• Tidak ada hasil yang ditemukan

BU KU SAKU HAM BAGI PETUGAS RUMAH DETENSI IMIGRASI. Pedoman tentan g aspek - aspek Hak Asasi Manusia di Rumah Detensi Imigrasi. ham.go.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BU KU SAKU HAM BAGI PETUGAS RUMAH DETENSI IMIGRASI. Pedoman tentan g aspek - aspek Hak Asasi Manusia di Rumah Detensi Imigrasi. ham.go."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BU

KU SAKU HAM

BAGI PETUGAS

RUMAH

DETENSI IMIGRASI

Pedoman tentan g aspek - aspek Hak Asasi Manusia di Rumah Detensi Imigrasi

ham.go.id

DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI

(2)

Buku Saku HAM bagi Petugas Detensi Imigrasi

DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA Jl. HR. Rasuna Said Kav. 4 -5, Kuningan, Jakarta

Selatan

Tim Penyusun :

Pengarah : Dr. Mualimin Abdi, SH., MH Penanggung Jawab : Bambang Iriana Djajaatmadja,

SH, LLM

Ketua : Bertha E. Saragi, SE, M.Si Sekretaris : Hery Susanto, SH Anggota :

1. Dra. Fetty 2. Adhi Soewito, SH 3. Saptini Krisniwati, SH Pakar/Penyusun Utama : 1. Arie Afriansyah, SH, MIL, PHD

2. Jaya Saputra, S.H.

(3)

Anbar Jayadi, Kadek Wahyu Adi Pratama, dan Marcelino H. Latuputty atas asistensinya dalam

menyusun buku ini.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Tim dapat menyelesaikan “Buku Saku HAM bagi Petugas Rumah Detensi Imigrasi”.

Adapun tujuan dari penyusunan buku saku ini adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan mengenai nilai-nilai hak asasi manusia yang harus diperhatikan oleh seluruh petugas rumah detensi imigrasi. Buku saku hak asasi manusia ini pun diharapkan akan menjadi panduan bagi petugas Rumah Detensi Imigrasi dalam melaksanakan tugasnya mengelolan Rudenim, dan menangani para Deteni secara berbasis hak asasi manusia, serta upaya

(9)

untuk menyebarluasan pemahaman nilai-nilai hak asasi manusia bagi petugas Rumah Detensi

Imigrasi.

Penyusunan Buku Saku ini, telah melalui proses kajian, telaahan, dan diskusi, serta kunjungan lapangan yang dilaksanaan oleh Direktorat Jenderal Hak Asasi manusia, Direktorat Jenderal Imigrasi, serta Akademisi. Oleh karena itu, Tim menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengambil bagian dalam proses penyusunan, pembahasan, hingga terselesaikannya Buku Saku HAM bagi Petugas Rumah Detensi Imigrasi ini.

Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan buku saku ini, oleh karena itu saran dan masakukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan

(10)

penyempurnaan buku saku ini sangat kami harapkan. Akhir kata, diharapkan agar Buku Saku Hak Asasi Manusia bagi Petugas Rumah Detensi Imigrasi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pemahaman nilai-nilai HAM, khususnya bagi petugas rumah detensi imigrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Jakarta, November 2018 Tim Penyusun

(11)

(12)

DAFTAR ISI

1. Tentang Buku Saku “HAM di Rudenim” 2. Rudenim di Indonesia

3. Yang dimaksud dengan “HAM” 4. Dasar hukum

5. HAM dalam keseharian petugas Rudenim 6. Penutup

(13)

DAFTAR ISTILAH

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa HAM Hak Asasi Manusia Rudenim Rumah Detensi Imigrasi (unit

pelaksana teknis yang menjalankan Fungsi Keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi Orang Asing yang dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian) DUHAM Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia

(14)

UNCAT Convention against Torture and Other Cruel, Innhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi

Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukum Lainnya Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia)

CEDAW Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (Konvensi Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan)

ICCPR International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)

ICESCR International Convention on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya)

(15)

IOM International Organization for Migration (Organisasi Internasional

untuk Migrasi)

UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees (Komisariat Tinggi

Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi)

Deteni Orang Asing penghuni Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi yang telah mendapatkan keputusan pendetensian dari Pejabat Imigrasi. TAK Tindakan Administratif Keimigrasian

berupa sanksi administratif yang ditetapkan Pejabat Imigrasi terhadap Orang Asing di luar proses peradilan Deportasi Tindakan paksa mengeluarkan Orang

(16)

TENTANG BUKU SAKU

Untuk siapa Buku Saku ini?

