Hubungan Antara Kualitas Interaksi Sosial Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Kompensasi dengan Komitmen Organisasi Pada Member
Perusahaan Multi Level Marketing PT. Herbalife Indonesia
Sebastianus Dhimas Rangga Saputra & Ferdinand Hindiarto
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata SemarangABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan persepsi terhadap kompensasi
dengan komitmen organisasi pada member perusahaan multi level marketing PT.
Herbalife Indonesia. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan persepsi terhadap kompensasi dengan komitmen organisasi. Artinya, semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan persepsi terhadap kompensasi maka semakin tinggi pula komitmen organisasi yang dimiliki, begitupun sebaliknya. Populasi
penelitian berjumlah 76 subyek adalah member multi level marketing PT.
Herbalife region Jember. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan uji kuantitatif melalui metode analisis regresi dua prediktor untuk menguji hipotesis mayor dan teknik korelasi parsial untuk menguji hipotesis minor. Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan persepsi terhadap
kompensasi dengan komitmen organisasi, dengan F= 15,653 dengan p sebesar
0,000 (p<0,01). Dimana sumbangan efektif kualitas interaksi sosial atasan bawahan terhadap komitmen organisasi sebesar 12,74% dan Sumbangan efektif kualitas persepsi terhadap kompenasi terhadap komitmen organisasi hanya sebesar 0,01%.
Kata kunci : kualitas interaksi sosial atasan-bawahan, persepsi terhadap
kompensasi, komitmen organisasi, member multilevel marketing
Latar Belakang Masalah
Sumber daya dari suatu perusahaan atau organisasi terdiri dari aset tangible ataupun intangible
yang antara lain berupa kemampuan, proses organisasi, atribut-atribut
perusahaan, informasi dan
pengetahuan. Salah satu faktor penentu berhasil atau gagalnya organisasi adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Keunggulan mutu bersaing suatu organisasi sangat ditentukan oleh mutu SDM-nya.
Organisasi sangat membutuhkan SDM yang kompeten. Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi
tertentu dibutuhkan untuk
menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya (Hanafi, 2010, h.01). Memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan merupakan
keuntungan tersendiri bagi
perusahaan. Dengan adanya sumber
daya tepat, maka akan membantu
dalam tercapainya tujuan
perusahaan. Adapun kualitas sumber
daya manusia yang memiliki
pengaruh yang kuat terhadap kinerja organisasi salah satunya adalah komitmen (Robbins, 2001, h.139).
Karyawan yang memiliki
komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang stabil dan lebih produktif, sehingga lebih menguntungkan bagi organisasi (Greenberg dan Baron dalam Chairy, 2002, h.1). Oleh karena itu, dewasa ini perusahaan melakukan berbagai
cara demi mengatur para
karyawannya supaya tetap
berkomitmen kepada perusahaan.
Mulai dari pelatihan-pelatihan,
pemberian kompensasi, hingga
budaya organisasi diatur sedemikian rupa supaya para karyawan merasa betah. Hal tersebut dilakukan supaya munculah komitmen organisasional
dari para karyawan yang diharapkan oleh perusahaan.
Sebagaimana dalam
perusahaan yang lain, perusahaan
Multi Level Marketing (MLM) pun
juga menempatkan para
karyawannya dalam posisi yang utama. Para karyawan perusahaan
MLM yang biasa disebut member ini
praktis menjadi unsur utama dalam proses pemasaran produk-produk perusahaan MLM. Hal ini terjadi karena dalam perusahaan MLM proses pemasaran dilakukan secara
langsung dari member kepada
konsumen atau dalam dunia
pemasaran proses pemasaran secara langsung ini disebut direct selling.
