• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Saat ini setiap orang dapat mempublikasikan sebuah website, baik milik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Saat ini setiap orang dapat mempublikasikan sebuah website, baik milik"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Website

Saat ini setiap orang dapat mempublikasikan sebuah website, baik milik perorangan, maupun milik organisasi. Menurut Huizingh (2000:124), sebuah website dapat mendukung fungsi penjualan dengan menyediakan informasi produk, seperti harga, spesifikasi, cara pengiriman, dan deskripsinya. Definisi website sendiri menurut Eisenmann dan Pothen (2000) dalam Liu et al. (2011:1) adalah sebuah situs yang menyediakan penggunanya dengan informasi online dan pelayanan-pelayanan yang berkaitan dengan informasi, seperti fungsi pencarian, fitur untuk membangun komunitas, penawaran komersial, aplikasi-aplikasi produktivitas pribadi, serta kanal komunikasi dengan pemilik situs dan sesama pengguna. Secara umum, karakteristik website menurut Huizingh (2000:124) dibagi menjadi dua, yaitu Content dan Design (Gambar 2.1).

(2)

2.2 Karakteristik Website Informasional

Website yang bersifat informasional merupakan website yang secara content hanya bersisi informasi, tidak ada transaksi yang harus dilakukan penggunanya. Huizingh (2000:129) melakukan penelitian terhadap 651 perusahaan untuk melihat hubungan antara jenis usaha dan karakteristik website yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa website perusahaan yang bergerak di bidang jasa, termasuk website milik rumah sakit, lebih bersifat informasional (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Sifat Informasi Website Perusahaan Jasa

Information Features Jumlah %

Information

Background Company 87 80,6

Specific Product 82 75,9

Non-Commercial 10 9,3

Transaction

Request for Proposals 12 11,1

Ordering Feature 19 17,6

Entertainment

Entertainment Available 24 22,2

Sumber: Huizingh, 2000:129

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 di atas, sebuah website yang bersifat informasional terdiri dari tiga karakterisitik utama, yaitu background company, specific product, dan non commercial.

a. Latar Belakang Perusahaan (Background Company)

Background company dapat berisi tentang visi dan misi perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, daftar pelanggan penting, dan gambaran proyek yang telah terlaksana. Informasi-informasi tersebut penting untuk disampaikan kepada publik, pelanggan potensial, dan stakeholders.

(3)

b. Spesifikasi Produk (Specific Product)

Website dapat mendukung fungsi penjualan dengan menyediakan informasi produk, seperti harga, spesifikasi, ketentuan pengiriman, serta deskripsi atau animasi produk perusahaan.

c. Informasi Non Komersial (Non Commercial)

Website dapat menyediakan informasi non komersial, seperti kegiatan atau acara yang diadakan atau disponsori, teknologi baru yang digunakan, dan informasi geografi, misalnya letak terminal atau stasiun terdekat.

2.3 Kualitas Website

Kualitas merupakan hal penting dalam perusahaan barang atau jasa. Menurut Gaspersz (2002:4), ada dua definisi kualitas, yaitu konvensional dan strategik. Definisi konvensional menggambarkan kualitas sebagai karakterisitik langsung dari suatu produk, seperti performance, reliability, ease of use, esthetics, dan sebagainya. Sedangkan definisi strategik dari kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.

Pada saat ini, banyak rumah sakit memanfaatkan dan mengembangkan website sebagai media penyedia informasi tentang rumah sakit tersebut (Patsioura, Kitsiou, dan Markos, 2009:223). Dengan menggunakan internet dan teknologi komunikasi, menurut Rafe dan Monfaredzadeh (2011:1) rumah sakit akan mendapat beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Menyediakan pelayanan yang berkualitas

2. Menyediakan informasi yang berguna bagi pasien 3. Mengurangi pengeluaran

(4)

4. Mendapat interaksi langsung dengan pasien 5. Mengoptimalkan waktu pasien

6. Meningkatkan efisiensi

7. Mengungguli para kompetitornya.

Di dunia kesehatan, website yang dimiliki rumah sakit merupakan salah satu media untuk mengenalkan pelayanan dan fasilitas yang dimiliki. Sebuah rumah sakit dengan website yang sulit digunakan akan membawa kesan yang jelek dan melemahkan posisi rumah sakit (Rafe dan Monfaredzadeh, 2012:2928). Menurut Catana, Catana, dan Constantinescu (2007:145), pada masa yang akan datang, kualitas sebuah website akan memberi pengaruh yang besar dalam memilih penyedia jasa perawatan kesehatan dan brand positioning dalam pasar kesehatan. Cunliffe (2000) dalam Barnes dan Vidgen (2002:117) menyatakan bahwa untuk mengevaluasi kualitas sebuah website, dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner online.

