• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kualitas Interaksi Sosial Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Kompensasi dengan Komitmen Organisasi Pada Member Perusahaan Multi Level Marketing PT. Herbalife Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Kualitas Interaksi Sosial Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Kompensasi dengan Komitmen Organisasi Pada Member Perusahaan Multi Level Marketing PT. Herbalife Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Kualitas Interaksi Sosial Atasan Bawahan dan Persepsi Terhadap Kompensasi dengan Komitmen Organisasi Pada Member

Perusahaan Multi Level Marketing PT. Herbalife Indonesia

Sebastianus Dhimas Rangga Saputra & Ferdinand Hindiarto

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan persepsi terhadap kompensasi

dengan komitmen organisasi pada member perusahaan multi level marketing PT.

Herbalife Indonesia. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan persepsi terhadap kompensasi dengan komitmen organisasi. Artinya, semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan persepsi terhadap kompensasi maka semakin tinggi pula komitmen organisasi yang dimiliki, begitupun sebaliknya. Populasi

penelitian berjumlah 76 subyek adalah member multi level marketing PT.

Herbalife region Jember. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan uji kuantitatif melalui metode analisis regresi dua prediktor untuk menguji hipotesis mayor dan teknik korelasi parsial untuk menguji hipotesis minor. Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan persepsi terhadap

kompensasi dengan komitmen organisasi, dengan F= 15,653 dengan p sebesar

0,000 (p<0,01). Dimana sumbangan efektif kualitas interaksi sosial atasan bawahan terhadap komitmen organisasi sebesar 12,74% dan Sumbangan efektif kualitas persepsi terhadap kompenasi terhadap komitmen organisasi hanya sebesar 0,01%.

Kata kunci : kualitas interaksi sosial atasan-bawahan, persepsi terhadap

kompensasi, komitmen organisasi, member multilevel marketing

(2)

Latar Belakang Masalah

Sumber daya dari suatu perusahaan atau organisasi terdiri dari aset tangible ataupun intangible

yang antara lain berupa kemampuan, proses organisasi, atribut-atribut

perusahaan, informasi dan

pengetahuan. Salah satu faktor penentu berhasil atau gagalnya organisasi adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Keunggulan mutu bersaing suatu organisasi sangat ditentukan oleh mutu SDM-nya.

Organisasi sangat membutuhkan SDM yang kompeten. Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi

tertentu dibutuhkan untuk

menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya (Hanafi, 2010, h.01). Memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan merupakan

keuntungan tersendiri bagi

perusahaan. Dengan adanya sumber

daya tepat, maka akan membantu

dalam tercapainya tujuan

perusahaan. Adapun kualitas sumber

daya manusia yang memiliki

pengaruh yang kuat terhadap kinerja organisasi salah satunya adalah komitmen (Robbins, 2001, h.139).

Karyawan yang memiliki

komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang stabil dan lebih produktif, sehingga lebih menguntungkan bagi organisasi (Greenberg dan Baron dalam Chairy, 2002, h.1). Oleh karena itu, dewasa ini perusahaan melakukan berbagai

cara demi mengatur para

karyawannya supaya tetap

berkomitmen kepada perusahaan.

Mulai dari pelatihan-pelatihan,

pemberian kompensasi, hingga

budaya organisasi diatur sedemikian rupa supaya para karyawan merasa betah. Hal tersebut dilakukan supaya munculah komitmen organisasional

(3)

dari para karyawan yang diharapkan oleh perusahaan.

Sebagaimana dalam

perusahaan yang lain, perusahaan

Multi Level Marketing (MLM) pun

juga menempatkan para

karyawannya dalam posisi yang utama. Para karyawan perusahaan

MLM yang biasa disebut member ini

praktis menjadi unsur utama dalam proses pemasaran produk-produk perusahaan MLM. Hal ini terjadi karena dalam perusahaan MLM proses pemasaran dilakukan secara

langsung dari member kepada

konsumen atau dalam dunia

pemasaran proses pemasaran secara langsung ini disebut direct selling.