Oleh karena itu, dalam proses
keberlangsungannya, perusahaan
MLM melakukan usaha keras untuk
menarik orang agar bersedia
bergabung sebagai member dan
memiliki komitmen terhadap
perusahaan. Usaha ini diwujudkan
dengan pemberian kompensasi
dalam bentuk diskon tertentu kepada
para member. Hal ini ditujukan
supaya dengan melakukan penjualan
produk, maka member bisa
memperoleh keuntungan dari selisih
harga member atau distributor
dengan harga retail. Selain itu, pemberian paket pelatihan ke luar negeri pun diberikan demi menjaga
komitmen member. Salah satu
perusahaan MLM yang ada di Indonesia dan terdaftar dalam
World Federation of Direct Selling
Association (WFDSA) di dunia
international dan sekaligus terdaftar dalam Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI) adalah PT. Herbalife Indonesia.
Berkenaan dengan kondisi
komitmen organisasi member PT.
Herbalife, rata-rata dari 100 orang
aktif menjalankan bisnisnya
sedangkan 30 member menjadi
member pasif, dan sisanya
meninggalkan bisnis tersebut. Hal tersebut tentunya menggambarkan
bagaimana rendahnya tingkat
komitmen organisasi para member
PT. Herbalife. Komitmen organisasi para member Herbalife yang dinilai relatif rendah ini tentunya menjadi ancaman tersendiri bagi kesuksesan dan keberlangsungan bisnis MLM dalam perusahaan PT. Herbalife Indonesia.
Berkenaan dengan komitmen organisasi member, maka terdapat berbagai aspek yang mempengaruhi
komitmen organisasi member dalam
suatu perusahaan. Young et.al (1998) mengemukakan ada 8 faktor yang secara positif berpengaruh terhadap komitmmen organisasi,
diantaranya adalah: kepuasan
terhadap promosi, karakteristik
pekerjaan, komunikasi, pertukaran
ekstrinsik, pertukaran intrinsik,
imbalan intrinsik, imbalan
ekstrinsik, dan kepuasan terhadap kepemimpinan. Berkaitan dengan peran pemimpin tim, terdapat dua dimensi fungsional kepemimpinan (Sopiah, 2008, hal. 123) yaitu,
fungsi tugas dan fungsi
pemeliharaan. Selain faktor
kepemimpinan, terdapat faktor lain
yang mempengaruhi komitmen
organisasi. Hasil penelitian Nawab et.al (2011, h. 25) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh
positif terhadap komitmen
organisasi.
Untuk itu, maka perlu
diadakannya sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas interaksi sosial
terhadap kompensasi dengan
komitmen organisasi pada member
perusahaan multi level marketing
PT. Herbalife Indonesia?
Hubungan Antara Kualitas Interaksi Sosial Atasan-Bawahan dan Persepsi terhadap Kompensasi Dengan Komitmen Organisasi
Interaksi sosial antara atasan dan bawahan yang baik merupakan hal
yang penting dalam sebuah
perusahaan atau organisasi, termasuk
perusahaan multi level marketing
(MLM). Soekanto (1990, h.71)
mengungkapkan bahwa adanya
kontak sosial dan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan
dalam suatu perusahaan atau
organisasi akan membangun
komitmen organisasi yang baik. Kontak sosial dan komunikasi antara atasan dan bawahan yang terjadi
dengan intensitas yang sering, tentunya akan memberikan dampak perasaan positif dari bawahan terhadap atasan.
Gilin dan Gilin (Syani, 1987, h.32) menambahkan bahwa selain dua hal di atas, adanya kerjasama, persaingan, dan konflik/ pertikaian
dalam suatu perusahaan atau
organisasi juga mampu menciptakan komitmen organisasi karyawan.
Dengan adanya kerjasama,
persaingan, dan konflik/pertikaian yang baik dan positif antara atasan dan bawahan, maka suasana kerja akan menjadi lebih kondusif.