Buku Saku ini diperuntukkan bagi petugas imigrasi pada setiap Rudenim yang ada di Indonesia.

Apa tujuan utama dari Buku Saku ini?

Tujuan utama dari Buku Saku ini yakni sebagai pedoman bagi petugas imigrasi pada setiap Rudenim

agar memperhatikan aspek-aspek

HAM dalam menjalankan tugas pokok dan

fungsinya.

Bagaimana ruang lingkup keberlakuan Buku Saku ini?

Buku Saku ini hanya dipergunakan untuk internal Rudenim saja sebagai sebuah pedoman yang berisi anjuran penerapan HAM dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pada setiap Rudenim. Buku Saku ini tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum di pengadilan atau lembaga penyelesaian sengketa lainnya. Daftar instrumen hukum di Buku Saku ini

(17)

tidak bermaksud sebagai daftar lengkap/“exhaustive list”.

Hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam Buku Saku ini?

Buku Saku ini akan membahas diantaranya instrumen hukum internasional dan peraturan nasional terkait dengan kewajiban HAM Indonesia, penerapan HAM dalam keseharian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi termasuk perlindungan HAM bagi petugas Rudenim.

(18)

7

(19)

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pasal 1 angka 33:

“Rumah Detensi Imigrasi adalah unit pelaksana teknis yang menjalankan Fungsi Keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi Orang Asing yang dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian.”

(Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.01 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi)

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri, Pasal 1 angka 6:

“Rumah Detensi Imigrasi adalah unit kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia yang melaksanakan urusan pendetensian orang asing.”

(20)

Deteni adalah Orang Asing penghuni Rumah

Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi yang telah mendapatkan keputusan pendetensian dari Pejabat Imigrasi.

Tindakan Administratif Keimigrasian (TAK)

adalah sanksi administratif yang ditetapkan

Pejabat Imigrasi terhadap Orang Asing di luar proses peradilan.

Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan

Orang Asing dari Wilayah Indonesia.

HAK ASASI MANUSIA

Pertanyaan penting: Apa itu HAM? Bagaimana melihat HAM dalam konteks Indonesia?

(21)

HAM, menurut Pasal 1(1) UU NO. 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia, adalah:

“seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”

Dalam konteks Indonesia, HAM tidak lepas dari

Kewajiban Dasar Manusia, menurut Pasal 1(2) UU

No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, adalah:

“seperangkat kewajiban yang apabila tidak

dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.”

Adanya HAM, maka ada kewajiban juga menjadi salah satu prinsip HAM universal. Tidak hanya negara melalui aparaturnya harus menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM tiap individu, tetapi

(22)

PRINSIP-PRINSIP UMUM

Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, prinsip-prinsip umum HAM adalah sebagai berikut:

1. Universal dan absolut

• Contoh konkrit dari sifat universal HAM adalah setiap negara di dunia ini setidaknya mengikuti satu instrumen HAM penting seperti DUHAM. • Absolut berarti HAM tidak dapat dikurangi

penikmatannya kecuali di keadaan tertentu dan sesuai prosedur hukum.

2. Interdependen dan tidak dapat dibagi

• HAM saling berkaitan satu dengan yang lain dan tidak dapat dibagi-bagi.

• Misalnya: pemenuhan hak untuk bebas dari penyiksaaan dapat berkontribusi ke pemenuhan hak untuk hidup seseorang.

(23)

• HAM tidak membeda-bedakan orang berdasarkan misalnya jenis kelamin, agama, suku dan ras.

• Dengan kata lain, semua orang mempunyai hakhak yang sama; mereka setara.

4. Ada hak, maka ada kewajiban

• Setiap negara memiliki kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM setiap individu.

• Setiap individu harus menghormati hak asasi individu lainnya.

Sumber: diterjemahkan dengan perubahan dari

United Nations Human Rights Office of the High

Commissioner, “What are human rights?”,

https://www.ohchr.org/en/issues/pages/whatarehu manrights.aspx, diakses 4 September 2018.

