• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Peran Serta Petani Dalam Upaya Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Studi di Daerah Irigasi Tilong Kabupaten Kupang NTT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Peran Serta Petani Dalam Upaya Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Studi di Daerah Irigasi Tilong Kabupaten Kupang NTT)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

www.jelajahNTT.com Page 1

Kajian Peran Serta Petani Dalam Upaya Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

(Studi di Daerah Irigasi Tilong Kabupaten Kupang – NTT)

Hamdan In’ami

Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: hamdan@jelajahNTT.com

Agung Wiyono

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Email: ag.wiyono@yahoo.com

Suardi Natasaputra

Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132,

Email: suardi_n@yahoo.co.id ABSTRAK

Peranserta petani merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi. Hal ini dikarenakan petani lah yang paling mengetahui potensi sumber daya dan kebutuhannya disamping sebagai penerima manfaat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Kajian ini bermaksud mengukur tingkat peran serta petani dalam upaya peningkatan OP jaringan irigasi di D.I. Tilong dan kontribusinya terhadap produktivitas.

Pengukuran tingkat peranserta petani didasarkan pada Teori Tingkah Laku Terencana (Ajzen, 1991), bahwa ketika individu akan menampilkan tingkah laku tertentu akan ditandai dengan intensi (kesiapan, niat) terhadap tingkah laku tersebut. Intensi dapat dijadikan sebagai predictor tingkah laku dan dapat diukur tingkatannya melalui determinan-determinan pembentuknya. Ada 3 (tiga) determinan pembentuk intensi, yaitu: sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif dan persepsi terhadap kontrol tingkah laku.

Dari hasil analisa terhadap 74 responden dari 724 petani di lingkup GP3A Tilong menunjukkan bahwa peranserta petani terhadap OP jaringan irigasi sebesar 68,3% sehingga masuk kategori “cukup baik”. Peranserta ini dipengaruhi secara parsial oleh sikap positif petani sebesar 73,5% (baik), dukungan lingkungan sosial sebesar 71,0% (cukup baik) dan kepercayaan diri petani sebesar 65,0% (cukup baik). Tingkat peranserta petani juga berpengaruh terhadap produktivitas sebesar 76,0% sedangkan sisanya sebesar 24,0% oleh faktor lain.

Kata kunci: peranserta, OP jaringan irigasi, teori tingkah laku terencana, produktivitas.

(2)

www.jelajahNTT.com Page 2

ABSTRACT

Participation of farmers is one of the critical success factors of O&M irrigation system. This is because most farmers who know the potential resources and their needs as well as beneficiaries in the implementation of these activities. This study is intended to measure the level of participation of farmers in improving irrigation system in Tilong irrigation area and its contribution to productivity.

Measuring the level of participation of the farmers is based on Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), that when an individual perform a certain behavior will be indicated by the intention toward the behavior. Intention can be used as predictors of behavior and the level can be measured through its constituent determinants. There are 3 (three) determinant of forming the intention, namely: attitude toward behavior, subjective norms and perceived behavioral control. The result analysis of 74 respondents from 724 farmers in the scope GP3A Tilong indicates that the participation of farmers on O&M irrigation system categorized as "good enough" with the figure of 68,3%. Participation was partially influenced by the positive attitude of farmers amounted to 73.5% (Good), subjective norms amounting to 71.0% (Good Enough), and perceived behavioral control by 65.0% (Good Enough). Level of farmers’ participation also has correlation to the productivity of 76.0% and the rest of 24.0% from the other factors.

Keywords: participation, OP irrigation system, the theory of planned behavior, productivity.

1. Pendahuluan

Kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan air sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman sebagai prasyarat keberhasilan usaha tani secara intensif. Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan oleh peranserta petani karena mereka lah yang paling mengetahui kebutuhan dan sumberdaya yang ada. Dengan keterlibatan petani dalam pengelolaan sistem jaringan irigasi, maka upaya untuk meningkatkan OP jaringan irigasi akan lebih efektif dan efisien.

Masyarakat petani di wilayah D.I. Tilong Kabupaten Kupang Provinsi NTT memiliki harapan besar setelah jaringan irigasi Tilong beroperasi pada tahun 2002. Bendungan, jaringan irigasi dan sistem jaringan air baku Tilong merupakan satu paket bantuan JBIC yang resmi beroperasi pada tanggal 19 Mei 2002.