Oleh karena itu, dalam proses

keberlangsungannya, perusahaan

MLM melakukan usaha keras untuk

menarik orang agar bersedia

bergabung sebagai member dan

memiliki komitmen terhadap

perusahaan. Usaha ini diwujudkan

dengan pemberian kompensasi

dalam bentuk diskon tertentu kepada

para member. Hal ini ditujukan

supaya dengan melakukan penjualan

produk, maka member bisa

memperoleh keuntungan dari selisih

harga member atau distributor

dengan harga retail. Selain itu, pemberian paket pelatihan ke luar negeri pun diberikan demi menjaga

komitmen member. Salah satu

perusahaan MLM yang ada di Indonesia dan terdaftar dalam

World Federation of Direct Selling

Association (WFDSA) di dunia

international dan sekaligus terdaftar dalam Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI) adalah PT. Herbalife Indonesia.

Berkenaan dengan kondisi

komitmen organisasi member PT.

Herbalife, rata-rata dari 100 orang

(4)

aktif menjalankan bisnisnya

sedangkan 30 member menjadi

member pasif, dan sisanya

meninggalkan bisnis tersebut. Hal tersebut tentunya menggambarkan

bagaimana rendahnya tingkat

komitmen organisasi para member

PT. Herbalife. Komitmen organisasi para member Herbalife yang dinilai relatif rendah ini tentunya menjadi ancaman tersendiri bagi kesuksesan dan keberlangsungan bisnis MLM dalam perusahaan PT. Herbalife Indonesia.

Berkenaan dengan komitmen organisasi member, maka terdapat berbagai aspek yang mempengaruhi

komitmen organisasi member dalam

suatu perusahaan. Young et.al (1998) mengemukakan ada 8 faktor yang secara positif berpengaruh terhadap komitmmen organisasi,

diantaranya adalah: kepuasan

terhadap promosi, karakteristik

pekerjaan, komunikasi, pertukaran

ekstrinsik, pertukaran intrinsik,

imbalan intrinsik, imbalan

ekstrinsik, dan kepuasan terhadap kepemimpinan. Berkaitan dengan peran pemimpin tim, terdapat dua dimensi fungsional kepemimpinan (Sopiah, 2008, hal. 123) yaitu,

fungsi tugas dan fungsi

pemeliharaan. Selain faktor

kepemimpinan, terdapat faktor lain

yang mempengaruhi komitmen

organisasi. Hasil penelitian Nawab et.al (2011, h. 25) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh

positif terhadap komitmen

organisasi.

Untuk itu, maka perlu

diadakannya sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas interaksi sosial

(5)

terhadap kompensasi dengan

komitmen organisasi pada member

perusahaan multi level marketing

PT. Herbalife Indonesia?

Hubungan Antara Kualitas Interaksi Sosial Atasan-Bawahan dan Persepsi terhadap Kompensasi Dengan Komitmen Organisasi

Interaksi sosial antara atasan dan bawahan yang baik merupakan hal

yang penting dalam sebuah

perusahaan atau organisasi, termasuk

perusahaan multi level marketing

(MLM). Soekanto (1990, h.71)

mengungkapkan bahwa adanya

kontak sosial dan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan

dalam suatu perusahaan atau

organisasi akan membangun

komitmen organisasi yang baik. Kontak sosial dan komunikasi antara atasan dan bawahan yang terjadi

dengan intensitas yang sering, tentunya akan memberikan dampak perasaan positif dari bawahan terhadap atasan.

Gilin dan Gilin (Syani, 1987, h.32) menambahkan bahwa selain dua hal di atas, adanya kerjasama, persaingan, dan konflik/ pertikaian

dalam suatu perusahaan atau

organisasi juga mampu menciptakan komitmen organisasi karyawan.

Dengan adanya kerjasama,

persaingan, dan konflik/pertikaian yang baik dan positif antara atasan dan bawahan, maka suasana kerja akan menjadi lebih kondusif.

Kualitas interaksi sosial antara atasan dan bawahan yang baik merupakan hal penting dalam membangun komitmen organisasi

karyawan/member. Terjalinnya

kontak sosial, komunikasi, kerja

sama, persaingan, dan

(6)

atasan dan bawahan tentunya akan berdampak baik bagi karyawan. Oleh karena itu, maka karyawan akan merasa bersemangat dan terlibat aktif dalam mengerjakan

semua tugas pekerjaan yang

diberikan dan tentunya akan merasa betah berada dalam perusahaan atau organisasi, serta akan menerima

nilai-nilai dan tujuan-tujuan

perusahaan sebagai bagian dari nilai-nilai dirinya dan tujuan hidupnya sebagai wujud meningkatnya tingkat

komitmen karyawan terhadap

perusahaan atau organisasi.

