• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

45 A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografi

Rumah Sakit Kusta Toto Kabupaten Bone Bolango terletak di desa Toto Utara Kecamatan Tilong Kabila memiliki luas tanah 8 Ha terdiri dari 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung.

Rumah sakit kusta toto terletak di Desa Toto Utara Kabupeten Bone Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Huntu Utara Kecamtan Bulango Selatan.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bongoime Kecamtan Tilong Kabila

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Toto Utara Kecamatan Tilong Kabila.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Dulomo Kota Gorontalo 2. Sejarah Singkat RSUD Toto Kabila

Pada mulanya bangunan Rumah sakit umum daerah (RSUD) Toto adalah merupakan bangunan peninggalan pemerintah Jepang yang oleh Jepang didirikan pada tahun 1942 dengan nama Bokuka (bahasa Jepang),yang artinya Gudang tempat perbekalan.

(2)

Pada waktu masa peralihan dari Pemerintahan Jepang atas usaha dari beberapa anggota masyarakat daerah Kabupaten Gorontalo, yang di prakarsai oleh Dr.Aloei Saboe, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang untuk di jadikan satu tempat khusus, untuk menampung penderita yang mengidap Penyakit Kusta. Pada waktu itu penderita-penderita penyakit tersebut harus di asingkan jauh dari keluarga dan masyarakat umum, oleh karena penyakit kusta terkenal dengan sebagai penyakit menular yang sangat berbahaya dan sangat di takuti dari tahun ke tahun makin lama jumlah penderita kusta makin bertambah dengan jumlah 305 orang, penderita tersebut berasal dari Kabupaten Gorontalo maupun dari daerah luar Kabupaten Gorontalo seperti Sulawesi Tengah dan Kab. Minahasa (pada saat itu pulau Sulawesi hanya satu Propinsi).

Dengan demikian gudang tersebut menjadi tempat mengisolir sekaligus menampung penderita kusta yang kemudian di kenal oleh masyarakat dengan sebutan Rumah Sakit Kusta Toto karena berlokasi di desa Toto, maka diberi nama Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT).

B.Hasil Penelitian

1. Timbulan limbah pada RSUD Toto Kabila terdiri dari : a. Limbah Padat Medis

Distribusi timbulan limbah padat medis di RSUD Toto Kabila berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan dari setiap penghasil ruangan melebihi dari apa yang menjadi persyaratan Kepmenkes 1204 Tahun 2004 artinya timbulan

(3)

limbah padat medis yang dihasilkan oleh rumah sakit tidak memenuhi syarat kesehatan (Lampiran 7).

Timbulan (volume) pada RSUD Toto Kabila untuk masing-masing unit penghasil limbah hampir sama komposisi dan jenisnya. Untuk lebih mengetahui komposisi dan jenis limbah padat dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Komposisi Limbah Padat Medis Pada Unit Penghasil Limbah

RSUD Toto Kabila Tahun 2012

No Ruangan Komposisi Limbah

1 Laboratorium Botol, jarum, pipet, gelas obyek, kertas, tissue, kapas

2 OK ( Ruang Operasi ) Kapas, verband, kassa, potongan tubuh, jarum suntik, ampul, jarum suntik, kateter, infuse set, sarung tangan, masker, seprei, baju operasi 3 Radiologi Kertas, film, baju, sarung tangan,

spuit, tissue

4 Rawat Jalan Kapas, kain, baju pasien, seprei, verband, jarum suntik, ampul, kassa, spuit, kateter, infuse set, sarung tangan, masker, sprei

5 Unit Perawatan Botol infuse, kapas, verband, kassa, jaringan tubuh, jarum suntik, ampul, kassa,spuit, kateter, infuse set, sarung tangan, pipet

Sumber : Data Primer 2012

Untuk total timbulan limbah padat di RSUD Toto Kabila didapatkan dengan melakukan penimbangan pada setiap unit sumber penghasil untuk setiap jenis maupun komposisi limbah padat. Hasil penimbangan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