(3)

www.jelajahNTT.com Page 3 Jaringan irigasi Tilong didesain untuk mengairi lahan potensial seluas 1.484 Ha di wilayah kecamatan Kupang Timur dan Kupang Tengah. Usaha tani yang semula berbasis tadah hujan dimana iklim setempat hanya terdiri dari 3-4 bulan basah, dengan adanya jaringan irigasi Tilong dapat diusahakan untuk lebih dari satu kali musim tanam.

Namun harapan masyarakat petani di wilayah D.I. Tilong belum terpenuhi secara maksimal, karena hingga saat ini masih banyak terdapat kerusakan pada jaringan irigasi Tilong yang belum ditangani dengan baik. Data mengenai kondisi dan fungsi jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.1, Tabel 1.2, dan Tabel 1.3. Tabel 1.1. Kondisi dan Fungsi Saluran Irigasi D.I. Tilong

No Jenis Panjang Saluran (m) Total Panjang Kondisi Fungsi Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Baik Tdk Berfungsi 1 Saluran Primer 9.799,54 8.146,74 1.036,7 616,1 0 8.146,74 1.652,8 2 Saluran Sekunder 10.571,5 3.412,4 7.159,1 0 0 4.794,7 7.875 3 Saluran Suplesi 1.156,2 0 1.156,2 0 0 0 1.156 4 Saluran Muka 1.562,5 114 1.448,5 0 0 114 1.448,5 TOTAL 23.089,74 11.673,14 10.800,5 616 10.957,24 12.132,5 Sumber: Spektra, 2009

Dari Tabel 1.1. terlihat bahwa saluran yang tidak berfungsi adalah sepanjang 12.132,5 m dari total panjang saluran 23.089,74 m. Artinya masih terdapat 52,5% saluran yang tidak berfungsi. Beberapa wilayah yang berada di sekitar sungai masih dapat menikmati pelayanan D.I. Tilong melalui suplesi ke 3 (tiga) bendung yaitu, Bendung Dendeng, Bendung Tasipah dan Bendung Batu Oe. Namun areal yang tidak terjangkau dari 3 sungai tersebut akan kembali ke sistem irigasi tadah hujan. Di antara areal tersebut juga masih terdapat beberapa luasan yang belum dilakukan pencetakan sawah. Beberapa alasan diantaranya, yaitu terdapat persengketaan tanah, terdapat tanah adat, dan tidak adanya tenaga kerja.

(4)

www.jelajahNTT.com Page 4 Tabel 1.2. Kondisi dan Fungsi Bangunan Sipil Jaringan Irigasi D.I. Tilong

No Jenis Aset Jumlah Kondisi Fungsi

Aset Baik Rusak Rusak Rusak Baik Kurang Buruk Tdk Ber-

Ringan Sedang Berat fungsi

1 Bendungan 1 1 0 0 0 1 0 0 0 2 Bagi Sadap 5 4 1 0 0 4 0 0 1 3 Bagi 2 2 0 0 0 2 0 0 0 4 Sadap 24 17 4 2 1 9 0 0 15 5 Bangunan Ukur 7 7 0 0 0 3 0 0 4 6 Terjunan Pembawa 18 14 3 0 1 1 0 0 17 7 Got Miring 8 6 0 2 0 0 0 0 8 8 Siphon 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9 Talang 13 9 1 3 0 7 0 0 6 10 Gorong-gorong 17 17 0 0 0 12 0 0 5 11 Gorong-gorong Silang 1 0 1 0 0 0 0 0 1 12 Gorong-gorong Drainase 22 12 3 6 1 11 0 0 11 TOTAL 119 90 13 13 3 49 0 0 70 Sumber: Spektra, 2009

Tabel 1.3. Kondisi dan Fungsi Mechanical Engineering Jaringan Irigasi D.I. Tilong

No Jenis Aset Jumlah Kondisi Fungsi

Aset Baik Rusak Rusak Rusak Baik Kurang Buruk Tdk Ber-

Ringan Sedang Berat fungsi

1 Bendungan 1 1 0 0 0 1 0 0 0 2 Bagi Sadap 5 3 2 0 0 3 1 0 1 3 Bagi 2 2 0 0 0 2 0 0 0 4 Sadap 24 15 6 2 1 3 3 1 17 5 Bangunan Ukur 7 7 0 0 0 3 0 0 4 8 Siphon 1 1 0 0 0 1 0 0 0 TOTAL 40 29 8 2 1 13 4 1 22 Sumber: Spektra, 2009

Kondisi tersebut membuat areal yang mendapatkan pelayanan dari jaringan irigasi Tilong menjadi sangat kecil dibandingkan potensi lahan sesuai rencana desain. Sebagai gambaran tingkat layanan jaringan irigasi Tilong bisa dilihat pada data luas tanam pada kondisi terakhir yaitu di tahun 2010 pada MT I dan MT II yang tertera pada Tabel 1.4.

