• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Muhadatsah Oleh: Akhmad Sangid Mohammad Muhib * Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Pembelajaran Muhadatsah Oleh: Akhmad Sangid Mohammad Muhib * Abstrak"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Akhmad Sangid Mohammad Muhib

Abstrak

Dalam mempelajari bahasa Arab salah satu keterampilan yang harus

dikuasai adalah muhadatsah. Muhadatsah adalah menyajikan bahan pelajaran

bahasa Arab melalui percakapan secara langsung menggunakan bahasa Arab, baik yang dilakukan guru dengan murid atau murid dengan murid sambil menambah dan terus memperkaya kosakata yang semakin banyak, sedangkan metode yang sesuai

dengan pembelajaran muhadatsah adalah: metode langsung, metode demonstrasi,

metode diskusi, metode ceramah, metode tanya jawab, metode bermain peran, metode

membaca, metode terjemah, metode eklektik, metode audio lingual, metode phonetic.

Kata kunci: metode, muhadatsah A.Pendahuluan

Fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi (baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan bangsa tertentu, atau hubungan antar bangsa), alat untuk menyampaikan atau menyatakan perasaan, harapan, keinginan, dan pikirannya, alat untuk diplomasi antar bangsa.1

Dalam pembelajaran bahasa ada empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak (istima’), keterampilan berbicara (muhadatsah), keterampilan membaca (qira’ah), keterampilan menulis (kitabah) yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Arab. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain.

Bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an dan al Hadits, oleh karena itu bagi orang Indonesia bahasa Arab merupakan bahasa agama Islam. Bahasa Arab merupakan bahasa asing bagi orang Indonesia. Orang mempelajari bahasa asing umumnya bertujuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa itu baik secara lisan maupun tertulis,2 begitu pula orang yang mempelajari bahasa Arab. Ada juga yang mempelajari bahasa Arab

* Dosen tetap jurusan tarbiyah STAIN Purwokerto

1 Judat al-Rikaabi, Thuruq Tadriis al-Lughah al-‘Arabiyah, (Damaskus, Syiria: Dar

al-Fikr, 1986), p. 9, Lihat Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2004), p. 26.

2 Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi,

(2)

bertujuan mampu membaca dan memahami al-Qur’an, al hadits serta buku-buku agama yang berbahasa Arab. Dalam tulisan ini, penulis hanya membidik keterampilan muhadatsah. Muhadatsah adalah menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan secara langsung menggunakan bahasa Arab baik yang dilakukan guru dengan murid atau murid dengan murid sambil menambah dan terus memperkaya kosakata yang semakin banyak.3

Pada dasarnya, tidak ada bahasa yang sulit. Di mana pun seseorang bertempat tinggal, maka ia akan menguasai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di tempat ia tinggal tersebut. Bagi orang Indonesia, bahasa Arab merupakan bahasa asing. Bagaimanapun belajar bahasa asing tidaklah semudah mempelajari bahasa ibu yang sejak kecil digunakan untuk berkomunikasi.

Menurut aliran strukturalis, bahasa itu pertama-tama adalah lisan, kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan, di setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri, suatu bahasa memiliki sistem yang utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari penuturnya, semua bahasa yang hidup berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya kontak dengan bahasa lain, sumber utama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut.4

Bahasa yang pertama adalah bahasa lisan. Oleh karena itu,

muhadatsah merupakan pelajaran bahasa Arab yang pertama-tama

diberikan, sebab tujuan utama pembelajaran bahasa Arab adalah agar mahasiswa mampu berbicara dalam kehidupan sehari-hari dengan berbahasa Arab.5 Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat berpengaruh dalam kehidupan individual kita. Dalam sistem itulah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata.6

Kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan. Pembelajar yang rajin, ulet, mempunyai komitmen dan tahu apa tujuan pembelajaran Muhadatsah, maka ia akan berusaha sekuat tenaga dan semampu mungkin untuk mempraktekan berbicara bahasa Arab dengan siapapun, baik dirinya dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen setiap harinya. Dia juga

3 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,

(Jakarta: Raja Grafindo persada, 1995), p. 191.

4 Ahmad Fuad Efendi, Metodologi Pengajaran bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2003),

pp. 12-14.

5 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi, p. 191.

6 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, (Bandung:

(3)

berusaha menambah kosa kata barunya setiap hari, baik dari dosen, kamus, maupun dari hasil membaca buku.

Bygate berpendapat sebagaimana dikutip oleh Furqonul Azies dan Chaedar al Wasilah bahwa interaksi lisan dapat ditandai dengan rutinitas, yang merupakan cara konvensional dalam menyajikan informasi yang bisa berfokus pada informasi dan interaksi.7 Ini menunjukkan bahwa untuk belajar berbicara bahasa asing akan lebih mudah jika pembelajar secara aktif terlibat dalam upaya untuk berkomunikasi.

Oleh karena itu, lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran muhadatsah. Dengan demikian, kemahiran

muhadatsah dapat tercapai secara maksimal ketika terciptanya lingkungan

berbahasa ( milliu bahasa ). Bagi bangsa Indonesia, bahasa Arab tidak digunakan sebagai alat komunikasi dilingkungan keluarga atau masyarakatnya. Hal ini menjadi problem tersendiri dalam pembelajaran

muhadatsah. Untuk itu, perlu diciptakannya lingkungan berbahasa tersebut.

Di Indonesia, lingkungan berbahasa tersebut dapat tercipta dengan mengumpulkan para pembelajar dalam satu lingkungan, misalnya diasramakan dengan menerapkan wajib berbahasa Arab, atau dengan cara mengontrak rumah dan ditempati dengan kawan-kawan yang sama tujuannya yaitu ingin memperlancar atau belajar praktik berbicara bahasa Arab. Dengan lingkungan yang satu, niscaya akan lebih memudahkan pembelajar untuk mencapai kemahiran bermuhadatsah, karena pergaulan dan komunikasi yang terus terjalin dengan menggunakan bahasa Arab. Di asrama tersebut sebaiknya ada pengawas yang mengontrol jalannya program tersebut. Kuatnya dominasi bahasa ibu dapat menghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran muhadatsah, walaupun pembelajar sudah dikumpulkan dalam satu lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan baik dari pihak pengajar ataupun dari pembelajar yang lain.