Kualitas interaksi sosial antara atasan dan bawahan yang baik merupakan hal penting dalam membangun komitmen organisasi
karyawan/member. Terjalinnya
kontak sosial, komunikasi, kerja
sama, persaingan, dan
atasan dan bawahan tentunya akan berdampak baik bagi karyawan. Oleh karena itu, maka karyawan akan merasa bersemangat dan terlibat aktif dalam mengerjakan
semua tugas pekerjaan yang
diberikan dan tentunya akan merasa betah berada dalam perusahaan atau organisasi, serta akan menerima
nilai-nilai dan tujuan-tujuan
perusahaan sebagai bagian dari nilai-nilai dirinya dan tujuan hidupnya sebagai wujud meningkatnya tingkat
komitmen karyawan terhadap
perusahaan atau organisasi.
Selain kualitas interaksi sosial atasan-bawahan, persepsi terhadap kompensasi pun turut berpengaruh
terhadap komitmen organisasi
karyawan atau member. Persepsi
merupakan variabel psikologis yang melekat pada diri individu yang menjadi salah satu faktor untuk
mempengaruhi komitmen organisasi
karyawan atau member. Dengan
adanya kemampuan
mempersepsikan suatu stimulus tertentu, seorang karyawan tentunya
akan memiliki penilaian atau
persepsi yang berbeda. Hal ini
tentunya juga terjadi ketika
memberikan penilaian terhadap
kompensasi yang diberikan oleh
perusahaan sebagai stimulus.
Dengan kata lain, komitmen
organisasi akan meningkat apabila karyawan memiliki persepsi positif terhadap kompensasi yang diberikan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa ada hubungan antara kualitas interaksi sosial
atasan-bawahan dan persepsi
terhadap kompensasi terhadap
komitmen organisasi karyawan atau
kompensasi dari karyawan akan mempengaruhi komitmen organisasi karyawan tersebut. Interaksi sosial atasan-bawahan akan berpengaruh terhadap komitmen organisasi yang muncul.
Hipotesis Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan
persepsi terhadap kompensasi
dengan komitmen organisasi.
Hipotesis Minor
a. Ada hubungan positif antara
kualitas interaksi sosial
atasan-bawahan dengan komitmen
organisasi.
b. Ada hubungan positif antara
persepsi terhadap kompensasi dengan komitmen organisasi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Metode kuantitatif adalah
metode yang menekankan
analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010, h. 5).
Subyek Penelitian 1. Populasi
Populasi dari penelitian ini
adalah member PT. Herbalife
Indonesia wilayah Jember
sebanyak 76 member.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitian yang digunakan adalah
seluruh member PT. Herbalife
Indonesia wilayah Jember
sebanyak 76 member.
Metode Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan skala.
digunakan yaitu skala komitmen organisasi, skala kualitas interaksi sosial atasan-bawahan, dan skala persepsi terhadap kompensasi.
Metode Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan oleh hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Mayor
Untuk menguji hipotesis mayor, peneliti menggunakan Analisis Regresi Dua Prediktor.
2. Hipotesis Minor
Untuk menguji hipotesis minor, peneliti menggunakan Teknik Korelasi Parsial untuk mengetahui korelasi dua variabel (satu variabel bebas dan satu
variabel tergantung, dengan
mengontrol variabel bebas yang lain)
Analisis data untuk menguji
hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Statistical Packages
for Social Sciences (SPSS) for Window Release 13.00.
Hasil Penelitian 1. Hipotesis Mayor
Hasil analisis data yang dilakukan menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan persepsi terhadap
kompensasi dengan komitmen
organisasi. Hal ini ditunjukkan
dengan F= 15,653 dengan p sebesar
0,000 (p<0,01). 2. Hipotesis Minor
a. Hipotesis pertama
menyatakan bahwa ada
hubungan positif yang sangat siginifikan antara kualitas
interaksi sosial atasan bawahan dengan komitmen
organisasi. Hal ini
ditunjukkan dengan rx1y =
0,357 dengan p sebesar 0,001 (p<0,01). Semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan bawahan maka semakin tinggi pula komitmen organisasi
member, dan sebaliknya.
