• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM KOTA MAKASSAR DENGAN KONSEP PINISIQ PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM KOTA MAKASSAR DENGAN KONSEP PINISIQ PERANCANGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM KOTA

MAKASSAR DENGAN KONSEP PINISIQ

PERANCANGAN

Nur Alamsyah Hatta NIM 121 1868 023

Tugas Akhir ini diajukan kepada Fakultas Seni Rupa

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana dalam bidang Desain Interior

2017

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian dan penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang Maha Rahman dan Rahiim serta berbagai kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya.

2. Nabi besar Muhammad SAW. sosok yang senantiasa memberikan contoh dan suri tauladan yang baik bagi umatnya.

3. HM Hatta H.M & Hj. Rahmatiah P yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa.

4. Kiki Rizki Fitriyani selaku pendamping yang senantiasa menemani dalam suka maupun duka.

5. Yth. Bapak M. Sholahuddin, S.Sn., M.T. dan Bapak Danang Febriyantoko, S.Sn.,M.Ds. selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah memberikan dorongan, semangat, dan nasehat, maupun kritik serta saran yang membangun bagi keberlangsungan penyusunan Tugas Akhir Karya Desain ini.

6. Yth. Bapak Hangga Hardhika, S.Sn., M.Ds. selaku Dosen Wali atas segala masukan, motivasi dan do’anya.

7. Yth. Ibu Yulita Kodrat P., M.T. selaku Ketua Program Studi S-1 Desain Interior, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

8. Yth. Bapak Martino Dwi Nugroho, S.Sn., M.A. selaku Ketua Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

(4)

9. Seluruh dosen Program Studi Desain Interior, yang telah memberikan bimbingan selama ini dan dorongan semangat dalam proses penyusunan Tugas Akhir Karya Desain ini.

10. Pimpinan serta para staff Museum Kota Makassar atas izin survey dan data-data yang diberikan.

11. Rekan-rekan Kanca Studio.

12. Singgih Tri Kamanto selaku rekan yang bersedia meluangkan banyak waktunya dalam keberlangsungan pengerjaan Tugas Akhir Karya Desain ini. 13. Teman-teman seperjuangan INDIS (PSDI 2012).

14. Serta semuanya yang turut membantu dan memberi dukungan saat proses penyusunan Tugas Akhir Karya Desain ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir Karya Desain ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan dan semoga Tugas Akhir Karya Desain ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 16 Januari 2017 Penulis

Nur Alamsyah Hatta

(5)

v

PERANCANGAN INTERIOR

MUSEUM KOTA MAKASSAR DENGAN KONSEP PINISIQ

Interior Design in Museum Kota Makassar with Pinisiq Concept

NUR ALAMSYAH HATTA1

Program Studi Desain Interior, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta Jl. Parangtritis km 6,5 Sewon Bantul Yogyakarta

1)

Email: alamsyahhatta666@gmail.com Abstract

Makassar, the gate of eastern Indonesia has great potential as a tourism city. One of them is tourism culture through museums with the historical relics. Museum is a building that was built in order to accommodate the relic of the past. Expected from the presence of these museums could raise awareness about the precious heritage of our ancestors. Ironically, people now think that museum is an old, boring, and unattractive building. The result will be obtained is a concept of museum that not just displaying some of relic and collection, but also as an amusement park for its visitor.

Based on the thought above, the author tries to analyze and find any information so that it appears a solution which is then used in the process of preservation of the collection and the museum building. Design theme at Museum Kota Makassar is pinisiq covered modern style and combined with the colonial feel of the building itself.

The concept of making pinisi, pinisiq shape transforms as interpretation of Makassar applied to the circulation and display systems retaining the existing building. Supporting facilities in this design are the lobby, gift shop, café, which will make visitors comfortable. This amusement concept will be blended with folklore and pinisiq's geometrical shapes with a little touch of colonial. This geometric formation is used in order to make the displayed looks more prominent and attractive.

Keywords: Interior, Museum, Makassar, Pinisiq

(6)

Abstrak

Makassar merupakan pintu gerbang wilayah timur Indonesia yang memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata. Salah satunya yaitu pariwisata budaya melalui museum-museum yang menyimpan sisi historis kota Makassar. Museum adalah bangunan penting yang dapat mewadahi peninggalan masa lalu. Sehingga dari kehadiran museum ini, ada harapan agar masyarakat sadar akan kayanya harta warisan nenek moyang. Namun permasalahan yang dihadapi adalah pemikiran masyarakat yang menganggap museum sebagai sebuah bangunan kuno yang tidak menarik, serta membosankan. Hasil akhir yang ingin dicapai yaitu sebuah konsep museum yang tidak hanya menampilkan sebuah koleksi saja, tetapi juga sebagai wahana hiburan bagi pengunjung.

