• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMNAS PEREMPUAN. Jakarta, 11 Desember 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMNAS PEREMPUAN. Jakarta, 11 Desember 2014"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e KERANGKA ACUAN

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PUBLIK

“Perkokoh Pengetahuan, mekanisme HAM perempuan dan Dukungan Bersama Hapuskan Kekerasan terhadap Perempuan untuk Bangsa Indonesia”

KOMNAS PEREMPUAN Jakarta, 11 Desember 2014

Pendahuluan

Sebagai Lembaga Nasional untuk hak asasi perempuan, Komnas Perempuan tak bisa dilepaskan dari kesejarahannya. Lahir sebagai bentuk pertanggungjawaban negara atas desakan masyarakat anti kekerasan terhadap perempuan, utamanya kelompok perempuan atas tragedi massal dan penyerangan seksual terhadap perempuan pada bulan Mei 1998 di Jakarta dan beberapa kota lainnya. Komnas Perempuan dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998, yang kemudian diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 sebagai lembaga Negara yang independen.

Dengan berdasar pada latar belakang diatas, tujuan utama Komnas Perempuan fokus pada Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) yang dijabarkan menjadi:

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan penegakkan hak-hak asasi perempuan di Indonesia;

2. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia

(Keppres No.181/Tahun 1998, dalam Pasal 4 dan 5).

Sebagai mekanisme HAM untuk perempuan, Komnas Perempuan bekerja berlandaskan: 1. Konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)

3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam atau tidak Manusiawi (CAT)

4. Deklarasi Internasional tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, serta kebijakan-kebijakan lainnya tentang hak asasi manusia.

Mandat utama Komnas Peremuan adalah sebagai berikut ini:

1. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan, serta penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan;

2. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai instrumen internasional yang relevan bagi perlindungan hak-hak asasi perempuan;

3. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran HAM perempuan, serta penyebarluasan hasil pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong pertanggungjawaban dan penanganan;

4. Memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif, dan yudikatif, serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan dan pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya

(2)

2 | P a g e pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, serta perlindungan HAM penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan;

5. Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia, serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan. Dengan berlandaskan pada tujuan dan mandat diatas, pada periode 2010-2014, Komnas Perempuan telah mengembangkan Rencana Strategis 2010-2014 sebagai pijakan dan arahan kerja untuk masa 5 tahun. Kerja-kerja tersebut dilakukan untuk memperkuat perannya dalam pencegahan dan penanganan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Adapun rencana strategis tersebut antara lain, yang diuraikan di bawah ini.1

1. Meningkatnya upaya Negara untuk memenuhi tanggung jawab atas penegakan hak-hak perempuan dan penanganan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan serta akar masalahnya meliputi penyempurnaan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan sesuai standart konstitusional dan HAM Internasional; penguatan mekanisme pencegahan, pengungkapan dan penyelesaian kasus termasuk pelanggaran HAM masa lalu serta; perubahan perilaku aparat negara agar tanggap terhadap kebutuhan dan hak-hak perempuan korban atas kebenaran, keadilan dan pemulihan.

2. Terbukanya peluang yang lebih besar bagi perempuan korban, kelompok rentan kekerasan dan diskriminasi berlapis, termasuk perempuan miskin, perempuan migran, perempuan dalam prostitusi, perempuan adat, perempuan pekerja rumah tangga, perempuan minoritas seksual dan agama, serta pembela hak asasi perempuan untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengakses hak-haknya atas kebenaran, keadilan, dan pemulihan.

3. Meluas dan menguatnya penyikapan untuk menghapuskan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan oleh masyarakat, khususnya kelompok-kelompok sosial masyarakat yang berpengaruh pada terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran hak asasi perempuan, termasuk lembaga-lembaga, adat dan budaya.

4. Terbangunnya mekanisme komunikasi dan kerjasama sinergis, lintas institusi secara efektif dan berkelanjutan untuk menghapuskan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan khususnya antar kekuatan masyarakat, komunitas korban, dan negara, baik di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan 5. Kokohnya Komnas Perempuan sebagai salah satu institusi nasional Hak Asasi

Manusia (National Human Rights Institution) yang independen, efektif, terpercaya, partisipatif, dan akuntabel di tingkat nasional, regional dan internasional.

