• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Beragam layanan elektronik banking kini bisa dinikmati setelah melewati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Beragam layanan elektronik banking kini bisa dinikmati setelah melewati"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Beragam layanan elektronik banking kini bisa dinikmati setelah melewati perjalanan panjang, mulai dari zaman prasejarah hingga masa teknologi sekarang ini. Kala itu, keberadaan uang belum ada dan sistem sistem barter atau tukar menukar barang diberlakukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan.

Salah satu alat tukar yang terkenal di masa lalu adalah garam. Bangsa Romawi misalnya, menggunakan garam sebagai alat tukar untuk mendapatkan berbagai barang kebutuhan sehari-hari dan menjadikannya sebagai alat pembayaran upah untuk para pekerja.

Perkembangan lembaga keuangan dimulai sejak kira-kira 2000 SM di babylonia, yaitu berupa lembaga keuangan semacam bank. Lembaga semacam bank ini meminjamkan emas dan perak dengan tingkat bunga 20 % setiap bulan, lembaga tersebut terkenal dengan sebutan Temples of Babylon. Sesudah zaman babylon, pada 500 SM menyusul di yunani didirikan pula semacam bank, yaitu yang dikenal dengan Greek Temple, yang kegiatannya menerima simpanan dengan memungut biaya penyimpanannya serta meminjamkan kembali kepada masyarakat. Pada saat itulah muncul bankir-bankir swasta pertama. Operasi meliputi penukaran uang dan seperti kegiatan bank lainnya. Setelah zaman Yunani, kemudian diteruskan pada zaman Romawi lembaga perbankan

(2)

operasinya sudah lebih meluas lagi, yakni tukar-menukar mata uang, menerima deposito, dan memberikan kredit.1

Memasuki abad ke-7, di berbagai belahan dunia mulai menggunakan bermacam benda sebagai uang. Di Turki dan Jepang misalnya, lempengan perak dan emas dipakai sebagai alat pembayaran. Sedangkan di Tiongkok, cangkang kerang dan batangan perunggu dipilih sebagai alat untuk mempermudah jual-beli.2

Seiring dengan perkembangan jaman, tepatnya abad ke-10 hingga 17, masyarakat di berbagai belahan dunia terus menciptakan aneka jenis uang mulai dari koin hingga kertas. Benua Eropa disebut-sebut sebagai tempat pertama digunakannya uang kertas untuk kemudahan transaksi finansial. Diawali dari momen itu, seluruh negara di belahan dunia mulai menciptakan uang kertasnya sendiri termasuk juga Indonesia.3

Ternyata, perkembangan uang masih berlanjut. Setelah diciptakannya uang kertas, muncul keinginan untuk memudahan transaksi seiring dengan berkembangnya internet. Melalui perjalanan yang cukup panjang, pada tahun 1960-an akhirnya tercipta Advanced Research Project Agency Network (ARPANET) yang menjadi cikal-bakal internet protocol (IP). Setelah melewati masa uji coba dan perbaikan selama beberapa waktu, di tahun 1990-an masyarakat dunia akhirnya bisa menikmati internet. Bahkan, beberapa tahun kemudian internet telah menjadi salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap       

1 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 42

2 www.bca.co.id, diakses pada tanggal 22 Desember 2015 pukul 16.30 WIB. 3 Ibid

(3)

kebudayaan dan perekonomian dunia. Pada tahun 1939, elektronik banking mulai muncul diawali dengan diciptakannya mesin Automated Teller Machine (ATM) yang memanfaatkan world wide web. Sayangnya, penemuan kala itu tidak mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat. Namun pada tahun 1968, mesin ATM benar-benar menjadi alat transaksi yang memudahkan aktivitas perbankan. Sampai saat ini, berbagai produk elektronik banking terus berkembang menyusul terciptanya ATM, seperti kartu kredit dan juga uang plastik atau kartu

prepaid yang sekarang ini mulai banyak diberlakukan.4

Elektronik banking terus berkembang, seiring dengan perkembangan teknologi, elektronik juga bertambah macam dan jenisnya. Semua itu hadir untuk memudahkan manusi untuk bertansaksi dan berdagang. Salah satu perkembangan yang paling fenomenal saat ini ialah internet, dan tentu saja pada akhirnya kembali menjadi salah satu perkembangan layanan elektronik yang sangat membantu saat ini yang dikenal dengan internet banking.

