• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Entrepreneur, entrepreneurship, dan enterprise diturunkan dari Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Entrepreneur, entrepreneurship, dan enterprise diturunkan dari Bahasa"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

20 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kewirausahaan

Entrepreneur, entrepreneurship, dan enterprise diturunkan dari Bahasa Perancis yaitu entrepredre yang berarti melakukan (to under take), dalam arti melakukan kegiatan, mengorganisir dan mengatur. Istilah tersebut sudah digunakan pada awal abad ke-12 yang memiliki konotasi to do something. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada abad ke-15 kata entrepreneur diartikan sebagai seorang pribadi yang secara aktif menyelesaikan berbagai macam pekerjaan (Wennekers, 2006:3).

Dalam literatur-literatur tentang kewirausahaan, terdapat perbedaan pengertian entrepreneurship oleh para ahli seperti dijelaskan pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Definisi Kewirausahaan

Sumber Definisi

Spinelli and Adams (2012)

Entrepreneurship is a way of thinking, reasoning, and acting that is opportunity obsessed, holistic in approach, and leadership balanced for the purpose of value creation and capture .

Timmons and Spinelli (2008)

Kewirausahaan adalah suatu cara berpikir, menelaah, dan bertindak yang didasarkan pada peluang bisnis,

pendekatan holistik, dan kepemimpinan yang

seimbang. Kewirausahaan menghasilkan kreasi, kemajuan, relasi dan pembaruan nilai perusahaan, bukan hanya bagi pemiliknya, tetapi juga bagi pegawai dan pemegang saham.

(2)

Robin dalam Bahtiar (2011)

Kewirausahaan adalah suatu proses dimana orang mengejar peluang-peluang, memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memerhatikan sumber daya yang mereka kendalikan saat ini

Hisrich and Peters dalam Alma (2011)

Entrepreunership is the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, personal satisfaction and independence

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship adalah proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memanfaatkan peluang untuk menciptakan sesuatu, baik berupa sesuatu yang baru ataupun berbeda, sehingga dapat menghasilkan nilai tambah bagi diri sendiri dan orang lain dan dapat berjalan untuk jangka panjang secara tumbuh dan berkembang.

Entrepreneurship merujuk pada proses, atau kegiatannya, sedangkan entrepreneur lebih merujuk pada pelakunya, yaitu orang yang mempunyai kreativitas dan inovasi untuk mengubah peluang menjadi bisnis nyata yang mendatangkan keuntungan. Berangkat dari definisi ini dapat diperoleh secara rinci unsur-unsur utama yang ada dalam entrepreneurship, yaitu penerapan kreativitas dan inovasi, pemanfaatan peluang, membuat perubahan, dan memberikan nilai tambah bagi diri sendiri dan orang lain.

2.1.2 Bisnis dan Lingkungan Bisnis 2.1.2.1 Bisnis

Bisnis merupakan usaha dalam memenuhi kebutuhan manusia, organisasi, ataupun masyarakat luas. Berikut berapa definisi mengenai bisnis dari beberapa ahli:

(3)

Tabel 2.2 Definisi Bisnis

Sumber Definisi

Kasmir dan Jakfar (2012)

Bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah keuntungan.

Raymond E Glos dalam Umar (2005)

Bisnis adalah seluruh kegiatan yang di organisasikan oleh orang orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan

jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan

memperbaiki standar dan kualitasi hidup mereka

Alma (1993:2) Bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi

pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintah yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa kepada konsumen.

Johan (2011:6) Bisnis adalah sebuah kegiatan atau aktivitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan jasa atau barang, dengan tujuan barang dan jasa tersebut bisa dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau pengembalian hasil. Hughes dan Kapoor

(2010)

Business is the organized effort of individuals to produce and all a profit, the good services that satisfy society needs. The general term business refers to all such effort within a industry.

Dari berbagai definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa bisnis adalah kegiatan dalam membuat atau memasarkan barang yang tujuannya yaitu untuk mendapatkan keuntungan sehingga dapat memperbaiki standar dan kualitasi hidup mereka

Suatu model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai-nilai, baik itu ekonomi, sosial, ataupun bentuk-bentuk nilai lainnya. Istilah model bisnis, karena itu, dipakai untuk ruang lingkup luas dalam konteks formal dan informal untuk menunjukkan

(4)

aspek inti suatu bisnis, termasuk mencakup maksud dan tujuan, apa yang ditawarkan, strategi, infrastruktur, struktur organisasi, praktisi - praktisi niaga, serta kebijakan - kebijakan dan proses-proses operasional.

2.1.2.2 Lingkungan Bisnis

Lingkungan bisnis ditentukan dari faktor-faktor yang sifatnya terus berubah. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Kedua faktor ini menentukan strategi dan perkembangan bisnis selain itu akan membantu identifikasi peluang potensial dan ancaman dalam bisnis.

A. Lingkungan Bisnis Internal

Analisis internal perusahaan dilakukan melalui pendekatan fungsional yang sering diarahkan pada pasar dan pemasaran, kondisi keuangan dan akunting, produksi, sumber daya manusia, serta struktur organisasi dan manajemen. Tujuan dari analisis internal usaha adalah untuk menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) bagi usaha dan variabel-variabel apa saja yang menjadi kelemahan (weakness) usaha dalam upaya untuk dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Bidang fungsional bisnis yang menjadi variabel analisis internal adalah (Umar 2008):

a) Keuangan dan Akuntansi. Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Penentuan kekuatan dan kelemahan berdasarkan aspek

(5)

keuangan dilihat dari likuiditas, solvabilitas, modal kerja, keuntungan, pemanfaatan harta, arus kas, dan modal saham.

b) Pasar dan Pemasaran. Agar posisi produk di pasar sesuai dengan harapan, maka faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar, pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, kegiatan promosi, harga jual produksi, komitmen manajemen puncak, loyalitas pelanggan, dan kebijakan produk baru.

c) Produksi/operasi. Faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan kegiatan produksi/operasi adalah hubungan baik dengan pemasok, sistem logistik yang handal. Lokasi fasilitas dan pemanfaatan teknologi yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan sistem yang bulat, pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan terjadinya terobosan dalam proses produksi, dan pengendalian mutu.

d) Sumber daya Manusia. Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan, sehingga perlu dilakukan upaya untuk terwujudnya perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan adalah langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan. e) Sistem Informasi Manajemen. Hal-hal yang perlu dianalisa dapat dilihat

dari segi sistem informasi manajemen, antara lain aspek-aspek software, hardware, dan brainware, selain input, process, dan output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan pada tiap jenjang manajemen.