(5)

www.jelajahNTT.com Page 5 Tabel 1.4. Areal yang mendapatkan pelayanan jaringan irigasi Tilong 2010

No Sub DI Luas Areal

Luas Tanam (Ha)

Keterangan

MT I MT II 1 Fatukanutu 233 33 56 2 Manifu 223 58 70

3 Oelpuah 80 76 76 Suplesi dari Bendung Tasipah 4 Puluti 282 16 16

5 Batu Oe 220 56 38 Suplesi dari Bendung Batu Oe 6 Oefafi 161 5 5

7 Noelbaki 285 255 30 Suplesi dari Bendung Dendeng

Total 1484 499 291 Sumber : Petugas Tilong

Untuk mengukur kinerja lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebagai salah satu lembaga pengelola irigasi, telah diatur melalui Permen PU No. 32/2007 tentang Pedoman OP Jaringan Irigasi. P3A yang mandiri tentunya akan diikuti oleh tingginya tingkat peran serta anggota-anggotanya. Untuk melihat hal tersebut harus dilakukan pengukuran tingkat peranserta tiap individu petani anggota P3A yang bersangkutan. Disamping itu harus diukur pula sebaran tingkat kesejahteraan melalui indikator luasan kepemilikan lahan, produktivitas dan kondisi-kondisi umum lainnya.

Permasalahannya adalah, (1) bagaimana mengukur tingkat peranserta petani dalam kegiatan OP jaringan irigasi? (2) Apakah tingkat peranserta petani mempengaruhi tingkat produktivitas lahan?

Maksud kajian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesiapan petani untuk berperan serta dalam OP jaringan irigasi. Adapun tujuan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi psikologis petani sebagai faktor yang memegang peranan penting dalam upaya untuk meningkatkan OP jaringan irigasi secara partisipatif.

(6)

www.jelajahNTT.com Page 6

2. Tinjauan literatur

2.1. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi, menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi adalah kegiatan pengaturan air dan jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangannya, termasuk usaha mempertahankan kondisi jaringan irigasi agar tetap berfungsi dengan baik dan mempertahankan kelestariannya.

Menurut Permen PU No. 32/2007, operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi. Adapun pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

2.2. Partisipasi Petani dalam OP jaringan irigasi

Partisipasi masyarakat petani dalam pengelolaan sistem irigasi, sesuai Permen PU No. 30/2007 tentang PPSIP, dimaksudkan untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan kemampuan perkumpulan petani pemakai air dalam rangka meningkatkan efisien dan efektifitas keberlanjutan sistem irigasi.

Mekanisme partisipasi masyarakat petani dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sistem irigasi partisipatif dibangun dari saling percaya, saling membutuhkan dan saling peduli diantara berbagai pihak yang terkait dari aspek teknis dan sosial dalam semua tahap kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan termasuk monitoring dan evaluasi.

2.3. Teori Tingkah Laku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Kesadaran untuk berpartisipasi yang tumbuh dari masyarakat merupakan modal dasar bagi tercapainya tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kesadaran dan kesiapan (intensi) untuk berpartisipasi termasuk dalam tingkah laku yang

(7)

www.jelajahNTT.com Page 7 terencana karena dilakukan secara sengaja, tidak tergesa-gesa, dan diputuskan dengan pertimbangan yang matang atas informasi yang tersedia (Glanz dalam Fatimah, 2010).

Dalam Theory of Planned Behavior, kemunculan tingkah laku ditandai adanya intensi individu untuk bertingkah laku. Intensi juga dianggap sebagai determinan yang paling dekat dengan tingkah laku sehingga dapat digunakan sebagai predictor dari tingkah laku spesifik tertentu (Ajzen, 1991). Melalui intensi kita dapat mengetahui apakah individu akan cenderung bertingkah laku tertentu atau tidak. Intensi ditentukan oleh faktor-faktor yang melatar-belakanginya, yaitu sikap terhadap tingkah laku (attitude toward behavior), norma subyektif terhadap tingkah laku (subjective norms), dan persepsi terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavioral control). Berikut adalah penjelasan mengenai determinan-determinan pembentuk intensi dan tingkah laku.