2.4 Metode WebQual 4.0

Kualitas sebuah website dapat diukur. Dengan melakukan pengukuran kualitas sebuah website, maka kekuatan dan kelemahan dari website tersebut dapat diidentifikasi dan kualitasnya dapat ditingkatkan sesuai pengukuran yang telah dilakukan (Hassan, 2005:46). WebQual 4.0 adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kualitas sebuah website yang ditinjau dari perspektif pengguna. WebQual 4.0 memiliki tiga kategori penilaian, yaitu Usability, Information Quality, dan Service Interaction. Usability merupakan kualitas yang berhubungan dengan desain situs (site design) dan kegunaan (usability), seperti

(5)

tampilan, kemudahan dalam penggunaan, dan navigasi. Information Quality merupakan kualitas isi sebuah situs, yaitu ketersediaan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Service Interaction adalah kualitas interaksi pelayanan yang dialami pengguna saat mempelajari situs lebih dalam, berhubungan dengan kepercayaan (trust) dan empati (empathy).

WebQual mengadopsi QFD (Quality Function Deployment) sebagai kerangka kerja untuk mengeskplorasi kualitas website. QFD merupakan pendekatan terstruktur untuk mencari dan memahami kebutuhan pelanggan (Han et al.,2001:798). Instrumen WebQual diadaptasi dari model kualitas jasa ServQual (Barnes dan Vidgen, 2000:6, 2001:4-5, 2002:115). ServQual (Service Quality) merupakan metode yang dikembangkan dengan maksud untuk membantu para manajer dalam menganalisis sumber masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas jasa (Tjiptono dan Chandra, 2011:216). ServQual dikembangkan pertama kali pada tahun 1985 oleh tiga pakar kualitas jasa, yaitu Parasuraman, Zeithaml, dan Berry. Ada lima dimensi penilaian dalam ServQual, yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance,dan Empathy.

Usability menggantikan Site Design Quality yang ada pada WebQual 3.0 karena pada WebQual 4.0 lebih menekankan pada persepsi pengguna daripada persepsi desainer.

(6)

Gambar 2.2 Contoh Kuesioner dalam WebQual 4.0 (Sumber: Barnes dan Vidgen, 2005:3)

Barnes dan Vidgen melakukan penelitian untuk mengembangkan metode WebQual 4.0 ini pada tiga internet bookshop, yaitu Amazon, Bertelsmann, dan IBs. Ada 22 pernyataan yang dikembangkan Barnes dan Vidgen dalam WebQual 4.0 yang terbagi dalam lima sub kategori penilaian, yaitu Site Design, Usability, Information, Trust, dan Empathy. Pemetaan pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kategorisasi Pertanyaan WebQual 4.0

Indikator Nomor Pertanyaan

Usability 1-8

Usability 1,2,3,4

Design 5,6,7,8

Information Quality 9-15

Information 9,10,11,12,13,14,15

Service Interaction Quality 16-22

Trust 16,17,18,22

Empathy 19,20,21

(7)

WebQual bersifat dinamis. Butir-butir pernyataannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Barnes dan Vidgen (2005:4) menyatakan bahwa jika website bersifat non transaksional, maka dapat menggunakan 19 pernyataan saja dengan meninggalkan pernyataan nomor 17, 18, dan 22.

2.5 Kepuasan Pengguna Website

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis” (cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Tjiptono dan Chandra (2011:292) mendefiniskan kepuasan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Kepuasan pengguna akhir menurut Doll dan Torkzadeh (1988) adalah sikap terhadap aplikasi komputer tertentu oleh seseorang yang berinteraksi langsung dengan aplikasi. Xiao dan Dasgupta (2002) menyebut bahwa ada dua kriteria global end-user computing satisfaction dalam penilaian Doll dan Torkzadeh, yaitu kesuksesan sistem dan kepuasan penggunanya.