(6)

B. Lingkungan Bisnis Eksternal

Dalam penelitian ini analisis lingkungan eksternal menggunakan metode PESTEL (Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Environment, Legal). Ward dan Preppard (2002:70-72) menyebutkan analisis PESTEL adalah analisis terhadap faktor lingkungan eksternal bisnis yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial dan teknologi. PESTEL digunakan untuk menilai pasar dari suatu unit bisnis atau unit organisasi. Arah analisis PESTEL adalah kerangka untuk menilai sebuah situasi dan menilai strategi atau posisi, arah perusahaan, rencana pemasaran atau ide. Di mana analisis ini dapat diambil suatu peluang atau ancaman baru bagi perusahaan.

 Politik yang terdiri dari peraturan mengenai kepegawaian, aturan lingkungan, ketentuan pajak, dan stabilitas politik.

 Ekonomi berdampak pada daya beli pelanggan potensial dan biaya modal perusahaan

 Sosial terdiri dari demografik dan aspek budaya dari lingkungan makro. Faktor ini berdampak pada kebutuhan pelanggan dan ukuran pasar yang potensial. Contohnya kesadaran akan kesehatan, angka pertumbuhan populasi, distribusi umur, karir atau pekerjaan, dan perhatian terhadap keselamatan.

 Teknologi. Faktor ini dapat menurunkan hambatan untuk memasuki pasar, mengurangi tingkat minimum produksi yang efisien, dan mempengaruhi keputusan untuk melakukan outsourcing. Contohnya aktivitas Research And Development, otomatisasi, insentif teknologi, dan tingkat perubahan teknologi.

(7)

 Lingkungan terdiri dari perubahan cuaca dan iklim. Perubahan ini bisa berdampak kepada banyak industri, seperti pertanian, pariwisata, dan asuransi.  Legal. Ini berhubungan dengan aturan atau hukum lingkungan sekitar

perusahaan beroperasi. Dengan perubahan hukum ini tentu akan merubah perilaku perusahaan.

Analisis lima kekuatan Porter adalah suatu kerangka kerja untuk analisis lingkungan industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter. Lima kekuatan itu adalah sebagai berikut:

1. Ancaman dari pendatang baru (threat of new entrants). Pendatang baru dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada, karena menghasilkan kapasitas produksi tambahan, di mana kapasitas tambahan ini akan menekan agar biaya bagi pembeli rendah, yang mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Sering kali pendatang baru memiliki sumber daya dalam jumlah besar dan memiliki kemauan yang kuat untuk memperoleh pangsa pasar.

2. Ancaman dari produk pengganti (threat of substitute products). Apabila harga yang ditawarkan produk pengganti tersebut akan lebih murah/rendah dan mutu serta kemampuan kinerja produk pengganti tersebut sama atau melebihi dari produk sebelumnya.

3. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok (bargaining power of suppliers). Pemasok merupakan ancaman serius bagi perusahaan, jika berintegrasi ke depan ke arah industri pembeli.

(8)

4. Kekuatan tawar-menawar dari pembeli (bargaining power of buyers), di mana pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan industri dapat memperoleh pengembalian (laba) serendah mungkin. Pembeli akan menuntut kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik serta harga yang murah, di mana hal ini mendorong persaingan antar perusahaan dalam suatu industri.

5. Persaingan kompetitif di antara anggota industri (rivalry among competitive firms) , di mana perusahaan bersaing secara aktif satu dengan lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi. Pencapaian hal-hal tersebut, menuntut keberhasilan yang relatif terhadap para pesaing, dengan demikian persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan tersebut distimulasi pada saat satu atau lebih perusahaan merasakan tekanan persaingan atau apabila mereka mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan posisi pasar mereka. Karena perusahaan-perusahaan dalam industri bergantung satu sama lain, tindakan satu perusahaan sering kali mengundang reaksi dari pesaingnya.

2.1.3 Manajemen

Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan manajemen, secara umum, manajemen berarti pengaturan atau pengelolaan.

Tabel 2.3 Definisi Manajemen

Sumber Definisi

David (2013:130) Manajemen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan manajerial yang dibagi dalam 5 aktivitas pokok yaitu,

perencanaan, pengontrolan pengorganisasian,

(9)

Coulter (2014:11) Management adalah ilmu dan seni yang mempelajari tentang koordinasi dan pengawasan aktivitas - aktivitas tertentu agar aktivitas tersebut selesai dengan efisien dan efektif.

Stoner dan Freeman (1992)

Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the effect of organizing members of the use of other organizational resources in order to achieve stated organizational goal

G.R Terry dalam Hasibuan (2009:2)

manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber lainnya.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya dan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Memahami unsur-unsur manajemen (tools of manajement) sangat diharuskan setiap manajer. Karena unsur manajemen yang ada diorganisasi itulah yang harus diatur sedemikian rupa. Sehingga dapat diketahui unsur yang manakah yang belum atau kurang atau tidak ada. Adapun unsur-unsur manajemen itu terdiri dari orang (men), uang (money), metode (methods), bahan-bahan (materials), mesin (machines), pasar (market) di singkat menjadi 6M (Rohandi, 2016:10).

1. Man yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksanaan.

2. Money yaitu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Methode yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.

(10)

4. Material yaitu bahan-bahan yang dipergunakan untuk pencapaian tujuan. 5. Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan

untuk mencapai tujuan.

6. Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan. Manajemen diperlukan sebagai upaya agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk mengarahkan kegiatan bisnis secara efektif dan efisien maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsinya. Fungsi fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang mengikuti satu tahapan tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Adapun fungsi fungsi pokok manajemen menurut George R. Terry (1958) yang yang membentuk manajemen sebagai salah satu proses adalah sebagai berikut :

a. Planning (Perencanaan)

George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 10) mengemukakan tentang Planning sebagai berikut, yaitu

“Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulation to proposed of proposed activation believed necesarry to accieve desired result”. b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 38) mengemukakan tentang organizing sebagai berikut, yaitu

(11)

Organizing is the determining, grouping and arranging of the various activities needed necessary forthe attainment of the objectives, the assigning of the people to thesen activities, the providing of suitable physical factors of enviroment and the indicating of the relative authority delegated to each respectives activity.

c. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 82) mengatakan bahwa

“Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts.”

d. Controlling (Pengawasan)

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah atau tidak. Walaupun planning, organizing, actuating baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan demikian control mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry (Sukarna, 2011: 110) mengemukakan bahwa Controlling, yaitu:

“Controlling can be defined as the process of determining what is to accomplished, that is the standard, what is being accomplished. That is the performance, evaluating the performance, and if the necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is conformity with the standard.”

