• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memberikan nilai tambah produk tersebut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. memberikan nilai tambah produk tersebut."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

7 1. Brand (Merek)

Brand adalah salah satu atribut yang sangat penting dari

sebuah produk yang penggunaanya pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana merek suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut.

Pikiran para pelanggan dipengaruhi oleh beragam pesan yang sampai pada angka ribuan pesan dan sering berubah-ubah. Merek tidak hanya kesan-kesannya, tetapi merek juga harus menempati suatu posisi khusus dalam pikiran untuk benar-benar menjadi sebuah merek. Permasalahanya bila merek tidak mendapat tempat khusus atau berbeda dalam benak konsumen, maka akan memberi kesempatan bagi para pesaing untuk menempati posisi dalam benak konsumen tersebut dan merek itu menjadi kurang sejati. Oleh karena itulah maka diperlukan apa yang dinamakan dengan merek sejati.

Merek sejati terdiri dari tiga hal yang merupakan sifat fundamental yang membedakan merek sejati dalam benak konsumen yakni internalisasi jumlah kesan-kesan, suatu khusus di “pikiran (mind’s eye)” konsumen, dan manfaat-manfaat fungsional dan emosional yang dirasakan. Secara definitif merek sejati dapat dijelaskan sebagai internalisasi jumlah dari semua kesan yang diterima

(2)

para pelanggan dan konsumen yang dihasilkan dalam sebuah posisi khusus di “pikiran” konsumen berdasarkan manfaat-manfaat fungsional dan emosional. Cara yang paling mudah untuk membedakan merek sejati dengan merek lain adalah dengan melihatnya pada serangkaian kesatuan yang membandingkan kekhususan relatif. Jika merek menjadi khusus dalam benak konsumen, maka merek tersebut lebih mendekati definisi merek sejati.

Definisi lain tentang merek dijelaskan oleh Kotler dan Armstrong (2007) dalam bukunya Dasar – Dasar Pemasaran Principles of Marketing. Menurut mereka merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Jadi merek mengidentifikasi pembuat atau penjual dari suatu produk. Merek juga merupakan janji penjual untuk menyampaikan kesimpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli.

Merek dapat menyampaikan empat tingkat arti : a. Atribut

Merek akan mengingatkan orang pada atribut tertentu. Misalnya keawetan dan sebagainya sehingga hal ini memberikan suatu landasan pemosisian bagi atribut lain dari produk tersebut.

(3)

b. Manfaat

Pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli manfaat dari produk tersebut. Oleh karena itu atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

c. Nilai

Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Misalnya saja menilai prestasi, keamanan, dan prestise tinggi suatu produk.

d. Kepribadian

Merek menggambarkan kepribadian. Merek akan menarik orang yang gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok dengan citra merek.

2. Brand Image (Citra Merek)

Citra adalah konsep yang mudah dimengerti, tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak ( simamora , 2004 ), Citra merupakan gambar- gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki sesorang terhadap suatu objek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Rangkuti Dalam Mamang dan Sopiah (2013) mengemukakan bahwa” citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen”

(4)

Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada merek tertentu, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain.

Pendapat Kotler dan Armstrong (2007) dimana “Brand Image adalah himpunan keyakinan konsumen mengenai berbagai merek”. Intinya

Brand Images atau Brand Description, yakni diskripsi tentang asosiasi dan

keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Menurut Keller (dalam Putro, 2009), citra merek adalah anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. Kemudian Aaker dalam Simamora (2004) mengatakan bahwa citra merek merupakan seperangkat asosiasi unit yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan kumpulan kesan yang ada di benak konsumen baik positif maupun negatif mengenai suatu merek yang dirangkai dari ingatan-ingatan konsumen terhadap merek tersebut .

Komponen citra merek adalah jenis jenis asosiasi merek dan dukungan , kekuatan dan keunikan asosiasi merek. Menurut Mamang dan Sopiah (2013) Citra merek (brand image) terdiri dari jenis jenis asosiasi merek yang dapat di ukur dari:

(5)

a. Atribut

Atribut adalah ciri-ciri atau berbagai aspek dari merek yang diiklankan. Atribut juga di bagi menjadi dua bagian yaitu hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk (contohnya : harga, kemasan, pemakai, dan citra penggunaan) dan hal-hal yang berhubungan dengan produk ( contohnya : warna, ukuran dan desain )

b. Manfaat

Manfaat di bagi menjadi tiga bagian yaitu fungsional, Simbolis, dan pengalaman

1) Fungsional yaitu manfaat yang berusaha menyediakan solusi bagi masalah-masalah konsumsi atau potensi permasalah yang dapat diamali oleh konsumen, dengan mengasumsikan bahwa suatu merek memiliki manfaat spesifik yang dapat memecahkan masalah tersebut.

