• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan sebagai bahan pedoman dalam penelitian ini dianggap sebagai landasan teori. Sehubungan arah penelitian yang fokus pada variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan adalah teori tentang, produksi, tenaga kerja, modal, dan teori efisiensi.

2.1.1 Teori Produksi

Produksi adalah tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat/penciptaan faedah baru. Secara luas Produksi adalah suatu proses yang menciptakan/memperbesar nilai suatu barang. Sedangkan menurut (Adiningsih,1999).

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang terus bertambah. Input terdiri dari barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi.

Dalam ekonomi diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi produksi

yaitu fungsi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada

hukum The Law of diminishing return hukum ini menyatakan bahwa apabila satu

macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input yang lain tetap, maka

tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan tadi mula-mula menarik, tetapi

(2)

15

kemudian seterusnya akan mengalami penurunan apabila input tersebut terus ditambah (Boediono. 1982).

Menurut (Rahardja,2001), Produksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Produksi Total (total product). Produksi Marginal (Marginal Product) dan Produksi Rata-rata (Average Product). Produk total (Total product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor-faktor produksi. Produksi marginal (Marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan faktor produksi dan rata-rata (Average Product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi.

Setiap proses produksi memiliki landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu produksi yang menunjukan hubungan antara output dan input. Fungsi produksi dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan bahwa berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu. Sedangkan menurut Sukirno (1996), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara infut sumber daya perusahaan (faktor-faktor produksi) dan keluarnya output yang berupa barang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut:

A= F (K,L,R,T) ... (2.1) Keterangan :

A = Barang yang diproduksikan K = Kapital/Modal

L = Labour/tenaga kerja

R = Resources/Alam

T = Teknologi

(3)

16

Para peneliti terfokus mengendalikan fungsi produksi dengan konsep yang lazim dengan fungsi produksi Cobb Douglas.

Secara umum formulasinya adalah :

Q = A. K

𝑎

.L

𝑏

... (2.2) Keterangan :

Q = output A = Konstanta

K = Kuantitas jasa modal L = Kuantitas tenaga kerja a = Koefisien Modal b = Koefisien tenaga kerja

Menurut Soekartawi (2003), bahwa ada tiga alasan utama mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lebih sering digunakan.

1) Alasan yang pertama, penyelesaian yang lebih mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain.

2) Alasan yang kedua, hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb- Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukan

besaran elastisitas.

3) Alasan ketiga, besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukan tingkat besaran return to scale.

Menurut Gujarati (1999), dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma sebagai berikut : LnQ = InA + a In K + b In L ... (2.3) a dan b menunjukan elastisitas output capital dan elastisitas output tenaga kerja.

Fungsi produksi Cobb-Douglas ini sangat popular dalam penyelidikan empiris karena

(4)

17

kedua parameter a dan b digunakan untuk mengukur pengembalian terhadap skala (return to scale) yaitu dengan mengamati penjumlahan a dan b Nicholson (2001).

2.1.2 Konsep Tenaga Kerja

Tenaga kerja (man power) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1990). Angkatan kerja dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :

1) Pengangguran adalah orang yang sama sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan.

2) Setengah pengangguran adalah mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja dan pendapatan.

Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Setengah pengangguran kentara (visible underemployed) yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu.

b. Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployed) yakni mereka yang produktivitas kerja dan pendapatan rendah.

Bekerja penuh adalah keadaan dimana bekerja sesuai dengan jam kerja yaitu 35 jam seminggu dan pendapatan serta produktivitas kerjanya tinggi.

Menurut Simanjuntak (1990) tenaga kerja (man power) mengandung dua

pengertian. 1). Tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja/jasa yang dapat

diberikan dalam proses produksi, dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas

(5)

18

usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. 2). Tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa/usaha kerja, mampu bekerja bararti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Struktur pekerja menurut lapangan usaha secara makro merupakan gambaran karakteristik perekonomian suatu daerah ditinjau dari sisi produksi jumlah penduduk yang besar dan apabila dapat dibina serta dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan dapat menjadi modal yang sangat bagus dan menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang. Besarnya jumlah penduduk usia kerja merupakan pembangunan usia kerja. Apabila kualitas sumber daya manusianya sangat tinggi, maka modal pembangunan relevan, tetapi kualitasnya rendah, karena penduduk tersebut lebih merupakan beban pembangunan.