(4)

Tabel 4.2

Hasil Penimbangan Limbah Padat Medis Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2012

No

Unit Penghasil

Limbah

Volume Limbah Padat Medis Per Hari

Sub Total Limbah Infeksius Limbah Infeksius Patologis Limbah Toksik Benda Tajam Limbah Toksik Farmasi Limbah Toksik Kimia 1 Laboratorium 0,371 0 1,346 0,617 1,311 3,666 2 Ruang Operasi (OK) 2,551 0,329 0,829 1,346 0 5,054 3 Rawat Jalan 1,498 0,200 0,371 0,420 0 2,489 4 Ruang Perawatan 2,379 0,243 2,689 3.143 0 8,453 5 Radiologi 0,200 0 0 0 0 0,200 Sub Total 6,999 0,771 5,234 5,526 0,311 19,862 Sumber : Data Primer 2012

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa total rata-rata limbah padat medis adalah 19,862 Kg. Limbah Infeksius yang berupa kapas,verban dan sarung tangan bekas memiliki volume terbesar yaitu sebesar 6,999 Kg. Untuk lebih mengetahui perbandingan komposisi limbah padat dapat dilihat pada diagram 4.3.

(5)

Diagram 4.3

Perbandingan Persentase Berat Rata-Rata Komposisi Limbah Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2012

Dari gambar 1 diketahui persentase berat rata-rata limbah padat pada unit penghasil limbah terbesar adalah limbah infeksius yaitu berupa kapas,verban dan sarung tangan bekas sebesar 35,24%, limbah toksik farmasi berupa limbah sisa obat dan kemasan cairan injeksi sebesar 27,82%, limbah toksik benda tajam sebesar 26,35%, limbah toksik kimia 6,70% serta persentase terkecil adalah infeksius patologis sebesar 3,80%.

b. Limbah Padat Non Medis

Limbah ini dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis berupa sampah kering seperti kertas bekas, kardus, plastik, daun kering dan sampah

(6)

lain sejenisnya, dan sampah basah seperti daun pembungkus, sisa makanan dan lain-lain. Hal ini dapat diperoleh pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Distribusi Timbulan Limbah Padat Non Medis RSUD Toto Kabila

Tahun 2012

N

o Aspek Yang Diamati

Hasil Pengamatan

Ya Tidak

1 Kuantitas / volume limbah padat non medis yang dihasilkan perhari dari ruang-ruangan sebesar > 0,025 – 0,100 Kg per orang /hari

√ -

Jumlah 1

Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi timbulan limbah padat non medis di RSUD Toto Kabila berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan dari setiap penghasil ruangan melebihi dari apa yang menjadi persyaratan Kepmenkes 1204 Tahun 2004 artinya timbulan limbah padat non medispun yang dihasilkan oleh rumah sakit tidak memenuhi syarat kesehatan.

(7)

Tabel 4.5

Hasil Penimbangan Limbah Non Medis Di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2012

No Unit Penghasil Limbah Total Volume Volume ( Per Hari )

1 Laboratorium 0,421 0,060

2 Ruang Operasi (OK) 0,796 0,114

3 Rawat Jalan 4,175 0,596

4 Rawat Perawatan 4,861 0,694

5 Radiologi 0,044 0,006

6 Laundry / catering 7,315 1,045

Sub Total 17,612 2,516

Sumber : Data Primer 2012

Untuk Timbulan (volume) limbah non medis pada RSUD Toto Kabila dari masing-masing unit penghasil limbah hampir sama komposisi dan jenisnya. Untuk lebih mengetahui Volume limbah non medis dapat dilihat pada tabel 4.5.

Sedangkan untuk komposisi limbah non medis dari masing-masing unit penghasil limbah dapat dilihat pada tabel 4.6.