(12)

2.1.4 Kreativitas dan Inovasi

Lingkungan bisnis yang selalu berubah membuat seorang entrepreneur harus memiliki kreativitas dalam menjalankan usahanya sehingga saat menghadapi maslah dapat diselesaikan dengan baik. Terdapat beberapa definisi mengenai kreativitas dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.4 Definisi Kreativitas

Sumber Definisi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:599)

kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan

James J. Gallagher dalam Yeni

Rachmawati (2005:15)

Creativity is a mental process by which an individual crates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her.

Zimmeree dalam Suryana (2017:11).

Kreativitas diartikan sebagai kemampuan

mengembangkan ide-ide dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang

Semiawan dalam Basrowi (2016:38)

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Suryana (2006) Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide

dan cara- cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new things).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.

(13)

Berinovasi bagi seorang wirusahawan merupakan kunci sukses. Inovasi merupakan tindakan kewirausahaan untuk meraih sukses dalam persaingan. Melalui penelitian dan pengembangan (research and development) para wirausahawan menemukan kebaruan, kegunaan dan kemudahan sebagai nilai tambah dan daya saing (Suryana; 2013).

Terdapat beberapa definisi mengenai inovasi dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.5 Definisi Inovasi

Sumber Definisi

Trott (2008) Inovasi adalah manajemen dari semua aktivitas yang

berhubungan dengan proses penciptaan ide,

pengembangan teknologi, manufaktur, dan pemasaran suatu produk atau proses manufaktur atau peralatan baru

Durianto (2004) Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru

Kuratko (2009:124) Innovation is the process by which entrepreneurs convert opportunities (ideas) into marketable solution

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah bagaimana kemampuan seseorang mengembangkan ide-ide menjadi sesuatu yang bisa diterima oleh pasar yaitu konsumen.

Rademarket (2005) menyebutkan bahwa inovasi terdapat 4 tipe yaitu inovasi produk, inovasi proses, inovasi organisasi, dan inovasi bisnis.

(14)

Tabel 2.6 Tipe –Tipe Inovasi dan Karakteristiknya

Tipe Inovasi Karakteristik

Inovasi Produk Produk, Jasa, atau kombinasi keduanya yang baru

Inovasi proses Metode baru dalam menjalankan kegiatan bernilai tambah, misalnya distribusi atau produksi yang lebih baik atau lebih murah

Inovasi Organisasi

Metode baru dalam mengelola, mengkoordinasi dan mengawasi pegawai, kegiatan dan tanggung jawab

Inovasi Bisnis Kombinasi produk, proses, dan sistem organisasional yang baru

Sumber: Rademakers (2005)

2.1.5 Perencanaan Bisnis

Rencana bisnis tidak hanya dilakukan dalam mendirikan usaha baru, akan tetapi dapat juga dilakukan untuk memperluas atau melebarkan jejaring usaha sebelumnya. Terdapat beberapa definisi mengenai perencanaan bisnis yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.7 Definisi Perencanaan Bisnis

Sumber Definisi

Peters dalam alma (2017:198)

Perencanaan bisnis adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur-unsur yang relevan baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan untuk memulai usaha baru. Isinya sering merupakan perencanaan terpadu menyangkut pemasaran, permodalan, manufaktur dan sumber daya manusia.

Timmons (2011) Perencanaan bisnis adalah bagian dari proses

memindahkan presentasi kegagalan dan alat yang berguna untuk memahami potensi, risiko, dan hasil untuk kesempatan tertentu

(15)

Bygrave dan Zacharakis (2011)

Business plan merupakan sebuah dokumen yang disiapkan entrepreneurship yang mencakup tentang perencanaan bisnis yang akan dilakukan dan yang disusun agar mendapatkan prediksi perusahaan untuk masa depan.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa perencanaan bisnis atau business plan adalah penyusunan rencana kegiatan secara lengkap untuk memulai kegiatan bisnis untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yang dituangkan dalam suatu dokumen perencanaan.

Prabowo (2004) menjelaskan rencana bisnis memiliki beberapa kegunaan antara lain:

1. Sebagai kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan atau sedang berjalan tetap pada jalur yang direncanakan

2. Pedoman untuk mempertajam rencana – rencana yang diharapkan

3. Alat untuk mencari dana dari pihak ketiga (investor, lembaga keuangan dan lain lain).

Rangkuti (2005) menjelaskan dalam membuat rencana bisnis harus dibuat secara mendetail dan jelas. Maka dari itu perencanaan bisnis harus memberikan informasi selengkap – lengkapnya sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami bagaimana dan mengapa bisnis tersebut dikembangkan atau dilaksanakan.

Setiap industri bisnis memiliki perbedaan dalam merancang rencana bisnisnya, akan tetapi rencana bisnis yang baik harus memuat hal-hal berikut:

(16)

2.1.5.1 Profil Perusahaan

Rangkuti (2005) menyebutkan latar belakang sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut:

 Sejarah berdirinya perusahaan

 Pihak yang terlibat dan bertanggung jawab dalam perusahaan

 Kondisi keuangan

 Rencana pengembangan

Rangkuti (2005) menyebutkan penjelasan mengenai produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dapat diperinci menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Penjelasan mengenai bisnis

Pada bagian ini, penulis sebaiknya memberikan informasi mengenai nama perusahaan, alamat, serta semua nama principal, penjelasan mengenai hal-hal yang spesifik dan unik dari bisnis yang akan dijalankan. Hal ini termasuk visi dan misi perusahaan dan tujuan mengapa bisnis ini menarik untuk dijadikan perusahaan. Pada umumnya penjelasan mengenai bisnis yang akan dijalankan meliputi:

a. Aspek legalitas, seperti kerja sama dengan siapa, lisensi yang dimiliki, atau perizinan yang telah dimiliki.

b. Jenis bisnis, seperti perdagangan atau manufaktur atau jasa c. Produk atau jasa yang dihasilkan serta spesifikasinya.

d. Penjelasan mengenai bisnis yang dilakukan, apakah bisnis ini termasuk bisnis baru, pengambilalihan (takeover), perluasan, franchise atau keagenan.

(17)

2. Penjelasan mengenai produk atau jasa

Pada bagian ini, penulis menjelaskan mengenai produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen. Produk dan jasa yang ditawarkan seharusnya memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan lain. Dengan demikian, perusahaan ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.