Kesempatan kerja seperti yang selama ini dikumpulkan oleh BPS baik melalui sensus penduduk maupun survey penduduk adalah menyangkut kesempatan kerja yang telah terisi, jadi menyangkut mereka yang telah bekerja dan ini juga disebut sebagai pekerja (Marheni,2004).

2.1.3 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja Dengan Produksi

Samuelson (1994) menyatakan apabila masyarakat menginginkan lebih

banyak barang/jasa maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang akan

(6)

19

dikerjakan. Sesuai dengan hukum The law of diminishing return setiap tambahan pekerjaan baru akan semakin sedikit pada titik tertentu memberikan output tambahan artinya penggunaan tenaga kerja mempunyai titik maksimal untuk memaksimalkan dalam menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai tambah. Jadi jumlah tenaga kerja juga akan sangat berpengaruh terhadap produksi kerajinaan ukiran kayu. Jika jumlah tenaga kerja meningkat maka produksi kerajinan ukiran kayu meningkat begitu pula sebaliknya. Selain itu juga diupayakan peningkatan jumlah produksi yang lebih efisien, jadi antara jumlah tenaga kerja dengan produksi kerajinan ukiran kayu memiliki hubungan yang positif.

2.1.4 Pengertian Modal

Modal adalah objek-objek material yang digunakan untuk memproduksi kekayaan atau penyelenggaraan jasa-jasa ekonomi.menurut kamus besar Bahasa Indonesia. Modal merupakan faktor produksi yang khusus. Modal (barang modal) merupakan faktor produksi yang merupakan input sekaligus output dari suatu perekonomian (Paul A Samuelson & William D.Nordhaus,1994) semua barang modal fisik sangat penting bagi kehidupan perekonomian manapun, baik itu perekonomian pasar, komando maupun campuran, dalam sebuah perrekonomian pasar, modal pada umumnya milik pribadi/swasta, dan pendapatan modal jatuh ke tangan individu.

Menurut Dewi (2006), Modal merupakan Aktiva/kekayaan yang dipergunakan

oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan / aktivitas sehari-hari yang selalu berputar

(7)

20

pada periode tertentu. Berdasarkan jenisnya modal dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1) Modal primer yaitu Modal minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

2) Modal normal,yaitu jumlah modal yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

Modal Variabel

Yaitu modal yang jumlahnya berubah-ubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Modal musiman yaitu modal yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena flukturasi musim.

b. Modal siklis yaitu modal yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena flukturasi konjungtur.

c. Modal darurat yaitu jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat/mendadak yang tidak dapat diketahui terlebih dahulu.

Barang-barang investasi/modal terdiri atas peralatan yang sangat berguna dalam proses produksi tersebut meliputi mesin, alat-alat besar, gedung instansi pabrik alat angkut yang dibuat oleh manusia yang dipergunakan dalam berproduksi.

Pembuatan peralatan modal lazim disebut investasi/akumulasi modal. Dalam operasi

suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil, sedang, dan besar maka modal mutlak

diperlukan, sudah tentu besar kecilnya modal sangat tergantung dari sekala masing-

(8)

21

masing perusahaan pengalokasian modal kedalam masing-masing kegiatan dalam perusahaan yang diatur dengan sebaik-baiknya guna mencapai tingkat efisiensi.