(8)

Tabel 4.6

Komposisi Limbah Non Medis Pada Unit Penghasil Limbah RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2012

No Ruangan Komposisi Limbah

1 Laboratorium Plastik pembungkus, botol bekas minuman, tissue dan sisa minuman 2 OK ( Ruang Operasi ) Plastik pembungkus, dan botol bekas

minuman

3 Radiologi Plastik pembungkus, botol bekas minuman, tissue dan sisa minuman 4 Rawat Jalan Plastik pembungkus, botol bekas

minuman, tissue, sisa makanan dan sisa minuman

5 Unit Perawatan Plastik pembungkus, botol bekas minuman, tissue, sisa makanan dan sisa minuman

6 Laundry/Catering Plastik pembungkus, Botol bekas minuman, sisa makanan dan bahan makanan, kain/benang,

Sumber : Data Primer 2012 2. Pengumpulan

a. Limbah Padat Medis

Pada tahapan pengumpulan , timbulan limbah medis yang dihasilkan dari setiap ruangan berdasarkan hasil pengamatan dilapangan secara keseluruhan mulai tahapan pengumpulan, penyimpanan, pemilahan, pemanfaatan serta pemberian label tidak sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004. Hal ini dikarenakan dari 8 pertanyaan semua jawaban tidak, yang artinya bahwa rumah sakit Toto tidak melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan rumah sakit pada saat pengumpulan limbah.

(9)

b. Limbah Padat Non Medis

Demikian halnya dengan pengumpulan limbah padat non medis, pada tahapan ini dimulai dari pemilahan antara limbah yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan,tempat pengumpulannya,tempat penampungan sementara limbah,serta penempatan tempat pengumpulan tidak memenuhi syarat kesehatan, karena dari sepuluh syarat yang ditetapkan ada sembilan yang tidak memenuhi syarat, sedangkan yang memenuhi syarat hanya satu yaitu pada tahapan pembersihan tempat pengumpulan limbah sudah memenuhi syarat kesehatan yakni dibersihkan selama 1 x 24 jam setiap hari. (Lihat lampiran 2).

3. Pengangkutan

a. Limbah Padat Medis

Pada tahapan pengangkutan limbah padat medis ini pihak RSUD tidak melakukan pengangkutan sesuai Kepmenkes 1204 tahun 2004 mulai dari pengemasan, pengangkutan dengan menggunakan troli khusus, kantong limbah yang aman dari jangkauan manusia dan binatang serta petugas yang menangani limbah tidak sepenuhnya menggunakan alat pelindung diri. Dari lima pertanyaan yang diajukan empat diantaranya tidak dilakukan oleh pihak rumah sakit. Sedangkan untuk kategori alat pelindung diri yang harus digunakan hanya dua yang pihak rumah sakit gunakan yaitu masker dan sarung tangan khusus. (Lihat lampiran 3).

(10)

b. Limbah Padat Non Medis

Untuk pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan ketempat penampungan sementara tidak menggunakan troli tertutup . (Lihat lampiran 4).

4. Pemusnahan

Pemusnahan limbah yang sangat infeksius limbah yang sangat infeksius tidak disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin,

Kemudian untuk limbah farmasi dalam jumlah kecil tidak diolah dengan menggunakan insinerator pirolitik ataupun dikubur secara aman, dan untuk limbah dalam jumlah yang besar tidak dimusnahkan pada incinerator pada suhu diatas 1.000º C karena incinerator yang ada dirumah sakit Toto Kabila hanya dapat membakar limbah pada suhu 1.000º C.

Demikian halnya untuk pemusnahan limbah Sitotoksis menggunakan system pembakaran yang tidak dilengkapi dengan 2 tungku, tidak dilengkapi dengan penyaring debu, serta incinerator tidak dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.

