• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. dan sulit untuk dimengerti. Memang benar adanya bahwa seni sastra selalu penuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. dan sulit untuk dimengerti. Memang benar adanya bahwa seni sastra selalu penuh"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Banyak orang berpendapat bahwa karya sastra merupakan bahan bacaan yang “berat” dan “sulit” untuk dimengerti. Memang benar adanya bahwa seni sastra selalu penuh dengan ungkapan-ungkapan simbolistik yang terkadang sukar untuk ditafsirkan, sehingga menyulitkan pembacanya untuk dapat memahami konteks makna yang terkandung di dalamnya.

Shklovsky dalam Firdaus (2007) menyatakan :

Seni berarti menghancurkan persepsi dari yang tadinya otomatis menjadi tidak otomatis; tujuan dari imaji bukanlah untuk menghadirkan makna dari objek yang dideskripsikan pada pemahaman kita, melainkan untuk membentuk suatu persepsi khusus dari objek tersebut.

Sebagaimana yang dimaksudkan oleh Shklovsky (1990), di sinilah terjadi proses penghancuran persepsi terhadap suatu makna dalam karya sastra, dari yang tadinya otomatis menjadi tidak otomatis. Suatu makna dalam karya sastra harus ditinjau dari berbagai aspek melalui proses pemahaman dan pemaknaan yang kemudian dijabarkan secara analitis, rasional dan objektif.

Menjawab hal tersebut, stasiun televisi swasta Jepang NTV (Nippon Terebi), atau yang lebih sering disebut dengan 日テレ (nitere), menyiarkan sebuah program variety

show (pertunjukan komedi) yang mengangkat karya-karya sastra terkenal, baik karya sastra dunia maupun karya sastra Jepang sendiri. Acara tersebut diberi nama Arasuji de

(2)

Tanoshimu Sekai no Meisaku Gekijo (teater karya sastra dunia yang dapat dinikmati melalui ringkasan).

Program acara ini diadaptasi dari sebuah acara siaran serupa milik stasiun televisi Inggris yang telah sukses sebelumnya, masterpiece theater, seperti yang dipublikasikan London Times pada artikel Masterpiece Theatre and the Politics of Quality (18 November 2008). NTV dalam meisaku gekijo (2008) menerangkan acara ini memanfaatkan jam tayang premiere, pukul sembilan malam, untuk menyiarkan acara tersebut serta menempatkannya dalam program siaran special (tokubetsu bangumi). Berangkat dari ide kepenatan dan kesibukan sehari-hari masyarakat Jepang yang tidak sempat membaca karya-karya sastra, NTV mengkonsepkan teater karya sastra klasik dan modern dengan kecanggihan teknologi, yang dibawakan dengan berbagai macam metode presentasi. Hal tersebutlah yang merangsang ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian terhadap metode presentasi yang digunakan dalam acara tersebut. Adapun hal yang akan penulis teliti dalam acara tersebut adalah pada bagian presentasi novel Nijyushi no Hitomi karangan Tsuboi Sakae (1952), yang dibawakan oleh seorang artis Jepang bernama Hano Aki. Presentasi dilakukan melalui konsep 生芝

居 (namashibai), yaitu dengan menggunakan cuplikan-cuplikan foto yang pengambilan

gambarnya dilakukan langsung di tempat dimana novel tersebut mengambil seting (Pulau Shodo), untuk kemudian cuplikan-cuplikan tersebut disertai dengan keterangan tulisan, suara, dan cerita dari narator Hano Aki sendiri. Kemampuan akting Hano Aki yang memukau serta menggugah haru bagi yang menontonnya, memberikan tambahan poin ketertarikan penulis untuk meneliti presentasi Nijyushi no Hitomi dalam acara

(3)

Penelitian akan dilakukan dengan pendekatan teoritis menggunakan teknik mnemonic, teknik untuk meningkatkan penyimpanan memori dalam otak, yang akan dijabarkan lebih lanjut pada bab dua. Selain menjabarkan teori teknik mnemonic, pada bab dua penulis juga akan mengangkat isu-isu mengenai pendidikan Jepang yang bersifat egalitarian, serta visualisasi sebagai bentuk pengajaran dalam masyarakat Jepang, yang secara keseluruhan mendukung penelitian skripsi ini.