Berangkat dari pemikiran di atas, penulis mencoba menganalisis dan mencari informasi secara keseluruhan sehingga muncul solusi yang kemudian digunakan dalam proses pelestarian koleksi dan bangunan museum. Tema perancangan pada Museum Kota Makassar adalah Pinisiq yang dikemas dengan gaya modern dan dipadukan dengan nuansa kolonial bangunan itu sendiri.

Konsep prosesi pembuatan pinisiq, gubahan bentuk pinisiq sebagai interpretasi kota Makassar diterapkan ke dalam perancangan sirkulasi dan sistem display Museum Kota Makassar dengan tetap mempertahankan eksisting bangunan. Fasilitas pendukung dalam perencanaan ini; yaitu adanya lobby, ruang-ruang diskusi, cafe dan giftshop sehingga pengunjung akan merasa nyaman. Bentukan geometris digunakan agar yang dipamerkan, dapat terlihat lebih menonjol dan lebih menarik.

Kata kunci: Interior, Museum, Makassar, Pinisiq

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Judul ... 1

B. Latar Belakang ... 1

BAB II. LANDASAN PERANCANGAN ... 5

A. Deskripsi Proyek ... 5 1. Tujuan Perancangan ... 5 2. Sasaran Perancangan ... 5 3. Data Lapangan ... 5 a. Data Fisik ... 5 1) Lokasi Proyek ... 6 2) Tampak Bangunan ... 6

3) Denah Bangunan (Block Plan)... 7

4) Aspek Arsitektural ... 7

5) Unsur Pembentuk Ruang ... 8

6) Tata Kondisional ... 9

7) Foto Dokumentasi Lapangan ... 9

b. Data Non Fisik ... 22

1) Profil dan Sejarah ... 22

2) Visi dan Misi ... 23

3) Jam Kerja ... 24

4) Struktur Organisasi ... 24

(8)

5) Lingkup Perencanaan ... 31

6) Fungsi dan Pengguna Ruang... 33

7) Organisasi dan Hubungan Antar Ruang... 34

8) Pengguna ... 34

B. Program Perancangan... 35

1. Pola Pikir Perancangan ... 35

2. Cakupan dan Arahan Tugas ... 36

a. Konsep Desain ... 36 1) Analisis... 36 2) Sintesis ... 36 3) Evaluasi ... 36 b. Desain... 36 1) Gambar Kerja ... 36 2) Perspektif ... 36

c. Aksonometri dan Animasi ... 36

d. Rencana Anggaran Biaya ... 36

e. Pameran... 36

3. Keinginan Klien ... 37

4. Kebutuhan Klien ... 38

5. Analisa Aktifitas Pengunjung ... 39

6. Data Literatur ... 40

a. Tinjauan Umum Museum ... 40

1) Klasifikasi Museum ... 41

2) Fungsi, Tugas dan Tujuan Museum ... 43

3) Persyaratan Sebuah Museum ... 45

4) Tinjauan Kegiatan dan Pelaku Kegiatan Pada Museum ... 46

5) Tinjauan Fisik Museum ... 50

b. Tinjauan Umum Kota Makassar ... 93

1) Letak Geografis ... 93

2) Kependudukan... 94

(9)