Otto, Najdawi, dan Caron (2000) berpendapat bahwa toleransi yang diberikan pengguna website terhadap kecepatan download time (waktu website dibuka pertama kali) adalah tidak lebih dari 15 detik. Kepuasan pengguna website juga dapat dilihat dari kesediaan pengguna untuk kembali mengunjungi sebuah website dan merekomendasikannya ke orang lain (Lian, Shian, dan Ting, 2005).

2.6 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti berapa rata-ratanya dan seberapa jauh data bervariansi, tanpa membuat interpretasi apapun terhadap data tersebut (Kuswadi

(8)

dan Erna, 2004:13). Rata-rata dihitung dengan menjumlahkan seluruh data kelompok, kemudian dibagi dengan banyaknya data dalam kelompok tersebut.

Keterangan:

=Rata-rata hitung xi = Nilai sampel ke-i

n = Jumlah sampel

Standar deviasi disebut juga simpangan baku, yaitu teknik perhitungan yang digunakan untuk mengetahui variasi atau sebaran data. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan: s = Standar deviasi x = Nilai sampel n = Jumlah sampel

2.7 Hubungan Antara Kualitas Website dan Web User Satisfaction

Kualitas website menurut WebQual 4.0 dapat diukur melalui tiga variabel, yaitu Usability, Information Quality, dan Service Interaction. Model hubungan antara kriteria kualitas WebQual 4.0 dan Web User Satisfaction dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(9)

Gambar 2.3 Model Hubungan WebQual 4.0 dan Web User Satisfaction (Sumber: Tarigan, 2008:40)

Menurut penelitian Tarigan (2008), kepuasan pengguna situs Stock Exchange of Thailand dipengaruhi oleh semua variabel WebQual 4.0, yaitu Usability, Information Quality, dan Service Interaction.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elangovan (2013) terhadap 240 website sekolah bisnis di India. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketiga variabel WebQual 4.0 berpengaruh terhadap kepuasan responden yang merupakan mahasiswa program postgraduate administrasi bisnis. Meskipun ketiga variabel tersebut berpengaruh, tapi Information Quality memiliki pengaruh yang lebih rendah dibandingkan dengan Usability dan Service Interaction. Penelitian yang dilakukan oleh Sukmajati (2014) terhadap website perusahaan travel juga menunjukkan bahwa semua variabel WebQual 4.0 mempengaruhi kepuasan pengguna.

2.7.1 Hubungan antara Usability dan Web User Satisfaction

Usability merupakan kualitas yang berhubungan dengan desain situs (site design) dan kegunaan (usability), seperti tampilan, kemudahan dalam

(10)

penggunaan, dan navigasi. Menurut Shackel (1991) dalam Sorum, Andersen, dan Vatrapu (2012) Usability merupakan kunci dari Human-Computer Interaction dan telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk digunakan oleh manusia secara mudah dan efektif. Adanya hubungan antara Usability dan Web User Satisfaction sesuai dengan penelitian Tarigan (2008), Sanjaya (2012), dan Elangovan (2013).

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Budi (2013) menunjukkan bahwa Usability tidak mempengaruhi kualitas pengguna Google Scholar. Penelitian tersebut melibatkan mahasiswa Unair sebagai responden. Menurut penelitian ini, faktor yang membuat pengaruh Usability terhadap Web User Satisfaction lemah adalah site design. Hasil serupa juga ditunjukkan dalam penelitian Rimawanti dan Riyanto (2012) mengenai hubungan antara kualitas pajak.go.id dan kepuasan masyarakat sebagai pengguna website tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh antara Usability dan Web User Satisfaction.

2.7.2 Hubungan antara Information Quality dan Web User Satisfaction

Information Quality merupakan kualitas isi sebuah situs, yaitu ketersediaan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2008), Rimawanti dan Riyanto (2012), serta Sukmajati (2014) menunjukkan bahwa Web User Satisfaction dipengaruhi secara signifikan oleh Information Quality. Penelitian Elangovan (2013) juga menunjukkan hal serupa meskipun dalam penelitian ini Information Quality memiliki pengaruh yang tidak terlalu signifikan. Pada penelitian yang dilakukan Elangovan, tingkat signifikansi Information Quality sebesar 0,04 mendekati derajat kepercayaan 0,05. Berbeda dengan tingkat signifikansi Usability dan Service Interaction sebesar 0,00 yang jauh di bawah 0,05.