3. Penjelasan mengenai lokasi bisnis

Lokasi bisnis juga memegang peranan yang cukup penting bagi tingkat keberhasilan atau kegagalan produk atau jasa yang kita tawarkan kepada konsumen. Keputusan pemilihan lokasi dapat berdasarkan kedekatan dengan konsumen atau dengan bahan baku. Keputusan ini juga dapat berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh lokasi tersebut, seperti, kemudahan pencapaian, dapat dilalui dengan kendaraan umum dan keamanan. Penjelasan secara terperinci meliputi:

a. Faktor-faktor yang diperlukan berkenaan dengan lokasi yang dipilih b. Luas bangunan yang diperlukan

c. Alasan mengapa lokasi tersebut dipilih

d. Keterangan mengenai fasilitas yang dimiliki di sekitar lokasi tersebut

2.1.5.2 Metode Analisis

2.1.5.2.1 Analisis Lingkungan Makro (Eksternal)

Analisa eksternal mengungkapkan peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi untuk

(18)

memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman (David, 2002). Dengan begitu dalam rencana bisnis, pengusaha dapat menganalisa peluang apa saja yang dapat diambil oleh perusahaan dan hal-hal apa saja yang dapat dihindari oleh pengusaha dalam menjalankan perusahaannya kelak. Untuk melakukan analisis eksternal digunakan analisis PESTEL.

PESTEL adalah singkatan dari Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Environment (lingkungan) dan Legal (hukum). Analisis PESTEL dibutuhkan karena faktor eksternal mutlak di terima dan tidak dapat dirubah oleh perusahaan. Analisis PESTEL berguna untuk menganalisis faktor-faktor eksternal apa saja yang nantinya akan berpengaruh terhadap pembangunan usaha baru (David, 2007).

1. Politik yang terdiri dari peraturan mengenai kepegawaian, aturan lingkungan, ketentuan pajak, dan stabilitas politik. Faktor-faktor politik yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan antara lain:

o Upah Minimum.

o Pengendalian harga

o Kesempatan bekerja yang sama untuk semua orang o Peraturan dan perlindungan lingkungan

o Perpajakan

o Peraturan perdagangan internasional

2. Ekonomi berdampak pada daya beli pelanggan potensial dan biaya modal perusahaan. Contohnya:

o Pengeluaran pemerintah

(19)

o Tahapan siklus bisnis o Kebijaksanaan keuangan

3. Sosial terdiri dari demografik dan aspek budaya dari lingkungan makro. Faktor ini berdampak pada kebutuhan pelanggan dan ukuran pasar yang potensial. Contohnya kesadaran akan kesehatan, angka pertumbuhan populasi, distribusi umur, karir atau pekerjaan, dan perhatian terhadap keselamatan. Faktor-faktor sosial yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan antara lain:

o Distribusi pendapatan o Demografi

o Tenaga kerja

o Perubahan gaya hidup o Sikap Kerja

o Pendidikan

4. Teknologi. Faktor ini dapat menurunkan hambatan untuk memasuki pasar, mengurangi tingkat minimum produksi yang efisien, dan mempengaruhi keputusan untuk melakukan outsourcing. Contohnya aktivitas Research And Development, otomatisasi, insentif teknologi, dan tingkat perubahan teknologi. Faktor-faktor teknologi yang dianalisis dan didiagnosis oleh kebanyakan perusahaan antara lain:

o Penemuan dan pengembangan baru

o Kecepatan dari transfer teknologi o Biaya dan penggunaan teknologi o Perubahan dalam ilmu pengetahuan

(20)

o Dampak dari kemajuan teknologi

5. Lingkungan terdiri dari perubahan cuaca dan iklim. Perubahan ini bisa berdampak kepada banyak industri, seperti pertanian, pariwisata, dan asuransi. 6. Legal. Ini berhubungan dengan aturan atau hukum lingkungan sekitar

perusahaan beroperasi. Dengan perubahan hukum ini tentu akan merubah perilaku perusahaan.

2.1.5.2.2 Analisis Lingkungan Industri

Five Forces Analysis adalah sebuah tools (peralatan) yang sangat berguna untuk analisis industri dan kompetisinya (Porter, 1980). Tools ini membantu pengusaha untuk memperlihatkan/membandingkan lingkungan persaingan dalam suatu industri. Porter (1980) dalam teori Five ForceAnalysis, analisa lingkungan industri dapat diukur dengan mengetahui lima kekuatan seperti: persaingan, pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan konsumen, dan substitusi.

Gambar 2.1 Model Porter’s Five Forces Sumber : Porter (1980)

(21)

1. Supplier Power (kekuatan pemasok). Dalam hal ini, pembisnis harus mengetahui bagaimana kemudahan supplier dalam memberikan harga. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa hal, seperti: berapa banyak supplier pada tiap proses, keunikan pada produk atau jasa yang mereka tawarkan, kekuatan mereka dan kontrol yang dapat kita lakukan, biaya pengganti pemasok satu ke pemasok yang lain, dan lain-lain. Sedikitnya pemasok yang dapat dipilih dalam industri itu, maka perusahaan akan lebih membutuhkan pemasok, sehingga pemasok dapat memiliki kekuatan terhadap perusahaan tersebut.

2. Buyer Power (kekuatan Konsumen). Dalam hal ini, pengusaha harus mengetahui seberapa mudah konsumen dapat menurunkan harga. Hal ini juga disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti: seberapa besar konsumen, seberapa penting dari tiap konsumen dalam bisnis ini, seberapa besar biaya perpindahan (switching cost) dari barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada barang dan jasa substitusi lain. Perusahaan yang hanya memiliki sedikit konsumen, maka konsumen akan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga dalam perusahaan.

3. Competitive rivalry (kekuatan persaingan). Hal yang terpenting dalam kekuatan ini adalah berapa banyak pesaing dan kemampuan pesaing-pesaing tersebut. Jika suatu industri terdiri dari pemain-pemain yang banyak, dan mereka menawarkan barang dan jasa yang sama menariknya, maka perusahaan dalam industri ini memiliki kekuatan yang kecil.

4. Threat of substitution (substitusi). Hal ini berdampak pada kemampuan konsumen untuk menemukan cara yang berbeda dari yang dilakukan oleh

(22)

perusahaan. Dalam hal ini, jika konsumen memiliki kemampuan untuk mendapatkan barang dan jasa lain yang dapat memiliki manfaat yang sama dengan barang dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan.

5. Threat of new entrants (pendatang baru), kekuatan suatu industri juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan pengusaha-pengusaha lain untuk memasuki industri tersebut. Jika industri yang dimasuki tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, biaya yang besar,maka mudah bagi pemain baru untuk memasuki industri ini.

2.1.2.5.3 Analisis SWOT A. Pengertian SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis SWOT dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

(23)

Tabel 2.8 Definisi SWOT

Sumber Definisi

Kotler (2008:88) Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

Rangkuti (1997:18) Analisis SWOT identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini berdasarkan logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Perace dan Robinson (2000:202-204)

Analisis SWOT adalah analisis yang berdasarkan kepada anggapan bahwa suatu strategi yang efektif berasal dari sumber daya internal suatu perusahaan (Strength and Weakness) dan sumber daya eksternal suatu perusahaan (Opportunity and Threats).