(24)

DASAR HUKUM

Nama Instrumen Hukum

Internasional

Status Ratifikasi/Aksesi DUHAM Lihat UU No. 39 Tahun

1999

Keimigrasian Lihat UU No. 6 Tahun 2011

UNCAT Ratifikasi (28 Oktober 1998)

CEDAW Ratifikasi (13 September 1984)

Konvensi Hak-Hak Anak (Convention

on the Rights of the Child)

Ratifikasi (5 September 1990)

Konvensi Hak-Hak Orang dengan Disabilitas (Convention on the Rights

of Persons with Disabilities)

Ratifikasi (30 November 2011)

ICCPR Aksesi (23 Februari 2006)

(25)

ICESCR Aksesi (23 Februari 2006)

Instrumen internasional lain yang patut mendapat perhatian:

Panduan UNHCR tentang Kriteria dan Standar yang dapat diterapkan terkait dengan detensi dari pencari suaka dan alternatif dari detensi

(UNHCR Guidelines on the Applicable Criteria and Standards relating to the Detention of AsylumSeekers and Alternatives to Detention).

Nama instrumen hukum nasional:

1. UUD NRI 1945.

2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

3. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

4. UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. 5. UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas.

(26)

7. Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.1 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi.

HAM DALAM KESEHARIAN PETUGAS

RUDENIM

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.1 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi, Prosedur di Rudenim terdiri atas: A. Pendetensian B. Pelayanan

Detensi

C. Penjatuhan Sanksi/Tata

(27)

1. Penerimaan 2. Registrasi 3. Perawatan 4. Penempatan 5. Pengamanan 1. Persediaan air bersih 2. Penyediaan makanan dan minuman 3. Kesehatan dan kebersihan 4. Ibadah 5. Kunjungan 6. Penyegaran 1. Teguran secara lisan 2. Teguran tertulis Hukuman disiplin dapat berupa penempatan khusus dan pencabutan hak tertentu dalam waktu yang ditentukan D. Pemindahan Detensi E. Penanganan F. Pemulangan dan Deportasi

(28)

1. Pemindahan antar kamar sel 2. Pemindahan antar Rudenim 3. Pemindahan dari Rudenim ke “tempat lain” 4. Pemindahan dari Rudenim ke Direktorat Jenderal Imigrasi 1. Kelahiran 2. Kematian 3. Pelanggaran 4. Mogok makan 5. Pemeriksaan kesehatan 6. Melarikan diri 1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Pelaporan dan usulan penangkalan

KLARIFIKASI

1. Berikut adalah contoh tindakan di Rudenim, aspek HAM, dan dasar hukum terkait. Contoh ini

(29)

dapat digunakan sebagai rujukan atau bahan pertimbangan oleh petugas Rudenim untuk tindakan lain yang tidak dicantumkan sebagai contoh dalam Buku Saku ini.

2. Daftar contoh tindakan, aspek HAM, dan dasar hukum terkait tidaklah menyeluruh (atau bukan sebagai exhaustive list).

(30)

A. PENDETENSIAN

No. Prosedur Contoh

tindakan Aspek HAM terkait Dasar hukum terkait 1. Penerimaan Ibu hamil,

lansia, dan anak-anak didahulukan dalam antrian pendataan.

Ibu hamil, lansia, dan anak-anak disediakan tempat duduk tersendiri. Mengusahakan fasilitas tertentu bagi penyandang difabilitas.

• Hak untuk tidak menerima perlakuan diskriminatif • Hak untuk memperoleh kemudahan bagi ibu hamil, lansia, anak, dan kaum disabilitas • Pasal 3 ayat 3 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 5 ayat 3 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 41 UU No. 39 Tahun 1999 • CEDAW • Konvensi HakHak Anak • Konvensi mengenai hak-hak penyandang disabilitas.

(31)

2. Registrasi Bertanya tentang siapa yang merupakan pencari suaka dan pengungsi (koordinasi dengan IOM dan UNHCR). Bertanya dan mengamati siapa yang sakit dan membutuhkan bantuan khusus dalam registrasi. • Hak atas perlindungan martabat sebagai manusia • Hak atas lingkungan yang sehat • Pasal 29 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 Perpres No. 125 Tahun 2016 ICCPR

(32)

3. Perawatan Memberikan waktu untuk beribadah, misal, yang Muslim untuk shalat. Memberikan waktu untuk beraktifitas olahraga secara wajar. Memberikan anak-anak buku • Hak atas kebutuhan rohani (ibadah) dan jasmani • Hak untuk memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan • Pasal 13 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 21 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999 • ICESCR bacaan atau kesempatan rekreasi. 4. Penempatan Menyediakan

kursi roda atau fasilitas untuk penyandang disabilitas lainnya. Hak atas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas Pasal 41 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 18 UU No. 8 Tahun 2016 • Konvensi HakHak Orang dengan Disabilitas

(33)