Tujuan pembelajaran muhadatsah adalah supaya mampu berbahasa Arab pasif dan aktif, memiliki kemampuan mengekspresikan kembali bahasa Arab yang didengar, memiliki kemampuan mengkomunikasikan ide dengan bahasa Arab secara lisan, mampu bercerita tentang kejadian masa lalu dan masa yang akan datang yang dikatakan orang lain dengan menggunakan bahasa arab, mengomentari benda yang dilihatnya, mengomentari teman sendiri, membicarakan topik yang berkaitan dengan kegiatan kampus, membicarakan topik yang berkaitan dengan kegiatan di lingkungan masyarakat, mengomentari hasil tulisan sederhana orang lain.8

7 Furqonul Azies dan Chaedar al-Wasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan

Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 2000), p. 92.

8 Tim Penyusun Silabus, Dokumen Silabus Kurikulim Berbasis Kompetensi STAIN

(4)

Melihat tolok ukur kompetensi yang begitu banyak, maka peran pengajar dituntut untuk bisa memilih metode pembelajaran muhadatsah

yang sesuai dan tepat bagi pembelajar, supaya pembelajaran tidak monoton, membosankan dan tidak menjemukan. serta dapat menyenangkan. Untuk menentukan metode yang tepat, maka pengajar harus mempertimbangkan hal-hal berikut: Level bahasa pembelajar (pemula, menengah, mutaqodimin). Tujuan pembelajaran bahasa yang diajarkan/hendak dicapai, latar belakang sosio kultur, pengalaman pengajar, tingkat penguasaan pengajar terhadap bahasa asing yang diajarkan, Latar belakang bahasa pembelajar dan pelajaran bahasa asing yang dipelajari, Waktu yang disediakan, kedudukan pembelajaran bahasa asing dalam kurikulum, lingkungan, evaluasi, fasilitas yang tersedia.9 Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan metode pembelajaran

muhadatsah yang variatif dan kontekstual. Variatif yaitu menggunakan

metode yang beraneka ragam sehingga tidak menjenuhkan, membosankan dan membuat ngantuk. Kontektual berarti metode itu familiar di lingkungan siswa.

B. Metode Pembelajaran Muhadatsah 1. Metode

Dalam pembelajaran bahasa, metode menjadi tema yang tidak ada habis-habisnya dibicarakan, karena metode merupakan suatu komponen yang penting dalam kegiatan pembelajaran disamping komponen- komponen lainnya, seperti pengajar, pembelajar, materi, tujuan pembelajaran, media pembelajaran. Masing masing komponen tersebut saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain dalam pembelajaran.

Menurut Muljanto Sumardi, metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan serta didasarkan atas suatu pendekatan.10 Dalam suatu pendekatan dapat dipergunakan beberapa metode yang mempunyai tujuan utama.

Menurut Abu Bakar Muhammad, metode adalah jalan (cara) yang ditempuh oleh pengajar untuk menyampaikan materi perkuliahan kepada pembelajar.11 Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran muhadatsah adalah rencana-rencana yang terprogram secara

9 Muljanto Sumardi, Pengajaran, p. 12, lihat juga Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar,

Metodologi, p. 7

10Ibid., p. 12.

11 Abu Bakar Muhammad, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, (Surabaya-

(5)

teratur dengan pendekatan tertentu dalam rangka membelajarkan pembelajar untuk muhadatsah.

2 Tujuan Pembelajaran Muhadatsah

Tujuan pembelajaran muhadatsah menurut tim penyusun silabus adalah sebagai berikut: Mahasiswa mampu berbahasa Arab secara pasif dan aktif, memiliki kemampuan mengekspresikan kembali bahasa Arab yang didengar, memiliki kemampuan mengkomunikasikan ide dengan bahasa Arab secara lisan, mampu bercerita tentang kejadian masa lalu dan masa yang akan datang yang dikatakan orang lain dengan menggunakan bahasa arab, mengomentari benda yang dilihatnya, mengomentari teman sendiri, membicarakan topik yang berkaitan dengan kegiatan kampus, membicarakan topik yang berkaitan dengan kegiatan di lingkungan masyarakat, mengomentari hasil tulisan sederhana orang lain.12

Adapun tujuan pembelajaran muhadatsah menurut Tayar Yusuf adalah melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih berbicara dalam bahasa Arab, terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja yang telah terjadi dalam masyarakat atau bangsa dalam skala level tingkat nasional maupun dunia, mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepon, televisi, tape recorder dan lain-lain, dan menumbuhkan rasa cinta dan menyayangi bahasa Arab dan al-Qur’an sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya.13

Adapun tujuan pembelajaran muhadatsah menurut Ali Ahmad Madkur dalam bukunya Tadris Funun al-Lughat al-‘Arabiyah adalah sebagai berikut: a) Sopan dalam berbicara dan santun dalam diskusi, b) mampu presentasi menggunakan bahasa Arab dalam nadwah atau simposium, c) mampu berbicara bahasa Arab di depan kawan- kawannya atau masyarakat umum berkaitan dengan tema umum, d) mampu menceritakan suatu cerita atau dongeng, e) mampu memberikan pengumuman atau pengarahan dalam bahasa Arab, f) mampu menceritakan suatu kejadian atau perbuatan yang telah dikerjakan/terjadi dengan menggunakan bahasa Arab, g) mampu mengomentari tentang berita atau kabar/kejadian yang dilihatnya menggunakan bahasa Arab, dan h) mampu bercakap cakap dengan masyarakat dan basa –basi menggunakan bahasa Arab.14

Menurut Mahmud Kamil al-Naqah dalam bukunya Ta’lim al-Lughat

al-Arabiyyah li al-Nathiqin bi Lughatin Ukhra, tujuan pembelajaran

muhadatsah adalah:

12 Tim Penyusun Silabus, Dokumen, p. 146.

13 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi, p. 192.