Selain dari pada itu, faktor-faktor lainnya dipengaruhi oleh kondisi-konsi yang antara lain :

Pertama, kemakmuran dan tingkat pendidikan dimana di Indonesia, tingkat kesejahteraan masyarakat belumlah merata. Masih banyak masyarakat yang terbilang belum mampu secara ekonomi. Sedangkan tingkat pendidikan yang begitu rendah. Hal ini terbukti dengan banyaknya pelajar yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sampai ke target negara       

(4)

yang 9 tahun. Pada akhirnya belum mampu menggunakan layanan elektronik banking seperti internet banking secara optimal.

Kedua, keamanan di Indonesia, tindak kejahatan di dunia maya/cyber crime terbilang cukup tinggi. Dan masih lemahnya penegakan hukum terhadap para pelaku kejahat ini, membuat tingkat kepercayaan dari sistem pembayaran elektronik menurun.

Ketiga, kepastian hukum ataupun aturan yang menyangkut internet seperti tindak kejahatan di dunia maya masih sangat terbatas, sehingga belum mampu menciptakan sinergi atar aparatur negara dan juga kementrian terkait.

Keempat, akses pada teknologi, perkembangan akses pada teknologi bagi masyarakat Indonesia sangatlah memprihatinkan, dengan memerhatikan bahwa sebagian pengguna layanan elektronik masih berpusat pada perkotaan. Dengan masih terbatasnya penggunan layanan elektronik yang masih bertumpu pada masyarakat perkotaan, serta sulitnya akses di daerah terpencil untuk menggunakan layanan elektronik, menyebabkan kondisi tersebut mencerminkan hambatan penggunaan e-banking di Indonesia besar.

Bagi kalangan pengusaha bisnis di bidang Teknologi Informasi (IT) transaksi online merupakan sebuah transformasi dari sistem tradisional, menuju basis teknologi yang lebih baik yang menggunakan elektronik. Tren elektronik banking kini menjadi perhatian para pelaku bisnis untu dapat melakukan transaksi yang lebih mudah, efisien, serta menghemat biaya.

(5)

Elekronik banking merupakan alternatif untuk semua metode pembayaran tradisional. Dimana para pengguna layanan ini dapat mendaftar hanya dengan mengisi aplikasi singkat, dengan persyaratan minimal, untuk identifikasi dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menikmati layanan tersebut, dimanapun dan kapanpun.

Electronik banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini bisa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk menggunakan fasilitas ini, bank menyediakan password, atau pun ID bagi pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun transfer. Manajemen bank menyadari bahwa, keandalan bank di masa depan lebih ditentukan oleh seberapa efisien dalam menggali sumber dana murah untuk intermediasi dan seberapa besar bank mendapatkan pendapatan non bunga5. Cara paling ampuh untuk meraih masa depan itu adalah mengembangkan saluran elektronik atau dikenal sebagai electronik banking.

Elektronik banking memungkinkan setiap pelanggan yang terdaftar untuk melakukan pembayaran online, elektronik banking juga merupakan langkah pertama ke rekening dan mudah dapat ditingkatkan ke rekening penuh atas permintaan semua orang dan proses verifikasi, yang memungkinkan semua orang mengakses ke semua manfaat dan batasan account nyata. Paymen Point atau eWallet memungkinkan para pengguna untuk melakukan transaksi jual-beli       

(6)

elektronik secara cepat dan aman. Elektronik banking berfungsi hampir sama dengan dompet fisik.

Dalam perkembangan elektronik banking sendiri memunculkan banyak celah yang berpotensi menimbulkan masalah kedepannya, yang didasarkan pada beberapa hal, yakni :

1. Belum meratanya tingkat pendidikan masyarakat terutama pemahaman akan perkembangan teknologi serta elektronik banking masyarakat kota-kota besar di Indonesia dan diluar kota-kota-kota-kota tersebut;

2. Terdapat banyak sekali fasilitas elektronik banking yang dihadirkan masing-masing bank dalam rangka menggaet nasabah, dan juga perkembangannya yang tidak bisa dikontrol, yang juga tidak menutup kemungkinan bank secara sepihak menutup atau meniadakan fasilitas-fasilitas yang tidak terpenuhi ekspektasinya, mengakibatkan perkembangan elektronik banking sendiri rentan terhadap perlindungan pada nasabah;

3. Sosialisasi bank-bank terhadap fasilitas elektronik banking nya serta pemberian penjelasan dari bank kepada nasabahnya terhadap aspek perlindungan yang merupakan hak daripada nasabah dirasa masih sangat kurang dan belum memadai;

4. Penanganan terhadap kesalahan, kelalaian dan juga gangguan daripada sistem elektronik banking oleh bank yang mengakibatkan kerugian pada nasabah juga belum jelas.