5. Pengamanan Jika memberikan penempatan khusus bagi deteni, maka dilakukan dalam kurun waktu yang wajar. Hak untuk diperlakukan sesuai martabatnya sebagai manusia Pasal 29 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 UNCAT

B. PELAYANAN DETENSI

No. Prosedur Contoh

tindakan

Aspek HAM terkait

Dasar hukum terkait

(34)

1. Persediaan air bersih Mengatur jadwal air sehingga deteni dapat mengakses air bersih. Hak atas lingkungan yang sehat Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 ICESCR 2. Penyediaan makanan dan minuman Mengatur jadwal makan khusus ketika bulan Ramadhan. • Hak untuk hidup • Hak untuk melaksanakan ibadah dari agama atau kepercayaan yang dipeluknya Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999 • ICCPR

(35)

3. Kesehatan dan kebersihan Menyediakan pemeriksaan kesehatan deteni. Fogging untuk mencegah demam berdarah di lingkungan Rudenim. Hak atas lingkungan yang sehat Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 ICESCR 4. Ibadah Menyediakan tempat beribadah sesuai agama atau kepercayaan. Hak untuk melaksanakan ibadah dari agama atau kepercayaan yang dipeluknya • Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999 • ICCPR 5. Kunjungan Menjadwalkan waktu kunjungan. Hak untuk berkomunikasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya Pasal 14 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999

(36)

6. Penyegaran/ Hiburan Menjadwalkan waktu rekreasi bagi deteni, misalnya, dengan senam pagi. • Hak untuk pengembangan diri • Hak atas lingkungan yang sehat dan baik • Pasal 28 H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 • Pasal 9 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 12 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 61 UU No. 39 Tahun 1999 • Konvensi HakHak Anak

(37)

C. PENJATUHAN SANKSI/TATA TERTIB

No. Prosedur Contoh

tindakan Aspek HAM terkait Dasar hukum terkait 1. Teguran lisan Memberikan peringatan, misalnya, “Jangan merusak fasilitas Rudenim!”

Hak untuk bebas dari tindakan yang tidak manusiawi • Pasal 33 UU No. 39 Tahun 1999 • UNCAT 2. Teguran

tertulis Pemeriksaan terhadap pelanggaran berulang-ulang dan/atau berat dilakukan dengan seksama. Penempatan khusus dilakukan dengan manusiawi. Pencabutan hak dilakukan dalam kurun waktu tertentu. • Hak atas perlakuan hukum yang adil • Hak atas

perlakuan secara manusiawi • Hak untuk tidak

disiksa selama dalam penempatan khusus Pencabutan hak dilakukan dengan wajar Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 UNCAT

(38)

D. PEMINDAHAN DETENSI

No. Prosedur Contoh

tindakan Aspek HAM terkait Dasar hukum terkait 1. Pemindahan antar kamar sel Mengatur pemindahan dengan baik dan terkoordinasi serta memperlakukan deteni secara manusiawi. • Hak atas perlakukan hukum yang adil (pemindahan antar kamar sel tidak dilakukan secara semenamena) • Hak atas rasa

aman Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999 • UNCAT

(39)

2. Pemindahan antar Rudenim Melakukan penjagaan sewajarnya dengan tujun tidak adanya deteni yang melarikan diri. • Hak atas perlakuan hukum yang adil (pemindahan antar Rudenim tidak dilakukan secara semenamena) • Hak atas rasa

aman Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999 • UNCAT 3. Pemindahan dari Rudenim ke “tempat lain” seperti rumah sakit Jika diperlukan, petugas berusaha menyediakan mobil ambulans untuk secepatnya membawa deteni ke rumah sakit yang dituju.

• Hak atas pelayanan kesehatan • Hak anak untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua secara rutin • Hak atas rasa

aman • Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 49 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 59 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 • CEDAW

(40)

HakHak Anak 4. Pemindahan dari Rudenim ke Direktorat Jenderal Imigrasi Melakukan penjagaan sewajarnya dengan tujun tidak adanya deteni yang melarikan diri. • Hak atas perlakuan hukum yang adil (pemindahan tidak dilakukan secara semena-mena) • Hak atas rasa

aman Pasal 3 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 • Pasal 34 UU No. 39 Tahun 1999 • UNCAT

(41)

E. PENANGANAN

No. Prosedur Contoh

tindakan

Aspek HAM terkait Dasar hukum terkait 1. Kelahiran Mencatat kelahiran dan mengusahakan proses data sehingga si anak mendapatkan status (mengikuti status orang tuanya) Ada bidan dan/atau tenaga medis untuk memantau kelancaran kehamilan.