(6)

1. Mahasiswa mampu mengucapkan kata- kata bahasa Arab sesuai dengan intonasinya dan dapat dipahami oleh orang Arab asli.

2. Mahasiswa mampu mengucapkan huruf-huruf yang saling berdekatan

mahrajnya

3. Mahasiswa mampu mengucapkan panjang pendeknya harakat.

4. Mahasiswa mampu mengutarakan pikirannya dalam bahasa Arab sesuai dengan kaidah nahwu.

5. Mahasiswa mampu menggunakan bahasa Arab dengan aplikasi yang tepat dalam tadkir ta’nis, perbedaan ‘adad, hal dan sebagainya.

6. Menambah kosa kata yang sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan umurnya.

7. Mampu mengekspresikan pikirannya sendiri dengan bahasa Arab secara jelas dan benar.15

3. Metode Pembelajaran Muhadatsah

Dalam menentukan metode, pengajar harus melihat faktor-faktor berikut: Mata kuliah/mata pelajaran, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, pembelajar, kemampuan pengajar, alokasi waktu, fasilitas yang tersedia, kebaikan dan kelemahan suatu metode.16 Semua unsur ini saling berkaitan dan saling mendukung. Peran pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, organisator, manusia sumber. Pengajar harus bisa menentukan metode mana yang sesuai dengan mata kuliah tersebut, karena pengajar mengetahui betul kondisi

pembelajar, latar belakang mereka, serta mengetahui tujuan

pembelajarannya. Beberapa metode yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran muhadatsah adalah sebagai berikut:

a. Metode Langsung/ ةاا /Direct Method

Metode langsung adalah pengajar langsung menggunakan bahasa asing (bahasa Arab) yang sedang diajarkan selama pembelajaran, sedangkan bahasa pembelajar tidak boleh digunakannya.17

1. Karakteristik metode langsung

Tujuan utamanya menguasai bahasa Arab secara lisan agar pembelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa arab. Materi pelajaran berupa buku teks yang berisi daftar kosa kata dan penggunaannya dalam kalimat. Kosa kata itu umumnya kongkrit dan ada di lingkungan mahasiswa. Ciri buku teksnya adalah dipenuhi dengan tasmiyah “ma'a,

hadza, ma'adzalika serta pada umumnya dapat diperagakan.

15 Mahmud Kamil al-Naqoh, Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah li Nathiqin bi Lughatin

Ukhro, Wizaroh Ta’lim ‘Ali, (Makkah: al-Mamlakah al-Arabiyah, 1985), p. 157.

16 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi, p. 7.

17 Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya: al-Ikhlas,

(7)

Kaidah-kaidah bahasa diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan. Kata-kata kongkret diajarkan melalui demonstrasi, peragaaan, benda langsung, dan gambar, sedangkan kata-kata abstrak melalui asosiasi, konteks, dan definisi.

Kemampuan komunikasi lisan dilatihkan secara cepat melalui tanya jawab yang terencana dalam pola interaksi yang bervariasi. Kemampuan berbicara dan menyimak kedua-duanya dilatihkan. Pengajar dan pembelajar sama-sama aktif, tapi dosen berperan memberikan stimulus berupa contoh ucapan, peragaan dan pertanyaan, sedang mahasiswa hanya merespon dalam bentuk menirukan, menjawab pertanyaan, memeragakan dan sebagainya. Ketepatan pengucapan dan tatabahasa ditekankan. Bahasa target digunakan sebagai bahasa pengantar secara ketat, dan penggunaan bahasa ibu mahasiswa dilarang. Kelas diciptakan sebagai lingkungan bahasa target buatan atau menyerupai “ kolam bahasa”, tempat siswa berlatih bahasa target secara langsung.

2. Keistimewaan metode langsung

a. Mahasiswa pandai menyimak dan mengungkapkan kembali apa yang telah didengar.

b. Mahasiswa dapat mengucapkan dengan benar dan baik seperti penutur aslinya.

c. Mahasiswa mengetahui banyak kosa kata dan penggunaannya dalam kalimat.

d. Mahasiswa memiliki keberanian dalam berkomunikasi karena dilatih untuk mengutarakan secara spontanitas dengan menggunakan bahasa target tanpa melalui prases terjemahan terlebih dahulu. e. Mahasiswa menguasai tatabahasa secara fungsional tidak sekedar

teoretis, artinya berfungsi untuk mengontrol kebenaran ucapannya. 3. Kelemahan Metode Langsung

a. Mahasiswa lemah dalam kemampuan membaca pemahaman karena

materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.

b. Memerlukan guru atau dosen yang ideal dari segi keterampilan berbahasa dan kelincahan dalam penyajian pelajaran.

c. Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar. d. Tidak diperbolehkannya pemakaian bahasa ibu.

e. Model latihan menirukan dan menghafalkan kalimat-kalimat yang kadang kala tidak bermakna atau tidak realistis karena tidak konstektual, bisa membosankan bagi orang dewasa.

(8)

f. Metode ini juga dikritik para ahli dari segi kelemahan dan teoritisnya, yang menyamakan pemerolehan bahasa pertama dengan bahasa kedua atau asing.18

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.19

1. Keistimewaan metode demontrasi adalah:

a. Perhatian mahasiswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru.

b. Dengan keterlibatan mahasiswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan, mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biasanya bersifat tahan lama. c. Menghindarkan pengajaran yng bersifat verbalisme, dimana mahasiswa tidak mampu memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya), atau bisa membaca al-Qur’an, tetapi tidak bisa menulis dengan benar.

d. Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan langsung.

e. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri mahasiswa dapat dijawab di waktu mengamati demonstrasi.