2.1.5 Pengertian Industri

Suatu pendapat mengatakan bahwa Industri itu adalah pabrik yang setiap hari banyak mengeluarkan kepulan asap dari cerobang-cerobong asap yang tinggi atau pabrik besar yang berdiri megah. Pabrik-pabrik itu menggunakan mesin-mesin dan tenaga manusia yang banyak dalam memproduksi produk yang ingin dihasilkan, atau industri merupakan kegiatan yang mengubah bentuk baik secara mekanis atau kimiawi dari bahan-bahan organik atau non organic, berupa bahan mentah atau bahan setengah jadi sehingga menjadi produk yang lebih tinggi mutunya. Proses perubahan bentuk itu dilakukan di pabrik-pabrik atau dirumah tangga dengan menggunakan mesin atau alat yang digerakan oleh mesin penggerak dimana hasilnya dapat dijual atau dipakai sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dalam teori industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa.

Berdasarkan bagian-bagiannya industri nasional dapat dikelompokkan menjadi : a) Kelompok industi dasar atau industri hulu, meliputi industri kimia dasar

seperti industri mesin, logam dasar elektronik.

b) Kelompok industri menengah atau hilir dan sering disebut aneka industri.

c) Kelompok industri kecil

(9)

22

Badan Pusat Statistik memberi batasan dengan apa yang dimaksud industri yang biasanya didahului dengan perkataan “perusahaan/usaha” perusahaan atau industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu yang mempunyai suatu administrasi tertentu mengenai produk dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Yang menjadi ciri utama dari industri adalah modal yang dimilikinya tidak lebih kecil dari dua ratus ribu rupiah BPS (2005)

Menurut Kanwil Departemen Perindustrian Provinsi Bali (1997) industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai lebih tinggi dalam penggunaannya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri. Menurut Jendral Industri Kecil, industri adalah serangkaian kegiatan usaha ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengelolaan, pengerjaan, pengubahan, perbaikan bahan dan barang baik organis maupun non organis sehingga barang yang dipergunakan lebih bermanfaat.

2.1.5.1 Pengertian industri kecil

Industri kecil merupakan bagian dari UKM sehingga definisi yang digunakan

bervariasi mengenai pengertian industri kecil yang disesuaikan menurut konteks dan

tujuan penggunaannnya, tetapi biasanya didasarkan pada ukuran jumlah tenaga kerja,

omzet penjualan, nilai aset atau stuktur kepemilikan. Perlu disadari bahwa definisi

(10)

23

UKM (usaha kecil menengah) pada dasaranya merupakan suatu instrumen administrasi atau birokrasi dan tidak harus merefleksikan realitas pasar, prilaku organisasi atau pandangan perusahaan tentang dirinya, dalam konteks promosi yang di biayai pemerintah untuk usaha kecil. Perlunya UKM terutama untuk penetapan alokasi, tindakan seperti pemberian kredit bersubsidi, perlakuan istimewa perpajakan terhadap UKM memang harus dibatasi dengan cara tertentu agar tidak sampai pemerintah akhirnya mendukung semua populasi dunia usaha.

Klasifikasi industri kecil, berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing- masing instansi/lembaga yang terkait dengan industri kecil. Asian development Bank dalam hasil penelitiannya di berbagai negara mengklasifiklasikan populasi dunia usaha sebagai bagian dari proses mempersiapkan statistik ekonomi, administrasi sistem perpajakan dan sebagai dasar untuk memberikan dukungan dan promosi khusus (bagi usaha kecil). Walaupun telah diupayakan selama sepuluh tahun, tidak ada rumusan definisi global yang berlaku untuk usaha mikro kecil dan menengah, kebanyakan negara memberikan definisi yang berbeda, dengan berbagai variasi yang penting antara satu sama lain negara maupun di dalam negara itu sendiri.

Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman, tembakau)

industri sedang dan kulit (tekstil, pakaian jadi dan barang dari kulit), industri kimia

dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet,

plastik, dll) Disperindag Provinsi Bali, (2005).

(11)

24

Dalam pasal 5 Undang-undang No.5 Tahun 1995, termuat lima buah kriteria agar suatu usaha dapat dikategorikan sebagai usaha kecil yaitu :

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100.000.000

3) Berdiri sendiri tidak dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar.

