Kumar dalam skripsinya yang berjudul Pluralitas Tamil Di Kota Medan (2008). Skripsi ini membahas bagaimana kehidupan masyarakat Tamil di kota Medan. Dimulai dari sejarah kedatangan masyarakat Tamil, sistem budaya, sistem religi dan sistem pelapisan sosial dibahas dalam skripsi ini.

A.Mani dalam paper yang berjudul Indian Settlement and Religious Accommodation in North Sumatera; A Reconnaissance(1981). Paper ini membahas tentang kedatangan bangsa India yang berkaitan langsung dengan perkebunan. Dalam tulisan ini juga dibahas sistem kasta dalam masyarakat India di Sumatera Timur.

(10)

10

A.Mani juga menjelaskan bagaimana perkembangan Deli Hindu Sabba dan juga membahas tokoh D. Kumarasamy.

1.5 Metode Penelitian

Untuk menghasilkan karya sejarah yang bersifat ilmiah,maka penulis harus mengikuti metode dalam penulisan sejarah.Metode sejarah adalah proses menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.9

• Heuristik

Dalam metode sejarah ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu:

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode penulisan kepustakaan danstudi arsip, serta melakukan penulisan lapangan melalui wawancara. Dalam pengumpulan data melalui studi arsip, penulis mengunjungi Pusat Arsip Nasional Republik Indonesia di Jalan Amrepa Raya, Cilandak, Jakarta Selatan. Studi arsip ini penulis lakukan mengingat periode Organisasi Deli Hindu Sabba di masa kolonial, sehingga memungkinkan untuk mendapatkandata disini. Di Arsip Nasional penulis tidak menemukan secara spesifik data yang berkaitan dengan Deli Hindu Sabba. Arsip yang berkaitan dengan keberadaan bangsa India sangat minim jumlahnya. Arsip-arsip yang berhasil ditemukan hanya yang berkaitan tentang pekerjaan saat menjadi kuli di perkebunan.

Dalam studi pustaka penulis mencoba untuk mencari ke Perpustakaan Nasional Indonesia. Di sini penulis menemukan beberapa literatur yang dicari.

9

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 39.

(11)

11

Penulis merasa terbantu dengan ditemukannya buku-buku yang penulis inginkan mengingat sangat minim buku-buku yang berkaitan dengan Sejarah India yang diterbitkan di Indonesia. Penulis juga mencoba mengakses surat kabar Deli Courant dan menemukan beberapa artikel yang berkaitan dengan topik yang ditulis.

Setelah kembali di Medan, penulis mengunjungi Taman Baca Masyarakat Tengku Luckman Sinar. Penulis merasa sangat terbantu dengan adanya Taman Bacaan ini, karena terdapat beberapa literatur yang berkaitan dengan Deli Hindu Sabba yang menjadi koleksi di taman bacaan. Koleksi yang penulis peroleh antara lain,C, Kondapi,Indians Overseas, A guide to source materials in the India Office Records for the study of Indian emigration 1830-1950, New Delhi: Tanpa Penerbit, 1951, T. Luckman Sinar, Orang India di Sumatera Utara, Medan: Forkala, 2008, dan A. Mani, “Indian Settlement and Religious Accommodation in North Sumatera; A Reconnaissance”, in Wisconsin Paper, University of Wisconsin-Madison,1981.

Selain melakukan studi kepustakaan dan studi arsip, penulis juga melakukan studi lapangan dengan teknik wawancara untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Narasumber yang penulis wawancarai rata-rata berkaitan dengan organisasi Deli Hindu Sabba. Mengingat jarak tahun yang cukup jauh, mengakibatkan para anggota Deli Hindu Sabba yang direncanakan sebagai informan hanya tinggal beberapa orang saja, mereka itu antara lain S. Kanapathy, Yahya Rowter dan D. Uthirabathy. Jumlah narasumber yang penulis wawancarai sepuluh orang. Narasumber terdiri dari beragam jenis pekerjaan yang berkaitan dengan topik yang ditulis dan paham akan sejarah bangsa India di Medan.

(12)

12 • Kritik

Setelah mengumpulkan sumber-sumber saatnya memasuki tahapan Kritik. Dengan metode Kritik, baik metode kritik intern maupun ekstern, nantinya penulis akan dapat menentukan keabsahan dan kekuatan data-data yang diperoleh sesuai

dengan kejadian yang sebenarnya terjadi.10

• Interpretasi

Oleh karena itu perlu dilakukan kritik, baik kritik ekstern maupun intern. Kritik ekstern mencakup seleksi dokumen. Apakah dokumen tersebut perlu digunakan atau tidak dalam penulisan. Kemudian juga menyoroti tampilan fisik dokumen, mulai dari ejaan yang digunakan, jenis kertas, stempel, atau apakah dokumen tersebut telah dirubah atau masih orisinil.

Tahapan selanjutnya ialah interpretasi, pada tahapan ini data yang diperoleh akan dianalisis sehingga melahirkan tulisan baru yang sifatnya objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya sumber yang ada membuat interpretasi menjadi sangat sulit dilakukan. Untuk itu dibutuhkan analisis mendalam serta interpretasi yang tajam dari penulis.

• Historiografi

Tahapan terakhir ialah tahapan penulisan atau historiografi. Dalam tahapan ini penulis harus memperhatikan aspek kronologis. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif-naratif, yaitu menggambarkan setiap kronologis peristiwa serta aspek-aspek yang mempengaruhi jalanya peristiwa yang diteliti

10

Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 99.

(13)

13

dengan melalui analisis yang mendalam kemudian menceritakannya dengan menggunakan perspektif sejarah.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Skripsi dibagi kedalam lima bab. Bab pertama berisikan penguraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan metode penulisan.

Bab dua membahas bagaimana proses kedatangan Bangsa India Ke Sumatera Timur. Pembahasan dalam bab ini akan dimulai dengan keadaan Negara India yang menganut sistem kasta yang memecah belah manusia berdasarkan profesinya. Selanjutnya bagaimana proses kedatangan bangsa India ke Nusantara. Di sini penulis membaginya ke dalam tiga fase, yaitu ketika datang sebagai pedagang di Lobu Tua, kedua ketika menjadi kuli perkebunan dan ketika bangsa India yang datang tanpa ada ikatan dengan perekrutan tenaga kerja dan datang untuk berdagang.

Dalam bab tiga terfokus dalam organisasi Deli Hindu Sabba yang dibentuk oleh masyarakat Tamil di Kota Medan. Bab ini mencakup dari awal didirikannya beserta kegiatan-kegiatan yang dibentuk oleh organisasi ini. Pada bab ini juga dibahas peran pemimpinnya dalam membentuk kembali setelah sempat mengalami kevakuman.

Bab empat membahas tentang kemunduran Organisasi Deli Hindu Sabba. Beberapa faktor penyebab kemunduran Deli Hindu Sabba antara lain peran yang sangat dominan dari D. Kumarasamy sehingga setelah D.K mengundurkan diri dari

(14)

14

Deli Hindu Sabba tidak ada lagi pengurus yang mampu menjalankan organisasi. Selain itu faktor kultural dan sifat yang kolot dari sebagian masyarakat India serta masuknya Jepang semakin membuat organisasi tersebut mengalami kemunduran.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bagian dari Asia, masyarakat Indonesia juga akan menjadi masyarakat yang kuat secara ekonomi, dan sosial.Dengan menggunakan landasan tersebut, AsiaPR mencoba untuk

Salah satu Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang digunakan untuk menangani pasien dengan halusinasi adalah TAK stimulasi persepsi halusinasi.TAK stimulasi persepsi sangat

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian kualitas layanan yaitu produk,

Strategi pengembangan menjadi hal sangat urgent bagi toko emas Rembulan untuk mengantisipasi para pesaing dalam persaingan bisnis jangka panjang2. Tanpa adanya

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki hasrat homoseksual tetapi tidak terganggu oleh hal tersebut, tidak dapat dikatakan sakit atau menyimpang (Oetomo,

Promosi yang dilakukan oleh Ruangguru berupa mengiklankan fitur-fitur atau inovasi terbaru atau bentuk promosi lainnya yang penting untuk selalu diinformasikan kepada

Penamaan anak Rangga Lawe itu cukup aneh karena merujuk pada gelar yang diberikan Raden Wijaya kepada tokoh tersebut dalam Kidung Rangga Lawe meski itu juga terjadi

Kandidat entitas merupakan enti- tas yang akan menjadi bagian dari perenca- naan arsitektur perusahaan, sehingga penentuannya dapat didasarkan pada kondisi fungsi bisnis