ix

3) Agama dan Sistem Kepercayaan... 94

4) Pendidikan... 95

5) Kehidupan Sosial Budaya ... 96

6) Model-model Interaksi ... 97

7) Simbol-simbol Budaya yang dimaknai bersama... 98

8) Ruang Publik Sebagai Arena yang Menyatukan... 98

9) Peran Institusi/Lembaga Kebudayaan Dalam Pengelolaan Ruang Publik. ... 99

c. Tinjauan Umum Gaya Post-Modern ... 99

1) Definisi Post Modern ... 100

2) Fenomena Post Modern dalam Perkembangan Kebudayaan... 101

3) Post Modern dalam Bidang Arsitektur... 102

4) Ciri-ciri Post Moderrn dan Beberapa Karakternya ... 104

5) Gejolak Post Modernisme dalam Budaya Masyarakat Abad 21 ... 107

d. Bangunan Kolonial... 108

e. Tinjauan Umum Pinisiq ... 109

1) Budaya Pinisiq ... 110

f. Definisi Umum Motivasi ... 112

1) Proses Motivasi ... 113

2) Kebutuhan Sebagai Dasar Motivasi ... 115

3) Arti Penting Motivasi... 118

g. Tinjauan Khusu Tipologi Museum Kota Makassar ... 119

1) Museum Konfrensi Asia Afrika ... 119

2) Museum Louvre ... 123

BAB III. PERMASALAHAN PERANCANGAN ... 128

A. Umum... 128

1. Fungsi ... 128

2. Fisik ... 128

(10)

3. Estetika ...128

B. Khusus...129

1. Hall ...129

2. Ruang Koleksi Museum Kota Makassar ...130

3. Ruang Penitipan Barang ...130

4. Area Transisi ...130

5. Pusat Informasi lt 1& 2 ...131

6. Ruang Auditorium / Ruangan Sinema...131

7. Cafe ...132

8. Kios Cenderamata ...132

BAB IV. KONSEP DESAIN ...133

A. Konsep Desain...133

1. Tema dan Gaya Perancangan ...134

2. Aplikasi Gaya Modern dan Pinisiq...136

3. Warna dan Material Perancangan...137

B. Konsep Program Perancangan Ruang ...140

1. Hall ...140

2. Ruang Penitipan Barang ...141

3. Ruang Introduksi ...141

4. Area Pamer Permanen ...142

5. Area Transisi ...143

6. Ruang Workshop & Sinema ...143

7. Ruang Pamer TVRI dan PDAM...143

8. Cafe & Kios Cinderamata ...144

C. Konsep Perancangan Fisik ...144

BAB V. PENUTUP...145

A. Kesimpulan...145

B. Saran...145

DAFTAR PUSTAKA ...147

(11)

xi

LAMPIRAN...144

1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 2. Perhitungan Titik Lampu

3. Poster dan Katalog Pameran 4. Konsep Grafis

5. Gambar Perspektif 6. Gambar Kerja 7. Skema Bahan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lokasi Proyek... 6

Gambar 2.2. Tampak Bangunan... 6

Gambar 2.3. Denah Bangunan ... 7

Gambar 2.4. Hall Museum Kota Makassar ... 10

Gambar 2.5. Front Office Museum Kota Makassar ... 11

Gambar 2.6. Koleksi Piano ... 11

Gambar 2.7. Tangga (view dari lantai 1) ... 12

Gambar 2.8. Tangga (view dari lantai 2) ... 12

Gambar 2.9. Ruang Tengah Lantai2 ... 14

Gambar 2.10. Pintu Brankas yang Menyatu dengan Ruangan ... 15

Gambar 2.11. Ruang Diorama yang Menggambarkan Pelaminan... 16

Gambar 2.12. Koleksi Ruang Sejarah ... 17

Gambar 2.13. Koleksi Meriam dan Beberapa Bola Meriam... 18

Gambar 2.14. Koleksi Medalion ... 19

Gambar 2.15. Koleksi Patung Ratu Wilhemina ... 19

Gambar 2.16. Koleksi Piano Kuno ... 19

Gambar 2.17. Panel yang Menampilkan foto Walikota Makassar... 21

Gambar 2.18. Pattompo Memorial Room ... 21

Gambar 2.19. Struktur Organisasi Museum Kota Makassar... 24

Gambar 2.20. Diagram Matrix Hubungan Antar Ruang Museum Kota Makassar ... 34

Gambar 2.21. Langkah-langkah Proses Desain Interior Rosemary Kilmer... 35

Gambar 2.22. Skema Aktifitas Pengunjung... 39

Gambar 2.23. Perjalanan Dalam Pengamatan Objek ... 55

Gambar 2.24. Jarak Pandang dan Kejelasan visual... 62

(13)

xiii

Gambar 2.25. Kemampuan Gerak Anatomi Manusia... 62

Gambar 2.26. Teknik Pencahayaan pada Ruangan ... 66

Gambar 2.27. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Merata ... 70

Gambar 2.28. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Terarah... 71

Gambar 2.29. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Highlighting 1... 72

Gambar 2.30. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Highlighting 2... 72

Gambar 2.31. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Wall Washing ... 73