2.3.1 Attitude Toward Behavior (ATB)

Attitude toward behavior (sikap terhadap tingkah laku) adalah evaluasi keseluruhan terhadap tingkah laku. Sikap terhadap tingkah laku merupakan derajat evaluasi/ penilaian individu terhadap tingkah laku tertentu, baik positif ataupun negatif (Ajzen, 1991). Sikap (attitude) berkembang dari kepercayaan (belief) yang dipegang individu mengenai obyek dari sikap, yang dalam hal ini adalah tingkah laku tertentu. Secara umum dalam membentuk kepercayaan, individu menghubungkannya dengan berbagai atribut, seperti obyek, karakteristik, ataupun kejadian tertentu. Dalam sikap terhadap tingkah laku, tiap kepercayaan yang dipegang individu menghubungkan tingkah lakunya dengan sejumlah akibat (konsekuensi), juga dengan atribut lain seperti pengorbanan yang harus dikeluarkan apabila menampilkan tingkah laku tertentu. Individu belajar untuk menilai positif tingkah laku yang memiliki konsekuensi positif. Sebaliknya, individu belajar untuk menilai negatif tingkah laku yang memiliki konsekuensi negatif. Oleh karena itu, sikap sangat dipengaruhi oleh kuat lemahnya kepercayaan (belief).

(8)

www.jelajahNTT.com Page 8 Sikap terhadap tingkah laku memiliki dua komponen yang bekerja bersama-sama, yaitu behavioral belief (kepercayaan tentang konsekuensi dari tingkah laku) dan outcome evaluation (penilaian baik positif maupun negatif tentang konsekuensi dari tindakan).

Sikap terhadap tingkah laku berpartisipasi dalam OP jaringan irigasi adalah derajat evaluasi/ penilaian individu, baik positif maupun negatif terhadap tingkah laku berpartisipasi dalam OP jaringan Irigasi. Komponen yang mempengaruhi sikap tersebut yaitu:

1. Behavioral belief, yaitu kepercayaan tentang konsekuensi apa saja yang dapat muncul dari tingkah laku berpartisipasi dalam OP jaringan irigasi. 2. Outcome evaluation, yaitu evaluasi/ penilaian, baik positif maupun negatif

tentang konsekuensi dari tindakan berpartisipasi dalam OP jaringan irigasi. Judgment positif maupun negatif merupakan komponen outcome evaluation.

2.3.2. Subjective Norms

Subjective Norms (norma subyektif terhadap tingkah laku) adalah tekanan sosial yang dipersepsi oleh individu dalam menampilkan tingkah laku (Ajzen, 1991). Norma subyektif memiliki dua komponen yang saling berinteraksi, yaitu kepercayaan normatif (normative belief), yang merupakan kepercayaan mengenai apakah individu lain yang menjadi referensi bagi seseorang akan menerima atau tidak menerima jika orang tersebut menampilkan tingkah laku tertentu. Ditambah pula dengan sekuat apa motivasi seseorang untuk menuruti individu yang menjadi referensinya (motivation to comply). Orang yang percaya bahwa individu lain yang menjadi referensi baginya berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan tingkah laku tertentu serta termotivasi untuk melakukan apa yang diharapkan padanya, akan memiliki norma subyektif yang positif.

Hal yang sama berlaku pada tingkah laku untuk berpartisipasi dalam OP jaringan irigasi, jika seseorang mempersepsi bahwa orang lain yang menjadi referensi

(9)

www.jelajahNTT.com Page 9 baginya mengharapkannya untuk menampilkan tingkah laku tersebut, serta ia pun berusaha memenuhi harapan tersebut, maka ia akan cenderung memiliki norma subyektif yang positif terhadap tingkah laku berpartisipasi dalam OP jaringan irigasi.

2.3.3. Perceived Behavioral Control (PBC)

Perceived Behavioral Control (persepsi terhadap kontrol tingkah laku) yaitu kemudahan atau kesulitan yang dipersepsi oleh individu dalam upaya menampilkan tingkah laku (Ajzen, 1991). Adapun Perceived Behavioral Control memiliki dua aspek, yaitu control belief dan perceived power. Control belief adalah kepercayaan mengenai hambatan ataupun kemudahan apa saja yang ada dalam diri individu untuk menampilkan tingkah laku. Ini juga merupakan kepercayaan mengenai sejauh mana individu cukup mampu dan percaya diri dalam menampilkan tingkah laku tertentu. Sedangkan perceived power adalah kekuatan yang dipersepsi individu ataupun efek dari faktor kendali yang ada dalam menentukan muncul ataupun tidak munculnya tingkah laku.