Hasil pengamatan dilapangan pada tahapan pemusnahan ini dapat diperoleh bahwa dari 9 pertanyaan yang diajukan tidak satupun yang dilakukan di rumah sakit. (Lihat lampiran 5).

a. Limbah Padat Non Medis

Limbah padat umum (non medis) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh pemerintah daerah (Pemda), atau badan lain

(11)

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Di Rumah Sakit Toto sudah sesuai dengan persyaratan. (Lihat lampiran 6).

C. Pembahasan

1. Timbulan (volume) limbah padat perhari

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa total rata-rata limbah padat medis adalah 19,862 Kg yang mengindikasikan bahwa timbulan (volume) limbah padat di RSUD Toto Kabila tidak memenuhi syarat sebagaimana tertuang dalam aturan yang dikeluar oleh Departemen Pekerjaan Umum. 1995. SNI 1939831995 yang berisi bahwa jika sampah yang dihasilkan > 0,025 -0,100 Kg maka dikategorikan tidak memenuhi syarat. Disamping itu pula limbah tersebut belum dilakukan reduksi.

Reduksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisasi adanya timbulan limbah terutama limbah medis. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 junto Nomor 18 Tahun 1999, reduksi terhadap limbah medis yang dikategorikan sebagai limbah B3 meliputi

subtitusi,modifikasi proses serta upaya menggurangi penggunaan limbah B3.

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pihak Rumah Sakit belum melakukan suatu upaya reduksi atau minimalisasi limbah baik itu dalam hal substitusi bahan,modifikasi proses ataupu upaya lainnya terutama untuk limbah medis. Dari hasil pengamatan pula ditemukan dari berbagai unit penghasil limbah terutama pada jenis limbah farmasi terdapat sisa-sisa obat dan cairan maupun botol infus yang masih utuh dibuang begitu saja.

(12)

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Slamet Riyadi, 2000 dan Soehatman teori Ramli SKM Dipl SM,2010 yang mengatakan bahwa Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).

Menurut Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 disebutkan bahwa setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumbernya dan melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi serta mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak Rumah Sakit belum melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi sebagai upaya reduksi limbah terutama untuk limbah medis dan tidak ada SOP yang membahas mengenai upaya reduksi tersebut.

Keadaan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena dampak dari tidak dilakukan reduksi ataupun sterilisasi,maka barang-barang itu berbahaya bila disentuh orang. Tak heran bila banyak perawat dan pegawai di RS berisiko tinggi terkena infeksi cemaran limbah ini di tempatnya bekerja.

Rumah sakit (RS) merupakan tempat untuk menyembuhkan orang sakit. Namun, RS pun bisa menjadi sumber penyakit karena di sana banyak penderita berbagai penyakit, baik menular maupun tak menular. Karena itu, pengelolaan limbah di RS sangat diperlukan, terutama

(13)

mekanisme agar buangan dari RS tak berdampak bagi para pekerja RS dan lingkungan sekitarnya.

Untuk timbulan (volume) limbah non medis yang berasal dari unit penghasil limbah berdasarkan hasil pengamatan seperti terlihat pda tabel 5 diketahui bahwa jumlah produksi limbah terbesar berasal dari limbah sisa makanan,botol minuman maupun tissue dari petugas dan pasien yang berada diruangan tersebut di RSUD Toto Kabila sebanyak 2,516 Kg. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa timbulan sampah non medis di RSUD Toto Kabila tidak memenuhi syarat. Volume limbah terbanyak berasal dari catering/laundry sebesar 1,045 Kg disusul oleh ruangan ruang rawat inap sebesar 0,694 Kg.

Limbah atau sampah sisa makanan tersebut terdiri dari sisa nasi,sisa bubur,sisal lauk,sisa sayur,kulit buah, sisa kue ataupun sisa susu. Adapun hasil pengamatan pada saat pembersihan alat makan diruang cuci piring, pemisahan antara limbah makanan dengan limbah lain yang tidak bisa dimanfaatkan kembali tidak dilakukan yaitu seperti sisa makanan pasien yang dipisahkan dari kertas etiket dan plastic sebelum dimasukkan kedalam tempat sampah basah. Sedangkan sisa makanan tersebut dibuang ketempat sampah organic. Kedua tempat sampah tidak dilapisi oleh kantong plastik hitam dan berlabel non medis. Ciri dari limbah sisa makanan ini memiliki kandungan air lebih banyak sehingga hal tersebut menjadi kendala saatu pengukuran volume limbah sisa makanan oleh petugas cleaning service.