Gambar 2.32. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Beam Play... 74

Gambar 2.33. Ilustrasi Sistem Pencahayaan Backlighting ... 75

Gambar 2.34. Teknik Galeri Display ... 91

Gambar 2.35. Hall Display... 93

Gambar 2.36. Penggunaan Material Bahan Hi-tech... 105

Gambar 2.37. Ciri Karakter Bangunan Akhir Post Modern ... 106

Gambar 2.38. Pola Papan Perahu ... 109

Gambar 2.39. Pengrajin Perahu ... 110

Gambar 2.40. Skema Proses Motivasi ... 113

Gambar 2.41. Skema Teori Kebutuhan Maslow ... 115

Gambar 2.42. Skema Faktor Motivasi Herzberg ... 117

Gambar 2.43. Denah Museum KAA... 120

Gambar 2.44. Alur Sirkulasi Pengunjung Museum KAA ... 120

Gambar 2.45. Museum Louvre ... 123

Gambar 2.46. Denah Museum Louvre ... 124

Gambar 2.47. Koleksi Museum Louvre ... 125

Gambar 2.48. Tampak Luar Louvre... 126

Gambar 2.49. Koleksi Museum Louvre ... 126

Gambar 4.1. Bangunan Kolonial... 134

Gambar 4.2. Prosesi Pembuatan Pinisiq ... 134

(14)

Gambar 4.3. Skema Warna ... 138

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Fungsi dan Pengguna Ruang...33

Tabel 2.2 Daftar Kebutuhan Ruang Museum Kota Makassar ...38

Tabel 2.3 Tabel tinggi Rata-rata Manusia dan Jarak Pandang...61

Tabel 2.4 Tabel Standar Iluminasi Cahaya pada Museum...78

Tabel 2.5 Tabel Klasifikasi Rosponsibilitas Objek Pamer...80

Tabel 2.6 Tabel Responsibilitas Objek Pamer Menurut Materialnya ...80

Tabel 2.7 Rasio Murid, Guru dan Sekolah serta Tingkat Kemampuan Baca Tulis Penduduk Usia 10 Tahun ke atas ...96

Tabel 2.8 Tabel Lapangan Pekerjaan Utama ...97

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL

PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM KOTA MAKASSAR DENGAN KONSEP PINISIQ

B. LATAR BELAKANG

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 675), kata museum memiliki arti yaitu gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Sedangkan pengertian museum seperti yang telah dirumuskan oleh ICOM (International Council of Museum), suatu badan kerjasama profesional di bidang permuseuman yang didirikan oleh kalangan profesi permuseuman dari seluruh dunia, adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, mengumpulkan, merawat, dan memamerkan benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan hiburan.

Adapun menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum, mendefinisikan museum sebagai lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa museum adalah sebuah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, tempat mengumpulkan, merawat, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat serta melestarikan warisan budaya manusia serta alam dan lingkungannya untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan. Museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi

(16)

kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan sehingga dari kehadiran museum ini, ada harapan agar masyarakat luas sadar akan kayanya harta warisan dari nenek moyang kita. Salah satu yang menjadi permasalahan yang dihadapi adalah masyarakat sekarang kurang tertarik akan kehadiran museum. Museum cenderung dianggap sebagai gudang tempat penyimpanan barang bersejarah yang tidak menarik serta membosankan. Hal ini banyak disebabkan oleh faktor kurang matangnya perencanaaan untuk mendirikan sebuah museum. Banyak museum yang keadaan dan kondisinya tidak memenuhi persyaratan dan perlu mendapat perhatian yang cukup serius untuk dapat dikategorikan sebagai museum dengan kualitas baik sehingga diperlukan wadah atau fasilitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan rekreasi, edukasi dan diskusi pengunjungnya.

Pada umumnya perencanaan pendirian museum yang ada di Indonesia saat ini hanya sampai pada tahap museum selesai dibangun dan kurang memikirkan rencana yang perlu dipersiapkan pada proses penyelenggaraan dan pengelolaan museum selanjutnya. Sedangkan pada kenyataanya, sistem penyelenggaraan dan pengelolaan museum yang baik harus telah dipersiapkan dengan matang, bahkan sebelum museum itu berdiri.

Tahun 2010 dicanangkan sebagai Tahun Kunjungan Museum (visit museum year). Dua upaya yang digelar adalah “Gerakan Nasional Cinta Museum” dan melaksanakan “Program Revitalisasi Museum”. Revitalisasi adalah upaya untuk “menghidupkan” kembali bangunan, kawasan atau bagian kota yang mengalami kemunduran/degradasi.

