Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida dengan Kejadian
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Pesisir Kota Kendari
1Andi Noor Kholidha,1Tien,1Pranita Aritrina,2Fifi Nirmala 1Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
2Fakultas Kesehatan Masayarakat UHO
Email: aan.chemist.06@gmail.com
ABSTRACT
Background: Type 2 Diabetes mellitus is a common health problem which may result chronic complications. Risk factors such as dyslipidemia, obesity, family history, and genetics play important role in the pathogenesis of the disease. Study on total cholesterol and trygliseride have been carried out in several countries which show relations between total cholesterol and trygliseride with type 2 diabetes mellitus. Purpose: This study aims to determine the relationship between total cholesterol and trigliseride with type 2 diabetes mellitus in the coastal areas of Kendari City. Methods: This study used analytical observational method, with case control approach. The independent variables used in this research is cholesterol total and trigliseride meanwhile the dependent variable is the type2 diabetes mellitus. The location of this research is working area of Public Health Centre located in the coastal area of Kendari City. Result: total cholesterol levels show sig. p value 1,369 based on Chi Square Test, which showed there was no difference in total cholesterol levels. Meanwhile, the triglyceride levels also did not show a significant difference between case and control groups. (p = 0.101). Conclusion: There was no correlation between the increase of total cholesterol level and triglyceride levels with the incidence of DM Type 2 in Kendari City.
Keyword:Total Cholesterol, Trigliseride, Type 2 Diabetes mellitus, Coastal Area. .
PENDAHULUAN
Diabetes melitus tipe 2 (DM Tipe-2) merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat kegagalan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2014). Sekitar 422 juta orang dewasa di dunia menderita diabetes melitus (DM) dan diperkirakan akan terus meningkat (World Health Organization, 2016). Indonesia menempati urutan ke-7 sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbanyak di dunia, yaitu dengan 10 juta penderita dan diperkirakan akan meningkat menjadi 16,2 juta penderita pada tahun 2040 (International Diabetes Federation, 2015).
Lebih dari 90% kasus DM merupakan DM tipe 2 yang umum ditemukan pada orang dewasa (Hasanian-Langroudi dkk., 2016). Faktor genetik dan faktor lingkungan serta interaksi keduanya
tipe 2 (World Health Organization, 2016; Sethi dkk., 2015).
Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter atau gejala (D/G) di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 adalah 2,1% dari seluruh populasi di Indonesia. Riskesdas juga melaporkan bahwa penderita DM di Provinsi Sulawesi Tenggara berada di urutan nomor 18 tertinggi (sekitar 1,9%) dari 33 provinsi di Indonesia. Prevalensi DM tertinggi di Indonesia terdapat di Sulawesi Tengah yaitu 3,7%, sedangkan prevalensi terkecil terdapat di Provinsi Lampung sekitar 0,8% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2016), DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang selalu masuk dalam 10 penyakit terbesar di Sulawesi Tenggara setiap tahunnya. Jika pada tahun 2014 DM
bergeser menjadi urutan ke-5. Hal tersebut secara eksplisit menunjukkan meningkatnya jumlah penderita DM di Sulawesi Tenggara setiap tahunnya. Di Kota kendari sendiri, Jumlah penderita DM sekitar 0,27% dari seluruh populasi penduduk Kota Kendari atau mengalami peningkatan dari 549 orang pada tahun 2014 menjadi 944 orang pada tahun 2015 (Dinkes Kota Kendari, 2016).
Salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi kardiovaskuler pada DM tipe 2 adalah dislipidemi, yaitu gangguan metabolisme lipid berupa peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida (TG).
Beberapa penelitian epidemiologi maupun uji klinik menunjukkan adanya hubungan linier antara dislipidemi diabetik dengan angka kejadian dan angka kematian kibat PJK di penderita DM tipe-2.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kadar kolesterol total dan trigliserida dengan kejadian DM tipe 2 di masyarakat pesisir Kota Kendari.