(14)

Hasil pengamatan pula didapati masih ada sampah basah yang tercampur dengan sampah kering atau sebaliknya khususnya di ruangan catering. Belum terdapat pembedaan tempah sampah basah dan kering diruangan tersebut. Menurut petugas cleaning service belum adanya pemisahan dari sumbernya dikarenakan jumlah tempat sampah yang kurang sehingga hanya terdapat satu tempat sampah disetiap ruangan sebagai penghasil limbah.

Berdasarkan hasil tersebut diatas perlunya suatu tindakan dari pihak rumah sakit untuk meminimalisir besarnya volume timbulan rumah sakit diantranya membuat suatu menu makanan yang beraneka ragam dan memiliki ita rasa yang dapat dirasakan oleh setiap pasien baik pasien yang memerlukan penanganan khusus maupun pasien yang tidak memerlukan makanan khusus sehingga volume timbulan limbah non medis khususnya sisa makanan di rumah sakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Disamping itu pula pihak rumah sakit harus menyediakan ataupun memperbanyak tempah limbah atau sampah agar tidak terjadi penggabungan sampah basah dan sampah kering yang dapat mengakibatkan suatu ruangan menjadi tidak layak untuk melakukan suatu proses kegiatan khususnya pelayanan kepada masyarakat.

2. Pengumpulan

Hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan untuk pengumpulan limbah padat medis di RSUD Toto Kabila dilakukan setiap hari yakni pada pagi hari dan sore hari.

(15)

Untuk pengumpulan limbah medis yang berada diruangan OK ( ruang operasi), ruang radiologi, rawat jalan, unit perawatan menggunakan wadah yang terbuat dari plastik yang tidak dilapisi dengan kantong plastik berwarna kuning.

Dari hasil pengamatan pula ditemukan beberapa wadah penampungan sampah yang ada sering kali kurang maksimal dalam hal keamanannya. Wadah sampah tersebut penutupnya berupa switch yang mudah dibuka oleh siapa saja yang tidak berkepentingan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa tempat pewadahan terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat serta ditempatkan disetiap unit penghasil limbah dan diberi label serta menggunakan kantung plastik yang berbeda-beda sesuai dengan kategori dari limbah tersebut.

Hal ini sejalan dengan teori (Koesno Putranto. H, 1995) yang mengatakan bahwa Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

Demikian halnya dengan limbah non medis pengumpulan hanya dilakukan pada waktu pagi hari saja oleh petugas cleaning service yang penempatan wadah ditempatkan diluar ruangan ataupun penghasil limbah. Akibat dari penempatannya yang berada diluar sering ditemukan adanya sampah sisa makanan,botol ataupun kaleng minuman sering berhamburan

(16)

didalam ruangan baik yang berasal dari pasien maupun petugas yang berada diruangan tersebut.

Dari uraian tersebut diatas mengenai kesesuaian dan kondisi tempat pengumpulan limbah ataupun sampah dengan berbagai peraturan yang berlaku,masih banyak persyaratan yang belum terpenuhi. Aspek-aspek ang belum terpenuhi yaitu :

2.1. Belum dilakukan pemilahan limbah medis dari sumbernya yang terdiri atas limbah infeksius,limbah benda tajam,limbah farmasi, serta limbah kimia

2.2. Hanya tersedia 2 wadah sampah untuk setiap unit penghasil limbah yaitu wadah limbah medis dan wadah limbah non medis sedangkan untuk limbah non medis untuk sampah basah dan kering tidak dipisahkan