B. Penyusunan Strategi

1. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti : analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan tertentu

Dalam membuat matriks faktor strategi eksternal (EFAS), perlu memperhatikan beberapa hal. Berikut adalah cara-cara penentuan faktor strategi eksternal :

A. Susunlah dalam kolom satu (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman). B. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

C. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memebrikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

(24)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

D. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

E. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

F. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

(25)

Tabel 2.9 Tabel EFAS

Sumber: Rangkuti (2014)

2. Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategis Eksternal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu label IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka kekuatan dan kelemahan perusahaan. Untuk membuat matrik faktor strategi internal tersebut, terlebih dahulu harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan pembuatan matrik faktor strategis internal adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2014:26) :

Faktor-faktor Strategi Eksternal BOBO

T RATIN G BOBO T x RATIN G KOME NTAR Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 PELUANG

- Luasnya pasar di Indonesia xx xx xx xx

- Tren pasar yang sesuai dengan bisnis ini

xx xx xx xx

- Kebutuhan akan jasa angkutan barang dari masyarakat

xx xx xx xx

- Tingkat kesadaran pelaku usaha terhadap jasa angkutan barang

xx xx xx xx

- Tingkat kebutuhan pelaku usaha terhadap jasa angkutan barang

xx xx xx xx

- Jumlah pelanggan yang

menggunakan jasa angkutan barang

xx xx xx xx

ANCAMAN

- Pertumbuhan bisnis di bidang angkutan barang

xx xx xx xx

- Kebijakan pemerintah mendukung untuk bisnis jasa angkutan barang

xx xx xx xx

- Pertumbuhan industri xx xx xx xx

- Perkembangan teknologi xx xx xx xx

- Adanya pesaing lama xx xx xx xx

- Adanya pesaing baru xx xx xx xx

(26)

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1 ,0.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

(27)

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 2.10 Tabel IFAS

Sumber: Rangkuti (2014)

Faktor-faktor Strategi Internal BOBO T RATIN G BOBO T x RATIN G KOME NTAR Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Kolom 5 KEKUATAN

- Sistem audit keuangan xx xx xx xx

- Sistem pendanaan xx xx xx xx

- Sistem informasi xx xx xx xx

- Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan

xx xx xx xx

- Staf yang berpengalaman xx xx xx xx

- Attitude pegawai xx xx xx xx

- Akses ke kawasan industri xx xx xx xx

-Keinginan untuk merubah dan

mengembangkan perusahaan

xx xx xx xx

KELEMAHAN

- Pendapatan perusahaan xx xx xx xx

- Cost of capital xx xx xx xx

- Peraturan pelaksanaan pengelolaan dana, termasuk SOP (standar operasi dan prosedur)

xx xx xx xx

- Birokrasi antara staf dengan pimpinan

xx xx xx xx

- Sumber Daya Fisik xx xx xx xx

- Jumlah unit mobil di perusahaan belum mencukupi

xx xx xx xx

- Internal control yang dimiliki organisasi

xx xx xx xx

(28)

C. Matriks SWOT

Membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi sebaiknya dilakukan setelah perusahaan mengetahui terlebih dahulu posisi perusahaan untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan saat ini. Posisi perusahaan/institusi dapat dikelompokkan dalam 4 kuadran (Rangkuti, 2009:19),yaitu:

Gambar 2.2 Diagram SWOT Sumber: Rangkuti (2009: 19) Keterangan:

 Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

(29)

yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy)

 Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

 Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak , ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question mark pada BCG matrix. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam Industri microcomputer.  Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak mengguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.

(30)

Tabel 2.11 Matriks SWOT Faktor Internal (IFAS) Faktor Eksternal (EFAS) Strength ( S ) Daftar

kekuatan-kekuatan kunci internal perusahaan

Weaknesses ( W ) Daftar

kelemahan-kelemahan kunci Internal perusahaan Opportunities ( O ) Daftar Peluang-peluang kunci eksternal perusahaan Strategi SO Hasil strategi-strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Hasil strategi-strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats ( T ) Daftar

ancaman-ancaman kunci eksternal perusahaan Strategi ST Hasil strategi-strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WT Hasil strategi-strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : David (2010:328) Keterangan: 1) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar mungkin.

2) Strategi ST

Strategi ini dibuat berdasarkan bagaimana perusahaan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman

3) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

(31)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta menghindari ancaman yang ada.

2.1.5.4 Perencanaan Pemasaran

Kotler dan Keller (2016) menjelaskan konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan,menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Menurut Kotler dan Armstrong (2001:111) ada lima macam alat yang digunakan dalam promosi, yaitu :

1. Periklanan (Advertising)

Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang, dan jasa.

2. Penjualan Personal (PersonalSelling)

Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.

3. Promosi Penjualan (SalesPromotion)

Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.

(32)

4. Hubungan Masyarakat (PublicRelation)

Membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita, dan peristiwa yang dapat merugikan.

5. Pemasaran Langsung (DirectMarketing)

Komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung.

Freddy Rangkuti (2008) melekaskan bahwa unsur strategi persaingan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Segmentasi pasar

Segementasi pasar adalah tindakan mengindentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing masing segmen memiliki karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri. b. Targeting

Targeting adalah tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang dimasuki.

c. Positioning

Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.

Tjiptono dan Diana (2016:14) mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix), yakni serangkaian aktivitas terkendali yang digunakan perusahaan untuk merespon keinginan pasar sasaran. Tjiptono dan Diana (2016:20) menjelaskan

(33)

program pemasaran berupa bauran pemasaran, yakni product, price, place, promotion. Untuk produk berupa jasa, 4p bisa ditambah dengan 3p, yaitu people. Process, dan physical evidence.

1. Product (produk)

Mencakup kombinasi antara barang dan jasa/layanan yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.

2. Price (harga)

Yaitu jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk mendapatkan produk. 3. Place (lokasi)

Meliputi logistik perusahaan dan aktivitas pemasaran berkenaan dengan penyediaan dan pendistribusian produk akhir kepada konsumen akhir.

4. Promotion (promosi)

Berupa aktivitas komunikasi dengan pelanggan sasaran dalam rangka menginformasikan, mengingatkan kembali dan/atau membujuk mereka untuk membeli produk.

5. People (orang)

Terutama staf yang berinteraksi dengan pelanggan dan melayani mereka. 6. Process (proses)

Terutama dalam operasi/produksi dan konsumsi jasa/layanan 7. Physical Evidence

Mencakup fitur fisik yang mencerminkan kualitas layanan, misalnya pada korasi, brosur, seragam karyawan dan kualitas komunikasi.