(7)

Untuk menyikapi permasalahan tersebut, maka Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas industri perbankan berkepentingan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kepentingan nasabah dalam berhubungan dengan bank. Mengingat pentingnya permasalahan tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan upaya perlindungan nasabah sebagai salah satu pilar dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang diluncurkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004. API sendiri merupakan suatu cetak biru sistem perbankan nasional yang terdiri dari enam pilar untuk mewujudkan visi sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efesien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Enam pilar dalam API adalah :

1. Struktur perbankan yang sehat; 2. Sistem pengaturan yang efektif;

3. Sistem pemgawasan yang independen dan efektif; 4. Industri perbankan yang kuat;

5. Infrastruktur yang mencukupi; dan 6. Perlindungan nasabah.6

Selanjutnya Bank Indonesia berdasarkan upaya menyelaraskan kegiatan usaha perbankan berdasarkan amanat UU Perlindungan Konsumen yang mewajibkan adanya kesetaraan hubungan antara pelaku usaha dalam hal ini bank dengan konsumen dalam hal ini nasabah, menerbitkan Paket Kebijakan Perbankan yakni penerbitan PBI No. 7/6/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang       

(8)

“Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah” dan PBI No. 7/7/2005 tanggal 2005 tentang “Penyelesaian Pengaduan Nasabah” yang menjadi bagian dari Paket Kebijakan Perbankan Januari 2005 dan PBI No. 8/5/PBI/2006 tentang “Mediasi Perbankan” sebagai bagian dari upaya Bank Indonesia untuk menyelaraskan kegiatan usaha perbankan berdasarkan UU Perlindungan Konsumen.

Elektronik banking dalam hal ini internet banking merupakan mahakarya perkembangan zaman, yang menuntut adanya hukum baru yang tercipta agar menjadi dasar masyarat untuk memperoleh kepastian, kemanfaatan dan keadilan.

Namun demikian terdapat banyak permasalahan teknologi yang menyangkut pelaksaan internet banking, yaitu adanya celah, human error, maupun rentan terhadap virus yang mampu menciptakan suatu sistem menjadi lemah. Kelemahan tersebut menyangkut dan terkait dengan aspek keamanan dari sistem tersebut karena tidak ada sistem yang sempurna. Dengan demikian, bank dihadapkan pada risiko yang melekat pada kegiatan internet banking tersebut. Risiko-risiko itu, antara lain, menyangkut risiko reputasi,operasional, hukum, kredit, pasar, dan likuidasi.7

Kelemahan internet terhadap virus pula dan berbagai macam kejahatan lainnya, mengakibatkan rentan pada pembobolan atau penipuan yang dapat merugikan nasabah apabila menggunakan layanan bank melalui media internet. Hal ini terbukti dengan meningkatnya tindak kejahatan melalui dunia maya yang       

7 Drs. Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2008, hal. 280.

(9)

sering disebut cyber crime. Banyaknya kasus pembobolan rekening milk nasabah, maupun banyaknya penipuan yang dilakukan dengan cara memasukkan virus kedalam system elektronik banking milik bank yang memungkinkan nasabah tidak menyadari bahwa telah terjadi pembajakan situs mengakibatkan akun milik nasabah dpat diketahui ketika nasabah mencoba untuk menggunakan layanan tersebut.

Untuk itu dalam Penelitian tesis ini, Peneliti mencoba menggali aspek yuridis terhadap perlindungan yang menjadi hak daripada nasabah serta terobosan-terobosan pemikiran dan lainnya dalam hal penggunaan serta perlindungan terhadap layanan elektronik banking bank yakni internet banking, sehingga karya tulis ini setidaknya mampu menambah referensi maupun sumbangsih pemikiran dan menjadi acuan bagi dunia akademisi hukum khususnya dalam bidang elektronik banking khusunya internet banking.

B. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang diambil dan dibahas dalam Penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam perkembangan Internet Banking PT. Bank Negara Indonesia ?

2. Bagaimana analisa hukum terhadap penanganan kasus pembobolan dana nasabah PT. Bank Negara Indonesia melalui Internet Baking ?

(10)

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan di dalam pembahasan tesis ini adalah :

1. Untuk menganalisis apa saja faktor-faktor kendala dalam perkembangan layanan Elektronik Banking (E-Banking) Internet Banking pada PT. Bank Negara Indonesia.