2.3. Beberapa Wadah sampah yang tersedia belum dilengkapi dengan symbol ataupun label yang sesuai dengan peraturan yang berlaku

2.4. Seringkali ditemukan limbah yang dibuang tidak sesuai dengan wadahnya.

2.5. Wadah sampah yang tersedia kurang maksimal dalam hal keamanannya. Masih mudah dibuka oleh orang yang tidak berkepentingan terutama anak kecil

2.6. Penggunaan safety box untuk limbah benda tajam,belum dilakukan secara merata oleh semua unit penghasil sampah

(17)

sehinggaa limbah benda tajam masih bercampur dengan limbah medis lainnya.

3. Pengangkutan

Pada tahapan pengangkutan limbah dari unit penghasil dilakukan oleh petugas cleaning service dengan menggunakan troli pengangkut. Troli pengangkut menjadi satu antara limbah medis dan limbah non medis yang tidak diberi sekat dan dibedakan warnanya seperti diuraikan pada lampiran 3 dan lampiran 4. Pencantuman label dan symbol tidak dilakukan pada troli pengangkut. Disamping itu pula dari jumlah ruangan yang ada di RSUD Toto Kabila berjumlah 24 (dua puluh empat) ruangan hanya menggunakan 1 (satu) buah troli pengangkut dan dalam keadaan terbuka.

Ketidaksesuaian alat pengangkut ini berpengaruh pada efektivitas pengumpulan limbah ataupun sampah yang berada di RSUD Toto Kabila. Dan dampak yang ditimbulkan adalah penumpukkan sampah diruangan serta adanya bau yang tidak sedap dari sampah tersebut.

Dari uraian tersebut diatas mengenai kesesuaian kondisi eksisting pengangkutan dengan berbagai peraturan yang berlaku,masih ada beberapa persyaratan yang masih belum terpenuhi, yaitu :

3.1. Troli pengangkut yang digunakan untuk mengumpulkan limbah,tidak mencantumkan symbol dan label sesuai dengan klasifikasi limbah yang diangkut.

(18)

3.2. Troli pengangkut belum mempunyai sertifikasi dari pihak berwenang,karena menurut pengamatan troli tersebut dibuat oleh pihak rumah sakit.

3.3. Petugas cleaning service yang menangani limbah tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.4. Masih sering terdapat lalat dan terkadang tikus pada tempat pengumpulan limbah.

Oleh karena itu sebelum dilakukan pengangkutan Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengangkutan dengan kendaran khusus (kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

Hal ini sejalan dengan teori Bambang Heruhadi, 2000 mengatakan bahwa Pengangkutan dengan kendaraan khusus (kerjasama dengan dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

(19)

Demikian halnya dengan petugas pengangkut limbah harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh pekerjaan tersebut.

Hal tersebut sejalan dengan teori Moersidik. S.S, 1995 yang mengatakan bahwa semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja.

Dengan demikian pihak rumah sakit hendaknya memperhatikan hal tersebut demi kesehatan dan keselamatan kerja dari petugas yang mengangkut limbah dari ruangan penghasil limbah.

4. Pemusnahan Akhir

Kegiatan pembakaran atau pemusnahan ini dilakukan setelah Insinerator dalam keadaan penuh. Sisa hasil pembakaran sampah medis pada incinerator yang berupa abu ,botol bekas obat, jarum yang tidak habis dibakar dibuang di belakang incinerator yang membuat estetika di lingkungan RS menjadi tidak enak dilihat.

Adapun ruang lingkup limbah yang dibakar/diolah oleh pihak RSUD Toto Kabila adalah diantaranya adalah limbah benda tajam ,limbah sitoksis dimasukkan dalam incinerator pada suhu 1000 º C , sedangkan

(20)

limbah yang sangat infeksius tidak disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin, Demikian halnya dengan system pembakarannya dimana Insinerator tidak dilengkapi dengan 2 tungku, tidak dilengkapi dengan penyaring debu, serta insinerator tidak dilengkapi dengan peralatan pembersih gas seperti diuraikan pada lampiran 5.

