1 R
1
R 2
Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Jaringan Spindel GI Nusa
Dua PT. PLN (Persero) Distribusi Bali – UJ Kuta.
Reliability Evaluation of Spindel Network Distribution System at GI
Nusa Dua PT. PLN (Persero) - UJ Kuta.
I Wayan Suardiawan
1)
1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: wa_1_cool@yahoo.co.id
Abstrak : Pada tugas akhir ini, dilakukan
analisis keandalan sistem distribusi jaringan spindel pada gardu Induk Nusa Dua. Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah sebagai evaluasi bagi PT. PLN (Persero) Distribusi Bali khususnya Unit Jaringan Kuta dalam memperbaiki kinerja penyulang-penyulang yang ada pada Gardu Induk Nusa Dua. Metode yang digunakan antara lain pengumpulan data, pengolahan data, serta penganalisisan keandalan sistem distribusi.
Kata kunci: Keandalan, sistem distribusi, jaringan spindel.
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pertumbuhan beban (pelanggan) di wilayah Area Jaringan (AJ) Bali Selatan sedang berkembang, terutama di daerah Nusa Dua yang notabene adalah salah satu pusat pariwisata dari Pulau Bali. Dari kenyataan tersebut, tuntutan terhadap keandalan sistem jaringan distribusi sangat dibutuhkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu evaluasi keandalan sistem distribusi primer 20kV di PT. PLN (Persero) AJ Bali Selatan khususnya daerah Nusa Dua (GI Nusa Dua).
I.2 Permasalahan
Permasalahan yang ada adalah bagaimana mengevaluasi sistem distribusi jaringan spindel khususnya di Gardu Induk Nusa Dua, serta menentukan indeks keandalah dari sisi pelanggan.
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah untuk mengevaluasi keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua yang sebagian besar menggunakan jaringan spindel dan kemudian membandingkannya dengan standar PLN yang telah ada, apakah bisa dikatakan nilai yang didapat sudah baik atau tidak, serta mengetahui indeks keandalan ditinjau dari sisi pelanggan.
II. TEORI PENUNJANG
II.1 Keandalan dan Pemodelan Sistem
Keandalan merupakan peluang bekerjanya suatu peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya pada waktu tertentu dan kondisi tertentu. Jika kita berbicara keandalan kuantitatif, maka kita berbicara dalam konteks peluang (probability). Peluang yang merepresentasikan indeks keandalan memiliki rentang
nilai 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Keandalan sistem/komponen bernilai 0 berarti memiliki peluang sukses 0% dan keandalan sistem/komponen bernilai 1 memiliki peluang sukses 100%. Nilai keandalan ini adalah fungsi waktu, artinya keandalan sebuah sistem/komponen akan bervariasi sesuai dengan waktu dimana evaluasi keandalan tersebut dilakukan. Sistem/komponen yang sama dan diukur saat waktu operasi yang sama akan mungkin memiliki keandalan yang berbeda jika kondisi operasi kedua sistem/komponen sejenis tersebut berbeda.
Sebagai contoh yang sederhana akan dipakai sebuah subsistem yang terdiri dari dua buah filter berikut ini:
II.1.2 Sistem dengan susunan seri
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan seri jika komponen-komponen yang ada didalam sistem itu harus bekerja atau berfungsi seluruhnya agar sistem tersebut sukses dalam menjalankan misinya.
Gambar 1 Sistem susunan seri
Rs = R1R2 ... (1)
dengan:
Rs = keandalan sistem seri R1 = keandalan komponen 1 R2 = keandalan komponen 2
II.1.3 Sistem dengan susunan paralel
Suatu sistem dapat dimodelkan dengan susunan paralel jika seluruh komponen yang ada didalam sistem itu gagal berfungsi maka akan mengakibatkan sistem itu gagal menjalankan fungsinya.
Gambar 2 Sistem susunan paralel
Rp = 1- (1-R1)(1-R2)...(2)
dengan:
Rp = keandalan sistem paralel R1 = keandalan komponen 1 R2 = keandalan komponen 2
II.2 Bentuk jaringan distribusi primer pada Gardu Induk Nusa Dua
II.2.1 Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial seperti R1
2 Gambar 3. Adalah sistem distribusi yang paling
sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.
Gambar 3 Jaringan Radial
Keuntungan dari sistem ini adalah tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun keandalan sistem ini lebih rendah karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam.
II.2.2 Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada Gambar 4 adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).
Gambar 4 Jaringan Spindel
Pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).