Manfaat penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran fraksi lipid penderita DM tipe 2 untuk meramal terjadinya komplikasi PJK lebih dini dan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi berupa informasi dasar untuk mengembangkan pengetahuan tentang DM tipe-2 terhadap pencegahan dan penatalaksanaan DM tipe-2 dari faktor risiko dislipidemi, serta pencegahan dan penatalaksanaan yang lebih spesifik pada tiap individu hingga ke tingkat genetik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analitik-observasional dengan pendekatan
case-control. Kelompok kasus merupakan
kelompok yang menderita DM tipe 2, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang sehat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total dan trigliserida, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Diabetes mellitus tipe 2. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 68 orang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Mata, Benu-benua, Kandai, Abeli dan Poasia yang berada di Kota Kendari.
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah lulus uji kelayakan etik penelitian (Sahrani, dkk., 2015) dan analisis laboratorium sampel darah. Hasil data yang didapatkan diolah dengan analisis data uji statistikChi Square
dengan nilai p<0,050. Uji Chi Square
digunakan untuk menganalisis perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total dengan kejadian DM tipe 2 di Wilayah Pesisir di Kota Kendari.
HASIL
Subyek penelitian adalah kelompok kasus DM tipe-2 sebanyak 34 orang dan kelompok kontrol 34 orang yang tinggal di Kota Kendari. Total subyek sebanyak 68 orang. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar penderita DM tipe 2 pada kelompok kasus adalah perempuan (64,7%), mempunyai riwayat keluarga menderita DM (52,9%), berusia ≥ 45 tahun (76,5%), tergolong tidak obesitas (76,5%) dan tidak hipertensi (55,9%), dan mempunyai kadar trigliserida dan kolesterol total yang tergolong tidak tinggi (70,6%)
Tabel 1.Karakteristik subjek penelitian pada populasi Kota Kendari
Variabel Kasus (N=34) KelompokKontrol (N=34) Total (N=68)
N % N % n % Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 1222 35,364,7 1222 35,364,7 2444 35,364,7 Riwayat keluarga Ya Tidak 1816 52,947,1 1519 44,155,9 3335 48,551,5 Usia < 45 tahun ≥45 tahun 268 23,576,5 1915 55,944,1 2741 39,760,3 Indeks massa tubuh
Obesitas Tidak obesitas 268 23,576,5 340 100,00,0 608 11,888,2 Tekanan darah Hipertensi Tidak hipertensi 1519 44,155,9 340 100,00,0 1553 22,177,9 Trigliserida < 200 mg/dl (normal) ≥ 200 mg/dl (tidak normal) 24 10 70,629,4 277 79,420,6 5117 75,025,0 Kolesterol total < 240 mg/dl (normal) ≥ 240 mg/dl (tidak Normal) 24 10 70,629,4 295 85,314,7 5315 77,922,1
Tabel 2.Hubungan beberapa variabel penelitian dengan kejadian DM tipe 2 di Kota Kendari
Variabel (n=34)Kasus Kontrol(n=34) p*
Jenis kelamin (Laki-laki/Perempuan) 12/22 12/22 1.000
Riwayat keluarga (ya/tidak) 18/16 15/17 0.467
Usia (tahun) 52.91±9.66 41,26±10.36 0.001
Trigliserida (mg/dl) 178.00±100.73 142.50±74.94 0.314
Kolesterol total (mg/dl) 214.94±40.31 171.32±56.82 1.369 Ket. *UjiChi-square, arti nilaip<0,050: signifikan
Kadar kolesterol total dan trigliserida kelompok kasus pada penilitian ini menunjukkan jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan uji statistik Chi-square, kadar kolesterol total menunjukkan nilai sig. 1.369 yang menunjukkan tidak ada perbedaan kadar kolesterol total antara
kelompok kasus dan kontrol. Demikian halnya dengan kadar trigliserida yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0.314), sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2.
PEMBAHASAN
DM tipe 2 merupakan penyakit metabolik kompleks yang disebabkan oleh interaksi berbagai faktor (multifaktorial), baik faktor genetik maupun faktor lingkungan. Jenis kelamin, usia, riwayat keluarga menderita DM, obesitas, hipertensi dan kadar kolesterol yang tidak normal merupakan faktor-faktor risiko penyakit DM tipe 2 (Hagvirdizadh dkk., 2015; PERKENI, 2015).