Adapun Renstra 2010–2014 ini diturunkan kedalam 11 isu krusial tentang Kekerasan Terhadap Perempuan (KTP). Isu-isu krusial ini dirumuskan dari hasil kerja panjang Komnas Perempuan, baik temuan hasil pemantauan, masukan konsultasi dengan berbagai pihak, maupun temuan-temuan kekerasan lain yang kerentanannya masih tinggi, akses keadilan dan mekanisme perlindungan masih jauh, atau hak korban akan kebenaran, keadilan dan pemulihan masih harus dikawal dan diwujudkan. Berikut 11 isu krusial tersebut: (1) KtP akibat pemiskinan perempuan (termasuk migrasi, Pekerja Rumah Tangga, Sumber Daya Alam, buruh, pengungsian dalam penanganan bencana), (2) KtP akibat politisasi identitas dan kebijakan berbasis moralitas dan agama, (3) KtP dalam konteks pelanggaran HAM masa lalu dan konflik, (4) Penguatan mekanisme HAM bagi perempuan, (5) KtP dalam praktik budaya, (6) KtP dalam konteks tahanan dan serupa tahanan, (7) Perempuan Pembela HAM, (8) KtP dalam praktik pemilu dan

1

(3)

3 | P a g e pemilukada, (9) KtP dalam konteks perkawinan dan keluarga, (10) Kekerasan seksual dalam berbagai konteks lainnya (KtP oleh pejabat publik, pendidikan, anggota komunitas, media, dll), (11) KtP terhadap perempuan rentan diskriminasi (penyandang cacat/difabel, dll).

Komnas Perempuan juga mengembangkan berbagai strategi, baik menggunakan konstitusi sebagai pijakan membangun keberadaban ham dalam berbangsa, menterjemahkan ham kedalam ranah agama dan budaya, membangun terobosan pemulihan korban dari komunitas, mencari peluang dan ruang strategis kerja bersama dari sejumlah daerah mengimbangi dinamika otonomi daerah, advokasi regional dan internasional untuk mengkontribusikan pengetahuan dan mendorong perbaikan bagi Indonesia. Selain itu Komnas Perempuan juga mengembangkan srategi memperkuat dan mempererat jejaring untuk bersama sama membangun kondisi kondusif penghapusan kekerasan terhadap perempuan, baik gerakan perempuan, komunitas korban, lembaga Negara, jaringan regional dan Internasional dalam rangka pemenuhan mandat dan sekaligus meneguhkan keberadaan Komnas Perempuan sebagai Lembaga Nasional HAM bermandat spesifik.

Salah satu strategi utama kerja Komnas Perempuan adalah mengembangkan jejaring, bersinergi dengan mitra strategisnya; dari kelompok gerakan perempuan, komunitas korban, lembaga Negara, jaringan maupun melalui mekanisme regional dan Internasional dalam rangka pemenuhan mandat dan sekaligus meneguhkan keberadaan Komnas Perempuan sebagai Lembaga Nasional HAM bermandat spesifik.

Oleh karenanya, lima tahun capaian kerja Komnas Perempuan untuk memenuhi mandatnya, secara keseluruhan dan yang bersifat tematik, penting dikonsultasikan kembali kepada publik, baik dari unsur lembaga negara, komunitas korban, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mitra strategis Komnas Perempuan lainnya, di tingkat nasional maupun lokal. Untuk memperteguh mekanisme akuntabilitas juga transparansi publik Komnas Perempuan membangun konsultasi Publik yang bertujuan untuk mendapatkan masukan konstruktif baik berbasis refleksi kerja yang sudah dilakukan maupun masukan kedepan dengan analisa prediktif yang tajam dan berkonteks untuk pengawalan ham perempuan serta strategi advokasinya, termasuk isu krusial dan rekomendasi untuk basis kerja kedepan dalam melanjutkan mandat Komnas Perempuan.

Tujuan

 Memberikan gambaran kepada publik tentang mandat KP, rencana dan isu strategis yang menjadi fokus periode ini, kerja-kerja komisioner, capaian yang sudah dilakukan, hambatan dan bacaan analitis tentang konteks HAM di Indonesia serta rekomendasi kedepan.

 Merawat kesinambungan dan keberlanjutan kerja-kerja KP yang telah dikembangkan bersama mitra.

 Mendapatkan masukan substantif dan strategis yang memperkokoh rambu-rambu kerja KP untuk 5 tahun mendatang.

Output

 Adanya catatan reflektif dan konstruktif atas kerja-kerja Komnas Perempuan periode 5 tahun terakhir sebagai mekanisme ham nasional untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

(4)

4 | P a g e Materi

 Laporan Pertanggung Jawaban Publik Periode 2010-2014.

Peserta

Peserta kegiatan berasal dari internal dan mitra strategis. Dari internal Komnas Perempuan, terdiri dari Anggota Komisi Paripurna periode 2010-2014, Anggota Komisi Paripurna periode 2015-2019, sejumlah mantan komisioner dan Badan Pekerja Komnas Perempuan. Dari mitra strategis antara lain dari unsur perwakilan komunitas korban, CSO/NGO, Institusi Masyarakat, Institusi Agama, Tokoh Perempuan, Lembaga Nasional HAM/NHRI, Lembaga Negara dan Lembaga Regional/Internasional.