2) Simbolis yaitu diarahkan pada keinginan konsumen dalam upaya memperbaiki diri, dihargai sebagai anggota suatu kelompok, afiliasi, dan rasa memiliki.

3) Pengalaman yaitu konsumen merupakan representasi dari keinginan mereka akan produk yang dapat memberikan rasa senang, keanekaragaman, dan stimulasi kognitif.

(6)

c. Evaluasi Keseluruhan

Evaluasi keseluruhan yaitu nilai atau kepentingan subjektif dimana pelanggan menambahkannya pada hasil komsumsi.

Dari sebuah produk dapat lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen mempunyai keunggulan fungsi (functional

brand), menimbulkan asosiasi dan citra yang diinginkan konsumen (brand image) dan membangkitkan pengalaman tertentu saat konsumen

berinteraksi dengannya (experiental brand).

Citra produk dan makna asosiasi brand dikomunikasikan oleh iklan dan media promosi lainnya, termasuk public relation dan event

sponsorship. Iklan dianggap mempunyai peran terbesar dalam

mengkomunikasikan citra sebuah brand dan sebuah brand image juga dapat dibangun hanya menggunakan iklan yang menciptakan asosiasi dan makna simbolik yang bukan merupakan ekstensi dari fitur produk.

Penting untuk dicatat bahwa membangun sebuah brand tidak hanya melibatkan penciptaan perceived difference melalui iklan. Sering terjadi kesalah pahaman bahwa sebuah brand dibangun semata-mata menggunakan strategi periklanan yang jitu untuk menciptakan citra dan asosiasi produk yang diinginkan. Memang iklan berperan penting dalam membangun banyak merek terutama yang memang dideferensiasikan atas dasar citra produk akan tetapi, sebuah image brand sekalipun harus didukung produk yang berkualitas, strategi penetapan harga yang tepat

(7)

untuk mendukung citra yang dikomunikasikan melalui iklan produk tersebut.

3. Kepercayaan Merek (Brand Trust)

Kepercayaan merek adalah persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan (Riset Costabile dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Selain itu, menurut Delgado (dalam Ferrinnadewi, 2008), kepercayaan merek adalah kemampuan merek untuk dipercaya (brand

reliability), yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk

tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan dan intensi baik merek (brand intention) yang didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen.

Kepercayaan pelanggan pada merek (brand trust) didefinisikan sebagai keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan resiko-resiko yang dihadapi karena ekspektasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang positif (Lau dan Lee, 1999).

Ferrinadewi (2008) dalam Dalam Danny Alexander mengemukkan, terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen yaitu :

(8)

a. Achieving result adalah harapan konsumen tidak lain adalah janji konsumen yang harus di penuhi bila ingin mendapatkan kepercayaan konsumen.

b. Acting with integrity yaitu bertindak dengan integritas berarti adanya konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam setiap situasi. Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak untuk percayaakan ketulusan dan pihak lain.

c. Demonstrate concern yaitu kemampuaan perusahaan untuk menunjukkan perhatiannya kepada konsumen dalam bentuk menunjukan sikap pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk, akan menumbuhkan kepercayaan dengan merek.

Menurut Kustini (2011) brand trust dapat diukur melalui dimensi viabilitas (dimension of viability) dan dimensi intensionalitas (dimension of

intentionality).

a. Dimension of Viability Dimensi ini mewakili sebuah persepsi bahwa suatu merek dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan nilai konsumen. Dimensi ini dapat diukur melalui indikator kepuasan dan nilai (value).

b. Dimension of Intentionality Dimensi ini mencerminkan perasaan aman dari seorang individu terhadap suatu merek. Dimensi ini dapat diukur melalui indikator security dan trust.