Dengan demikian hipotesis minor satu yang diajukan peneliti diterima.
b. Hipotesis kedua menyatakan
bahwa tidak ada hubungan
antara persepsi terhadap
kompensasi dengan
komitmen organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan rx2y =
-0,010 dengan p sebesar 0,468 (p>0,05). Dengan demikian hipotesis minor kedua yang diajukan peneliti ditolak.
Pembahasan
Berdasarkan uji hipotesis mayor menggunakan analisis regresi dua
prediktor diperoleh F = 15,653
dengan p sebesar 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan
persepsi terhadap kompensasi
dengan komitmen organisasi. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan
semakin positif persepsi member
terhadap kompensasinya maka
semakin tinggi komitmen organisasi
member tersebut dan sebaliknya.
Ketika member merasakan
kualitas interaksi sosial yang baik antara atasan dan bawahan, maka
member akan merasa dianggap
sebagai aset yang berharga dan sangat penting sesuai dengan kinerja yang diberikan. Dan lebih dari itu,
atasannya mampu memberikan perlakuan yang adil dan pada
akhirnya akan meningkatkann
kenyamanan dan komitmen member.
Namun, bila pemimpin tidak bisa membangun kualitas interaksi sosial yang baik antara atasan dan bawahan, maka karyawan akan menilai bahwa dirinya hanya dianggap sebagai ‘sapi perahan’ yang hanya dimanfaatkan demi
keuntungan perusahaan atau
organisasi semata. Hal ini tentunya akan berdampak pada menurunnya
kenyamanan member untuk berada
dalam perusahaan atau organisasi tersebut, yang berarti juga akan
berdampak pada menurunnya
komitmen organisasi dari member
tersebut.
Selain kualitas interaksi sosial atasan bawahan, faktor persepsi
terhadap kompensasi juga
berpengaruh terhadap komitmen
organisasi member. Adanya
penilaian member terhadap
kompensasi yang diterimanya akan berpengaruh pada sikap dan perilaku
member terhadap komitmennya
kepada perusahaan atau organisasi
tersebut. Ketika member memiliki
penilaian yang positif terhadap kompensasi yang diterimanya, maka
member akan menilai bahwa
kinerjanya dihargai oleh perusahaan. Hal ini tentunya akan menimbulkan perasaan yang menyenangkan dan perasaan nyaman berada dalam bagian perusahaan atau organisasi. Sehingga dengan demikian, tingkat
komitmen organisasi member
meningkat.
Pada uji hipotesis minor pertama diperoleh rx1y = 0,357 dengan p
sebesar 0,001 (p<0,01), yang berarti terdapat hubungan positif yang
sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan
dengan komitmen organisasi.
Semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan bawahan maka semakin tinggi pula komitmen organisasi
member, dan sebaliknya. Dengan demikian hipotesis minor pertama yang diajukan peneliti diterima. Pimpinan yang mampu menjaga adanya kontak sosial, komunikasi
dan kerjasama dengan para member
akan menimbulkan perasaan
penghargaan dari member. Artinya,
member akan merasa dihargai dan dianggap sebagai aset dari perusahan yang penting. Dengan demikian
maka, para member merasa nyaman
dan betah berada dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut tentunya juga
membangun penerimaan para
member kepada tujuan perusahaan dan juga nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan tersebut dalam
bentuk menerima segala peraturan dan segala kebijakan yang ada dalam perusahaan. Selain hal itu, para
member juga akan bersedia untuk bersungguh-sungguh melibatkan diri dalam perusahaan atau organisasi.
Pada uji hipotesis minor kedua diperoleh rx2y = -0,010 dengan p
sebesar 0,468 (p<0,01), yang berarti tidak terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap kompensasi
dengan komitmen organisasi.
Dengan demikian hipotesis minor kedua yang diajukan peneliti ditolak. Selain hal tersebut, temuan di
lapangan menunjukkan bahwa
sebagian besar member PT.