(11)

Ketiga penelitian di atas berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Sanjaya (2012) terhadap website Kementerian Kominfo. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Information Quality tidak mempengaruhi kepuasan pengguna kominfo.go.id. Menurut Sanjaya, lemahnya hubungan antara Information Quality dan Web User Satisfaction disebabkan karena informasi yang terdapat dalam kominfo.go.id tidak up-to-date, terdapat tautan rusak, dan berita yang tidak relevan atau terlalu meluas melebihi kewenangan Kominfo.

2.7.3 Hubungan antara Service Interaction dan Web User Satisfaction

Service Interaction adalah kualitas interaksi pelayanan yang dialami pengguna saat mempelajari situs lebih dalam, berhubungan dengan kepercayaan (trust) dan empati (empathy). Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2008), Sanjaya (2012), Elangovan (2013), dan Sukmajati (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Service Interaction dan Web User Satisfaction.

Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Lian, Shiang, dan Ting (2005). Penelitian tersebut bertujuan mengukur salah satu fitur website rumah sakit, pendaftaran online, terhadap kepuasan pengguna. Hasil penelitian menyebutkan bahwa responden tidak terlalu mempermasalahkan interaksi dengan website, termasuk trust. Hal ini disebabkan karena pengguna website lebih menyukai interaksi langsung dengan rumah sakit dibandingkan melalui fitur yang ada dalam website. Hasil serupa juga ditunjukkan dalam penelitian Rimawanti dan Riyanto (2012) mengenai hubungan antara kualitas pajak.go.id dan kepuasan masyarakat sebagai pengguna website tersebut. Hasil penelitian tersebut

(12)

menunjukkan tidak adanya pengaruh antara Service Interaction dan Web User Satisfaction.

2.8 Regresi Linear Berganda

Analisis regresi merupakan alat analisis statistik yang memanfatkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuannya adalah untuk membuat prediksi yang dapat dipercaya untuk nilai suatu variabel jika nilai variabel lain yang berhubungan dengannya diketahui (Qudratullah, 2013:1). Menurut Sugiyono (2009:260), manfaat dari hasil analisis regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik atau menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak.

Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang melibatkan lebih dari dua variabel dimana jumlah variabel independennya lebih dari satu. Persamaan umum regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + … +bpXp

Keterangan:

Y = Variabel dependen a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi variabel independen X1, X2

(13)

2.8.1 Konstanta dan Koefisien Regresi

Nilai konstanta (a) merupakan harga variabel dependen (Y) ketika harga variabel independen (X). Untuk menghitung nilai konstanta, rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Xi = Skor variabel independen Yi = Skor variabel dependen n = Jumlah subyek

Koefisien regresi (b) merupakan angka arah yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Jika nilai koefisien regresi positif, maka arah garis naik. Sedangkan jika nilainya negatif, maka arah garis turun. Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien regresi adalah sebagai berikut:

2.8.2 Asumsi-asumsi Regresi Linear Berganda A. Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas distribusi data yang telah dikumpulkan. Untuk menguji normalitas data dapat digunakan rumus sebagai berikut:

(14)

Keterangan:

z = Simpangan baku untuk kurva normal standar Xi = Data ke-i dari suatu kelompok data

= Rata-rata kelompok s = Simpangan baku

Normalitas distribusi data juga dapat dilihat pola sebaran dalam diagram pencar. Jika sebaran data cenderung membentuk garis lurus, maka dapat dinyatakan data berdistribusi normal.

Gambar 2.4 Contoh Grafik Distribusi Normal

B. Linearitas

Salah satu asumsi regresi linear adalah adanya linearitas antara variabel dependen dan variabel independen. Linearitas hubungan dapat dilihat dalam scatterplot atau diagram pencar (Nawari, 2010:239). Jika hubungan antara variabel dependen dan variabel independen membentuk pola lurus atau acak, maka hubungan kedua variabel dapat dinyatakan linear. Pola acak yang dimaksud adalah tidak membentuk pola tertentu, seperti parabola, eksponensial, kubik, dan sebagainya.