Bersama dengan intensi, Perceived Behavioral Control memiliki efek yang langsung mengarah pada tingkah laku. Perceived Behavioral Control juga merupakan determinan yang independen untuk intensi. Jika sikap dan norma subyektif bernilai konstan, maka persepsi individu mengenai sulit atau mudahnya menampilkan tingkah laku akan mempengaruhi intensinya. Pada Ajzen (1991) disebutkan bahwa control belief didasarkan atas masa lalu, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh informasi lain tentang tingkah laku tersebut yang didapatkan dari pihak lain. Makin banyak informasi ataupun kesempatan yang dimiliki individu untuk memunculkan tingkah laku, serta makin kecil hambatan yang ada untuk menampilkan tingkah laku itu, maka persepsi terhadap kontrol tingkah laku akan semakin besar.

Jika tingkah laku berperan serta dalam OP jaringan irigasi dipercaya individu sebagai hal yang sulit karena banyak hambatan dalam diri untuk melakukannya, misalnya karena ia tidak cukup percaya diri ataupun hambatan lain yang berasal dari dalam dirinya, serta individu tidak memiliki cukup kendali untuk melakukan

(10)

www.jelajahNTT.com Page 10 hal tersebut, maka kontrol tingkah laku tersebut akan cenderung semakin kecil. Bila sikap dan norma subyektif konstan, maka hal ini akan langsung berpengaruh pada intensi terhadap tingkah laku berperan serta dalam OP jaringan irigasi.

2.3.4 Intensi

Walaupun tidak ada korelasi yang sempurna antara intensi dan tingkah laku, intensi dapat digunakan sebagai predictor terdekat dalam mengukur muncul atau tidak munculnya tingkah laku. Dalam Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), intensi individu untuk menampilkan tingkah laku tertentu merupakan faktor sentral. Dalam hal ini, tingkah laku yang diukur haruslah jelas. Intensi untuk bertingkah laku hanya dapat terukur untuk tingkah laku yang masih berada dalam volitional control (atas kemauan sendiri). Artinya, tingkah laku yang akan diukur intensinya haruslah tingkah laku yang masih dapat diputuskan oleh individu yang bersangkutan, apakah akan dilakukan atau tidak.

Penelitian ini mengukur intensi berperan serta dalam OP jaringan irigasi artinya, tingkah laku tersebut dapat diprediksi intensinya. Semakin kuat intensi untuk berperan serta dalam OP jaringan irigasi maka semakin besar kemungkinan infividu untuk nantinya menampilkan tingkah laku tersebut. Tingkah laku tersebut juga merupakan volitional control (atas kemauan sendiri), karena dapat diputuskan oleh individu apakah akan dilakukan atau tidak.

(11)

www.jelajahNTT.com Page 11

Gambar 2.1. Skema kemunculan tingkah laku menurut Ajzen (1991) 3. Metodologi

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai intensi petani untuk berpartisipasi dalam OP jaringan irigasi di wilayah Daerah Irigasi (D.I.) Tilong Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Gambaran tersebut didapatkan melalui pengujian determinan-determinan pembentuk intensi, yaitu sikap terhadap tingkah laku (attitude toward behavior), norma subyektif (subjective norms), dan persepsi terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavioral control).

3.1. Rancangan Variabel Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan diawal, kajian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter tingkat intensi petani dimana secara teoritis parameter tersebut bisa menjadi prediktor bagi individu untuk bertingkah laku, yaitu berperan serta dalam OP jaringan irigasi. Tingkat peran serta petani bisa diketahui melalui determinan-determinan pembentuk intensi. Oleh karena itu, determinan-determinan-determinan-determinan pembentuk intensi merupakan variable bebas. Adapun intensi merupakan variabel terikat karena ditentukan oleh determinan-determinan pembentuknya.