2. Kelemahan atau kekurangan metode demonstrasi:

a. Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga dapat menyita waktu yang cukup banyak/lama.

b. Metode demonstrasi pada pelaksanaan banyak menyita biaya dan tenaga yang tidak sedikit (jika memakai alat-alat yang mahal).

a. Tidak semua hal yang dapat didemonstrasikan sangat berat/besar, atau berada di tempat jauh, dalam bidang agama masalah tauhid atau keimanan misalnya, sulit ditetapkan melalui metode ini sebab masalah keimanan bersifat abstrak, dan tidak dapat disosialisasikan. b. Demonstrasi akan menjadi tidak efektif bila siswa tidak turut aktif

dan suasana gaduh.20 c. Metode Ceramah

18 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran, pp. 35-38; lihat Hamadah Ibrahim,

Al-Ittijahat al-Mu’ashirah fi Tadris al-Lughah al-'Arabiyah wa al-Lughah al-Hayat al-Ukhro, (Kairo: Dar al-Fikr Arabi, 1987), pp. 50-55.

19 Nana Sudjana, Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV.Sinar Baru,

1989), pp. 77-79.

(9)

Metode ceramah adalah cara penyampaian materi ajar oleh pengajar kepada pembelajar dengan secara lisan. Metode tidak senantiasa jelek jika penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. 1. Keistimewaan metode ceramah sebagai berikut:

a. Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat.

b. Dosen dapat menguasai kondisi kelas.

c. Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga.

d. Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan. 2. Kelemahan metode ceramah:

a. Ceramah hanya cenderung mempertimbangkan segi banyaknya bahan pelajaran yang akan disajikan, dan kurang memperhatikan/ mementingkan segi kualitas/ mutu penguasaan bahan pelajaran. b. Bila kondisi kelas tidak dapat dikuasai oleh dosen secara baik, maka

proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Bahkan dapat berakibat lebih jauh (fatal).

c. Pada metode ceramah proses komunikasi banyak terpusat pada dosen.

b. Dan siswa banyak berperan sebagai pendengar setia, sehingga proses pembelajaran sering dikritik sebagai sekolah dengan mahasiswa terlalu pasif.

a. Sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan pembelajaran mahasiswa telah diberikan itu oleh anak didik.

c. Apabila ceramah tidak mempertimbangkan segi psikologi dan didaktis, maka ceramah dapat bersifat melantur-lantur tanpa arah dan tujuan yang jelas.21

3. Adapun kelemahan metode ceramah menurut Hisyam Zaini adalah:

a. Mahasiswa tidak dapat membandingkan, menganalisis yang

disampaikan dosen.

b. Ketika mendengarkan, mahasiswa sangat mudah terganggu karena mahasiswa lebih terfokus pada apa yang terlihat (visual), daripada yang terdengar (audio).

c. Daya tahan mahasiswa untuk berkonsentrasi dan mengandalkan alat indera telinga sangat terbatas.

4. Metode ini tepat untuk beberapa kondisi sebagai berikut:

a. Apabila informasi yang disampaikan tidak tersedia dalam bentuk tulisan, teks yang tersedia tidak cocok atau teks sudah kedaluarsa. b. Untuk memberikan pengarahan sebelum melaksanakan tugas

(10)

c. Untuk memotivasi atau memberi tantangan kepada mahasiswa, d. Terutama ketika tidak terungkap dalam buku rujukan yang

diberikan.

e. Untuk menunjukkan antusias terhadap mata kuliah yang diajarkan f. Untuk memberikan model cara berpikir atau pemecahan masalah. Untuk meningkatkan efektifitas ceramah, menurut pendapat Mel Siberman pengarang buku Active Learning 101 Strategies to Teach Any

Subject, yang dikutip oleh Hisyam Zaini menyarankan sepuluh tips untuk

mengoptimalkan metode ceramah yang dibagi menjadi empat kelompok besar berikut:

1. Membangun minat dengan cara (1) mengawali dengan menampilkan cerita atau gambar yang dapat menarik perhatian mahasiswa terhadap topik yang akan diajarkan, (2) menyajikan kasus yang berkaitan dengan topik perkuliahan dan (3) mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa sehingga mereka termotivasi untuk mendengarkan kuliah dalam rangka mencari jawabannya.

2. Memaksimalkan pemahaman dan ingatan dengan cara (1) membuat kata-kata kunci yang berperan sebagai subjudul verbal atau alat memori yang tidak lebih dari tujuh kata agar mudah diingat, apalagi kalau pada sesi yang pendek, (2) memberikan ilustrasi nyata dari ide-ide yang disampaikan, atau apabila memungkinkan membuat perbandingan antara yang materi yang disampaikan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa dan (3) menggunakan dukungan visual seperti flip cart, OHP, handout singkat atau demonstrasi agar mahasiswa mampu melihat sekaligus mendengarkan apa yang disampaikan. Penggunaan alat bantu visual ini ternyata dapat meningkatkan ingatan mahasiswa antara 40% hingga 60%.

3. Melibatkan mahasiswa dalam perkuliahan dengan cara (1)

memberhentikan perkuliahan secara periodik dan menantang mahasiswa untuk memberikan contoh dari konsep-konsep yang dipresentasikan atau untuk menjawab pertanyaan dan (2) menyelingi perkuliahan dengan aktivitas-aktivitas singkat yang memperjelas topic yang disajikan. Di samping selingan tersebut dapat juga didisi dengan alunan musik khusus yang membuat relaks, tetapi tetap berkonsentrasi. 4. Memperkuat ingatan mahasiswa terhadap materi perkuliahan dengan

(1) mengajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan atau dijawab oleh mahasiswa, dan (2) meminta mahasiswa untuk saling

(11)

mengulang atau mengetes materi yang disajikan dalam perkuliahan tersebut.22

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic pada saat yang sama terjadi dialog antara dosen dan mahasiswa.

1. Keistimewaan metode tanya jawab:

a. Situasi dan kondisi menjadi lebih hidup dan dinamis, karena pembelajar aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

b. Melatih pembelajar agar berani mengemukakan pendapat secara argumentative dan bertanggungjawab.

c. Mengetahui perbedaan pendapat antar mahasiswa dan dosen yang dapat membantu kearah diskusi yang positif.

d. Membangkitkan semangat belajar dan daya saing yang sehat diantara mahasiswa.

e. Dapat mengukur batas kemampuan dan penguasaan mahasiswa terhadap pelajaran yang telah diberikan.