(15)

C. Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi pada regresi yang memiliki dua atau lebih variabel independen (regresi berganda) dimana terjadi korelasi yang kuat antar variabel independen (Nawari, 2010:233). Untuk menguji ada atau tidaknya Multikolinearitas pada model, dapat diuji menggunakan fitur Colinearity Diagnostic pada SPSS (Nawari, 2010:236-238). Jika pada item eigenvalue dan condition index menunjukkan angka kurang dari 30, maka tidak ada masalah dengan kolinearitas. Jika kedua item tersebut berada di antara angka 30 dan 100, maka ada masalah kolinearitas. Sedangkan jika angkanya lebih dari 100, maka kolinearitas dianggap berbahaya.

D. Heterokedasitisitas

Menurut Qudratullah (2013:97), ada atau tidaknya unsur heterokedasitas dalam data dapat disajikan dalam grafik pola persebaran faktor pengganggu atau residual (Ɛi) yang dikuadratkan terhadap Y. Jika pola sebaran data residu tersebar

secara acak, maka tidak ada unsur heterokedasitisitas yang berarti.

(16)

E. Autokorelasi

Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara faktor pengganggu (Ɛi)

dengan faktor pengganggu (Ɛi-1). Penyebab terjadinya kesalahan ini biasanya

karena data bersifat time series. Uji Durbin-Watson (DW) dapat dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya otokorelasi (Nawari, 2009:222). Kriteria penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan membandingkan antara nilai DW dan DL atau DU pada tabel Durbin-Watson (Nawari, 2002:225). Jika DW < DL atau DW > 4-DL, maka terdapat autokorelasi. Jika DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL, maka autokorelasi tidak dapat dijelaskan. Jika DU < DW < 4-DU, maka tidak terjadi autokorelasi.

2.9 Skala Likert

Skala Likert dikenal sebagai skala pengukuran dalam kuesioner untuk memperoleh degree of agreement dari responden atau partisipan. Rentang penilaian dalam skala Likert beragam, seperti 5 skala Likert, 7 skala Likert, atau 9 skala Likert. Nilai tengah dari rentang skala Likert biasanya dipilih responden yang bersikap netral. Namun, beberapa peneliti menggunakan skala Likert genap, seperti 4 skala Likert, untuk menghindari pendapat netral (Bertram, 2007:2).

Skala Likert diciptakan oleh pakar sosiologi Universitas Michigan, Dr. Rensis Likert, pada tahun 1932. Kekuatan penggunaan skala Likert menurut Bertram (2007:8) adalah 1) mudah dimodelkan, 2) menghasilkan skala yang reliable, serta 3) mudah dibaca dan dikerjakan oleh partisipan. Contoh rentang skala Likert dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(17)

Tabel 2.3 Skala Likert

Skala Keterangan

1 Sangat Tidak Setuju

2 Tidak Setuju 3 Kurang Setuju 4 Netral 5 Cukup Setuju 6 Setuju 7 Sangat Setuju

2.10 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti utuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:61). Populasi tidak hanya manusia, tapi juga obyek dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah tetapi meliputi juga seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek yang diteliti itu.

Sampel merupakan bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:62). Bila jumlah populasi besar yang menyebabkan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruhnya karena adanya keterbatasan, seperti dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut.

2.11 Teknik Sampling dan Penentuan Jumlah Sampel 2.11.1 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pada dasarnya, teknik sampling dikelompokkan menjadi probability sampling dan non probability sampling.

(18)

A. Probability Sampling

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi utuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2012:63). Jenis-jenis probability sampling adalah sebagai berikut:

1. Simple Random Sampling

Pendekatan ini disebut simple (sederhana) karena anggota sampel diambil dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

2. Proportionate Stratified Random Sampling

Pendekatan ini digunakan jika populasi mempunyai anggota yang heterogen dan berstrata secara proporsional. Contoh penggunaan pendekatan ini adalah jika dilakukan penelitian dalam organisasi yang memiliki anggota dari latar belakang pendidikan yang berstrata, seperti S3, S2, S1, SMK, dan sebagainya. 3. Disproportionate Stratified Random Sampling

Pendekatan ini digunakan jika jumlah populasi berstrata tetapi kurang proporsional, seperti dalam organisasi yang jumlah pegawai menurut pendidikannya tidak proporsional (3 orang S3, 4 orang S2, 1000 orang SMU, dan 500 orang SMP). Anggota yang berlatar belakang S3 dan S2 diambil semuanya sebagai sampel karena jumlahnya terlalu kecil jika dibandingkan dengan kelompok SMA dan SMP.