II.3 Faktor-faktor Nilai keandalan
Dalam menganalisa nilai keandalan, banyak faktor yang harus diperhitungkan, antara lain: MTTF, MTTR, laju kegagalan, laju perbaikan,, ketersediaan, kurva bak mandi, distribusi eksponensial, dan korelasi.
II.3.1 Mean Time To Failure
Mean Time To Failure (MTTF) adalah waktu rata-rata kegagalan yang terjadi selama beroperasinya suatu sistem, dapat dirumuskan:
MTTF= ... (3)
dengan:
T = waktu operasi (up time) n = jumlah kegagalan
II.3.2 Mean Time To Repair
Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan perbaikan terhadap terjadinya kegagalan suatu sistem yang dapat dirumuskan:
MTTR= ... (4) dengan:
L = waktu perbaikan (down time) n = jumlah perbaikan
II.3.3 Laju Kegagalan
Laju kegagalan atau hazard rate adalah frekuensi suatu sistem/komponen gagal bekerja, biasanya dilambangkan dengan λ (lambda), laju kegagalan dari suatu sistem biasanya tergantung dari waktu tertentu selama sistem tersebut bekerja. Rumus laju kegagalan:
λ = ... (5)
II.3.4 Laju Perbaikan
Laju perbaikan atau Downtime rate adalah frekuensi lamanya suatu sistem/komponen dalam masa perbaikan (kondisi OFF). Rumus laju perbaikan:
... (6)
II.3.5 Ketersediaan
Ketersediaan atau Availability didefinisikan sebagai proporsi waktu dimana sistem dalam keadaan siap beroperasi. Nilai dari availability sistem bergantung pada frekuensi komponen-komponen sistem yang gagal bekerja (laju kegagalan) dan lama perbaikan dari komponen yang rusak hingga sistem berfungsi kembali (laju perbaikan). Rumus ketersediaan: ... (7) dengan: A = Ketersediaan µ = laju perbaikan λ = laju kegagalan
II.3.6 Kurva Bak Mandi
Kurva bak mandi (bathtub) merupakan sebuah grafik yang mempunyai bentuk seperti bak mandi, yang memetakan tingkat kegagalan dari mesin atau sesuatu terhadapa waktu. Pemetaan dilakukan dengan melihat tingkat kegagalan dari suatu produk dalam suatu waktu tertentu yang dipetakan dalam suatu grafik seperti pada gambar 5.
3
Gambar 5 Kurva bak mandi
Kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan dari fungsi hazard yang terdiri dari tiga bagian atau fase, yaitu:
1. Bagian pertama adalah tingkat kegagalan yang turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal (masa awal / burn in period).
2. Bagian kedua adalah tingkat kegagalan yang konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak (masa berguna / useful life period).
3. Bagian ketiga adalah tingkat kegagalan yang naik, yang dikenal sebagai kegagalan aus (masa aus / wear-out period).
II.3.7 Distribusi Eksponensial
Pada distribusi eksponensial, laju kegagalan adalah konstan (λ=C), seperti pada bagian kedua pada kurva bak mandi yang memiliki tingkat kegagalan yang konstan, jadi distribusi eksponensial hanya berlaku pada normal life period saja pada bathtub
curve (kurva bak mandi). Rumus distribusi eksponensial:
... (8)
II.3.8 Korelasi
Korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu untuk mengetahui tingkatan kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain dengan jarak (range) 0 sampai dengan 1.
Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif, sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Berikut adalah rumus korelasi:
... (
9)
dengan:
x = variabel x
= mean (rata-rata) variabel x
y = variabel y
= mean (rata-rata) variabel y
Berikut adalah batasan nilai untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel:
0 : Tidak ada korelasi >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 1 : Korelasi sempurna
II.4 Indeks Keandalan dari sisi pelanggan
Indeks keandalan merupakan suatu metode/cara pengevaluasian parameter keandalan suatu peralatan distribusi tenaga listrik terhadap keandalan mutu pelayanan kepada pelanggan. Indeks ini antara lain adalah SAIFI (System Average Interruption Frequency Index), SAIDI (System Average Interruption Duration Index) dan CAIDI (Customer Average Interruption Frequency Index).