4) Bentuk usaha perorangan, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kriteria industri menurut SK menteri Perindustrian No. 254/MPP/1997 pasal 1 adalah suatu badan usaha/industri dimana investasinya untuk peralatan dan peralatan mesin adalah Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha dan investasinya Rp. 625.000 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang dan pemiliknya Warga Negara Indonesia.

Jadi berdasarkan batasan yang telah disebutkan di atas, maka dapat

disimpulkan pengertian industri kecil adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang

memproduksi barang dengan memperkerjakan tenaga kerja tidak lebih dari 20 orang

dengan modal yang relatif kecil dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia.

(12)

25

2.1.6 Upaya pengembangan industri

Di Indonesia sekarang ini seolah-olah memiliki pemikiran-pemikiran dalam kaitannya dalam upaya memantapkan keberadaan sektor industri Lincolin Arsyad (1997) ketiga kelompok pemikiran itu antara lain :

1) Pengembangan sektor industri hendaknya diarahkan kepada yang memiliki keunggulan komparatif (comparatif advantage), pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalangan ekonomis-akademis.

2) Konsep delapan wahana transportasi teknologi dan industri yang dikemukakan oleh Menteri Riset dan Teknologi yang pada dasarnya memprioritaskan pembangunan industri-industri hulu secara serentak (simultan).

3) Konsep keterkaitan antar industri, khususnya keterkaitan hulu hilir. Konsep ini merupakan konsep dari Menteri perindustrian.

Pembangunan industri merupakan bagian dari serangkaian pelaksanaan dalam mencapai sarana pembangunan jangka panjang yang bertujuan membangun industri, sehingga indonesia mampu tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Menurut departemen perindustrian, industri nasional dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :

a) Industri dasar yang meliputi industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan sekelompok industri kimia dasar (IKD), yang termasuk IMLD antara lain:

industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan

bermotor dan lain-lain. Yang termasuk IKD antar lain : industri pengolahan

kayu dan karet alam, industri batu bara. Ditinjau dari misinya industri dasar

(13)

26

memiliki misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi tepat guna yang digunakan adalah teknologi maju teruji dan padat karya, namun dapat mendorong penyerapan tenaga kerja.

b) Industri kecil meliputi pangan (makanan, minuman, tembakau) industri sedang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (kertas, percetakan,penerbit, barang-barang karet, plastik dan lain-lain), industri galian bukan logam, industri logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam dan lain sebagainya) kelompok industri kecil memiliki misi melaksanakan pemerataan sederhana dan padat karya, mengembangkan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan luar negeri (eksport).

c) Industri hilir yaitu kelompok aneka industri meliputi industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian.

Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal

dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi

maju.

(14)

27

2.1.7 Pengertian kerajinan

Menurut Soeroto (1983), kerajinan adalah suatu usaha produktif di sektor non pertanian baik berupa mata pencaharian pokok maupun sampingan. Usaha kerajinan sebagai kegiatan produktif non pertanian tumbuh atas dasar dorongan naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk mempertahankan hidup.

Penduduk Pulau Bali dikenal sangat kreatif apapun yang dihasilkan sebagai kerajinan tangan dapat dijual dan laku. Daerah seni yang dimiliki masyarakat Bali telah mengalir pada hasil kerajinan tangannya. Menurut Bappeda Kota Denpasar (2001) kerajinan tangan terkenal antara lain :

a. Seni ukir kayu dalam berbagai bentuk warna b. Seni ukir batu padas dan batu-batu lainnya c. Alat-alat perhiasan dari ukiran kayu d. Hiasan dinding

e. Pernak-pernik lainya

Selanjutnya Hasil usaha kerajinan menurut S.K Menteri Perindustrian No.

261/M/SK/1989 tanggal 20 september 1989 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan surat keterangan mengenai asal barang kerajinan (Kanwil Departemen Perindustrian, 1989), disebutkan bahwa semua barang dapat dikatakan sebagai hasil kerajinan apabila cara pengerjaannya :

1) Dibuat sepenuhnya dengan tangan.