Menurut Kepmenkes 1204 tahun 2004, teknologi pengolahan ataupun pemusnahan limbah medis disesuaikan dengan jenis limbah yaitu dengan pembakaran incinerator. Rumah Sakit yang memiliki incinerator dilingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam. Keadaan ini tidak sesuai dengan keadaan dilapangan dimana terjadi penumpukan limbah di incinerator.

Pada SOP yang dibuat oleh RSUD Toto sendiri menyebutkan bahwa pengawasan pengoperasian incinerator dilakukan rutin setiap hari dan untuk analisa check list dilakukan setiap bulan oleh koordinator yang bertanggung jawab. Hasil pengamatan dilapangan analisa check list tidak dilakukan setiap bulan karena tidak terjadi kerusakan pada incinerator.

Namun disatu sisi pembakaran ini tidak menyelesaikan masalah karena pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat berbahaya dan harus diimobilisasi atau ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi tak terurai dan materi tetap ada dan malah sangat berbahaya.

(21)

Pembakaran barang-barang seperti plastik menghasilkan zat kimia bernama dioksin. ''Dioksin sangat berbahaya. Dan untuk memecahkan masalah tersebut ada teknologi untuk mengatasi emisi dioksin, yaitu desorpsi suhu rendah sebagai metode pengganti insinerator. Prinsipnya menggunakan metode siklon dan aliran termal. Teknologi ini dikembangkan sendiri dengan sistem rotary carboruzer atau prinsip X-flow. Sistem ini menggunakan titanium oksida untuk mereduksi dioksin.

Untuk limbah padat umum (domestik) seperti plastik, botol minuman, daun yang sudah kering, tissue sebelum dibuang ketempat pembuangan akhir, sampah tersebut dibuang ketempat pembuangan sementara seperti diuraikan pada lampiran 6.

Akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukan bahwa limbah medispun terkadang dibuang bersamaan dengan limbah non medis.

Keadaan ini hampir sama dengan keadaan di rumah sakit lainnya seperti di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dimana terkadang petugas pengelola sampah masih sering mencampur sampah padat medis dan non-medis, dengan alasan jumlah sampah padat medis hanya sedikit.

Dari uraian tersebut diatas maka disimpulkan bahwa kegiatan pemusnahan limbah di RSUD Toto Kabila baik limbah medis maupun limbah non medis belum sesuai dengan dengan Kepmenkes.

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Perbandingan Data Aktual Terhadap Hasil Prediksi Metode Dykstra Parson .... Analisa Sumur Injeksi Dengan Metode

Ketika melakukan observasi data yang didapatkan dari berbagai cara, yakni : (1) observasi agar mengetahui perilaku dan aktivitas peserta didik selama proses belajar

lumlah dan aktivitas limbah cair yang berasal dari tangki aktivitas rendah dan tinggi dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang ditunjukkan dapat tabel 2 dapat dilihat bahwa total

penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pembelajaran MFI berbasis laboratorium riil dengan virtual pada pokok bahasan Laju Reaksi terhadap

Kinerja dari alat pengukur laju detak jantung yang dibuat akan dikalibrasi dengan menggunakan alat medis yang bernama Automatic Blood Pressure Monitor dari Omron

5) Pemerintah menghendaki bahwa inflasi pada tahun 2007 sebesar 8% pertahun.. 6) Pemerintah berusaha agar tingkat hidup petani semakin membaik. Usaha tersebut dilakukan

Bauran promosi penjualan yang diterapkan di Supermarket Srikandi Kedunggalar menggunakan promosi penjualan dengan display barang dimana pakaian yang dijual

Dibangun di atas lahan seluas 1,7 hektar, menggunakan struktur beton bertulang dengan metode pengecoran di lapangan (cast in situ). Dalam penelitian ini, penulis