Pada data kategorik, yaitu data jenis kelamin, riwayat keluarga, trigliserida, dan kolesterol dilakukan uji statistik menggunakan chi-square test. Sedangkan pada data numerik, yaitu data usia dilakukan uji statistik menggunakan
independen sampel T-test.
Hasil analisis data seperti tampak pada tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada usia. Data jenis kelamin, riwayat keluarga, trigliserida dan kolesterol total menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Diabetes melitus pada pasien 45 tahun ke atas umumnya adalah DM tipe 2. Prevalensi DM tipe 2 makin meningkat seiring dengan pertambahan usia. Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, intoleransi terhadap glukosa meningkat serta kelompok usia lanjut terjadi penurunan sekresi insulin dan lebih rentan terjadi resistensi insulin (PERKENI, 2015).
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel luar, yaitu usia ≥45 tahun merupakan variabel yang
paling berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 pada subyek dibandingkan variabel lainnya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh Jelantik dan Haryati (2014) dalam penelitiannya di Puskesmas Mataram, dimana sebagian besar penderita DM tipe 2 berusia ≥40 tahun. Penelitian Ekpenyong, dkk. (2012) menunjukkan bahwa prevalensi DM tipe 2 ditemukan paling tinggi pada kelompok usia 46-60 tahun dan paling rendah pada kelompok usia 18-25 tahun.
Tingginya kadar kolesterol juga mempengaruhi terjadinya penyakit DM tipe 2 dan hal tersebut merupakan salah satu factor risiko DM tipe 2. Jumlah lemak pada laki-laki dewasa rata-rata berkisar 15-20% dari berat badan total, sedangkan pada perempuan sekitar 20-25%. Ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi, dimana kalori yang berlebihan disimpan dalam bentuk lemak dapat menyebabkan obesitas (Jelantik dan Haryati, 2014).
Obesitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit DM tipe 2. Salah satu cara mengetahui adanya obesitas adalah dengan menilai indeks massa tubuh (IMT). Peningkatan IMT menyebabkan meningkatnya timbunan lemak bebas yang tinggi yang akhirnya dapat memicu oksidasi lemak yang menghambat penggunaan glukosa dalam otot (Purwandari, 2014). Selain itu, pada individu dengan kelebihan berat badan atau obesitas ditemukan peningkatan kadar hormon leptin. Hal tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin, yaitu dengan cara menghambat fosforilasiinsulin
receptor substrate-1 (IRS-1), sehingga
ambilan glukosa terhambat dan meningkatkan kadar glukosa darah (Fathmi, 2012).
Pada penelitian ini, kadar kolesterol total dan trigliserida yang tinggi tidak ditemukan dengan jumlah yang besar pada kelompok kasus. Dimana kadar koleserol total ≥ 200 mg/dl pada kelompok kasus hanya 29,4 %, sedangkan kadar trigliserida menunjukkan angka yang sama yaitu 29,4%. Analisis statistik yang ditunjukkan pada Tabel 2, menggambarkan tidak adanya hubungan antara kadar trigliserida dan kolesterol total terhadap kejadian DM tipe 2 di Kota Kendari, dimana hasil uji Chi Square pada penelitian ini menunjukkan secara berturut-turut nilai sig.= 1,369 untuk kadar kolesterol total dan nilai sig. = 0,314 untuk kadar trigliserida yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan baik kadar kolesterol total dan trigliserida antara kelompok kasus dan kontrol penderita DM tipe 2 di Kota Kendari.