Waktu dan Tempat

Waktu : Kamis, 11 Desember 2014

Tempat : Ruang Birawa Lantai 1 Hotel Bidakara Jakarta

Jl. Jend. Gatot Subroto Kav.71-73 Pancoran Jakarta Selatan 12870. Phone : +62 21 8379 3555

Pelaksana kegiatan

Pelaksana kegiatan adalah Bidang Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi (PME) Komnas Perempuan.

Agenda

Jadwal Kegiatan: Agenda PJ

08.00 – 08.30 wib: Registrasi Peserta. Penerima dan Among Tamu 08.30 – 09.00 wib: Pembukaan:

Sambutan dari Pimpinan KP Wakil Ketua Komnas Perempuan: Desti Murdijana

Nyanyian pembukaan Dialita

09.00 – 10.00 wib: Paparan Hasil Kerja Komnas Perempuan Periode 2010-2014

Ketua Komnas Perempuan: Yuniyanti Chuzaifah 10.00 – 11.00 wib. Tanggapan perwakilan mitra strategis:

1. Perwakilan/perspektif Komunitas Korban

Ketua Lajnah Immailah JAI: Lilis Kamil

2. Perwakilan/perspektif Pemerintah Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Dra. Sridanti, M.A.

3. Perwakilan/perspektif CSO/NGO perempuan

Forum Pengada Layanan 4. Perwakilan/perspektif

LNHAM/NHRI Komnas HAM :

Moderator:

Wakil Ketua Komnas Perempuan: Masruchah

(5)

5 | P a g e

Jadwal Kegiatan: Agenda PJ

Roichatul Komnas

5. Perwakilan /perspektif Mekanisme HAM regional/Internasional

Rafendi Djamin

6. Perwakilan/perspektif Media Ninuk Pambudi

11.00 – 12.00 wib. Tanggapan Publik Moderator:

Wakil Ketua Komnas Perempuan: Masruchah

12.00 – 13.00 wib. Tanggapan Komnas Perempuan

Oleh Anggota Komisi Paripurna Periode 2010-2014

Moderator:

Wakil Ketua Komnas Perempuan: Masruchah

13.00 – 14.00 wib: ISHOMA Panitia

14.00 – 16.00 wib: Konsultasi bersama mitra strategis berdasarkan rencana strategis 2015-2019 1. Kelompok Korban

2. Kelompok Negara 3. Kelompok Masyarakat 4. Kelompok LNHAM

Fasilitator

1. Desti Murdijana, Soraya Ramli, Dwi Ayu

2. Ninik Rahayu, Ema Mukaramah, Dahlia Madanih

3. Andy Yentriyani, Christina Yulita, Tini Sastra

4. Sylvana Maria Apituley, Sondang Frishka, Detti Arsanti

16.00 – 17.00 wib. Pleno : Paparan hasil konsultasi per kelompok

Moderator:

Wakil Ketua Komnas Perempuan: Masruchah

17.00 – 17.30 wib. Perkenalan komisioner baru periode 2015-2019

Pimpinan Komnas Perempuan Periode 2010-2014

17.30 -18.00 wib. Penutupan dan Doa Sekretaris Jenderal Komnas Perempuan :

Referensi

Dokumen terkait

Limbah cair kelapa sawit (LCKS) dikumpulkan di dalam bak penampungan (F-101), dimana pada bagian atasnya terdapat screening filter (H-102 A/B) yang bertujuan untuk

Kelompok sadar lingkungan (KSL) dan masyarakat Bajo dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam pesisir. Laboratorium alam

Pengertian pemasaran itu sendiri sebenarnya merupakan proses perenacanaan dan eksekusi dari kegiatan pembentukan konsep, penetapan harga, penetapan strategi

Manusia tidak dapat melanjutkan kehidupannya, tanpa penyediaan air yang cukup dalam segi kuantitas dankualitasnya.Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

Peningkatan kadar kolesterol dalam serum darah antara lain disebabkan oleh terganggunya mekanisme dalam pengubahan kolesterol menjadi asam empedu dan berbagai senyawa

Karena pada formula tersebut mampu menyediakan unsur hara yang cukup sehingga lebih memudahkan perakaran tanaman untuk menyerap hara yang dibutuhkan dalam

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam Nugroho (2009:2), Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran guru BK yang dilakukan dengan pemberian layanan bimbingan kelompok yang selama ini diberikan oleh guru BK kepada