(34)

Sejak awal tahun 2000, teknologi informasi telah memasuki pasar utama dan dikembangkan lebih jauh menjadi apa yang disebut sebagai new wave technology. New wave technology adalah teknologi yang memungkinkan konektifitas dan Interaktivitas antar individu dan kelompok (Kotler, 2011 : 5). New wave meliputi tiga kekuatan utama: komputer dan telepon genggam yang murah, internet yang murah, dan opensource.

Internet menujukan berbagai segi fungsi pemasaran, bekerja sebagai sebuah mekanisme untuk membangun permintaan, mengarahkan konsumen ke aksi pembelian, mengisi pesanan, menyediakan layanan pelanggan, dan juga berfungsi sebagai media periklanan yang serba guna. Internet diklaim sebagai media komunikasi yang lebih baik karena keserbagunaannya dan superioritasnya dalam menargetkan konsumen (Shimp,2010:395).

Perusahaan dapat menggunakan kerangka RACE sebagai alat untuk membantu mempermudah taktik perusahaan dalam meningkatkan keefektifan e -marketing. Kerangka RACE merupakan kerangka pembentukan taktik yang pertama kali diperkenalkan oleh Steve Jackson dalam bukunya Cult of Analytics. RACE terdiri atas empat langkah aktivitas marketing yang dirancang untuk membantu membentuk brandsengagement (proses membentuk loyalitas pelanggan terhadap suatu brand). Berikut penjabaran dari rangkaian aktivitas marketing yang terdapat dalam kerangka RACE (Chaffey, 2010):

Reach

Tahap Reach merupakan taktik yang harus dilakukan dalam membangun brand awareness dari produk atau jasa yang dijual, dengan memperkenalkannya melalui

(35)

berbagai media Online atau offline. Untuk bisa membangun brand awareness secara efektif, tidak hanya website perusahaan saja yang dibutuhkan, melainkan harus ada kombinasi dengan tools lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk membangun traffic ke website perusahaan, seperti penggunaan social media facebook, kaskus atau twitter sebagai media awal pengenalan brand kepada masyarakat luas dan untuk memancing mereka supaya bersedia mengunjungi website yang telah dibuat.

Act

Tahap Act merupakan taktik untuk mempengaruhi pengunjung website supaya tertarik mencari tahu lebih jauh mengenai perusahaan. Dengan menyediakan fitur yang menarik, navigasi website yang jelas, dan konten yang mampu membentuk kesan positif bagi pengunjung website mengenai brand atau perusahaan, mereka mungkin akan terpancing untuk mencari tahu lebih jauh mengenai perusahaan dan produkproduknya.

Convert

Tahap Conversion merupakan taktik untuk menarik target pelanggan agar bersedia menjalin hubungan dengan perusahaan, serta tertarik untuk mencoba menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

Engage

Pada tahap ini, hal yang perlu dilakukan adalah upaya menjaga hubungan yang sudah terbentuk dengan pelanggan supaya dapat bertahan lama, contohnya pelayanan customer service yang baik, menjaga komunikasi lewat social media

(36)

atau fitur testimonial dan review produk pada website emarketing perusahaan, dan lain-lain.

Gambar 2.3 Kerangka RACE Sebagai Alat Bantu Pembentukan Taktik Pemasaran

Sumber: Chaffey (2010)

2.1.5.5 Perencanaan Operasional

Bygrave dan Zacharakis (2008:255) menjelaskan perencanaan operasional adalah tahap bagaimana operasional yang berlangsung akan menambah nilai kepada pelanggannya. Perencanaan operasional terbagi atas tiga yaitu:

(37)

1. Strategi operasional : strategi ini merujuk pada bagaimana bisnis dibandingkan pada dimensi biaya, kualitas, ketepatan waktu, dan fleksibilitas, serta menekankan pada aspek-aspek yang memberikan usaha dengan keunggulan yang komperatif, juga membicarakan tentang letak geografis dari fasilitas produksi, dan bagaimana meningkatkan keuntungan yang kompetitif pada perusahaan.

2. Cakupan operasional : merupakan cakupan proses produksi untuk produk dan jasa perusahaan, di mana akan dibuat diagram untuk mempermudah melihat aspek produksi agar tetap in-house atau harus melakukan outsource. Biasanya outsource dilakukan karena keterbatasan arus kas yang menyebabkan harus meminimalisasi biaya pada fasilitas produksi. Cakupan operasional juga harus mendiskusikan kemitraan dengan vendor, pemasok dan mitra bisnis. Diagram yang dibuat juga harus menggambarkan hubungan pemasok dengan vendor berdasarkan kategori, membantu memvisualisasikan berbagai hubungan dan cara untuk lebih baik dalam mengelola atau menghilangkannya, dan juga mengidentifikasi kebutuhan dari staf.

3. Operasional sedang berlangsung : merupakan bagian yang dibangun berdasarkan cakupan dari operasional dengan memberikan rincian tentang aktivitas hari ke hari. Contohnya berapa banyak unit yang dihasilkan satu hari dan jenis masukan seperti apa yang dibutuhkan.

(38)

2.1.5.6 Perencanaan Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan sebuah perusahaan manusia merupakan unsur penting yang juga menentukan keberhasilan dalam menjalankan perusahaan. Menurut Amalia (2008) tujuan strategi sumber daya manusia adalah untuk mengelola tenaga kerja dan mendesain pekerjaan sehingga orang-orang dapat di berdayakan secara efektif dan efisien. Strategi sumber daya manusia harus dipastikan bahwa orang-orang:

 Di berdayakan secara efesien dengan kendala keputusan manajemen operasi yang lain.

 Memiliki kualitas lingkungan kerja yang memadai dalam atmosfir yang terdiri dari komitmen dan kepercayaan satu sama lain.

Kualitas lingkungan kerja (quality of work life) yang memadai adalah bahwa sebuah pekerjaan yang tidak hanya cukup aman dan dibayar cukup, tetapi juga mencapai tingkat memadai bagi persyaratan baik fisik maupun psikologis. Sedangkan Komitmen bersama (mutual commitment) adalah baik manajemen dan karyawan sama-sama berjuang untuk memenuhi tujuan umum. Kepercayaan bersama (mutual trust) juga tergambar dalam kebijakan ketenagakerjaan yang layak dan terdokumentasi, yang diterapkan secara jujur dan adil demi kepuasan manajemen dan karyawan (Heizer dan Render, 2005).

Perencanaan tenaga kerja (labor planning) menetukan kebijakan yang berkaitan dengan kestabilan tenaga kerja dan jadwal kerja.