II.4.1 System Average Interruption Frequency Index
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) adalah jumlah rata-rata kegagalan yang terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan waktu (umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah semua kegagalan dalam satu tahun dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem tersebut. Persamaan untuk SAIFI dapat dilihat pada persamaan berikut ini:
... (10)
dengan:
λk = laju kegagalan saluran
Mk = jumlah pelanggan pada saluran k
M = total pelanggan pada sistem
II.4.2 System Average Interruption Duration Index
SAIDI (System Average Interruption Duration Index) adalah nilai rata-rata dari lamanya kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun. Indeks ini ditentukan dengan pembagian jumlah dan lamanya kegagalan secara terus menerus untuk semua pelanggan selama periode waktu yang telah ditentukan dengan jumlah pelanggan yang dilayani selama tahun itu. Persamaan SAIDI dapat dilihat pada persamaan berikut:
... (11)
dengan:
µk = laju perbaikan saluran
Mk = jumlah pelanggan pada saluran k
4 III. DATA SALURAN DISTRIBUSI GARDU
INDUK NUSA DUA
Gardu Induk Nusa Dua mempunyai 3 trafo utama dan terbagi atas 21 penyulang, yang terdiri dari 6 penyulang konfigurasi radial, 12 penyulang konfigurasi spindel dan 3 penyulang express. Hampir 70% pelanggan dari GI Nusa Dua adalah pelanggan VIP seperti hotel-hotel besar dan bertaraf internasional.
III.1. Data gangguan selama 7 tahun
Berikut ini akan disajikan contoh data gangguan tiap penyulang yang terjadi tiap tahun selama 7 tahun (2003-2009). Karena keterbatasan tempat maka akan diambil contoh untuk penyulang Kedonganan pada tahun 2003:
Tabel 1 Daftar gangguan penyulang Kedonganan
tahun 2003
No Tgl_trip Arus Lm Pdm kWh_hilang
Jam 1 06-Jan-03 60 0,03 55,43 2 22-Jan-03 85 0,02 39,26 3 22-Jan-03 80 0,53 1.182,41 4 04-Apr-03 76 0,02 35,10 5 20-Apr-03 62 0,02 28,64 6 25-Apr-03 50 0,02 23,09 7 28-Apr-03 50 0,02 23,09 8 01-Mei-03 50 0,02 23,09 9 01-Mei-03 50 1,12 1.547,30 10 01-Mei-03 50 2,80 3.879,79 11 04-Mei-03 46 0,02 21,25 12 04-Mei-03 46 1,48 1.890,94 13 04-Mei-03 46 2,08 2.655,81 14 05-Mei-03 50 0,02 23,09 15 06-Jun-03 68 0,08 157,04 16 22-Jun-03 64 0,03 59,12 17 19-Jul-03 50 0,08 115,47 18 20-Jul-03 70 0,02 32,33 19 20-Jul-03 70 0,40 775,96 20 20-Jul-03 74 0,02 34,18 21 28-Jul-03 50 0,02 23,09 22 19-Des-03 84 0,02 38,80 23 19-Des-03 50 0,27 369,50
III.2 Data mulai beroperasinya penyulang
Berikut adalah data mulai beroperasinya penyulang, panjang saluran dan jumlah trafo.
Tabel 2 Data usia, panjang dan jumlah trafo tiap
penyulang
No Penyulang
Panjang Jumlah Mulai
Saluran (m) Trafo Beroperasi
1 Kedonganan 12.205 46 01/08/1995 2 Mumbul 43.735 73 <2003 3 Ungasan 85.248 125 <2003 4 B. Gardenia 2.064 10 19/02/2009 5 Kampus 27.347 36 1996 6 Tj. Benoa 7.630 21 01/08/1995 7 Four Season 10.363 9 01/08/1995 8 Sawangan 1.700 1 26/11/2002
No Penyulang Panjang Jumlah Mulai
Saluran (m) Trafo Beroperasi
9 Bvlgary 30.500 3 07/04/2008 10 Buster Pump I 19.495 11 04/09/1995 11 Tragia 31.050 10 16/07/1996 12 Golf Course 9.844 10 07/09/1995 13 Hilton 5.800 5 08/09/1995 14 Santa R. 3.725 1 2007 15 SS II 790 1 24/07/1995 16 Amenity 5.070 5 <2003 17 Club Med 4.770 6 <2003 18 Bali Resort 9.415 12 <2003 19 Exp Jimbaran 7.895 0 16/11/1995 20 SS I 1.595 0 <2003 21 Exp BPG 11.830 0 07/04/2008
III.3 Jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai 2009
Selanjutnya adalah data jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai tahun 2009. Pertumbuhan rata-rata tiap tahun dari GI Nusa Dua adalah sebesar 2,5% yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3 Jumlah pelanggan dari tahun 2003 sampai
2009
No Tahun Jumlah Pelanggan
1 2003 28787 2 2004 29526 3 2005 30283 4 2006 31059 5 2007 31855 6 2008 32672 7 2009 33510
IV. PERHITUNGAN DAN ANALISIS
KEANDALAN GARDU INDUK NUSA DUA IV.1 Evaluasi Keandalan Statis
Untuk mengevaluasi keandalan dari suatu komponen atau sistem yang pertama kali harus dilakukan adalah dengan memodelkan komponen atau sistem tersebut kedalam diagram blok keandalan (reliabiliy block diagram). Dari diagram blok keandalan ini kemudian dihitung keandalan berdasarkan susunan seri-paralel dari komponen atau sistem yang bersangkutan, berikut adalah hasilnya:
Tabel 4 Nilai keandalan masing-masing penyulang
dengan metode keandalan statis
No Penyulang R Konf.