(12)

www.jelajahNTT.com Page 12

Gambar 4.1 Diagram Rancangan Variabel Penelitian

Keterangan:

X1 = ATB (variabel bebas) X2 = SN (variabel bebas) X3 = PBC (variabel bebas)

Y = Itensi (variabel terikat) bagi X (variabel bebas bagi Z) Z = Produktifitas lahan (variabel terikat) bagi Y

3.2. Rancangan Alat Ukur

Dalam kajian ini, tingkah laku dimaksud adalah berperan serta dalam OP jaringan irigasi. Kata “berperan serta” merupakan kata yang abstrak sehingga perlu diperjelas dengan kegiatan yang kongkrit. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, peneliti memilih 3 (tiga) kegiatan dalam OP jaringan irigasi yang penting dilakukan di tingkat tersier, yaitu; (1)membahas rencana tata tanam, (2)membersihkan saluran irigasi, dan (3)membuka dan menutup pintu sadap. Dalam penyusunan kuesioner, determinan-determinan pembentuk intensi dijabarkan sesuai faktor masing-masing, yaitu:

1. Sikap terhadap tingkah laku (attitude toward behavior) Terdiri dari; Behavioral Belief dan Outcome Evaluation

r4 r3 X1 Y X2 r1 r2 X3 Z

(13)

www.jelajahNTT.com Page 13 2. Norma subyektif (subjective norms)

Terdiri dari; Normative Belief dan Motivation to Comply

3. Persepsi terhadap kontrol tingkah laku (perceived behavioral control) Terdiri dari; Control belief dan Perceived Power

Dengan demikian formulasi seluruh item-item pernyataan dalam alat ukur ini mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas secara proporsional.

3.3. Kaidah Alat Ukur

Pengukuran psikologi sosial akan mendapatkan hasil yang optimal apabila memperhatikan kaidah-kaidah yang ditetapkan, dengan mempertimbangkan responden, baik dalam penyusunan alat ukur, pra pelaksanaan hingga pada tahap pelaksanaan pengukuran. Penyusunan alat ukur pada kajian ini, peneliti mempertimbangkan antara lain; penggunaan istilah, tidak mengarahkan jawaban, pembatasan jumlah item pernyataan, pembatasan skala pengukuran, kontrol keraguan, dan kontrol konsentrasi.

Pada tahap pra pelaksanaan, peneliti melibatkan diri dalam berbagai kegiatan petani dalam upaya membangun komunikasi yang efektif dan mendapatkan kepercayaan dengan menjalin keakraban. Dengan kedekatan secara psikologis diharapkan petani akan memberikan informasi sebanyak-banyaknya tanpa ada beban maupun kecurigaan. Pada pelaksanaan pengukuran harus mempertimbangkan waktu dan suasana, karena apabila kurang tepat akan mengurangi akurasi hasil pengukuran.

3.4. Viliditas dan Reliabilitas Alat Ukur

Alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai situasi dan tujuan pengukuran. Adapun alat ukur dikatakan reliabel apabila memiliki konsistensi meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang. Namun kriteria validitas dan reliabilitas alat ukur ini, menurut Danim (2007), tidak mutlak harus dipenuhi melalui pengujian. Hal ini karena beberapa pertimbangan antara lain, waktu yang terbatas, dana yang tidak mencukupi dan

(14)

www.jelajahNTT.com Page 14 instrumen tersebut telah dirumuskan berdasarkan acuan tertentu. Danim mengatakan bahwa perihal uji validitas dan reliabilitas alat ukur ini tidak seluruhnya menjadi beban peneliti. Alat ukur yang pernah di uji validitas dan reliabilitasnya oleh ahli di bidangnya juga bisa digunakan oleh peneliti.

Dalam pembuatan alat ukur, peneliti mengacu pada penelitian tentang intensi memilih bidang pertanian on-farm sebagai bidang pekerjaan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, yang diteliti oleh Fatimah (2010). Pengujian reliabilitas alat ukur yang dilakukan oleh Fatimah setelah beberapa item pernyataan dibuang, menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,942. Dalam kriteria Guildford (1956 dalam Fatimah, 2010) angka tersebut menunjukkan korelasi yang sangat tinggi, dengan kata lain alat ukur tersebut dapat diandalkan. Adapun uji validitas dari alat ukur Fatimah seperti terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Validitas Alat Ukur

Dimensi Koefisien Korelasi Kategori

Attitude Toward Behavior 0.927 Sangat Tinggi

Subjective Norms 0,692 Moderat

Perceived Behavioral Control 0,643 Moderat

Intensi 0,733 Tinggi

(Sumber: Fatimah, 2010)

Berdasarkan data diatas, korelasi di semua dimensi berada pada kategori moderat sampai tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur dari Fatimah cukup valid untuk mengukur.