2. Kelemahan metode tanya jawab adalah:

a. Bila terjadi perbedaan pendapat, akan banyak menyita waktu untuk dapat menjurus menyelesaikannya. Bahkan perbedaan pendapat antar mahasiswa dan dosen dapat menjurus kepada negative, dimanan mahasiswa menyalahkan dosen, dan ini besar resikonya. b. Tanya jawab dapat menimbulkan penyimpangan dari pada pokok

persoalan materi pelajaran, hal ini terjadi jika dosen tidak dapat mengendalikan jawaban atas segala pertanyaan mahasiswanya. c. Tidak dapat merangkum bahan pelajaran.

d. Tanya jawab akan dapat membosankan jika yang ditanyakan tidak ada variasi.23

e. Metode Diskusi

Metode diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsure-unsur penguasaan secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama.

1. Keistimewaan metode diskusi adalah: a. Suasana kelas lebih hidup dan dinamis.

22 Hisyam Zaini dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Center

for Teaching Staff Development ( CTSD), IAIN Sunan Kalijaga, 2002), pp. 131-134.

(12)

b. Mempertinggi partisipasi mahasiswa untuk mengungkapkan pendapatnya baik secara individu maupun kelompok.

c. Merangsang mahasiswa untuk mencari jalan pemecahan masalah yang dihadapi bersama, dengan cara bermusyawarah dan urun rembug secara bersama sama.

d. Melatih sikap dinamis dan kreatif dalam berpikir.

e. Menumbuhkan sikap toleransi dalam berpendapat maupun bersikap. f. Hasil diskusi dapat disimpulkan dan mudah dipahami.

g. Memperluas cakrawala dan wawasan berpikir peserta diskusi. 2. Kelemahan metode diskusi adalah:

a. Kemungkinan mahasiswa tidak ikut aktif dijadikan kesempatan untuk bermain-main dan mengganggu temannya yang lain.

b. Apabila suasana kelas tidak dikuasai, kemungkinan penggunaan waktu menjadi tidak efektif, dan dapat berakibat tujuan pengajaran tidak tercapai.

c. Sulit mempredikisi arah penyelesaian diskusi. Hal ini terjadi jika proses jalannya diskusi hanya merupakan ajang perbedaan pendapat yang tidak ada ujung penyelesaiaannya.

d. Mahasiswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan pendapat secara sistematis, terutama bagi mahasiswa yang memiliki sifat pemalu dan rasa takut mengemukakan pendapat.

e. Kesulitan mencari tema diskusi yang aktual, yang hangat dan menarik untuk didiskusikan.24

Diskusi akan efektif apabila dosen yang menginginkan hal-hal berikut ini:

a. Membantu mahasiswa berpikir atau melatih berpikir dalam disiplin ilmu tertentu.

b. Membantu mahasiswa belajar menilai logika, bukti dan hujah, baik pendapatnya sendiri maupun pendapatnya orang lain.

c. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memformulasikan

penerapan prinsip-prinsip tertentu.

d. Membantu mahasiswa menyadari dan mengidentifikasi problem dan penggunaan informasi dari buku rujukan.

e. Memanfaatkan keahlian (sumber belajar) yang ada pada anggota kelompok.

Sementara itu, ketika proses dilakukan dosen sering menghadapi beberapa hambatan, di antanya adalah:

1. Melibatkan partisipasi mahasiswa dalam diskusi.

2. Membuat mahasiswa sadar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

(13)

3. Mengatasi reaksi emosional mahasiswa.

4. Memimpin diskusi tanpa banyak melakukan interaksi.

5. Membuat struktur diskusi, mulai dari pengantar sampai dengan kesimpulan.25

Sepuluh tips tentang bagaimana seorang dosen memimpin proses diskusi

1. Mengungkapkan kembali apa yang dikatakan oleh seorang mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut merasa bahwa pertanyaan atau komentarnya dipahami dan mahasiswa lain mendengarkan ringkasan apa yang telah ditanyakan. Dosen dapat mengatakan, “Jadi, Anda mengatakan bahwa…..”.

2. Mengecek pemahaman dosen tentang apa yang dikatakan mahasiswa atau meminta mahasiswa untuk menjelaskan apa yang mereka katakana. Anda dapat mengatakan, “Apakah Anda mengatakan bahwa…..?”. 3. Memberikan pujian atau komentar yang lebih mencerahkan. Dalam hal

ini, dosen bisa memberi komentar, “Itu ide bagus! Saya senang Anda mengangkat masalah itu”.

4. Mengelaborasi kontribusi mahasiswa dengan memberi contih atau menyarankan cara baru melihat problem. Anda dapat mengatakan, “Pendapat Saudara sangat tepat dari perspektif kelompok minoritas. Kita dapat juga mempertimbangan bagaimana kelompok mayoritas memandang situasi yang sama.”

5. Memacu diskusi dengan mempercepat tempo, menggunakan humor atau kalau perlu mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi dalam diskusi. Dosen dapat mengatakan, “Wah, di kelas ini banyak sekali pendiamnya. Tantangan Anda sekarang, dalam waktu lima menit ke depan berapa kata yang bisa Anda pikirkan tentang……?”.

6. Menolak ide mahasiswa dengan santun untuk merangsang diskusi tetap berjalan. Dosen bisa mengatakn, “Saya paham ide saudara tetapi saya tidak yakin apa yang Saudara katakan itu benar adanya. Adakah di antara Saudara yang memiliki pengalaman yang berbeda?”.

7. Menengahi perbedaan pendapat antara mahasiswa dan mencairkan ketegangan yang muncul di antara mereka. Anda dapat mengatakan, “Saya pikir sebenarnya antara Aminah dan Tuti tidak bertentangan satu dengan yang lain, tetapi hanya berbeda sudut pandangnya.”

8. Menarik ide-ide yang berkembang dan menunjukkan hubungan

diantara ide-ide tersebut. Dosen bisa mengatakan, seperti kita dengar dari komentar dan pendapat dari Ahmad, Faid dan Hartsa, bahwa……?”