2) Dikerjakan dengan alat yang dipegang dengan tangan seperti pahat dan palu.

(15)

28

3) Dikerjakan dengan mesin yang dikerjakan dengan pedal, papan putaran, tembikan yang digerakan dengan kaki.

4) Dikerjakan dengan alat penggerak mesin tetapi cara kerjanya masih dipegang dengan tangan seperti bor listrik.

5) Dikerjakan dengan salah satu atau beberapa kombinasi di proses yang diatas.

2.1.8 Efisiensi penggunaan faktor produksi

Dalam usaha kerajinan ukiran kayu Tingka Efisiensi merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan karena menyangkut masalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengerajin. Efisiensi dalam produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Dengan mengalikan koefisien produksi dengan rata- rata output dan juga dengan harganya, kemudian membaginya dengan rata-rata penggunaan masing-masing faktor produksi yang dikali dengan harganya, maka akan dapat dicari efisiensi ekonomis (Suyana 2008). Yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐸𝑓 = 𝛽 Ȳ𝐻

𝑌

𝑋𝐻

𝑋𝑖

... (2.4) Keterangan :

Ef = Efisiensi ekonomis

β = Koefisien variabel

Ȳ= Rata-rata output

(16)

29

Hy=Harga output

X = rata – rata input H

Xi

= harga input

Doll dan Orazem (1978) mengatakan bahwa ada tiga konsep efisiensi yaitu efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency) dan efisiensi ekonomi (efficiency economy).

1. Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis bila penggunaan satu satuan faktor memproduksi dalam jumlah tertentu dapat menghasilkan produksi telah digunakan seminimum mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat output tertentu.

2. Penggunaan faktor produksi dikatakan telah efisien harga, bila memiliki Marginal Value Product (MVP) sama dengan satu-satuan harga faktor

produksi yang digunakan. Pada saat yang sama dapat memperoleh keuntungan yang maksimum.

3. Efisiensi ekonomis terjadi bila produksi mencapai tingkat efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Oleh karena itu, suatu proses produksi dikatakan mencapai efisiensi ekonomis bila telah dicapai efisiensi teknis dan efisiensi harga.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini sedikitnya mengacu pada penelitian-penelitan sebelumnya. Hal

ini dimaksudkan untuk memberi dasar yang kuat untuk penyajian materi, baik dari

(17)

30

segi pemilihan variaabel maupun konsep umum yang dipakai. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahayana (2009) mengenai skala ekonomis dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam usaha tani di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, dengan alat analisis regresi dengan model double log yang diestimasi dengan model Cobb-Douglas. Skala ekonomi yang diukur dari jumlah koefisien regresi masing-masing input dengan harga input dengan hasil penelitian bahwa skala ekonomi ushatani padi sawah di Desa Sudaji adalah increasing return to scale sedangkan tingkat efisiensinya dari penggunaan faktor-

faktor produksi tidak efisien persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik analisis efisiensi penggunaak faktor produksi, sedangkan perbedaanya pada penelitian ini tidak menggunakan analisis skala ekonomi dan perbedaan mendasar terletak pada obyek penelitiannya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Triwahyuni (2009) dengan judul Tingkat

efisiensi penggunaan Faktor produksi pada industri kerajinan genteng di desa

Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Analisis yang digunakan

adalah linear berganda yang diformulasikan dengan model fungsi produksi Cobb-

Douglas, hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi bahan

baku dan tenaga kerja pada industri genteng di desa Darmasaba tidak efisien, hasil

produksi dari penggunaan faktor produksi bahan baku dan tenaga kerja pada industri

genteng di desa Darmasaba berada pada skala yang semakin meningkat Incresing

return to scale dan elastisitas hasil produksi genteng terhadap penggunaan faktor-

(18)

31

faktor produksi bahan baku dan tenaga kerja pada industri genteng di desa Darmasaba Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung adalah elastis. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik analisis linear berganda dengan model produksi Cobb-Douglas, sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebasnya dan obyek penelitiannya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Soetiarso (1995) dengan judul Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Merah di Pecet, Bandung.