Sesuai dengan maksud dan tujuan kajian ini, peneliti harus menyusun ulang alat ukur tersebut disamping menyesuaikan dengan tingkat pendidikan responden. Agar memenuhi kriteria alat ukur yang reliabel dan valid, dalam penyusunan konsep alat ukur pada kajian ini dibimbing oleh Dr. Gimmy Pratama dari Pasca Sarjana Psikologi Universitas Padjajaran. Adapun penyusunan secara

(15)

www.jelajahNTT.com Page 15 redaksional alat ukur dibimbing oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran, Retno Hanggarini Ninin, M.Psi

4. Analisa dan Pembahasan 4.1. Data Responden

Berikut ini akan digambarkan mengenai data responden yang berjumlah 74 orang. Data responden tersebut dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, diantaranya nama P3A, umur, pendidikan, luas lahan, jumlah Musim Tanam, produktivitas dan urutan pihak-pihak yang terkait dengan pemanfaatan jaringan irigasi.

Tabel 4.1. Pengambilan sampel di tiap P3A di lingkup GP3A Tilong

No Kategori Jumlah

anggota Frekuensi Persentase

1 Tatuin Nai 100 10 13.5 2 Bikbon 50 5 6.8 3 Sadar Bangun 184 19 25.7 4 Nekmese Batuoe 224 23 31.1 5 Rindu Sejahtera 166 17 23.0 Total 724 74 100.0

Gambar 4.1. Persentase Usia Responden GP3A Tilong

< 28 9% 28<=U<44 34% 44<=U<53 32% 53<=U<62 15% > 62 7% Tidak menjawab 3%

Umur (tahun)

(16)

www.jelajahNTT.com Page 16

Gambar 4.2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden GP3A Tilong

Gambar 4.3. Persentase Luas Kepemilikan Lahan Responden GP3A Tilong

SD 80% SMP 5% SMA 12% Tidak menjawab 3%

Pendidikan

< 0.25 15% 0.25 < = LL <0.5 27% 0.5 < = LL <0.75 27% 0.75 < = LL <1 31%

(17)

www.jelajahNTT.com Page 17

Gambar 4.4. Persentase Jumlah Musim Tanam Responden GP3A Tilong

Gambar 4.5. Persentase Produktivitas Responden GP3A Tilong

1 MT 52% 2 MT 37% 3 MT 11%

Jumlah MT

< 10 55% 10 <= P < 20 3% 20 <= P < 30 18% 30 <= P <40 8% 40 <= P < 50 16%

Produktifitas

(jt rupiah/ha/thn)

(18)

www.jelajahNTT.com Page 18

4.2. Analisa Tingkat Peranserta Petani

Hasil pengukuran tingkat peranserta petani sesuai dengan Teori Tingkah Laku Terencana setelah dilakukan perhitungan masing-masing faktor, digambarkan pada garis kontinum.

Gambar 4.6. Garis Kontinum Attitude Toward Behavior GP3A Tilong

Gambar 4.7. Garis Kontinum Subjective Norms GP3A Tilong

Gambar 4.8. Garis Kontinum Perceived Behavioral Control GP3A Tilong

Gambar 4.9. Garis Kontinum Intensi GP3A Tilong

4.3. Hubungan antara peranserta dengan produktivitas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara peranserta dengan produkvitas, maka digunakan analisis korelasi pearson karena produkvitas adalah data rasio (nilai panen/luas lahan).

(19)

www.jelajahNTT.com Page 19

Tabel 4.2. Analisis Korelasi Pearson Variabel Y dengan Z pada GP3A Tilong

Berdasarkan hasil output software SPSS di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,760. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara intensi dengan produktifitas. Artinya, peningkatan intensi akan diikuti juga dengan meningkatnya produktifitas.

Besarnya hubungan antara intensi dengan produktivitas, dapat ditunjukkan oleh koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100% = (0,760)2 x 100% = 57.8%

Artinya, intensi mempunyai hubungan sebesar 57.8% terhadap produktifitas. Sedangkan sisanya sebesar 42.2% produktifitas dapat diterangkan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam kajian ini.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

1. Potensi usaha tani di Daerah Irigasi Tilong memiliki potensi yang relatif tinggi untuk ditingkatkan produktivitasnya yang ditunjukkan dengan usia rata-rata yang masih produktif dan tingkat peranserta yang cukup baik.

Correlations 1 .760** .000 74 74 .760** 1 .000 74 74 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Intensi (Variabel Y) Produktifitas (Variabel Z) Intensi (Variabel Y) Produktifitas (Variabel Z)

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

(20)

www.jelajahNTT.com Page 20 2. Tingkat peranserta petani di Daerah Irigasi tilong adalah sebesar 68,3%

atau masuk dalam kategori “cukup baik”.