(9)

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan merek adalah kesediaan konsumen untuk mempercayai suatu merek dengan segala resikonya karena adanya harapan di benak mereka bahwa merek tersebut akan memberikan hasil yang positif kepada konsumen sehingga akan menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek.

4. Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Loyalitas tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi melalui proses belajar atau proses pencarian informasi dan berdasarkan pengalaman dari pembeli konsisten sepanjang waktu.Orang yang setia terhadap merek (brand loyalty) memiliki ikatan perasaan (afektif) yang kuat kepada merek favorit yang biasa mereka beli.

Loyalitas Merek ( brand loyalty ) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam startegi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat di perlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi preferensinya secara konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang merek yang sama meskin ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralihan.

Mowen (2002) Mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian aktual produk yang di kaitkan dengan proporsi pembelian. Perusahaan yang mempunyai basis pelanggan loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya

(10)

untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan dengan mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas merek yang tinggi meningkatkan perdagangan dan dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek minimal dapat mengurangi risiko, keuntungan lain yang di dapat dari Loyalitas merek adalah perusahaan dapat lebih cepat untuk merespons gerakan pesaing.

Pelanggan yang loyal didefinisikan oleh Newman dan Werbel ( 1973) dalam Wiharto (2003) Sebagai mereka yang membeli kembali sebuah merek hanya mempertimbangkan merek tersebut dan tidak mencari informasi merek lain. Namun seiring dengan berkembangnya penelitian yang banyak di lakukan, maka definisi tersebut terasa kurang memadai kemudian timbullah definisi lain tentang loyalitas merek seperti yang telah diungkapkan pendahulunya, antaranya adalah :

a. Aaker (1996) Loyalitas merek adalah kelekatan konsumen pada nilai yang tinggi dari suatu merek, dengan kelekatan yang di bangun ini maka konsumen akan menolak segala strategi yang dilakukan oleh competitor merek.

b. Giddens (2002) Loyalitas merek adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan dengan merek lain dalam satu kategori produk.

c. Schiffmen dan Kanuk (2004) Mendefinisikan loyalitas merek sebagai preferensi konsumen secara konsisten untuk

(11)

melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu.

Kesimpulan: Loyalitas merek adalah kelekatan konsumen pada nilai yang tinggi dari suatu merek, dengan keleketan yang dibangun ini maka konsumen akan menolak segala strategi yang dilakukan competitor merek.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), loyalitas merek adalah preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu. Loyalitas merek adalah sebuah komitmen yang kuat dalam berlangganan atau membeli suatu merek secara konsisten di masa yang akan datang.

Menurut Lau dan Lee (1999), loyalitas merek telah dikonseptualisasikan sebagai pola aktual perilaku pembelian dari suatu merek, atau perilaku niat beli terhadap merek. Banks (dalam Lau dan Lee, 1999) menemukan sebuah hubungan yang sangat kuat antara perilaku niat beli terhadap suatu merek dan perilaku aktual pembelian merek.

Menurut Aaker (dalam Ardha, 2008) mendefinisikan loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan terhadap sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke produk lain terutama pada suatu merek tersebut didapatinya adanya perubahan, baik menyangkut harga atau atribut lain.

(12)

Rangkuti (2002) menjelaskan bahwa loyalitas merek dapat diukur melalui: a. Behavior measures (Pengukuran perilaku)

Suatu cara langsung untuk menentukan loyalitas terutama untuk habitual behavior (perilaku kebiasaan) adalah dengan memperhitungkan pola pembelian aktual.

b. Measuring switch cost (Pengukuran biaya/pengorbanan beralih merek)

Pengukuran pada variabel ini dapat mengidentifiksikan loyalitas pelanggan dalam suatu merek. Pada umumnya jika biaya untuk mengganti merek sangat mahal, pelanggan akan enggan untuk berganti merek sehingga laju penyusutan kelompok pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah.

c. Measuring satisfaction ( Mengukur Kepuasan )

Pengukuran terhadap kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan suatu merek merupakan indikator paling penting dalam loyalitas merek. Bila ketidakpuasan pelanggan terhadap suatu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup alasan bagi pelanggan untuk berpindah ke merek lain kecuali bila ada faktor penarik yang cukup kuat.

d. Measuring liking brand ( Merek kesukann)