(14)

9. Mengubah proses diskusi dengan mengganti cara artisipasi peserta diskusi atau dengan meminta kelompok tampil ke depan. Dosen bisa meminta mahasiswa, “Sekarang mari kita bagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil dan kita lihat apakah...”.

10. Meringkas atau mencatat bila diperlukan, ide-ide penting yang berkembang dalam diskusi di kelas. Anda dapat mengatakan, “Saya telah mencatat tiga ide penting yang muncul bahwa ...”.26

f. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu, tidak bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Pemberian tugas merangsang mahasiswa untuk aktif belajar secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual atau dapat pula secara kelompok.

1. Keistimewaan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut:

a. Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan mahasiswa.

a. Mahasiswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sikap mandiri. b. Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar.

c. Dapat mempraktikkan hasil teori atau konsep dalam kehidupan yang nyata atau masyarakat.

d. Dapat memperdalam ilmu pengetahuan mahasiswa dengan

spesialisasi tertentu.

2. Kelemahan metode pemberian tugas adalah:

a. Mahasiswa dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang dibebankan atau diberikan hanya dikerjakan oleh orang lain, atau menjiplak karya orang lain.

b. Bila tugas diberikan terlalu banyak, mahasiswa dapat mengalami kejenuhan/kesukaran, hal ini dapat berakibat ketenangan batin mahasiswa merasa terganggu.

c. Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individu dan minat dari masing-masing mahasiswa.

d. Pemberian tugas cenderung memakan waktu, tenaga serta biaya yang cukup berarti.27

g. Metode Bermain Peran

Metode bermain peran adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan peran yang dimainkan.

1. Keistimewaan metode bermain peran/sosiodrama adalah:

26Ibid., pp. 136-137.

(15)

a. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan

mahasiswa. Di samping merupakan pengalaman yang

menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.

b. Sangat menarik bagi mahasiswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.

c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri

mahasiswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan

kesetiakawanan sosial yag tinggi.

d. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan mahasiswa sendiri.

e. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan professional

mahasiswa, dan dapat menumbuhkan peluang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.

2. Kelemahan metode bermain peran adalah:

a. Metode bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang atau lama.

b. Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak dosen maupun mahasiswa, dan ini tidak semua dosen memilikinya.

c. Kebanyakan mahasiswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan adegan tertentu.

d. Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

e. Tidak semua materi kuliah dapat disajikan melalui metode ini. f. Pada kuliah agama masalah keimanan, sulit disajikan melalui metode

sosiodrama dan bermain peran ini.28 h. Metode Membaca (Thariqah al-Qira’ah)

Metode ini menyajikan materi kuliah dengan cara lebih dahulu mengutamakan membaca, yakni dosen mula-mula membaca topic-topik bacaan kemudian diikuti oleh mahasiswa. Namun, kadang-kadang dosen dapat menunjuk mahasiswa untuk membacakan mata kuliah tertentu lebih dahulu, dan yang lain memperhatikan dan mengikutinya.29

1. Keistimewaan metode ini adalah:

a. Mahasiswa dapat membaca secara benar dan fasih serta mampu memahami bacaan bahasa asing dengan lancar.

b. Dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa asing sesuai dengan kaidah membaca yang benar.

28Ibid., pp. 56-57. 29Ibid., pp. 162-163.

(16)

c. Mahasiswa terlatih memahami bacaan dengan analisis tidak dengan terjemah.

d. Mahasiswa menguasai kosa kata dengan baik. e. Mahasiswa memahami penggunaan tata bahasa . 2. Kelemahan metode ini adalah:

a. Bagi para pemula, akan terasa agak sukar diterapkan, karena mereka masih sangat asing untuk membiasakan lidahnya dalam mencoba literatur asing.

b. Pengajaran bisa jadi bersifat verbalisme. Hal ini dikarenakan mahasiswa diutamakan untuk dapat melafalkan kata sehingga arti dan makna kadang- kadang kurang diutamakan.

c. Mahasiswa lemah dalam keterampilan membaca nyaring. d. Mahasiswa tidak terampil dalam menyimak dan berbicara. e. Mahasiswa kurang terampil dalam mengarang bebas.

f. Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam memahami teks yang berbeda.30

i. Thariqahal-Tarjamah (Translation Method)

Metode ini adalah metode dengan cara menterjemahkan dengan kata asing kedalam bahasa ibu, dan buku-buku tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya.

1. Keistimewaan thariqah al-tarjamah adalah:

a. Metode ini tidak hanya mudah dilaksanakan tapi juga murah, karena melalui metode ini seorang dosen yang mengajar tidak mesti menguasai bahasa asing secara aktif, atau pendidikan khusus untuk mengajar.

b. Demikian dari pihak mahasiswa, melalui metode ini tidak menuntut mahasiswa supaya ia pandai secara aktif berbahasa asing. Namun, diharapkan mampu membaca dan menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar.

c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang luas, karena dengan menguasai dan mampu menerjemahkan bahasa asing, maka transformasi ilmu pengetahuan mudah diserap dan dikuasai.

2. Kelemahan metode ini adalah:

a. Pembelajaran melalui metode ini kurang menjamin mahasiswa mampu bercakap-cakap bahasa asing.

b. Mahasiswa dituntut untuk menguasai perbendaharaan kosa kata dalam bahasa asing, rajin membuka-buka buku, kamus, mencatat dan menghafal istilah-istilah serta kosa kata yang sulit dalam bahasa asing.

(17)

a. Metode ini tidak sederhana bahkan terasa sulit, karena agar dapat menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar. Dituntut penguasaan gramatika bahasa dan terjemah di samping pengetahuan dan wawasan yang luas.31

j. Metode Eklektik (al-Thariqah al-Inthiqaiyah)

Metode ini merupakan cara menyajikan mata kuliah bahasa asing di depan kelas melalui macam macam kombinasi metode, misalnya metode langsung dengan metode terjemah, metode langsung dengan metode tanya jawab, metode membaca dengan terjemah, metode membaca dengan tanya jawab, metode ini memerlukan persiapan yang baik dan kesungguhan dalam mempraktikkan metode ini.