2. Untuk menganalisis secara hukum terhadap penanganan kasus pembobolan dana nasabah PT. Bank Negara Indonesia melalui Internet Banking milik PT. Bank Negara Indonesia.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik manfaat teoritis, maupun praktis. Kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoretis

Penelitian tesis ini merupakan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum perdata khususnya bidang perbankan mengenai perlindungan hukum nasabah pengguna layanan elektronik banking online berbasis internet.

2. Secara Praktis

Dengan semakin banyaknya permasalahan keamanan yang timbul dalam dunia perbankan dan perdagangan dewasa ini terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah pengguna layanan elektronik banking online berbasis internet. Pembahasan terhadap permasalahan diharapkan dapat menjadi masukan bagi para nasabah untuk mengatahui

(11)

perlindungan hukum yang menjadi haknya sehingga mereka dapat lebih berhati-hati dan memperhatikan aspek keamanan dalam menggunakan layanan elektronik banking online berbasis internet. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan di bidang perbankan, khususnya mengenai perlindungan hukum nasabah pengguna layanan elektronik banking online berbasis internet.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Untuk memastikan keaslian penelitian, Peneliti telah memeriksa judul-judul tesis Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada di perpustakaan, diketahui bahwa penelitian yang berjudul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP

PENANGANAN KASUS INTERNET BANKING PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA; STUDI KASUS : PT. BANK NEGARA INDONESIA KANTOR PUSAT” sudah ditemukan penelitian sejenis yang

dilakukan oleh beberapa peneliti dengan judul dan tema yang berbeda yaitu : 1. Kajian Yuridis Terhadap Perjanjian Jual Beli Melalui E-Commerce

Kaitannya Dengan Perlindungan Konsumen, karya tulis ini ditulis oleh Saudara Sayid Irawan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan perjanjian jual beli barang melalui e-commerce, syarat sahnya suatu perjanjian menurut buku III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Perlindungan hak-hak konsumen;

(12)

2. Perlindungan Konsumen Dalam Penyelenggaraan Transaksi I- Banking Di DKI Jakarta, karya tulis ini ditulis oleh Saudari Damayanti Johan dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini menitikberatkan pada aspek perlindungan hukum dalam penyelenggaraan transaksi internet banking serta materi yang perlu diatur dalam ketentuan internet banking.

Sedangkan Peneliti menitik beratkan pembahasan tesis ini kepada tanggung jawab bank dan pihak penyedia jasa layanan jual beli terhadap nasabah dalam menggunakan fasilitas elektronik banking khususnya internet banking yang masing-masing bank memiliki banyak ragam dan pilihan elektronik banking yang berbasis pada internet, serta upaya yang dapat dilakukan oleh nasabah apabila bank atau penyedia jasa layanan jual beli apabila mengalami kesalahan, kelalaian, kerugian, maupun penipuan.

Adapun tesis ini merupakan lanjutan kajian penelitian daripada tesis Peneliti sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Master, yang mengkaji persoalan elektronik banking online berbasis internet dalam perkembangan nya dan perlindungannya oleh salah satu bank milik negara. Yang pada tesis ini Peneliti mencoba untuk menkaji lebih luas, dalam, dan komperhensif.

Namun atas keterbatasan pengetahuan Peneliti, jika ternyata telah ada karya tulis dengan judul yang sama, maka karya tulis ini dapat dijadiakan untuk melengkapi penelistian sebelumnya. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan

(13)

serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah apabila ternyata telah ada penelitian yang serupa. Dengan ini Peneliti menyatakan bahwa penelitian ini merupakan karya asli Peneliti bukan duplikasi atau plagiarsm dari Peneliti lain.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dengan menggunakan pendekatan statistika, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

Tetua jasad renik PRG adalah HVT serotipe 3 strain FC-126 (NCBI n.a. AF291866) yang merupakan strain virus MD yang tidak patogen dan telah digunakan secara luas sebagai strain

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan skripsi diatas adalah peneliti akan membahas tentang tradisi kewajiban infa>q berupa gabah yang diwajibkan

( Sudrajat, 2011 ) Berdasarkan fase yang terdapat pada Tabel 2.1, maka dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan model pembelajaran Explicit Instruction terdiri dari

Dari hasil penelitian ini, dapat mengetahui informasi mengenai perbedaan gerak, offset dan juga mengetahui tension tali tambat dari internal turret mooring

Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg

Pada saat menerima barang, Pelanggan menandatangani semua SJ tersebut, kemudian SJ (s) rangkap 2 diberikan pada Pelanggan dan SJ (s) rangkap 1, 3 dan 5 dibawa kembali

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin kerja tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan BRI cabang Tahuna. Hal