(39)

1. Kestabilan tenaga kerja

Kestabilan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah karyawan yang dipertahankan oleh sebuah organisasi pada suatu waktu tertentu. Terdapat dua kebijakan dasar yang berkaitan dengan kestabilan.

a. Ikuti permintaan dengan tepat.

b. Menjaga jumlah karyawan secara konstan 2. Jadwal kerja

Menurut Heizer dan Render (2005), di Amerika Serikat jadwal kerja standar (standar work schedule) adalah 8 jam per hari dan 5 hari per minggu. Akan tetapi, terdapat juga beberapa variasi bergantung kepada perusahaan dan jenis industrinya. Selain itu, minggu kerja yang fleksibel (flexible work week), yaitu sebuah jadwal kerja yang berbeda dari jadwal normal atau jadwal standar selama 8 jam per hari ( seperti 10 jam per hari selama 4 hari per minggu).

Manajemen SDM haruslah terdiri dari aktivitas-aktivitas yang saling berkaitan. Aktivitas SDM adalah sebagai berikut (Mathis dan Jackson, 2001):

 Perencanaan dan Analisis SDM

Aktivitas perencanaan ini dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi pasokan dan permintaan akan tenaga kerja. Sedangkan, aktivitas analisis dan penilaian selektivitas SDM juga penting dilakukan sebagai bagian dari menjaga daya saing organisasi. Dukungan informasi akurat dan tepat waktu yang didapatkan dari Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SISDM) sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ini(Mathis dan Jackson, 2001).

(40)

 Kesetaraan Kesempatan Bekerja

Kepatuhan pda hukum dan peraturan Kesetaraan Kesempatan Bekerja (Equal Employment Opportunity - EEO) mempengaruhi aktivitas SDM lainnya dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen SDM. Contohnya, perencanaan SDM harus memastikan sumber tenaga kerja yang bervariasi untuk memenuhi jumlah tenaga kerja yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan. Selain itu, pada saat perekrutan, seleksi dan pelatihan, semua manajer harys mengerti peraturan ini(Mathis dan Jackson, 2001).

 Perekrutan/Staffing

Sasaran perekrutan adalah untuk menyediakan pasokan tenaga kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Dengan mengerti apa yang dilakukan oleh tenaga kerja, analisis perkerjaan (job analysis) adalah dasar dari fungsi perekrutan. Dari sini, uraian pekerjaan (jobdescription) dan spesifikasi pekerjaan (job spesification), dapat dipersiapkan untuk proses perekrutan. Proses seleksi sangatlah menekankan pada pemilihan orang yang memenuhi kriteria persyaratan (qualified) untuk mengisi lowongan pekerjaan(Mathis dan Jackson, 2001).

 Pengembangan SDM

Pekerjaan pasti akan berevolusi dan berubah, karena itu diperlukan pelatihan yang berkesinambungan untuk tanggap pada perubahan teknologi. Pengembangan semua tenaga kerja, termasuk pengawas (supervisor) dan manajer, diperlukan untuk menyiapkan organisasi menghadap tantangan ke depan. Perencanaan Karir (Career Planning) mengidentifikasi jalur dan aktivitas setiap individu yang berkembang di suatu organisasi (Mathis dan Jackson, 2001).

(41)

 wKompensasi dan Keuntungan

Kompensasi diberikan pada tenaga kerja yang melakukan kerja organisasi seperti pembayaran (pay), insentif (incentive), dan keuntungan (benefits). Perusahaan harus mengembangkan dan selalu memperbaiki sistem upah dan gaji. Program insentif seperti pembagian keuntungan dan penghargaan atas produktivitas semakin banyak dilakukan. Peningkatan biaya pada keuntungan, contohnya pada keuntungan pemeliharaan kesehatan, selalu menjadi isu penting(Mathis dan Jackson, 2001).

 Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja

Kesehatan dan keselamatan fisik serta mental tenaga kerja adalah hal yang utama. Occupational Safety and Health Act (OSHA) atau Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah membuat organisasi lebih tanggap atas isu kesehatan dan keselamatan. Pertimbangan tradisional atas keselamatan kerja terfokus pada mengurangi atau menghapuskan kecelakaan kerja. Pertimbangan lain adalah pada isu kesehatan yang timbul pada lingkungan kerja yang berbahaya seperti risiko terkena bahan kimia atau teknologi baru. Keamanan tempat kerja juga semakin penting karena kekerasan tidak jarang terjadi di sini(Mathis dan Jackson, 2001).

 Hubungan Tenaga Kerja dan Buruh / Manajemen

Hak-hak tenaga kerja harus diperhatikan, tidak peduli apakah ada atau tidak ada serikat tenaga kerja. Komunikasi dan pembaharuan kebijakan dan peraturan SDM sangat penting untuk dikembangkan sehingga manajer dan tenaga kerja tahu apa yang diharapkan dari mereka(Mathis dan Jackson, 2001).

(42)

2.1.5.7 Perencanaan Keuangan

Perolehan dana depa dicari dari berbagai sumber dana yang ada seperti dari modal sendiri atau pinjaman atau keduanya. Pertimbangannya tidak lain adalah untung ruginya jika menggunakan salah satu modal atau dengan modal gabungan. Dalam prakteknya kebutuhan modal untuk investasi terdiri dari dua macam yaitu modal investasi dan modal kerja (kasmir dan Jakfar, 2012:90).

Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti tanah bangunan, mesin, peralatan, serta inventaris lainnya dan biasanya modal investasi diperoleh dari pinjaman yang berjangka waktu panjang (diatas satu tahun). Kemudian modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Jangka waktu penggunaan modal kerja relatif pendek, yaitu untuk satu atau beberapa siklus operasi perusahaan (satu tahun). Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya lainnya (kasmir dan Jakfar, 2012:90).

Pengelolaan keuangan perusahaan secara efektif membutuhkan rencana anggaran yang realistis. Dengan dilakukannya perencanaan keuangan yang efektif dan efisien, nantinya diharapkan usaha/proyek dari suatu perusahaan dapat dikatakan layak untuk dapat dimplementasikan sehingga dapat memberikan return yang sesuai dengan harapan daripada investor. Metode yang digunakan nantinya dengan Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, Profitability Index, (Kasmir dan Jakfar; 2013; 103).

(43)

Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100 persen menggunakan modal sendiri).

PP = 𝑛 +(𝑎−𝑏)

(𝑐−𝑏)× 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛

Ket:

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula

a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1

Semakin cepat waktu pengembalian modal, maka usaha tersebut semakin baik.

b. Net Present Value

Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value (NPV). Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu. NPV=𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 1 (1+𝑟) + 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 2 (1+𝑟)2 + ⋯ + 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑁 (1+𝑟)𝑛 - Investasi

(44)

Apabila nilai NPV positif, maka investasi diterima dan dijalankan, dan jika NPV negatif sebaiknya investasi ditolak.

c. Internal Rate of Return

Internal rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern.