1 KEDONGANAN 0,990000 R 2 MUMBUL 0,899894 R 3 UNGASAN 0,999899 R 4 BALI GARDENIA 0,999963 R
5 5 KAMPUS 0,899829 R 6 TJ. BENOA 0,690958 R 7 FOUR SEASON 0,387420 S 8 SAWANGAN 0,900000 S No Penyulang R Konf. 9 BVLGARY 0,729000 S 10 BUSTER PUMP I 0,313811 S 11 TRAGIA 0,999997 S 12 GOLF COURSE 0,348678 S 13 HILTON 0,590490 S 14 SANTA R. 0,900000 S 15 SS II 0,900000 S 16 AMENITY 0,882900 S 17 CLUB MED 0,531441 S 18 BALI RESORT 0,282430 S 19 EXP JIMBARAN 1,000000 E 20 SS I 1,000000 E 21 EXP BPG 1,000000 E
IV.2 Mean Time To Failure dan Mean Time To Repair
MTTF dan MTTR digunakan untuk melihat seberapa cepat terjadinya kerusakan dan perbaikan dari masing-masing penyulang pada Gardu Induk Nusa Dua Berikut akan ditampilkan nilai MTTF dan MTTR masing-masing penyulang selama 7 tahun.
Tabel 5 Nilai MTTF dan MTTR selama selang waktu
7 tahun No Penyulang MTTF (hari) MTTR (jam) Konfig Rata2 Rata2 1 KEDONGANAN 17,5732 0,6041 R 2 FOUR SEASON 49,4604 0,6086 S 3 SAWANGAN 45,1766 1,5720 S 4 BVL GARY 37,0002 0,1568 S 5 BUSTER PUMP I 21,4919 0,4369 S 6 TRAGIA 27,5054 0,5410 S 7 EXP JIMBARAN 35,8642 1,1956 E 8 GOLF COURSE 33,2297 0,4187 S 9 HILTON 83,3503 1,2881 S 10 SANTA R. 31,2867 1,1370 S 11 TJ. BENOA 19,1749 0,8337 R 12 SS II 84,6667 2,0659 S 13 SS I 75,5516 2,3857 E 14 AMENITY 66,3586 0,9774 S 15 KAMPUS 17,9231 0,7073 R 16 EXP BPG 49,1028 1,8805 E 17 CLUB MED 59,8120 1,0219 S 18 BALI RESORT 95,1211 1,6752 S 19 B. GARDENIA 81,0000 2,8900 R 20 UNGASAN 10,3753 0,3062 R 21 MUMBUL 23,3596 0,7136 R
IV.3 Laju Kegagalan dan Laju Perbaikan
Dari hasil yang diperoleh pada tabel 5, kemudian dapat dicari nilai laju kegagalan (λ) dan laju perbaikan (µ) dari masing-masing penyulang.