Egalitas (persamaan derajat) dalam pendidikan Jepang menyebabkan standar pendidikan yang tinggi di Jepang. Dengan tingginya pendidikan di Jepang, acara televisi swasta Jepang pun, selain menyiarkan acara-acara hiburan, juga sarat dengan program-program berisi pendidikan.. Berangkat dari hal tersebut, secara tidak langsung penulis membandingkan serta berharap, Depdikbud (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) Indonesia juga mempunyai kiat seperti Jepang, berkerjasama dengan insan pertelevisian tanah air, membangun manusia Indonesia melalui acara televisi yang bersifat pendidikan. Apabila dibandingkan dengan realita wacana pertelevisian Indonesia yang bertajuk sinema elektronik (sinetron) dengan peran artis-artis belia, ataupun gosip acara infotainment serta pariwara yang silih berganti menawarkan produk-produk mereka, menimbulkan kecenderungan masyarakat bertindak konsumtif, terlebih lagi hedonis. Hal ini jugalah yang menjadi faktor pemicu ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini.

1.1.1 Peranan Pertelevisian Dalam Dunia Pendidikan Jepang

Pendidikan tidak hanya didapatkan dari buku teks pelajaran di sekolah, tetapi juga dapat diperoleh melalui siaran televisi yang bersifat pendidikan. Reischauer (1991)

(4)

menyebutkan bahwa “media massa turut bersama pendidikan sebagai pembentuk utama masyarakat umum”.

Lebih lanjut Reischauer (1991) menjelaskan tentang masyarakat Jepang yang ideal berkat pendidikan adalah keadaan dimana masyarakat yang teratur baik dan berfungsi lancar secara mulus, dengan menekankan kembali keseragaman yang telah tertanam dalam manusia Jepang melalui pendidikannya yang serupa, dan sumber-sumber informasi dalam media massa yang sama-sama mereka peroleh. Dengan kata lain individu Jepang diharapkan untuk mengikuti keseragaman masyarakat yang telah terbentuk oleh para pendahulu mereka, dan mengaplikasikannya dengan pendidikan yang telah mereka peroleh bersama melalui media massa.

Lain halnya dengan Rosidi (1991: 127) yang mengangkat pendidikan pertelevisian Jepang melalui pendekatan nilai-nilai tradisi leluhur. Keseragaman pembentukan “manusia Jepang seutuhnya” yang disiarkan televisi memberikan rasa kecintaan terhadap warisan budaya bangsa, seperti dikemukakan beliau berikut ini.

Televisi di Jepang banyak menyiarkan film pendek, yang umumnya merupakan serial, baik cerita tentang zaman samurai maupun zaman sekarang. Dengan demikian, siaran televisi itu mendekatkan anak-anak Jepang dengan kebudayaan warisan leluhurnya sendiri. Cerita-cerita khayal ilmiah (science fiction) juga dibuat oleh para seniman Jepang sendiri, dengan tokoh-tokoh anak-anak Jepang. Sehingga hampir tidak ada film-film buatan luar negeri untuk anak-anak yang diputar melalui televisi.

Kadang-kadang ada juga film cerita asing disiarkan dalam televisi Jepang, tetapi biasanya sudah disulih suara, sehingga setiap pembicaraan dilakukan dalam bahasa Jepang. Pada satu pihak hal itu menimbulkan kesukaran bagi orang asing yang kurang

(5)

paham bahasa Jepang untuk mengikutinya, namun pada pihak lain, namun sebenarnya itu adalah cara yang wajar bagi orang Jepang.

Pendapat Rosidi diperkuat dengan pernyataan dari Fukumoto (1991: 175), yang

mengatakan「アメリカの CATV を日本に」『フランスの映像端末を日本に』そ

れだけでは情報があふれ過ぎ、多忙な日本人には加入も利用もしにくいのであ

る, yang artinya “orang boleh saja mengatakan “Mari kita bawa masuk ke Jepang acara

TV Amerika dan Perancis,” yang penting sebelum itu dilaksanakan, informasi yang disajikan harus dirubah sedemikian rupa sehingga informasi tersebut dapat tertangkap dengan ala Jepang.”