Herbalife Indonesia di region Jember telah memiliki pekerjaan tetap selain
sebagai member PT. Herbalife
Indonesia. Baik yang bekerja sebagai polisi, guru, PNS, dan lain sebagainya. Dari temuan ini dapat diartikan bahwa besaran kompensasi
yang diterima dari PT. Herbalife Indonesia tidak terlalu berdampak besar bagi kelangsungan hidup para
member. Hal ini dikarenakan para
member telah memiliki penghasilan tetap dari pekerjaan pokok dan kompensasi dati PT. Herbalife hanya
dianggap sebatas penghasilan
tambahan semata. Oleh karena itu, maka penilaian yang diberikan oleh setiap karyawan, baik positif atau
negatif tidak mempengaruhi
komitmen organisasi member.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada member PT.
Herbalife Indonesia region Jember, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang
sangat signifikan antara
kualitas interaksi sosial atasan
bawahan dan persepsi
terhadap kompensasi dengan komitmen organisasi.
2. Terdapat hubungan positif
yang sangat siginifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dengan komitmen organisasi. Semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan
bawahan maka semakin
tinggi pula komitmen
organsisasi member, dan
sebaliknya. Sumbangan
efektif kualitas interaksi
sosial atasan bawahan
terhadap komitmen organisasi sebesar 12,74%.
3. Tidak terdapat hubungan
antara persepsi terhadap
kompensasi dengan
komitmen organisasi.
Semakin positif persepsi
terhadap kompensasi maka
tingginya komitmen
organisasi. Sumbangan
efektif kualitas persepsi
terhadap kompenasi terhadap komitmen organisasi hanya sebesar 0,01%
Saran
1. Bagi Pimpinan dan Member
Pimpinan dan member
diharapkan dapat meningkatkan kualitas interaksi sosialnya dengan
menjaga keteraturan dalam
mengadakan pertemuan, baik secara formal maupun informal. Selain itu,
pimpinan juga diharapkan
meningkatkan dalam memberikan arahan, dorongan semangat dan
motivasi bagi member agar dapat
segera naik posisi/level.
2. Bagi Perusahaan
Pihak perusahaan diharapkan
terus melanjutkan
kebijakan-kebijakan yang dapat memfasilitasi
interaksi sosial atasan bawahan, seperti Sukses Training Seminar
(STS), Herbalife Opportunity
Meeting (HOM), Extravaganza,
Mega HOM, dan event-event lain.
Selain itu, pemberian kompensasi non material perlu dilanjutkan
seperti mengundang member
berprestasi ke atas panggung saat
event, dan lain sebagainya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti yang tertarik untuk
melakukan penelitian tentang
komitmen organisasi, kualitas
interaksi sosial atasan-bawahan,
ataupun persepsi terhadap
kompensasi pada perusahaan multi
level marketing (MLM) diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut
penelitian-penelitian sebelumnya,
terlebih dalam hal loyalitas
konsumen pengguna produk multi
level marketing serta mempelajari kekurangan-kekurangan yang ada
sehingga penelitian yang dilakukan akan lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
_ _ _ _ _ . 2010. Menko Kesra Khawatir AFTA Ganggu
Perdagangan Domestik.
Dalam Kompas. Surat Kabar
Harian. 2 Januari 2010. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
Adiyas. 2011. Manajemen Sumber
Daya Manusia: Kompensasi. Jakarta: Mercu Buana Press
Arif, M.S.L., Ahmad, U.N.,
Rahman, S.A.A. 2004.
Hubungan Kepuasan
Komunikasi dengan
Komitmen terhadap
Organisasi di Kalangan Pekerja Teknikal : Kajian
Kes di Flextronics
International, Senai, Johor.