Selain kualitas interaksi sosial atasan-bawahan, persepsi terhadap kompensasi pun turut berpengaruh

terhadap komitmen organisasi

karyawan atau member. Persepsi

merupakan variabel psikologis yang melekat pada diri individu yang menjadi salah satu faktor untuk

mempengaruhi komitmen organisasi

karyawan atau member. Dengan

adanya kemampuan

mempersepsikan suatu stimulus tertentu, seorang karyawan tentunya

akan memiliki penilaian atau

persepsi yang berbeda. Hal ini

tentunya juga terjadi ketika

memberikan penilaian terhadap

kompensasi yang diberikan oleh

perusahaan sebagai stimulus.

Dengan kata lain, komitmen

organisasi akan meningkat apabila karyawan memiliki persepsi positif terhadap kompensasi yang diberikan oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa ada hubungan antara kualitas interaksi sosial

atasan-bawahan dan persepsi

terhadap kompensasi terhadap

komitmen organisasi karyawan atau

(7)

kompensasi dari karyawan akan mempengaruhi komitmen organisasi karyawan tersebut. Interaksi sosial atasan-bawahan akan berpengaruh terhadap komitmen organisasi yang muncul.

Hipotesis Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara kualitas interaksi sosial atasan-bawahan dan

persepsi terhadap kompensasi

dengan komitmen organisasi.

Hipotesis Minor

a. Ada hubungan positif antara

kualitas interaksi sosial

atasan-bawahan dengan komitmen

organisasi.

b. Ada hubungan positif antara

persepsi terhadap kompensasi dengan komitmen organisasi.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Metode kuantitatif adalah

metode yang menekankan

analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010, h. 5).

Subyek Penelitian 1. Populasi

Populasi dari penelitian ini

adalah member PT. Herbalife

Indonesia wilayah Jember

sebanyak 76 member.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian yang digunakan adalah

seluruh member PT. Herbalife

Indonesia wilayah Jember

sebanyak 76 member.

Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

dengan menggunakan skala.

(8)

digunakan yaitu skala komitmen organisasi, skala kualitas interaksi sosial atasan-bawahan, dan skala persepsi terhadap kompensasi.

Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan oleh hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Mayor

Untuk menguji hipotesis mayor, peneliti menggunakan Analisis Regresi Dua Prediktor.

2. Hipotesis Minor

Untuk menguji hipotesis minor, peneliti menggunakan Teknik Korelasi Parsial untuk mengetahui korelasi dua variabel (satu variabel bebas dan satu

variabel tergantung, dengan

mengontrol variabel bebas yang lain)

Analisis data untuk menguji

hipotesis dilakukan dengan

menggunakan Statistical Packages

for Social Sciences (SPSS) for Window Release 13.00.

Hasil Penelitian 1. Hipotesis Mayor

Hasil analisis data yang dilakukan menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan persepsi terhadap

kompensasi dengan komitmen

organisasi. Hal ini ditunjukkan

dengan F= 15,653 dengan p sebesar

0,000 (p<0,01). 2. Hipotesis Minor

a. Hipotesis pertama

menyatakan bahwa ada

hubungan positif yang sangat siginifikan antara kualitas

(9)

interaksi sosial atasan bawahan dengan komitmen

organisasi. Hal ini

ditunjukkan dengan rx1y =

0,357 dengan p sebesar 0,001 (p<0,01). Semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan bawahan maka semakin tinggi pula komitmen organisasi

member, dan sebaliknya.

Dengan demikian hipotesis minor satu yang diajukan peneliti diterima.

b. Hipotesis kedua menyatakan

bahwa tidak ada hubungan

antara persepsi terhadap

kompensasi dengan

komitmen organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan rx2y =

-0,010 dengan p sebesar 0,468 (p>0,05). Dengan demikian hipotesis minor kedua yang diajukan peneliti ditolak.

Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis mayor menggunakan analisis regresi dua

prediktor diperoleh F = 15,653

dengan p sebesar 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan

persepsi terhadap kompensasi

dengan komitmen organisasi. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan bawahan dan

semakin positif persepsi member

terhadap kompensasinya maka

semakin tinggi komitmen organisasi

member tersebut dan sebaliknya.

Ketika member merasakan

kualitas interaksi sosial yang baik antara atasan dan bawahan, maka

member akan merasa dianggap

sebagai aset yang berharga dan sangat penting sesuai dengan kinerja yang diberikan. Dan lebih dari itu,

(10)

atasannya mampu memberikan perlakuan yang adil dan pada

akhirnya akan meningkatkann

kenyamanan dan komitmen member.

Namun, bila pemimpin tidak bisa membangun kualitas interaksi sosial yang baik antara atasan dan bawahan, maka karyawan akan menilai bahwa dirinya hanya dianggap sebagai ‘sapi perahan’ yang hanya dimanfaatkan demi

keuntungan perusahaan atau

organisasi semata. Hal ini tentunya akan berdampak pada menurunnya

kenyamanan member untuk berada

dalam perusahaan atau organisasi tersebut, yang berarti juga akan

berdampak pada menurunnya

komitmen organisasi dari member

tersebut.

Selain kualitas interaksi sosial atasan bawahan, faktor persepsi

terhadap kompensasi juga

berpengaruh terhadap komitmen

organisasi member. Adanya

penilaian member terhadap

kompensasi yang diterimanya akan berpengaruh pada sikap dan perilaku

member terhadap komitmennya

kepada perusahaan atau organisasi

tersebut. Ketika member memiliki

penilaian yang positif terhadap kompensasi yang diterimanya, maka

member akan menilai bahwa

kinerjanya dihargai oleh perusahaan. Hal ini tentunya akan menimbulkan perasaan yang menyenangkan dan perasaan nyaman berada dalam bagian perusahaan atau organisasi. Sehingga dengan demikian, tingkat

komitmen organisasi member

meningkat.

Pada uji hipotesis minor pertama diperoleh rx1y = 0,357 dengan p

sebesar 0,001 (p<0,01), yang berarti terdapat hubungan positif yang

(11)

sangat signifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan

dengan komitmen organisasi.

Semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan bawahan maka semakin tinggi pula komitmen organisasi

member, dan sebaliknya. Dengan demikian hipotesis minor pertama yang diajukan peneliti diterima. Pimpinan yang mampu menjaga adanya kontak sosial, komunikasi

dan kerjasama dengan para member

akan menimbulkan perasaan

penghargaan dari member. Artinya,

member akan merasa dihargai dan dianggap sebagai aset dari perusahan yang penting. Dengan demikian

maka, para member merasa nyaman

dan betah berada dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut tentunya juga

membangun penerimaan para

member kepada tujuan perusahaan dan juga nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan tersebut dalam

bentuk menerima segala peraturan dan segala kebijakan yang ada dalam perusahaan. Selain hal itu, para

member juga akan bersedia untuk bersungguh-sungguh melibatkan diri dalam perusahaan atau organisasi.

Pada uji hipotesis minor kedua diperoleh rx2y = -0,010 dengan p

sebesar 0,468 (p<0,01), yang berarti tidak terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap kompensasi

dengan komitmen organisasi.

Dengan demikian hipotesis minor kedua yang diajukan peneliti ditolak. Selain hal tersebut, temuan di

lapangan menunjukkan bahwa

sebagian besar member PT.

Herbalife Indonesia di region Jember telah memiliki pekerjaan tetap selain

sebagai member PT. Herbalife

Indonesia. Baik yang bekerja sebagai polisi, guru, PNS, dan lain sebagainya. Dari temuan ini dapat diartikan bahwa besaran kompensasi

(12)

yang diterima dari PT. Herbalife Indonesia tidak terlalu berdampak besar bagi kelangsungan hidup para

member. Hal ini dikarenakan para

member telah memiliki penghasilan tetap dari pekerjaan pokok dan kompensasi dati PT. Herbalife hanya

dianggap sebatas penghasilan

tambahan semata. Oleh karena itu, maka penilaian yang diberikan oleh setiap karyawan, baik positif atau

negatif tidak mempengaruhi

komitmen organisasi member.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada member PT.