1.1.2 Sekilas Mengenai Novel Nijyushi no Hitomi

Japanese Life Style dalam Japanese Literature (2008) menuliskan bahwa Perang Dunia kedua yang berakhir dengan kekalahan Jepang, memberikan pengaruh besar terhadap karya sastra Jepang. Pasca Perang Dunia Kedua, banyak pengarang yang menuliskan cerita tentang kekejaman semasa perang, kehilangan tujuan hidup pasca perang, serta mencari-cari pihak yang harus bertanggung jawab dan membayar atas kekalahan tersebut. Salah satu karya sastra yang mengangkat isu-isu tersebut adalah novel Nijyushi no Hitomi (1952) karangan Tsuboi Sakae.

Setting cerita bermula pada masa konflik berkecamuk di Manchuria (perang Sino-Jepang), sekitar tahun 1928. Seorang guru muda yang terdidik dan berasal dari kelas menengah bernama Hisako Oishi ditempatkan di kota kecil Shodoshima, prefektur

(6)

Kagawa. Penduduk kota merasa heran dengan kedatangan guru baru tersebut karena penampilan Oishi sensei yang mengenakan pakaian ala barat.

Debut mengajar Oishi sensei dimulai di kelas 1 sekolah dasar. Dengan segera Oishi sensei mendapat tempat yang hangat di hati para murid-muridnya yang berjumlah dua belas orang. Keduabelas orang murid inilah yang menjadi judul dari novel karangan Tsuboi Sakae tersebut, Nijyushi no Hitomi (dua puluh empat bola mata). Dikutip dari Odagiri (2005) dalam Nihon No Meisaku.

Sense of Cinema dalam Twenty-Four Eyes (2005) mengatakan bahwa Karya Nijyushi no Hitomi sendiri telah dilayarlebarkan pada tahun 1954, menyabet penghargaan Golden Globe dan kemudian di-Remake kembali pada tahun 2005. Novel Nijyushi no Hitomi terdapat juga dalam versi terjemahan bahasa Indonesia berjudul Dua Belas Pasang Mata (1989), yang merupakan terjemahan dari versi bahasa Inggris, Twenty-Four Eyes (1987).

1.1.3 Riwayat Hidup Singkat Tsuboi Sakae

Tsuboi Sakae adalah seorang novelis dan penulis syair wanita asal Jepang. lahir pada tahun 1899 di desa Sakate, perfektur Kagawa, dan merupakan putri ke lima di keluarganya. Kebangkrutan usaha ayahnya menyebabkan perekonomian keluarga yang buruk, tetapi untung saja dia dapat menyelesaikan pendidikan hingga tahun ke delapan, sebelum akhirnya dia bekerja di kantor pos dan balai kota.

Saat berumur dua puluh enam tahun dia pergi ke Tokyo dan menikah dengan seorang yang bernama Tsuboi Shigeji. Pada tahun 1938 dia mendapat penghargaan dari menteri pendidikan berkat karya debutnya yang berjudul Daikon no Ha (daun lobak). Pada tahun 1952 terbitlah novel Nijyushi no Hitomi yang menjadi best seller di Jepang. Sebelum

(7)

meninggal dunia di tahun 1967, dia mendapat gelar kehormatan sebagai warga kota Uchinomi.

Untuk mengenang karya Tsuboi Sakae, pemerintah prefektur Kagawa menetapkan sebuah penghargaan yang diberi nama penghargaan Sakae Tsuboi, yang diperuntukkan bagi anak-anak berprestasi dari perfektur Kagawa. Dikutip dari Yamamuro (1972) dalam Tsuboi Sakae no Shougai to Sakuhin.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan judul skripsi di atas, penulis ingin mengangkat permasalahan penggunaan strategi kognitif teknik mnemonic dalam penampilan presentasi novel Nijyushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae. Sebuah mitos bahwa karya sastra merupakan bacaan berat yang kadang kala sukar untuk dimengerti, disajikan melalui ringkasan dan presentasi dalam sebuah acara televisi untuk dikonsumsi berbagai kalangan, yang berjudul Arasuji de Tanoshimu Sekai no Meisaku Gekijo (2008).