3. Petani di Daerah Irigasi Tilong menunjukkan sikap positif terhadap peran serta dalam OP jaringan irigasi sebesar 73,5% sehingga masuk kategori “baik”.

4. Terdapat dukungan dari lingkungan sosial untuk berperan serta dalam OP jaringan irigasi sebesar 71,0% sehingga masuk dalam kategori “cukup baik”.

5. Petani memiliki penilaian terhadap keikutsertaannya dalam OP jaringan irigasi sebesar 65,0% atau masuk dalam kategori “cukup baik”.

6. Tingkat peranserta petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas lahan sebesar 76,0% menunjukkan bahwa terdapat faktor lain sebesar 24,0% yang perlu diidentifikasi dan diupayakan solusinya sehingga akan meningkatkan produktivitas lahan.

5.2. Saran

1. Dalam upaya peningkatan OP jaringan irigasi, peran perangkat desa dan tokoh agama perlu ditingkatkan untuk mendukung peranserta petani. 2. Pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan petani di bidang teknis irigasi

perlu ditingkatkan melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan sehingga dapat memperbaiki tingkat penilaian petani terhadap keikutsertaannya dalam kegiatan OP jaringan irigasi.

3. Pendapat dan keinginan petani perlu segera direspon agar rasa percaya diri petani lebih meningkat sehingga dapat meningkatkan peran sertanya dalam OP jaringan irigasi di Daerah Irigasi Tilong.

4. Melihat potensi yang cukup tinggi baik dilihat dari kondisi umum maupun tingkat peranserta petani untuk berperan serta dalam OP jaringan irigasi di D.I. Tilong, pihak pemerintah perlu lebih banyak memberikan perhatian baik berupa pembinaan maupun perbaikan kondisi fisik jaringan irigasi.

(21)

www.jelajahNTT.com Page 21

Daftar Pustaka

Anonim, 2002. Draft Laporan Akhir: Pedoman OP Bendungan Tilong dan Jaringan Irigasi Tilong, PT. Siar Plan & Ass, Kupang.

Anonim, 2003. Laporam Penelitian: Profil dan Rencana Pengembangan Pertanian serta Optimalisasi Irigasi Pada Waduk Tilong dan Daerah Irigasi Mena. Tim Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Anonim, 2006. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Danim, Sudarwan, Prof. Dr. 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Bumi Aksara. Jakarta.

Fatimah, Ade Hanie, 2010. Skripsi: Intensi Memilih Pertanian On-Farm Sebagai Bidang Pekerjaan, Universitas Padjajaran, Bandung.

Mueller, Daniel J., 1992. Mengukur Sikap Sosial: Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi, Bumi Aksara, Jakarta

Satgas Tilong, (2007), Profil Waduk Tilong. Dinas Kimpraswil Provinsi NTT. Kupang.

Gambar

Tabel 1.1. Kondisi dan Fungsi Saluran Irigasi D.I. Tilong
Tabel 1.3. Kondisi dan Fungsi Mechanical Engineering Jaringan Irigasi D.I.
Tabel 3.1. Validitas Alat Ukur
Gambar 4.1. Persentase Usia Responden GP3A Tilong
+4

Referensi

Dokumen terkait

Maka dengan itu, pembangunan pelajar di institusi pengajian tinggi bukanlah berasaskan kepada kecemerlangan mereka dalam bidang akademik sahaja malahan mereka juga perlu

Berdasarkan hasil analisis tanah, karakteristik morfologi dan fisika profil tanah serta karakteristik kimia tanah di lokasi penelitian (Profil Gle Gapui), maka dapat

tentang apa yang akan mereka dapatkan pada mata Sekolah ini. Untuk membuat deskripisi mata pelajaran, pilih ‘ Create and edit course description ’ , pilih item menu, isi

Segala puji dan syukur atas rahmat Allah SWT yang telah mempermudah jalan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Gerakan Penolakan HTI (hutan tanam indusrti) di Kecamatan

Hasil penelitian untuk pH optimum, menunjuk- kan aktivitas xilanase meningkat dengan meningkat- nya pH sampai pH 9, kemudian pada pH yang lebih tinggi aktivitasnya menurun.. Kondisi

Luaran kegiatan program ini adalah kemampuan menangkap peluang Investor dan calon investor pada kegiatan kuliah umum pasar modal serta pengenalan pasar modal pada

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konsep integrasi ilmu ghoyah dan ilmu wasilah yang diterapkan di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap,