• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Seebaluck, et al 2013).Perkembangan bisnis MICE yang merupakan bagian dari. jenis kegiatan pariwisata yang identik dengan pemberian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Seebaluck, et al 2013).Perkembangan bisnis MICE yang merupakan bagian dari. jenis kegiatan pariwisata yang identik dengan pemberian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

MICE merupakan akronim dari meetings, incentives, conferencesand exhibitions. Wisata MICE adalah salah satu sektor dalam industri pariwisata yang berkembang sangat pesat (Dwyer dan Forsyth, 1997; Hing et al., 1998 dalam Seebaluck, et al 2013).Perkembangan bisnis MICE yang merupakan bagian dari industri pariwisata masa kini dan telah memberikan warna yang beragam terhadap jenis kegiatan pariwisata yang identik dengan pemberian pelayanan/services(http://inccantb.com 2015).

Data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan bahwa perkembangan pariwisata tahun 2013 cukup bertumbuh, wisatawan international yang melakukan perjalanan tumbuh 5 persen dibanding tahun sebelumnya dengan capaian 1,087 miliar orang (tahun 2012 sebesar 1,035 miliar orang). Pertumbuhan terbesar di kawasan Asia Pasifik, dimana pertumbuhannya mencapai 6 persen yakni 248 juta orang (2012 sebesar 234 juta orang), (Kompas.com 2014).

Adanya perkembangan wisata MICE di atas membuat PPM Manajemen melalui PT Pustaka Binaman Pressindo, dibawah unit Program Management Event(PME) membuat program incentive tour yang dikemas dalam bentuk yang berbeda.Incentivestour dalam MICE adalah kegiatan perjalanan yang semua biaya perjalanannya ditanggung oleh organisasi sehingga dapat digunakan sebagai faktor yang memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja

(2)

2 dalam memenuhi tujuan yang diinginkan organisasi, seperti target penjualan (Rogers, 2003; Campiranon dan Arcodia, 2008 dalam Seebaluck et al., 2013)

Disisi lain, program incentive tour yang dibangun oleh PME dikemas dalam sebuah program pelatihan dengan konsep memasukan program pembelajaran kedalam wisata. Rangkaian program ini terdiri dari empat bagian penting yakni; sharing session, experiential simulation, benchmarking dan cultural exploration. Dengan penggabungan empat bagian penting diatas dengan wisata membuat program incentive tour ini disebut sebagai learning tour.

Program ini pertama kali berhasil dilaksanakan pada tahun 2013. Program tersebut berjudul Benchmarking Program Innovation dengan tujuan ke Seoul. Program ini diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari berbagai industri. Setelah pelaksanaan program pertama ini, penjual produk learning tour ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hewynda Silvira (Wynda) selaku Event Manager didapatkan informasi bahwa jumlah peserta learning tour tidak menunjukan peningkatan yang signifikan disetiap kegiatannya. Bahkan tak jarang kegiatan yang sudah terjadwal ini tidak terlaksana, berikut data peserta yang disajikan dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1

Jumlah Peserta Learning Tour Untuk Setiap Kegiatan Tahun 2013-2015

Tahun Bulan Negara Nama Kegiatan Jumlah

Peserta 2013 November Korea Benchmarking Program Innovation 20 2014 Juni Singapore Product Innovation Benchmarking 0 2014 September Korea Product Innovation Benchmarking 13 2014 November China Product Innovation Benchmarking 0 2014 Desember Thailand Product Innovation Benchmarking 0 2014 Desember Indonesia -

Bali

Leadership Adventure 10 2014 Desember Indonesia -

Yogyakarta

Innovate or Die - Benchmarking to Yogyakarta

(3)

3 Tabel 1.1

Jumlah Peserta Learning Tour Untuk Setiap Kegiatan Tahun 2013-2015 - Lanjutan

Tahun Bulan Negara Nama Kegiatan Jumlah

Peserta 2015 Maret Indonesia - Bali Leadership Adventure 0 2015 April Indonesia - Yogyakarta

Innovate or Die - Benchmarking to Yogyakarta

0 2015 Juni Uni Emiat

Arab

The Asia HRD Congress 2015 to Dubai 21 2015 Oktober Indonesia - Bali Leadership Adventure 0 2015 Oktober Indonesia - Yogyakarta

Innovate or Die - Benchmarking to Yogyakarta

0 2015 November Korea Innovation Benchmarking to Seoul 0

Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Ramelan selaku Kepala Divisi, diperoleh gambaran bahwa saat ini PPM Manajemen belum mempunyai strategi khusus untuk melakukan pemasaran program learning tour ini.

“Kami memang belum mempunyai strategi khusus untuk pemasaran program, padahal ini merupakan program baru yang proses pemasaranya harus dikawal dengan dengan ketat.”(Ramelan)

Pernyataan di atas juga didukung oleh pernyataan Ibu Wynda yang merasa bahwa program ini harus diperlakukan dengan strategi khusus agar bisa mencapai target tahunan yang telah ditetapkan.

“Memang program learning tour ini tidak diperlakukan dengan khusus. Cara pemasarannya sama persis dengan menjual program pelatihan publik. Kami membutuhkan strategi khusus agar program ini bisa terus berjalan sesuai target tahunan yang telah ditetapkan dan tentunya membawa profit besar bagi perusahaan” (Wynda)

Berdasarkan artikel yang ditulis Shaw (2012) menegaskan bahwa, menggunakanstrategipemasaran yang tepatmerupakan elemen pentingbagi keberhasilan sebuah bisnis. Dalam memasarkan suatu produk dan menarik minat

(4)

4 calon konsumen untuk membeli suatu produk perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan promotor (perusahaan) untuk memilih program sebuah program incentive tour. Selain memperhatikan faktor-faktor yang secara umum mempengaruhi minat calon konsumen untuk mengikuti program learning tour, diperlukan sesuatu yang diyakini sebagai nilai tambah program tersebut.

Sebuah penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa sebuah pelatihan dan pengembangan karyawan menjadi isu penting dalam meningkatkan produktivitas kerja (Shen dan Darby, 2006). Selanjutnya, Setyowati (2009) dalam penelitiannya menganalisis peran kompetensi (pendidikan dan pelatihan) terhadap kinerja tenaga kerja. Temuanya menunjukan pengetahuan dan keterampilan akan mengarahkan perilaku dan perilaku mengahasilkan kinerja. Atas dasar penelitian tersebut, PPM Manajemen meyakini bahwa mengkombinasikan program pelatihan dalam wisata bisa menjadi sebuah nilai tambah tersendiri.

Lebih lanjut,menurut Ferencová(2012) dalam artikelmengenai faktoryang mempengaruhisikappelanggan pariwisatamemilih paket wisata menunjukan bahwa reputasi, citra agen perjalananadalah bagian pentingdaripengambilan keputusan. Hasil penelitian ini jugamenujukan bahwa kualitas pelayanan yang diberikanjuga merupakan pertimbangan karena menjadi competitive advantage agen perjalanan. Penelitian serupa tentang faktor yang mempengatuhi konsumen memakai jasa paket wisata juga diungkap dalam jurnal yang diterbitkan oleh Media Wisata. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa motif beli yangdikemukan adalah tempat tujuan wisata atau objek wisata, tarif paket wisata,

(5)

5 fasilitas dan pelayanan. Namun dari keempat faktor tersebut yang paling signifikan ialah tempat wisata atau objek wisata (Prihatono, 2010).