Metode eklektik ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan dosen secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat segi-segi keistimewaan dari setiap metode dan menyesuaikannya dengan kebutuhan program pembelajaran yang ditanganinya, kemudian menerapkannya secara proporsional.

Sebaliknya, metode eklektik bisa menjadi metode seadanya atau metode semau dosen apabila pemilihannya hanya berdasarkan selera dosen, atau atas dasar mana yang paling enak dan paling mudah bagi dosen. Bila demikian halnya, maka yang terjadi adalah ketidak menentuan.32

k. Metode Phonetik

Metode ini mengutamakan ear training dan speak training, yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa asing yang sedang dipelajari

1. Keistimewaan metode ini adalah:

a. Metode mengajarkan kemampuan membaca anak didik dengan lancar dan fasih sekaligus kemampuan percakapan, banyak latihan-latihan dialog dan menulis (dikte)

b. Siswa menyimak kesalahan bacaan dan percakapan dari guru atau teman sekelasnya untuk kemudian diubah dan diperbaiki letak-letak kesalahannya itu.

2. Kelemahan metode photenic:

a. Metode ini memerlukan kesungguhan dan keahlian (profesional) dari pihak guru, di samping perencanaan dan waktu harus matang.

31 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi, pp. 169-170. 32 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran, p. 71.

(18)

b. Pada tingkat-tingkat pemula (pertama) metode ini masih sulit diterapkan, terutama bagi anak-anak yang belum memiliki bekal (basic) bahasa asing yang cukup memadai, sebab perlu memotivasi murid dan mengajar secara komunikatif.

c. Kalau ser-seri pelajaran tidak disusun dan direncanakan sedemikina rupa, maka pelajaran dan penguasaan materi bagi siswa menjadi mengambang, misalnya materi pelajaran membaca diberikan sedikit, juga percakapanpun serba tanggug. Oleh sebab itu, pengaturan waktu dan materi hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga keduanya dikuasai.33

Metode mengajar yang beraneka ragam jenisnya itu mempunyai kelemahan dan kelebihan. Oleh sebab itu, dalam praktik mengajar mustahil hanya menggunakan satu metode mengajar. Kombinasi penggunaan dari beberapa metode mengajar merupakan keharusan dalam praktek mengajar, kombinasi metode mengajar antara dua sampai tiga netode mengajar merupakan keharusan dalam praktek mengajar.

Berbicara dalam bahasa kedua (asing) merupakan kemampuan dasar di antara beberapa skill, yang juga merupakan cerminan tujuan dari beberapa tujuan apabila seseorang belajar bahasa asing, di samping itu, kalam adalah satu-satunya sarana yang sangat penting dalam berinteraksi, kebutuhan ini semakin meningkat ketika memasuki era globalisasi yang sudah tidak ada sekat lagi antara negara dan benua.

Latihan seperti penggunaan ungkapan-ungkapan dalam perkenalan

(ta’aruf), ucapan selamat (tahiyyah), ucapan-ucapan selamat tinggal/sampai

jumpa (al-wada) dan ungkapan-ungkapan suka cita (tarhib) atau sebaliknya dan bentuk-bentuk latihan yang bisa diberikan pada siswa antara lain memberikan latihan dengan kalimat perintah “apa yang anda kerjakan”.34 l. Metode Audiolingual (at-thariqoah asy-sam’iyah asy-syafahiyah)

Asumsimetode audiolingial didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran. Oleh karena itu, pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya, sebelum pelajaran membaca dan menulis. Asumsi lain dari metode ini ialah bahwa bahasa adalah kebiasaan. Suatu perilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-berkali. Oleh karena itu, pengajaran bahasa harus dilakukan dengan teknik pengulangan atau repetisi.

Ajarkan bahasa dan jangan mengajarkan tentang bahasa, juga merupakan prinsip dasar dalam metode ini. Oleh karena itu, pelajaran

33 Tayar Yusuf, Metodologi, pp. 159-161.

34 A. Wahab Rosyadi, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: STAIN Malang,

(19)

bahasa harus didisi dengan kegiatan berbahasa bukan kegiatan mempelajari kaidah-kaidah bahasa.Metode ini juga didasarkan atas asumsi bahwa bahasa-bahasa di dunia ini berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar harus berbasis hasil analsis kontrastif, antara bahasa ibu pelajar dan bahasa target yang sedang dipelajarinya.

Metode audilingual juga didasarkan atas teori Tata Bahasa Struktural (TBS). Dalam teori ini, Struktur Tata Bahasa dianggap sama dengan pola-pola kalimat. TBS berlawanan dengan Teori Bahasa Tradisional (TBT) dalam hal-hal berikut. (1) TBT menekankan kemestaan tata bahasa sedangkan TBS menekankan fakta bahwa semua bahasa di dunia ini tidak sama strukturnya. (2) TBT bersifat perspektif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang dikatakan baik dan benar oleh para ahli tata bahasa, sedangkan TBS bersifat derkriptif yang berpandangan bahwa bahasa yang baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli dan bukan apa yang dikatakan oleh ahli tata bahasa. (3) TBT mengkaji bahasa dari ragam formal (ragam sastra dan sejenisnya), sedangkan TBS mengkaji bahasa dari ragam informal yang digunakan oleh penutur asli dalam interaksi sehari-hari.

Karakteristik metode ini adalah:

1. Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat keterampilan

berbahasa secara seimbang.

2. Urutan penyajiannya adalah menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis.

3. Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk dihafalkan

4. Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola (

pattern-practice). Latihan atau drill mengikuti urutan:

Stimulus ---- response -- reinforcement.

5. Kosakata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan konteks kalimat atau ungkapan, bukan sebagai kata-kata lepas yang berdiri sendiri.

6. Pengajaran system bunyi secara sistematis (berstruktur) agar dapat digunakan/dipraktikkan oleh pelajar, dengan teknik demonstrasi, peniruan, komparasi dan lain-lain.

7. Pelajaran menulis merupakan reprensentasi dari pelajaran berbicara, dalam arti pelajaran menulis terdiri dari pola kalimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara lisan.