Analisis yang digunakan adalah linear berganda yang diformulasikan dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk daun harus dikurangi, hasil produksi dari penggunaan pupuk TPS,Insektisida dan fungisida berada pada skala yang semakin meningkat Incresing return to scale dan elastisitas hasil produksi bawang merah terhadap penggunaan produksi pupuk kandang, pupuk TPS, insektisida, dan fungisida adalah elastis. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik analisis linear berganda dengan model produksi Cobb-Douglas, sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebasnya dan obyek penelitiannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalinda, dkk (1995) dengan judul Tingkat efisiensi penggunaan Faktor produksi dalam Usahatani Kubis di Tingkat Petani.

Analisis yang digunakan adalah linear berganda yang diformulasikan dengan model

fungsi produksi Cobb-Douglas, hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan

pupuk ZA dan KCI tidak efisien, hasil produksi dari penggunaan pupuk ZA dan KCI

(19)

32

pada usahatani kubis berada pada skala yang semakin meningkat Incresing return to scale dan elastisitas hasil usahatani kubis terhadap penggunaan pupuk ZA dan KCI

adalah elastis. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik analisis linear berganda dengan model produksi Cobb-Douglas, sedangkan perbedaanya terletak pada perhitungan efisiensi pada penelitian Nurmalinda dkk menggunakan pendekatan keuntungan yang maksimal, sedangkan pada penelitian ini penggunakan pendekatan marjinal.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sahara dkk (2005) dengan judul Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis. Analisis yang digunakan adalah linear berganda yang diformulasikan dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, dan perhitungan efisiensi penggunakan metode pendekatan marjinal.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja kurang maksimal,sehingga masih bisa ditambah untuk menghasilkan produksi yang lebih maksimal. hasil produksi dari penggunaan faktor produksi luas lahan, pestisida dan tenaga kerja terhadap produksi padi berada pada skala yang semakin meningkat Incresing return to scale dan elastisitas hasil produksi padi terhadap penggunaan

faktor-faktor produksi padi adalah elastis, sedangkan penggunakan pupuk SP-36

justru bersifat inelastis dan skalanya menunjukkan decreasing return to scale ,

sehingga penggunaan pupuk SP-36 harus dikurangi. Persamaan penelitian ini adalah

sama-sama menggunakan teknik analisis linear berganda dengan model produksi

(20)

33

Cobb-Douglas , sedangkan perbedaanya terletak pada variabel bebasnya dan obyek penelitiannya.

2.3 Rumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1) Faktor produksi Modal dan Tenaga Kerja secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi industri ukiran kayu di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

2) Faktor dominan yang mempengaruhi produksi industri ukiran kayu di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung adalah modal.

3) Tingkat Efisiensi penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada

industri ukiran kayu di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung adalah

efisien.

Referensi

Dokumen terkait

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas

BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati sudah sesuai dengan teori yang ada antara lain: Penerapan unsur-unsur pembiayaan, jenis pembiayaan merupakan modal kerja yang

Tepung pisang kepok merupakan alternatif utama dengan prospek yang baik sebagai salah satu sumber karbohidrat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

Misalkan pada Gambar 2, jika Anda ingin bepergian dari stasiun Okayama menuju stasiun Kurashiki, maka Anda harus menaiki kereta dengan line hijau (keterangan mengenai jenis

Pusing ganti kerja adalah keluar masuk pekerja ke dalam sesebuah organisasi. Sesebuah organisasi yang tidak mempunyai jabatan sumber manusia akan menghadapi masalah pusing ganti

Analoginya seperti kita mengisi air didalam jerigen, ketika keran kita buka full, maka air dalam jerigen akan beriak dan akan membuat jerigen seolah- olah sudah penuh, karena

Uji coba sistem KSA dilakukan di seluruh kecamatan di kabupaten Indramayu dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah sampel masing-masing sebanyak