Perpustakaan Fakultri Pengurusan dan Pengembangan Sumber Manusia, Universiti Teknologi Malaysia Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 1993. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Atkinson, R. C., Hilgard, E. R. 1991. Pengantar Psikologi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia:
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bashir, S., Ramay, M.I., Jinnah
M.A. 2008. Determinants of
Organizational Commitment a Study of Information Technology Professionals in Pakistan. Institude of
Behavioral and Applied Management Chairy, L.S. 2002. Seputar Komitmen Organisasi. Arisan86- KomitmenOrganisasi-Liche.pdf Colleen, C.M. 2005. Employee Commitment. Pretoria:
University of Pretoria etd
Departemen Pendidikan. 2002.
KBBI. Jakarta: Balai Pustaka
Gerungan, W A. 1991. Psikologi
Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Greenberg, J. 2011. Behavior in
Organizations Tent Edition. Pearson Education Limited Greenberg, J., Baron, R. A. 1995.
Behavior in Organizations Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Englewood
Hadi, S. 2000. Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hanafi, I. 2010. Competence Based
Human Resource Management : Bagaimana Organisasi Mengelola Kompetensi SDM. Jurnal Ilmiah. Vol. 9. Hapsari, H. M. 2008. Pengaruh Kualitas Manajemen,
Motivasi Kewirausahaan, Dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan : Studi Pada Perusahaan Franchise Di Kota Semarang Dan Yogyakarta.
TESIS. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Harefa, A. 2000. Pesona Bisnis
Direct Selling MLM. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hasibuan. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Ivancevich, J. M, dkk. 2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Latipun. 2008. Psikologi
Luthans, F. 2002. Organizational Behavior: An Evidence- Based Approach Twelfth Edition.McGraw-Hill
Mangkuprawira, S. 2002.
Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia
Mar’at 1981. Sikap Manusia,
Perubahan serta
Pengukurannya. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Meyer, J. P., Allen, N. J. 1990. The measurement and antecedents of affective, continuance and normative commitment to the
organization. Jurnal of
Occupational Psychology.
Vol. 63
Meyer, J. P., Allen, N. J., Smith, C. A. 1993. Commitment to
Organizations and
Occupation: Extension and Test of a Three-Component
Conceptualization. Jurnal of
Applied Psychology. Vol. 78
Miner, J. B. 1992. Industrial Organizational Psychology. Mcgraw-Hill Nawab, S., Bhatti, K. K. 2001. Influence of Employee Compensation on Organizational Commitment and Job Satisfaction: A Case Study of Educational Sector
of Pakistan. International
Journal of Business and Social Science. Vol. 02.
Nitisemito, A. 1984. Manajemen
Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nawawi, H. H. 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Gajahmada
University Press
Panggabean, M. S. 2004.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Robbins, S.P. 2001. Perilaku
Organisasi jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo
Robbins, S. 2008. Perilaku Organisasi Buku 1. Salemba Empat
Soerjono, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajawali, Pers
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Steers, R.M. 1985. Managing Effective Organizations. Kent Publishing Suprihartanto, J., Harsiwi, T A M., Hadi, P. 2003. Perilaku Organisasional. Jogjakarta :
STIE Yayasan Keluarga
Pahlawan Negara
Suyasa, T. 2008. Komitmen
Organisasi dan Organization
Citizenship Behavior pada karyawan Call Centre di PT. X. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi. Vol.10
Syani, A. 1987. Manajemen
Organisasi. Jakarta: Penerbit PT. Bina Aksara
Walgito, B. 2004. Pengantar
Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi
Winardi, J. 2004. Manajemen
Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Prenada Media
Young., Brian, S., Worchel.,
Stephen., Woehr., David J.
1998. Organizational
Commitment Among Public
Service Employees. Journal
of Public Personal
Management. Vol. 27.
Zaid, S. 2009. Pengaruh Kepuasan
Kompensasi terhadap
Komitmen Organisasi dan Prestasi Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia di
Sulawesi Tenggara. Jurnal
Manajemen Mutu, Fakultas
Ekonomi Universitas