Tabel 6 Nilai laju kegagalan dan laju perbaikan
masing-masing penyulang
No Penyulang
Laju
Kegagalan (λ) Laju Perbaikan (µ)
Hari Jam Hari
1 KEDONGANAN 0,0569 1,6554 39,7298 2 FOUR SEASON 0,0202 1,6430 39,4327 3 SAWANGAN 0,0221 0,6361 15,2667 4 BVLGARY 0,0270 6,3776 153,0612 5 BUSTER PUMP I 0,0465 2,2887 54,9279 6 TRAGIA 0,0364 1,8486 44,3659 7 EXP JIMBARAN 0,0279 0,8364 20,0737 8 GOLF COURSE 0,0301 2,3883 57,3199 9 HILTON 0,0120 0,7763 18,6315 10 SANTA R. 0,0320 0,8795 21,1091 11 TJ. BENOA 0,0522 1,1995 28,7875 12 SS II 0,0118 0,4840 11,6171 13 SS I 0,0132 0,4192 10,0600 14 AMENITY 0,0151 1,0231 24,5551 15 KAMPUS 0,0558 1,4138 33,9303 16 EXP BPG 0,0204 0,5318 12,7623 17 CLUB MED 0,0167 0,9786 23,4854 18 BALI RESORT 0,0105 0,5969 14,3265 19 B. GARDENIA 0,0123 0,3460 8,3045 20 UNGASAN 0,0964 3,2664 78,3927 21 MUMBUL 0,0428 1,4013 33,6323 IV.4 Ketersediaan
Nilai ketersediaan (A) menggambarkan berapa peluang suatu alat beroperasi. Berdasarkan rumus (7), maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7 Nilai Ketersediaan tiap penyulang
No Penyulang (A) Konf
1 KEDONGANAN 0,99857 R 2 MUMBUL 0,998729 R 3 UNGASAN 0,998772 R 4 BALI GARDENIA 0,998516 R 5 KAMPUS 0,998358 R 6 TJ. BENOA 0,998192 R 7 FOUR SEASON 0,999488 S 8 SAWANGAN 0,998552 S 9 BVLGARY 0,999823 S 10 BUSTER PUMP I 0,999154 S 11 TRAGIA 0,999181 S 12 GOLF COURSE 0,999475 S 13 HILTON 0,999356 S 14 SANTA R. 0,998488 S 15 SS II 0,998984 S 16 AMENITY 0,999387 S 17 CLUB MED 0,999289 S
6 18 BALI RESORT 0,999267 S
19 EXP JIMBARAN 0,998613 E 20 SS I 0,998686 E 21 EXP BPG 0,998407 E
IV.5 Keandalan Distribusi Eksponensial
Kemudian dari data pada tabel 6 dan rumus (8) dapat digambarkan grafik keandalan dengan menggunakan metode distribusi eksponensial untuk masing-masing tipe penyulang selama selang waktu (t) 100 hari sebagai berikut.
Gambar 8 Grafik keandalan penyulang konfigurasi
radial selama 100 hari
Gambar 9 Grafik keandalan penyulang spindel
selama 100 hari
IV. 6 Korelasi keandalan dengan faktor fisik penyulang
Berdasarkan rumus (9) dan dari data-data yang ada, dapat dicari hubungan/korelasi antara keandalan penyulang dengan faktor fisik di lapangan, seperti: usia penyulang, jumlah pelanggan, panjang saluran, dan jumlah trafo.
Tabel 8 Korelasi keandalan eksponensial selama 1
bulan dengan faktor fisik penyulang
Korelasi R Panjang Jumlah Jumlah Usia
terhadap saluran trafo pelanggan penyulang
P. Radial -0,60 -0,64 -0,66 -0,93
P. Spindel -0,59 -0,21 -0,34 -0,29
IV. 7 Indeks Keandalan dari sisi pelanggan
Dari rumus (10) dan (11), kemudian dapat dihitung indeks keandalan dari sisi pelanggan Gardu Induk Nusa Dua selama 7 tahun.
Tabel 9 Indeks keandalan dari sisi pelanggan GI Nusa
Dua selama 7 tahun
No Tahun SAIFI SAIDI (gangguan/pelanggan) (menit) 1 2003 0,055 1130 2 2004 0,062 695 3 2005 0,103 167 4 2006 0,053 225 5 2007 0,045 123 6 2008 0,911 54 7 2009 0,05 353
Dari hasil yang didapat kemudian dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, yaitu World Class Services GAP Analysis, berikut ini:
Gambar 10 World Class Services GAP Analysis
Kemudian dari tabel 9 dan gambar 10, dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:
Tabel 10 Tabel perbandingan indeks keandalan antara
WCS, GI Nusa Dua dan Sistem Bali pada tahun 2008
SAIFI
SAIDI
WCS3
100
GI Nusa Dua
0,911
54
Sistem Bali
1,65
61,43
V. PENUTUP V.1 KesimpulanBerdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
7 1. Nilai Mean Time To Failure (MTTF) terkecil
selama 7 tahun untuk penyulang radial adalah 10,375 hari (P. Ungasan) dan nilai MTTF terbesar adalah 81 hari (P. Bali Gardenia) serta nilai rata-ratanya adalah 28,23 hari, sedangkan nilai MTTF terkecil selama 7 tahun untuk penyulang spindel adalah 21,49 hari (P. Booster Pump I) dan nilai MTTF terbesar untuk penyulang spindel adalah 95,12 hari (P. Bali Resort) serta nilai rata-ratanya adalah 52,87 hari. Dari hasil perbandingan untuk 2 tipe penyulang tersebut, terlihat bahwa konfigurasi spindel mempunyai nilai R yang lebih baik, hingga sebesar 87,28% bila dibandingkan dengan konfigurasi radial.