Kesukaan terhadap merek, kepecayaan, perasaan hormat atau bersahabat dengan suatu merek membangkitkan kehangatan dan kedekatan dalam perasaan pelanggan. Akan sulit bagi

(13)

merek lain untuk menarik pelanggan yang berada dalam tahap ini. Ukuran rasa suka tersebut adalah kemauan untuk membayar harga yang lebih mahal untuk mendapatkan produk tersebut.

e. Measuring commitment ( Komitment )

Salah satu indikator kunci adalah jumlah interaksi dan komitmen pelanggan terkait dengan produk tersebut. Kesukaan pelanggan akan suatu merek akan mendorong mereka untuk membicarakan merek tersebut kepada orang lain baik dalam taraf menceritakan atau sampai tahap merekomendasikan.

Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang rendah sampai yang tinggi yang membentuk piramida loyalitas merek . Ada tingkatan loyalitas merek adalah :

Gambar 2.1 Piramida Brand Loyalty (loyalitas Merek ) Rangkuti 2002 committed Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher

(14)

a. Switcher (konsumen yang berpindah-pindah)

Pembeli yang berada pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli pada tingkat ini tidak mau terikat pada merek apa pun, karena karakteristik konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya adalah mereka yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk (Aqua) dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan yang kecil dalam keputusan untuk membeli.

b. Habitual Buyer (pembelian yang berdasarkan kebiasaan) Pembeli yang berada pada tingkati ini, dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang telah di konsumsi. Para pembeli tipe ini memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen yang termasuk dalam kategori ini adalah jarang untuk mengevaluasi merek lain. Sungkannya konsumen untuk berpindah ke merek lain lebih dikarenakan sikap mereka yang pasif.

c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan) Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, namum demikian mungkin saja mereka memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost yang terkait dengan waktu,

(15)

uang, merek ataupun resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.

d. Liking the brand (pembeli yang menyukai merek)

Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh menyukai merek. Pada tingkat ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Preferensi mereka dilandaskan pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.

e. Committed Buyer ( Pembeli yang setia )

Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek sudah menjadi suatu hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena fungsi operasional maupun emosional dalam mengekspresikan jati diri. Salah satu aktualisasi loyalitas kosumen pada tingkat ini. Ditunjukan dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebutp\ pada pihak lain. Upaya perusahaan untuk meningkatkan ekuitas merek yang dimiliki dapat di jadikan landasan dari program pemasaran yang sukses. Setiap perusahaan apapun jenis usahanya, dipastikan selaul sangat bergantung dengan kesetian konsumen terhadap merek. Oleh sebab itu untuk meningkan ekuitas perusahaan sebaiknya dilakukan optimalitas ekuitas merek.

(16)

5. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil dari penelitian sebelum adalah sebagai berikut : Tabel 2.1

Matrik Hasil Penelitian yang Relevan No. Nama

Peneliti

Judul Skripsi Alat Analisis Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Prabu Teguh Wibowo (2010) Pengaruh Brand Awareness, Brand Trust, Dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Obat Nyamuk Hit Liquid Spray di Kota Depok Analisis Regresi Linier Berganda Brand Awareness, Brand Trust, Brand Image, dan Keputusan Pembelian Variabel kesadaran merek, variabel kepercayaan merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. 2 Insani Ilmiyati (2011) Pengaruh Kepercayaan Merek (Brand Trust) Dan Kesadaran Merek (Brand Awareness) Analisis Regresi Berganda Kepercaya an Merek (Brand Trust), Kesadaran Merek (Brand Variabel kepercayaan merek (brand trust) dan kesadaran merek (brand awareness)

(17)

Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Pada Produk Pond‟s Awareness ), dan Loyalitas Merek (Brand Loyalty) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek (brand loyalty) 3 Moham mad Rizan, Basrah Saidani, dan Yusiyana Sari (2012) Pengaruh Brand Image Dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro Analisis Regresi Linier Brand Image, Brand Trust, dan Brand Loyalty Variabel citra merek (brand image) dan kepercayaan merek (brand trust) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek (brand loyalty) 4 Indah Puji Erviana, Imam Suyadi, dan Pengaruh Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Analisis Regresi Linier Berganda Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, Loyalitas Merek

(18)