Salah satu faktor risiko terjadinya PJK pada DM tipe 2 yaitu dislipidemi, yaitu gangguan metabolisme lipid berupa peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida (TG), low density lipoprotein
(LDL), dan penurunan kadar high density
lipoprotein (HDL). Gambaran dislipidemia
pada DM tipe 2 yang paling sering ditemukan adalah peningkatan kadar TG dan penurunan kadar HDL. Walaupun kadar LDL tidak selalu meningkat, tetapi partikel LDL akan mengalami penyesuaian perubahan (modifikasi) menjadi bentuk kecil dan padat yang bersifat aterogenik. (Pandelaki, 2006; Hendromartono, 2006; Gatut, 2006)
Dyslipidemia yang khas pada
sindrom metabolik dan DM tipe 2 ditandai dengan tingginya kolesterol total. Pada penelitian ini tampak bahwa terjadi peningkatan angka kejadian kadar kolesterol total tidak normal pada
kelompok kasus dibandingkan kontrol, demikian halnya dengan kadar trigliserida, meskipun hasil uji Chi Square nya menunjukkan nilai sig. >0,050 yang menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
SIMPULAN
Tidak terdapat hubungan antara peningkatan kadar kolesterol total dengan kejadian DM Tipe 2 di Kota Kendari berdasarkan uji Chi Square (p=1,369). Demikian halnya dengan kadar trigliesrida pada kasus DM Tipe 2 di Kota Kendari tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok kasus dan kontrol (p= 0,314).
SARAN
Pada penelitian selanjutnya, hendaknya teknik pengambilan sampel ditingkatkan menjadi total sampling agar hasil penelitian lebih mewakili populasi. Bagi masyarakat, hendaknya dapat menjaga pola hidup sehat dan memeriksakan diri sedini mungkin agar dapat mengenali faktor risiko kejadian DM tipe-2 sehingga dapat melakukan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetic Association, 2014. Diagnostic and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 37: 82-90.
Comprehensive SNP Analysis of Genes in Cholestrol Metabolism (PGC 1Alpha), Insulin Signaling (IRS1), Potassium Channel (KCNJ11) and GlucoseHomeostasis (PI3K) in Three Diversified Groups. Journal Diabetes and Metabolism6(5): 1-5. Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2016. Data
di Kota Kendari. Dinas Kesehatan Kota Kendari.
Ekpenyong C.E, Akpan U.P., Ibu J.O., Nyebuk D.E. 2012. Gender and Age Specific Prevalence and Associated Risk Factors of Type 2 Diabetes Mellitus in Uyo Metropolis, South Eastern Nigeria.Diabetologia41(1). Fathmi, Ain. 2012. Hubungan Indeks
Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gatut, S. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah TahunanIlmu Penyakit Dalam, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKUH,Makassar, 2006; 256–62.
Haghvirdizadeh P., Zahurin M., Nor A.A., Pantea H., Monir S.H., dan Batoul S.H. 2015. KCNJ11: Genetic Polymorphisms and Risk of Diabetes Mellitus. Hindawi Publishing Corporation Journal of Diabetes Research: 1-9.
Hasanian-Langroudi F., Alireza M.M., Sara T., Saeedeh A., Ehsan J. 2016. The Effects of Green Tea Consumption on KCNJ11 Gene Expression in Patients with Type 2 Diabetes.Society of Education India: Advances in Bioresearch7(5): 6-10.
Hendromartono. PenuntunPenatalaksanaan Dislipidemia diIndonesia.Naskah Lengkap The Metabolic Syndrome, PusatDiabetes dan Nutrisi RSU Dr.
Soetomo - FK Unair,
Surabaya,2006; 29–31.
International Diabetes Federation. 2015.
IDF DIABETES ATLAS Sixth Edition 2013. Karakas Print.
Jelantik, I Gusti M.G dan Haryati E. 2014. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah 8(1): 39-44.
Pandelaki, K. Diabetic Dyslipidemia Management, TheFirst East Indonesia Endo-Metabolic Update, Perkeni CabangMakassar, 2006; 24–31.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2015. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. PB PERKENI.
Indonesia.
Purwandari, Henny. 2014. Hubungan Obesitas dengan Kadar Gula Darah pada Karyawan di RS Tingkat IV Madiun.Jurnal Efektor25(1).
Sahrani, W.A., Astuti, I., Sadewa, A.H.
2015. Polimorfisme Gen
Transcription Factor 7 – Like 2
(Tcf7l2) Pada Individu Dengan Dan Tanpa Riwayat Keluarga Diabetes Melitus Tipe 2. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sethi S., Rakesh K.P., Parvinder K., Subash G., dan AJS Bhanwer. 2015.
World Health Organization. 2012. Guidline: Sodium Intake for Adult and Children.Geneva : WHO.