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Penelitian menggunakan korpus data acara televisi oleh NTV yang berjudul Arasuji de Tanoshimu Sekai no Meisaku Gekijo (2008), pada bagian presentasi novel Nijyushi no Hitomi. Data berupa potongan video, sepanjang kurang lebih dua belas menit, termasuk jeda iklan. Penelitian akan dihubungkan dengan teknik mnemonic yang terdiri dari beberapa metode, yakni Metode Loci, Akronim, Akrostik, Chunking (memisahkan kata per kata), Peg Words (kata bersajak), Organisasi Skema, Kata Kunci, Recall of Names, dan Recall of Words, tetapi dalam penelitian ini lingkupnya dibatasi pada empat teknik mnemonic saja, yaitu :

(8)

1. Metode Loci 2. Kata Kunci 3. Recall of Names 4. Recal of Words

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan penggunaan teknik mnemonic yang terdapat pada korpus data. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat menggunakan strategi teknik mnemonic dalam bermacam media, terutama dalam penerapan bidang pendidikan, karena manusia sampai akhir hayat hidupnya tidak akan pernah berhenti belajar.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian akan menggunakan metode kepustakaan dengan menggunakan teori-teori dari berbagai buku dan jurnal yang dapat mendukung penelitian. Buku-buku dan jurnal yang dipakai berfungsi sebagai landasan teori dalam penelitian. Buku-buku tersebut didapat dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara dan perpustakaan Japan Foundation. Selain itu juga penulis mencari dari situs dunia maya, sebagai referensi rujukan serta jurnal online yang berkaitan dan menunjang skripsi ini.

Dalam penelitian skripsi ini nantinya akan menjelaskan lebih lanjut tentang metode mnemonic beserta teknik-teknik pendukungnya. Fenomena presentasi Ibu Hano Aki akan dianalisis hubungannya dengan teknik mnemonic, untuk kemudian dipaparkan secara deskriptif, mencari isu-isu, kejelasan serta kebenaran hubungan presentasi

(9)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam bahasan permasalahan, sistematika penulisan dapat diuraikan menjadi lima bab dengan masing – masing penjelasannya sebagai berikut :

Pada bab 1 penulis menjelaskan tentang topik yang akan dibahas dalam skripsi yang antara lain berisi mengenai latar belakang penulis dalam memilih tema, perumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat melakukan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Ini bertujuan agar pembaca mendapat gambaran umum mengenai hal yang akan diteliti oleh penulis.

Pada bab 2 berisikan tentang uraian teori – teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan, yaitu teknik mnemonic dalam acara televisi Arasuji de Tanoshimu Sekai no Meisaku Gekijo.

Dalam bab 3 penulis akan memaparkan analisis data yang dihubungkan dengan teori-teori pada bab 2 untuk menganalisis penggunaan teknik mnemonic dalam acara televisi Arasuji de Tanoshimu Sekai no Meisaku Gekijo (2008).

Pada bab 4 penulis akan memberikan simpulan dari permasalahan maupun hasil analisis yang telah diteliti dan dimasukkan pula saran – saran untuk menunjang penelitian.

Dalam bab 5 penulis akan mengulang kembali topik maupun isi skripsi secara ringkas mengenai teknik mnemonic dalam acara televisi Arasuji de Tanoshimu Sekai no Meisaku Gekijo (2008).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah aplikasi yang telah dibuat pada android smartphone dapat menerima data yang dikirim oleh mikrokontroler arduino,

Selama proses pembelajaran menggunakan model GI berbantu media videoscribe pada tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku di kelas IV SDN 2 Selakambang dilakukan tes

Nilai moral karya sastra adalah nilai-nilai perbuatan atau sikap manusia (tokoh dalam cerita novel) baik sikap yang melekat pada diri sendiri; seperti jujur, kerja

Proses pembuatan aplikasi ini terfokus hanya pada bagaimana proses pembuatan aplikasi sistem pakar pemilihan tipe rumah ideal pada perumahan di Kalisari dengan menggunakan

Hasil analisis dari penelitian ini adalah tingkat pemahaman pesan, tingkat ketertarikan terhadap iklan layanan berhenti merokok berdasarkan faktor yang paling kuat adalah

Jadi dari Tabel fasa Bulan dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 6 Mei dan 6 Juni tahun 2018 hanya ada satu fasa bulan purnama maka hari Raya Waisak 2562 bertepatan dengan hari

(2) Masyarakat (pasangan suami/isteri) suku Mandailing memahami bahwa Program Keluarga Berencana bukan sebagai program untuk membatasi jumlah anak, tetapi sebagai

Sedangkan dalam hukum Islam, dalam masalah penjatuhan hukuman atau penetapan vonis hukuman, Islam tidak mengenal adanya hal-hal yang memberatkan apalagi hal-hal yang