IRR= 𝑖1+ 𝑁𝑃𝑉

𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2× (𝑖2− 𝑖1)

Jika IRR lebih besar dari bunga pinjaman, maka investasi dapat diterima, dan jika IRR lebih kecil dari bunga pinjaman, maka sebaiknya investasi ditolak.

d. Profitability Index

Profitability index (PI) atau benefitand cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.

PI = ∑ 𝑃𝑉 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

∑ 𝑃𝑉 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 × 100𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛

Apabila PI lebih besar dari 1 maka investasi dapat diterima, dan jika PI lebih kecil dari 1 sebaiknya investasi ditolak.

2.1.5.8 Perencanaan Legal

Suliyanto (2010:15-20) mengatakan aspek hukum membahas mengenai ketentuan hukum apa saja harus dipenuhi sebelum menjalankan sebuah usaha. Tujuannya adalah supaya bisnis tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan di wilayah tersebut. Sedangkan menurut Kasmir dan Jafkar (2012) Legal aspect, discussing the issue of completeness and validity company documents, from the form of business entity, to

(45)

permits which are owned. (Aspek hukum, membahas tentang masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha, sampai izinizin yang dimiliki).

Menurut UU No.3 Tahun 1982 Pasal 1B Tentang Wajib Daftar Perusahaan “Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus – menerus dan didirikan, bekerja serta kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.” Pada pengertian perusahaan menurut UU, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan adalah bentuk usaha resmi di mata hukum Indonesia yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba dari setiap usaha yang dijalankan serta memiliki sistem organisasi oleh pendiri perusahaan (pengusaha) tersebut. Bentuk – bentuk badan usaha, yaitu :

1. Perseroan Terbatas (PT)

Yang dalam Bahasa Belanda disebut sebagai Naamlooze Vennootschap (NV) merupakan badan hukum yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan saja dimana tidak melibatkan harta pribadi atau individu di dalamnya, yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan pendirian yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

2. Koperasi

Sebuah badan usaha yang berbadan hukum dimana anggota – anggotanya berdasarkan pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

(46)

berdasar atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat umum serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional. 3. Yayasan

Badan usaha berbadan hukum yang kekayaannya dipisahkan dan diperuntukkan dalam mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

4. Persekutuan Komanditer (CV)

Biasa disebut juga dengan Commanditaire Vennotschaap merupakan suatu bentuk badan usaha yang tidak berbadan hukum yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dan keuntungan bersama sesuai dengan ketetapan peraturan yang terdapat pada KUHD Pasal 19 –21, KUHPer Pasal 1618, 1624 – 1641, KUHD Pasal 19, KUHD Pasal 20 dan KUHD Pasal 21. Badan Usaha CV ini memiliki 2 persekutuan yang disebut sebagai :

a. Sekutu Aktif (Pengurus CV)

Sekutu yang mempunyai peran aktif dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap jalannya perusahaan.

b. Sekutu Pasif

Sekutu yang menyerahkan modal berupa uang dan barang kepada sekutu aktif.

5. Perseorangan

Disebut juga dengan Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD) merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum yang didirikan dari modal oleh

(47)

satu orang dan segala resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab pribadi pendiri usaha.

6. Firma

Badan usaha yang didirikan oleh dua orang atau lebih untuk menjalankan perusahaan bersama dengan satu nama bersama sesuai dengan ketetapan peraturan yang terdapat pada KUHD Pasal 16 – 18, KUHD Pasal 22 – 35 dan KUHPer Pasal 1618, 1639, 1278, 1280, 1633 – 1635, 1627, 1339. (Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum, 2006)

Aspek hukum merupakan aspek penting dalam legalitas, setiap usaha wajib memiliki legalitas, jika tidak akan dianggap ilegal dan tidak bisa melakukan kegiatan atau usaha gelap dan akan dikenakan sanksi jika terdeteksi kemudian hari. (Suwinto, 2011). Pada dasarnya setiap usaha harus memiliki izin usaha seperti panduan pendirian usaha pengembangan aplikasi digital yang dikeluarkan oleh Badan Ekonomi Kreatif, dengan persyaratan yang harus ditempuh meliputi :

1) Surat Keterangan Domisili (SKDU)

2) Nomor Wajib Pajak (NPWP)

3) Izin IUMK (Izin Usaha Mikro Kecil) 4) TDP (Tanda Daftar Perusahaan) 5) HO (Hinderordonnantie)

(48)

2.1.6 Manajeman Risiko

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau peroranganatas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya satu risiko. Menurut Irham Fahmi (2010 : 2) Manajemen Risiko adalah satu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif dan sistematis.

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sitematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. Menurut kamus besar bahasa Indonesia dikutip dari (Tony Peramanna 2011) , risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu

Siklus manjemne risiko menurut Djohanputro (2008) dalam skripsi Bawyanda (2011) terdiri dalam lima tahap seperti berikut:

Gambar 2.4 Siklus Manajemen Risiko Sumber: Bawyanda (2011)

(49)

Tahap 1. Identifikasi Risiko

Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Tahap 2. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mangacu pada dua faktor yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemugkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

Tahap 3. Pemetaan Risiko

Pemetaan Risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Adanya prioritas disebabkan perusahaan memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko

Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

Tahap 5. Monitor dan Pengendalian

Gambar

Tabel 2.1 Definisi Kewirausahaan
Tabel 2.2 Definisi Bisnis
Tabel 2.4 Definisi Kreativitas
Tabel 2.5 Definisi Inovasi
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menurut Kenneth R.Andrews (1985) Strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud, atau tujuan, yang

Setiap perusahaan manufaktur menginginkan agar dapat menggunakan peralatan atau fasilitas produksi setiap saat diperlukan, dalam usaha untuk dapat mempergunakan

Terdapat pengaruh secara simultan dari seluruh variabel independent terhadap variabel dependent namun untuk Curent Ratio berpengaruh secara parsial dan tidak signifikan sama

Kegiatan yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan mengenai produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa, ketika perusahaan dapat mengelola Debt to Equity Rasio (DER) secara efektif dan efisien maka akan

Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Pada Produk Pond‟s Awareness ), dan Loyalitas Merek (Brand Loyalty) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek

“Kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang ditunjukan untuk memberikan informasi kepada orang banyak dengan harapan agar tujuan perusahaan

Keunggulan daya saing dapat diperoleh apabila setiap perusahaan memiliki kemampuan untuk menyajikan setiap proses dalam operasi bisnisnya secara lebih baik dalam menghasilkan barang dan