Salah satu bangunan museum cagar budaya di kota Makassar yang terdaftar dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar yang diperkuat dengan Peraturan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dalam rangka pengembangan kawasan budaya terpadu di kota Makassar, yang saat ini berfungsi sebagai museum, adalah Museum Kota Makassar, tujuannya adalah untuk melindungi kawasan bersejarah dan bangunannya, agar dapat terjaga dan terpelihara sehingga dapat menarik minat pengunjung sebagai tempat wisata sambil belajar. Dengan

(17)

3

memadukan beberapa ilmu di dalamnya seperti unsur kebudayaan, edukasi, morfologi, rekreasi empirik serta etimologinya diharapkan menghasilkan suatu hasil yang baik untuk perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik pada pengunjung khususnya siswa sekolah maupun turis domestik dari luar negeri yang ingin mengetahui perjalanan sejarah suatu bangsa.

Museum Kota Makassar pada mulanya merupakan bangunan kantor pemerintahan namun kini beralih fungsi menjadi museum kategori bangunan cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, salah satunya melalui program konservasi. Konservasi adalah sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan budaya bersejarah, dengan cara memelihara dan melindungi keotentikan dan maknanya dari gangguan dan kerusakan, agar dapat dipergunakan pada saat sekarang maupun pada masa yang akan datang, baik dengan menghidupkan kembali fungsi lama atau dengan memperkenalkan fungsi baru yang dibutuhkan.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Kekayaan budaya ini sekaligus menjadi bukti sejarah dan identitas bangsa, namun sampai saat ini masih sedikit kurikulum yang menerapkan peragaan atau visualisasi secara langsung untuk pemahaman yang lebih baik. Keberadaan visualisasi yang lebih baik akan menunjang pemahaman agar lebih mudah terekam di dalam otak. Pemahaman yang kurang mendalam inipun perlahan-lahan membawa masyarakat ke arah kurangnya rasa cinta dan hilangnya identitas akan warisan budaya sendiri. Salah satunya pada kasus Perahu Pinisiq, warisan budaya yang ternyata lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain dibandingkan dengan generasi muda saat ini.

Pinisiq sesungguhnya memiliki tempat terhormat dalam kepribadian bangsa Indonesia sebagai wujud dari “nilai warisan” nenek moyang bangsa. Telaahan “kebudayaan”selalu berpijak pada unsur-unsur buah pikiran “idea”, perbuatan, sikap dan prilaku “behavior” serta hasil karya seni “artefak” agar secara utuh dapat menggambarkan identitas lingkungan dan kehidupan budaya Makassar.

(18)

Lokasi Museum Kota Makassar yang strategis dan eksisting bangunan bernuansa kolonial merupakan potensi tersendiri yang dapat dieksplore dengan kemasan nilai filosofi setempat agar lebih menarik bagi pengunjung lokal maupun mancanegara.

Referensi

Dokumen terkait

Atas dorongan Panglima Kodam Siliwangi (kini Kodam III Siliwangi) Ibrahim Adji pada waktu itu, wartawan-wartwan tadi menerbitkan surat kabar “Harian Angkatan Bersenjata” edisi

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi objek atau masalah umum dalam penelitian ini, “Bagaimana variasi bahasa yang digunakan pedagang kaki lima di

Upaya yang dilakukan guru ini diwujudkan dengan selalu meminta siswa untuk bertanya saat guru selesai menjelaskan materi, kesempatan yang diberikan ini tidak

dari Hotel Prima Gaya, oleh karena itu wisatawan yang ingin berlibur di Kabupaten Kendal membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengunjungi beberapa objek wisata

Lingkar kepala sesuai tingkat usia Menggunakan toilet (penggunaan air, membersihkan diri) dengan bantuan minimal Memahami berbagai alarm bahaya. (kebakaran,

Letak Indonesia terlihat berada diantara 2 benua yaitu Asia dan Australia yang artinya akan sangat mudah bagi Indonesia untuk bisa melakukan kerjasama

Kegiatan mengkoordinir sumberdaya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan cara yang efisien dan efektif.

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Peran ibu dalam membiasakan mencuci tangan pada anak usia prasekolah di PAUD Birul Walida’in Desa Mangu, Kecamatan