2. Untuk evaluasi dengan metode diagram blok, didapat bahwa nilai keandalan penyulang spindel adalah lebih rendah dengan rata-rata 0,6472 bila dibandingkan dengan penyulang radial yang rata-ratanya 0,9134.
3. Dari hasil analisis korelasi pada penyulang radial, nilai keandalan cukup berkorelasi dengan panjang saluran (-0,6), jumlah trafo (-0,64), jumlah pelanggan (-0,66), dan usia penyulang (-0,93). Tapi tidak halnya dengan penyulang spindel, nilai keandalannya kurang berkorelasi dengan jumlah trafo (-0,21), jumlah pelanggan (-0,34) dan usia penyulang (-0,29).
4. Nilai SAIFI untuk WCS adalah 3, GI Nusa Dua adalah 0,911 dan Sistem Bali 1,65, sedangkan nilai SAIDI untuk WCS adalah 100, GI Nusa Dua adalah 54 dan Sistem Bali 61,43. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keandalan dari Gardu Induk Nusa Dua sudah cukup baik, karena nilai yang didapat lebih baik bila dibandingkan dengan standar WCS yang telah diterapkan maupun dengan keseluruhan sistem bali itu sendiri.
V.2 Saran
1. Untuk penelitian lebih lanjut tentang keandalan sistem distribusi, perlu dilibatkan berbagai analisa lainnya, seperti cost analysis, management analysis maupun maintenance analysis.
2. Untuk melengkapi wacana penelitian tentang keandalan distribusi, dapat dilakukan pengembangan untuk daerah lain yang memiliki karakteristik jaringan dan beban yang berbeda-beda, baik di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali maupun di seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Kuliah
Keandalan1-Pendahuluan - FTK ITS, Surabaya.
[2] Artana, Ketut Buda, Diktat Kuliah: Statistika
Rekayasa-Distribusi Peluang – FTK ITS,
Surabaya.
[3] Endrenyi, J., “Reliability Modeling in Electric Power Systems”, John Wiley & Sons Ltd., Toronto,
Ch. 2, 1980.
[4] Wilkins, Dennis J., “The Bathtub Curve and Product Failure Behavior “, Weibull, November, 2002
[5] Ferdiansyah, “Evaluasi Keandalan Sistem
Distribusi PT.PLN (Persero) APJ Surabaya Selatan Menggunakan Metode Non-Eksponensial Down Times”, Teknik Elektro-ITS, Surabaya,
2007.
[6] Marsudi, Djiteng, “Operasi Sistem Tenaga
Listrik”, Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta
Selatan, 1990.
[7] Priyanta, Dwi, Diktat Kuliah: Keandalan dan
Perawatan – FTK ITS, Surabaya, 2000
[8] Sukerayasa, I Wayan, “Penentuan Angka Keluar Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Universitas Udayana, Jimbaran, Desember, 2007
[9] Sukmawidjaja, Maula, “Perhitungan Profil Tegangan pada Sistem Distribusi Menggunakan Matrix Admitansi dan Matrix Impedansi Bus”, JETri, vol. 7, pp.21-40, ISSN 1412-0372, February, 2008
[10] Priyambodo, B., “Manajemen Farmasi Industri”, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2007. [11] Rummel, R.J., “Understanding Correlation”,
Departement of Political Science University of Hawaii, Honolulu, 1976.
[12] Moubray, John, “Reliability Centered
Maintenance”, Industrial Press, New York, 1997 [13] Rausand, M. and Hoyland, A., “System
Reliability Theory; Models, Statistical methods, and Applications”, John Wuiley & Sons, New
York, 2004.
RIWAYAT HIDUP
I Wayan Suardiawan
dilahirkan di Denpasar, 6 Januari 1988. Pada tahun 2006, penulis masuk ke Jurusan Teknik Elektro FTI ITS dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten praktikum, koordinator praktikum dan koordinator asisten di Laboratorium Konversi Energi Listrik-Jurusan Teknik Elektro-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.