Di sisi lain menurut Cheyne, Downes dan Legg(2012) beberapafaktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih agen perjalanan: reliability (keandalan agen perjalanan), handling complexity (kemampuan dalam menangani pemintaan yang kompleks dalam perjalanan), assurance (rasa percaya dan pengetahuan terhadap pengalaman agen perjalanan), good deals (harga dan paket perjalanan), security (rasa aman saat bertransaksi)dan information technology (teknologi untuk mengakses informasi terkait dengan perjalanan mau pun penyelenggara/ agen perjalanan).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas terlihat gambaran bahwaprogram learning tourPPM Manajemen belum menunjukan peningkatan penjualan yang signifikan. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan Data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan bahwa pertumbuhan pariwisata terbesar berada di kawasan Asia Pasifik, dimana pertumbuhannya mencapai 6 persen yakni 248 juta orang (2012 sebanyak 234 juta orang), (kompas.com 2014).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan juga didapat informasi bahwa program learning tour ini belum mempunyai strategi pemasaran yang dijadikan acuan. Untuk memasarkan suatu produk dan menarik minat calon konsumen dalam membeli program learning tour, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang

(6)

6 dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih sebuah program learning tour.

Lebih lanjut, untuk faktor-faktor khusus yang menentukan dalam pemilihan program learning tour belum banyak diteliti sebelumnya, hal ini sangat spesial mengingat keputusan untuk pemilihan program learning tour ditentukan oleh promotornya. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kriteria apa saja yang menentukan pemilihan program learning tour.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumenpada saat memilih program learning tour?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian dapat di formulasikan sebagai berikut :

Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yangdipertimbangkan oleh konsumen pada saat memilih program learning tour.

(7)

7 1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Pihak Akademisi

Penelitian ini bermanfaat untuk membuka maupun memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam dunia ilmu pemasaran. Selain itu dapat menjadi bahan perbandingan ataupun referensi tambahan bagi penelitian yang akan datang.

1.5.2 Manfaat Penelitian bagi Perusahan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk program learning tour.

1.6 Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan padaPPM Manajemen dan memiliki batasanpadaunit tertentu yaitu PPM Management Event (PME) khusus untuk program learning tourdi wilayah Jakarta.

1.7 Sistematika Penelitian

Penelitian ini dibagimenjadi lima bagian, diantaranya adalah: BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan berbagai hal-hal yang mendasar mengenai penelitian, seperti latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

(8)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan hasil dari tinjauan kepustakaan atau riset data sekunder berupa serangkaian teori yang relevan digunakan sebagai landasan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup jenis dan sumber data, populasi dan sample, metode pengumpulan data, variable penelitian dan definisi operasional serta penjelasan mengenai metode analisis data yang dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memberikan gambaran mengenai pengolahan dan analisis daya yang berhasil dikumpulkan, sehingga didapat hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian. Selain itu, bab ini juga membahas keterkaitan antara konsep dan teori dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang mengacu pada implikasi manajerial yang mempunyai hubungan dengan hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengetahui jenis kesalahan yang dominan dibuat mahasiswa serta faktor penyebab kesalahan mahasiswa dalam mengerjakan soal simpleks Program Linier, peneliti

Tangga nada yamg dipakai pada awal kalimat C adalah B Mayor, kemudian pada birama 106 modulasi ke B Minor. Mulai dari birama 114 – 130 tangga nada yang dipakai berganti terus

Menurut Subiyanto (1999:262) data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari sumber penelitian, biasanya berwujud data dokumentasi atau data yang telah tersedia. Data

Industri Peralatan Pengangkatan Buatan: Gas Lift Valve, Beam Pump, Hydraulic Pump Unit, Progresive Cavity Pump, Jet Pump, electric Submersible Pump (ESP);Kompresor: Kompresor

16 LAMPIRAN 2 Instrumen KPI Bagian 1 NO PERTANYAAN DOKUMEN BUKTI JAWABAN DOKUMEN BUKTI YANG TERSEDIA DESKRIPSI TEMUAN AUDIT REKOMENDASI AUDITOR YA TIDAK 1 Apakah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan melakukan pengukuran suhu dan kebisingan di dalam dan di luar taman untuk mengetahui kemampuan

Belajar : Berbagai latihan soal tentang Toleransi ukuran dan suaian Buku PDTM Penerbit Saka Mitra Mandiri

Konsep klasifikasi terbimbing/supervised penginderaan jauh konvensional adalah relasi (bukan fungsi) antara informasi terlatih dengan hasil klasifikasi. Proses tersebut