8. Penerjemahan dihindari. Pemakaian bahasa ibu apabila sangat diperlukan untuk penjelasan, diperbolehkan secara terbatas.

9. Gramatika (dalam arti ilmu) tidak diajarkan pada tahap permulaan. Apabila diperlukan pengajaran gramatika pada tahap tertenti hendaknya

(20)

diajarkan secara induktif, dan secara bertahap dari yang mudah ke yang sukar.

10. Pemilikan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukan adanya perbedaan struktural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu pelajar. Demikian juga bentuk-bentuk kesalahan siswa yang sifatnya umum dan frekuensinya tinggi. Untuk ini diperlukan analisis kontranstif dan analisis kesalahan.

11. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam

memberikan response harus sungguh-sungguh dihindarkan. 12. Guru menjadi pusat dalam kegitan kelas.

13. Penggunaan bahan rekaman, laboratorium bahasa an visual aids sangat dipentingkan.

Kekuatan dan kelemahan metode ini adalah: a. Kekuatan

1. Para pelajar memiliki keterampilan pelafalan yang bagus.

2. Para pelajar terampil membuat pola-pola kalimat baku yang sudah dilatihkan.

3. Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan berbicara intensif.

4. Suasana kelas hidup karena para eljar tidak tinggal diam, harus terus-menerus merespon stimulus guru.

b. Kelemahan

1. Respon pelajar cenderung mekanistis, sering tidak mengetahui atau tidak memikirkan makna ujaran yang diucapkan. Kondisi seperti bisa berjalan selama beberapa bulan, sehingga para pelajar yang sudah dewasa banyak mengalami kebosanan.

2. Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancer hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya di dalam kelas.

3. Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks, sehingga pelajar hanya memahami satu makna, padahal suatu kalimat atau ungkapan bisa mempunyai beberapa makna tergantung kontksnya.

4. Keaktifan siswa di dalam kelas adalah keaktifan yang semu, karena mereka hanya merespon rangsangan guru. Semua bentuk latihan, materi pelajaran, sampai model pertanyaan dan jawaban ditentuan oleh guru. Tidak ada inisiatif dan kreativitas dari siswa.

5. Karena kesalahan dianggap sebagai “dosa”, maka pelajar tidak dianjurkan berinteraksi secara lisan atau tulis sebelum menguasai benar pola-pola kalimat yang cukup banyak. Akibatnya, paelajar takut menggunakan bahasa.

(21)

6. Latihan-latihan pola bersifat manipulatif, tidak kontekstual dan tidak realistis. Pelajar mengalami kesulitan ketika menerapkannya dalam konteks komunikatif yang sebenarnya.35

C. Penutup

Pengajar dalam menentukan atau memilih metode dalam pembelajaran muhadatsah harus memperhatikan hal-hal berikut: tujuan yang hendak dicapai, kemampuan guru, anak didik, situasi dan kondisi pembelajaran, fasilitas yang tersedia, waktu yang tersedia, keistimewaan dan kelemahan suatu metode.

Metode yang sesuai dengan pembelajaran muhadatsah adalah: Metode langsung, metode demonstrasi, metode diskusi, metode ceramah, metode tanya jawab, metode bermain peran, metode membaca, metode terjemah, metode eklektik, metode audio lingual, metode phonetic.

35 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran, pp. 46-50; Lihat Radiyah

Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), pp. 41-42.

(22)

Daftar Pustaka

al-Naqah, Mahmud Kamil, Ta’lim al-Lughat al-‘Arabiyah li Nathiqina bi

Lughatin Ukhro, Makkah, al-Mamlakat al-Arabiyah: Wizarah Ta’lim

‘Ali, 1985.

Azies, Furqonul dan Chaedar al-Wasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif

Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya, 2000.

Dahlan, Juwairiyah, Metode Mengajar Bahasa Arab, Surabaya: al-Ikhlas, 1992. Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat,

2004.

Ibrahim, Hamadah, al-Ittijahat al Mu’ashirah fi tadris al lughah al ‘arabiyah wal

lughah al hayat al ukhro, Kairo: Dar al Fikr Arabi, 1987.

Madkur, Ali Ahmad, Tadrisu Funun al-Lughat al-Arabiyah, al-Qohirah: Darul Fikri Arabi, 1997.

Mu’in, Abdul, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (telaah

Terhadap Fonetik dan Morfologi), Jakarta: al-Husna Baru, 2004.

Muhammad, Abu Bakar, Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.

Rosyadi, A. Wahab, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: STAIN Malang, 2001.

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV. Sinar Baru, 1989.

Sumardi, Muljanto, Pengajaran Bahasa Asing, Sebuah Tinjauan dari Segi

Metodologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Tarigan, Henry Guntur, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1981.

Tim Penyusun Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi STAIN Purwokerto, "Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi STAIN Purwokerto", Purwokerto: tp., 2005.

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Zaenuddin, Radliyah dkk, Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran

Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group bekerjasama

(23)

Zaini, Hisyam, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Center For Teaching Staff Development (CTSD) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dari

Penulis dalam penelitian ini mereduksi semua data yang berhubungan dengan studi komparatif dan kontrastif nilai-nilai Fonologi antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Namun demikian bahwa dengan adanya sangsi responden merasa tidak termotivasi untuk melakukan pelaporan data dengan lengkap (36,8%) dan dengan tepat waktu (30,9%),

Permasalahan studi kasus yang digunakan dalam penelitian adalah mencari rute angkutan laut penumpang terpendek dengan lima pelabuhan sebagai depot... Banyak penumpang

Dengan menggunakan model inquiry, peserta didik mampu menjelaskan sistem persamaan linier dua variabel yang dihubungkan dengan masalah kontekstual ,

Plant dual conveyor yang digunakan dalam penelitian ini telah dirancang untuk melakukan fungsi khusus, yaitu melakukan proses seleksi dan perakitan benda kerja

Pendapatan daerah mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. PAD mencakup: 1) Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil

Ferre Soil adalah pupuk organik yang mengandung hara makro N, P, K. organik dan mikro