4. Area Sampling

Pendekatan ini digunakan utuk menentukan sampel jika obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, seperti penduduk dalam suatu negara. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka

(19)

pengambilan sampel dilakukan bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, barulah dipilih sampel secara acak.

B. Non Probability Sampling

Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang sama bagi setia unsur atau anggota populasi untuk dipilih (Sugiyono, 2012:66). Menurut Prayitno (2012) dan Sukmajati (2014), non random sampling juga dapat digunakan untuk populasi yang tidak dapat diketahui dengan pasti jumlahnya, seperti pengunjung website. Jenis-jenis non probability sampling adalah sebagai berikut:

1. Systematic Sampling

Pendekatan ini digunakan utuk mengambil sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut, misalnya populasi yang berjumlah 100 orang. Seratus orang tersebut kemudian diberi nomor urut 1 sampai 100 kemudian dipilih yang genap atau ganjil saja.

2. Quota Sampling

Pendekatan ini digunakan untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu hingga jumlah atau kuota yang diinginkan.

3. Accidental Sampling

Pendekatan ini juga dapat disebut convenience sampling, digunakan untuk menentukan sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui peneliti jika yang kebetulan ditemui dianggap cocok sebagai sumber data. Contoh penggunaan pendekatan ini adalah saat sebuah rumah makan ingin mengumpulkan

(20)

pendapat respnden tentang menu masakan baru. Rumah makan dapat bertanya pendapat responden yang kebetulan sedang makan di tempat tersebut.

4. Purposive Sampling

Pendekatan ini digunakan untuk menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya untuk mengetahui kualitas makanan, sumber datanya adalah para ahli makanan.

5. Saturated Sampling

Pendekatan ini digunakan jika seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Pendekatan ini sering digunakan jika jumlah populasi relatif kecil, yaitu kurang dari 30.

6. Snowball Sampling

Pendekatan ini digunakan untuk menentukan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Pendekatan ini dilakukan karena sampel hasil penelitian menggunakan sampel sebelumnya dirasa kurang lengkap sehingga membutuhkan tambahan sampel.

2.11.2 Penentuan Jumlah Sampel

Dalam penelitian yang menggunakan metode analisis regresi linear berganda, Roscoe (1982:253) dalam Sugiyono (2012:74) berpendapat bahwa ukuran sampel yang layak digunakan adalah minimal sepuluh kali jumlah variabel. Jadi jika dalam penelitian regresi linear berganda digunakan empat variabel, maka jumlah sampel minimal yang layak digunakan adalah 40. Pendapat mengenai jumlah sampel yang layak digunakan dalam penelitian regresi linear berganda juga diutarakan oleh Stevens (2002) dalam Brooks dan Barcikowski

(21)

(2012:2). Stevens berpendapat bahwa perbandingan antara jumlah variabel bebas (predictor) dan jumlah sampel adalah 1:15. Jadi jika dalam sebuah penelitian regresi linear berganda terdapat tiga variabel bebas, maka jumlah sampel minimal yang layak digunakan adalah 45.

Gambar

Gambar 2.1 Karakteristik Website
Tabel 2.1 Sifat Informasi Website Perusahaan Jasa
Gambar 2.2 Contoh Kuesioner dalam WebQual 4.0   (Sumber: Barnes dan Vidgen, 2005:3)
Gambar 2.3 Model Hubungan WebQual 4.0 dan Web User Satisfaction   (Sumber: Tarigan, 2008:40)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Web pada awalnya adalah ruang informasi dalam internet, dengan menggunakan teknologi hypertext, pemakai dituntun untuk menemukan informasi dengan mengikuti link

Kegiatan membangun desa merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati sudah sesuai dengan teori yang ada antara lain: Penerapan unsur-unsur pembiayaan, jenis pembiayaan merupakan modal kerja yang

Jenis komunikasi VSAT Net, dapat digunakan untuk berhubungan antara terminal VSAT (remote) yang satu ke Terminal VSAT yang lainnya dengan menggunakan stasiun

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

PLN (Persero) Puslitbang kurang baik tentang Pendidikan yaitu karyawan kurang mengerti dan memahami materi yang telah diberikan dan Pelatihan karyawan kurang

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sahara dkk (2005) dengan judul Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis. Analisis yang digunakan