Herbalife Indonesia region Jember, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara

kualitas interaksi sosial atasan

bawahan dan persepsi

terhadap kompensasi dengan komitmen organisasi.

2. Terdapat hubungan positif

yang sangat siginifikan antara kualitas interaksi sosial atasan bawahan dengan komitmen organisasi. Semakin tinggi kualitas interaksi sosial atasan

bawahan maka semakin

tinggi pula komitmen

organsisasi member, dan

sebaliknya. Sumbangan

efektif kualitas interaksi

sosial atasan bawahan

terhadap komitmen organisasi sebesar 12,74%.

3. Tidak terdapat hubungan

antara persepsi terhadap

kompensasi dengan

komitmen organisasi.

Semakin positif persepsi

terhadap kompensasi maka

(13)

tingginya komitmen

organisasi. Sumbangan

efektif kualitas persepsi

terhadap kompenasi terhadap komitmen organisasi hanya sebesar 0,01%

Saran

1. Bagi Pimpinan dan Member

Pimpinan dan member

diharapkan dapat meningkatkan kualitas interaksi sosialnya dengan

menjaga keteraturan dalam

mengadakan pertemuan, baik secara formal maupun informal. Selain itu,

pimpinan juga diharapkan

meningkatkan dalam memberikan arahan, dorongan semangat dan

motivasi bagi member agar dapat

segera naik posisi/level.

2. Bagi Perusahaan

Pihak perusahaan diharapkan

terus melanjutkan

kebijakan-kebijakan yang dapat memfasilitasi

interaksi sosial atasan bawahan, seperti Sukses Training Seminar

(STS), Herbalife Opportunity

Meeting (HOM), Extravaganza,

Mega HOM, dan event-event lain.

Selain itu, pemberian kompensasi non material perlu dilanjutkan

seperti mengundang member

berprestasi ke atas panggung saat

event, dan lain sebagainya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti yang tertarik untuk

melakukan penelitian tentang

komitmen organisasi, kualitas

interaksi sosial atasan-bawahan,

ataupun persepsi terhadap

kompensasi pada perusahaan multi

level marketing (MLM) diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut

penelitian-penelitian sebelumnya,

terlebih dalam hal loyalitas

konsumen pengguna produk multi

level marketing serta mempelajari kekurangan-kekurangan yang ada

(14)

sehingga penelitian yang dilakukan akan lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

_ _ _ _ _ . 2010. Menko Kesra Khawatir AFTA Ganggu

Perdagangan Domestik.

Dalam Kompas. Surat Kabar

Harian. 2 Januari 2010. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Adiyas. 2011. Manajemen Sumber

Daya Manusia: Kompensasi. Jakarta: Mercu Buana Press

Arif, M.S.L., Ahmad, U.N.,

Rahman, S.A.A. 2004.

Hubungan Kepuasan

Komunikasi dengan

Komitmen terhadap

Organisasi di Kalangan Pekerja Teknikal : Kajian

Kes di Flextronics

International, Senai, Johor.

Perpustakaan Fakultri Pengurusan dan Pengembangan Sumber Manusia, Universiti Teknologi Malaysia Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian: Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 1993. Manajemen

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Atkinson, R. C., Hilgard, E. R. 1991. Pengantar Psikologi Jilid I. Jakarta: Erlangga

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan

Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia:

Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bashir, S., Ramay, M.I., Jinnah

M.A. 2008. Determinants of

Organizational Commitment a Study of Information Technology Professionals in Pakistan. Institude of

(15)

Behavioral and Applied Management Chairy, L.S. 2002. Seputar Komitmen Organisasi. Arisan86- KomitmenOrganisasi-Liche.pdf Colleen, C.M. 2005. Employee Commitment. Pretoria:

University of Pretoria etd

Departemen Pendidikan. 2002.

KBBI. Jakarta: Balai Pustaka

Gerungan, W A. 1991. Psikologi

Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Greenberg, J. 2011. Behavior in

Organizations Tent Edition. Pearson Education Limited Greenberg, J., Baron, R. A. 1995.