Sunarti (2013) LoyalitasMerek Terhadap Ekuitas Merek (Survei Pada Warga Perumahan Joyo Grand Konsumen Air Minum Kemasan Merek Aqua Di Kota Malang) Kualitas, Loyalitas Merek, Dan Ekuitas Merek berpengaruh positif dan signifikan secara simultan atau secara bersama-sama terhadap Ekuitas Merek 5 Gede Riana 2008 Pengaruh Trust Brand Terhadap Brand Loyalty pada Konsumen Air Minum Aqua di Kota Denpasar Analisis Regresi Linier Trust Brand Brand Loyalty Variabel Kepercayaan Merek Trust brand ) berpengaruh Positif dan signifikan terhadap loyalitas merek (Brand Loyalty) 6 Danny Analisa Analisi Citra Merek Variabel Citra

(19)

Alexander Bastian 2014 Pengaruh Citra Merek ( Brand Image ) dan Kepercayaan merek ( Brand trust ) Terhadapat Loyalitas Merek ( Brand Loyalty ) ADES PT. Ades Alfindo Putra Setia Regresi Liner Kepercayaan Merek Loyalitas Merek merek dan kepercayaan merek berpengaruh secara signifikan secara simultan atau bersama sama terhadap Loyalitas merek 7 Ilham Sofri, Sefnedi 2014 Pengaruh Brand Image , Brand Trust dan Harga terhadap Brand Loyalty pada konsumen honda Jazz Di kota Padang Analisi Regresi linier Brand Image Brand Trust Harga Brand Loyalty Variabel Brand Image , Brand trust dan harga berpengaruh secara simultan terhadap brand loyalty

(20)

B. Kerangkan Pemikiran

Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan beberapa variabel yang di teliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar dalam pembuatan hipotesis ( Sugiyono, 2003 )

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran H2 H3 H1 BRAND LOYALTY “LOYALITAS MEREK” (Y)  Behavior (Perilaku)  Commitment (komitmen)

BRAND IMAGE “CITRA MEREK”

(X1)

Atribut

Manfaat

Evaluasi keseluruhan

BRAND TRUST “ KEPERCAYAAN MEREK” (X2)  Viability  Intentionality

(21)

Indentifikasi Variabel Variabel Independent “ X” :

1. Brand image ( Citra Merek ) “X1”

2. Brand Trust ( Kepercayaan Merek ) “X2” Variabel Dependent “ Y”

1. Brand Loyalty ( loyalitas Merek ) ”Y”

C. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian dimana memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara brand image ( citra merek ) dan brand trust ( kepercayaan merek ) secara simultan terhadap

brand loyalty (loyalitas merek ) Air minum dalam kemasan

Aqua

H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara brand image terhadap

brand loyalty (loyalitas merek) Air minum dalam kemasan Aqua

H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara brand trust (kepercayaan merek) terhadap brand loyalty ( loyalitas merek ) Air minum dalam kemasan Aqua.

Gambar

Gambar 2.1 Piramida Brand Loyalty (loyalitas Merek ) Rangkuti 2002 committed Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran  H2 H3  H1  BRAND LOYALTY    “LOYALITAS MEREK” (Y) Behavior (Perilaku) Commitment (komitmen) BRAND IMAGE “CITRA MEREK”

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan signifikan nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, berdasarkan hasil t hitung lebih besar dari pada harga t tabel

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul “EVALUASI POSTUR KERJA DAN STASIUN

Sebaliknya, kebijakan tingkat rasio utang yang rendah menjadikan manajemen cendrung melakukan pelaporan keuangan yang lebih agresif karena levarage perusahaan

Anak mengalami peningkatan dalam menyiapkan perlengkapan makan sendiri, mengambil makanan sendiri, dan membereskan perlengkapan makan secara mandiri, pada proses

(3) Daerah sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan

Pembelajaran Model Probing-Promting Berbantuan Media Software Maple pada Materi Integral Siswa Kelas XII IPA MA Darussalam Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan Tahun

Pada analisa kali ini juga akan dilakukan beberapa variasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya seperti melakukannya terhadap beberapa variasi sudut skew,

Menurut Sodiq dan Abidin (2008:3), usaha peternakan kambing memiliki karakteristik pendukung sebagai berikut:.. Modal awal yang dibutuhkan relatif lebih kecil