• Hak atas pelayanan kesehatan • Hak atas status

kewarganegaraan • Pasal 49 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 • CEDAW • UU No. 12 Tahun 2006

(42)

2. Kematian Pendataan kematian. Melakukan kerja sama dengan instansi lain seperti Kepolisian. Pengurusan jenazah sesuai dengan agama dan kepercayaan. • Hak untuk menjalankan dan mengamalkan agama dan/atau kepercayaan • Hak untuk perlakuan dengan penghargaan terhadap harkat dan martabat Pasal 22 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 ICCPR

(43)

3. Pelanggaran Tindakan terhadap pelanggaran tatib Rudenim dilakukan secara bertahap yaitu persuasif, represif, dan alat pengamanan bersifat melumpuhkan seperti alat kejut listrik, • Hak untuk tidak disiksa • Hak untuk diperlukan secara manusiawi (tindakan disipliner harus manusiawi) Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 ICCPR tongkat, dan borgol. Khusus penggunaan alat yang melumpuhkan, tindakan tersebut hanya dilakukan apabila dalam keadaan memaksa dan mengancam keselamatan petugas

(44)

4. Mogok makan Memantau keadaan kesehatan dari deteni yang mogok makan. Tetap siap dengan makanan dan petugas kesehatan. • Hak untuk kesehatan • Hak untuk hidup Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 DUHAM 5. Pemeriksaan

kesehatan Menyediakan dokter untuk pemeriksaan kesehatan. Hak atas lingkungan yang sehat Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 ICESCR

(45)

6. Melarikan diri Melakukan koordinasi dengan masyarakat dan aparat penegak hukum setempat tanpa memberikan kesan negatif terhadap deteni yang melarikan diri kecuali telah melakukan tindak pidana.

Hak untuk tidak disiksa (jika kemudian ditangkap) Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 UNCAT

F. PEMULANGAN DAN DEPORTASI

No. Prosedur Contoh

(46)

1. Persiapan Memeriksa administrasi kepulangan deteni seperti dokumen paspor. Hak untuk mendapatkan perlakuan adil di hadapan hukum Pasal 5 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 • ICCPR • UU No. 6 Tahun 2011 2. Pelaksanaan Mengawal deteni dalam proses deportasi. • Hak untuk diperlakukan secara manusiawi • Hak atas rasa

aman • Pasal 30 UU No. 39 Tahun 1999 • UU No. 6 Tahun 2011 3. Pelaporan dan usulan penangkalan Mencatat deteni yang dipulangkan dan dideportasi. Hak untuk mendapatkan perlakuan adil di hadapan hukum Pasal 5 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 • ICCPR • UU No. 6 Tahun 2011

(47)

PETUGAS RUDENIM

Selain dari HAM yang terkait dengan pelaksanaan prosedur yang tertera di Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.1917-OT.02.1 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi, perlu diperhatikan pula HAM dari petugas Rudenim yakni hak-hak yang melekat kepadanya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

(48)

PENUTUP

Demikian Buku Saku ini dibuat untuk menjadi panduan dalam rangka menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM di Rumah Detensi Imigrasi.

Referensi

Dokumen terkait

LANGUAGE EXPERIENCE APPROACH (Metode PPB /Pendekatan Pengalaman Berbahasa) Berdasarkan hasil BDPS (Belajar Berdasarkan Pengalaman Sendiri).

Rua?ig lingkup peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan/Instruksi Presiden, Peraturan/Keputusan Menteri yang terkait dengan

Penurunan signifikan ini disebabkan karena pada tahun 2004 laporan laba rugi Perusahaan masih mengkonsolidasikan laporan laba rugi PT. Langgeng Bajapratama dan

Untuk memudahkan dalam pengaturan sirkulasi dan peiayanan pada konsumen, penataan los/kios dibedakan juga berdasarkan cara berdagang yaitu zone berdagang secara grosir dan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmad dan juga Hidayahnya kepada Penulis, sehingga dapat terselesaikannya penulisan tesis ini dengan judul “ Pengaruh

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengaruh Pemberian Phaleria

Mereka menyadari bahwa situasi dari seluruh pengetahuan yang ada me- mungkinkan mereka mampu untuk berani menyatakan pemahaman mere- ka sendiri dan sekaligus

Gerakan legalisasi homoseksual dari sebagian mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Semarang ini diperjelas dengan sebuah panduan praktis bagi gerakan