Behavior in Organizations Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall Englewood

Hadi, S. 2000. Reliabilitas dan

Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Hanafi, I. 2010. Competence Based

Human Resource Management : Bagaimana Organisasi Mengelola Kompetensi SDM. Jurnal Ilmiah. Vol. 9. Hapsari, H. M. 2008. Pengaruh Kualitas Manajemen,

Motivasi Kewirausahaan, Dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan : Studi Pada Perusahaan Franchise Di Kota Semarang Dan Yogyakarta.

TESIS. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Harefa, A. 2000. Pesona Bisnis

Direct Selling MLM. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hasibuan. 2002. Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Ivancevich, J. M, dkk. 2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Latipun. 2008. Psikologi

(16)

Luthans, F. 2002. Organizational Behavior: An Evidence- Based Approach Twelfth Edition.McGraw-Hill

Mangkuprawira, S. 2002.

Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia

Mar’at 1981. Sikap Manusia,

Perubahan serta

Pengukurannya. Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Meyer, J. P., Allen, N. J. 1990. The measurement and antecedents of affective, continuance and normative commitment to the

organization. Jurnal of

Occupational Psychology.

Vol. 63

Meyer, J. P., Allen, N. J., Smith, C. A. 1993. Commitment to

Organizations and

Occupation: Extension and Test of a Three-Component

Conceptualization. Jurnal of

Applied Psychology. Vol. 78

Miner, J. B. 1992. Industrial Organizational Psychology. Mcgraw-Hill Nawab, S., Bhatti, K. K. 2001. Influence of Employee Compensation on Organizational Commitment and Job Satisfaction: A Case Study of Educational Sector

of Pakistan. International

Journal of Business and Social Science. Vol. 02.

Nitisemito, A. 1984. Manajemen

Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nawawi, H. H. 2000. Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Gajahmada

University Press

Panggabean, M. S. 2004.

Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia

Robbins, S.P. 2001. Perilaku

Organisasi jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo

(17)

Robbins, S. 2008. Perilaku Organisasi Buku 1. Salemba Empat

Soerjono, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajawali, Pers

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi.

Yogyakarta: Penerbit Andi

Steers, R.M. 1985. Managing Effective Organizations. Kent Publishing Suprihartanto, J., Harsiwi, T A M., Hadi, P. 2003. Perilaku Organisasional. Jogjakarta :

STIE Yayasan Keluarga

Pahlawan Negara

Suyasa, T. 2008. Komitmen

Organisasi dan Organization

Citizenship Behavior pada karyawan Call Centre di PT. X. Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi. Vol.10

Syani, A. 1987. Manajemen

Organisasi. Jakarta: Penerbit PT. Bina Aksara

Walgito, B. 2004. Pengantar

Psikologi Umum.

Yogyakarta: Andi

Winardi, J. 2004. Manajemen

Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Prenada Media

Young., Brian, S., Worchel.,

Stephen., Woehr., David J.

1998. Organizational

Commitment Among Public

Service Employees. Journal

of Public Personal

Management. Vol. 27.

Zaid, S. 2009. Pengaruh Kepuasan

Kompensasi terhadap

Komitmen Organisasi dan Prestasi Kerja Karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia di

Sulawesi Tenggara. Jurnal

Manajemen Mutu, Fakultas

Ekonomi Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Berarti, seorang yang mengikrarkan diri “hanya beribadah kepada Allah” tapi tidak mau beriman kepada berita-berita yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits nabi, baik

PENGUMUMAN WARTA MINGGU Kepada seluruh seksi, sub seksi, kelompok kategorial dan umat yang ingin memasukkan pengumuman ke Warta Minggu /Warta Bonaventura agar

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang

Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka persyaratan sebagaimana termaksud dalam lampiran di atas hanya berlaku

Yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam Peraturan Presiden ini adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana

36.1 Kantor Pusat Pembayaran berhak mengeluarkan petunjuk dan pedoman yang dianggap perlu untuk memudahkan kunjungan pada kantor bank-bank dan biro penukaran mata uang,

fungsi dari selisih waktu atau selisih biaya perjalanan antara moda 1 dengan moda lainya.Kurva itu adalah kurva empiris yang didapatkan langsung dari data dan

Data lain menunjukkan responden saat sebelum diberikan intervensi relaksasi genggam jari mengalami gemetar pada tangan dengan gejala sering, dan setelah