• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses pertukaran simbol. Proses komunikasi dapat terjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses pertukaran simbol. Proses komunikasi dapat terjadi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Komunikasi

Komunikasi memiliki terlalu banyak arti untuk didefinsikan tidak sekadar dikelompok ahli komunikasi tetapi juga dilapisan masyarakat umum. Implikasinya kata komunikasi mempunyai beberapa banyak arti yang berlainan. Komunkasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran simbol. Proses komunikasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dalam bahasa inggris kata komunikasi atau communication berasal dari kata latin communis yang memiliki makna sama. Arti kata sama dimaknai sebagai sama makna, artinya komunikasi terjadi atau berlangsung dengan melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki keserupaan arti berkenaan dengan apa yang hendak dikomunikasikan, baik dari si pengirim ataupun si penerima sepakat atas suatu pesan tertentu (Effendy, 2002).

Komunikasi secara etimologi didefiniskan paling tidak perlu berisi keserupaan arti antara pihak-pihak yang terlibat. Diartikan demikian setidaknya dalam kegiatan komunikasi bersifat informatif seperti kesediaan seseorang untuk menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu tindakan maupun kegiatann lainnya. Lebih jauh lagi definisi komunikasi yang di buat oleh sekelompok sarjana komunikasi mengkhusukan diri pada studi antar manusia. Louis Forsdale (1981) dalam Cangara (2015) seorang yang merupakan pakar komunikasi serta pendidikan menyebutkan bahwa “communication is the process

(2)

10 by which a system is estabilished, maintained and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Definisi menjelaskan bahwa komunikasi setidaknya melibatkan beberapa kegiatan yakni proses transaksi, proses simbolik, kegiatan membangunhubungan antar manusia, melakukan proses pertukaran infomasi dan yang terakhir sebagu kegiatan untuk menguatkan dan mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.

Setiap bahasa, baik itu bahasa lisan, bahsa tulisan maupun bahsa isyarat memiliki aturan tertentu. Sesorang dapat memhami maupun tidak dapat memahmai maksud orang lain tergantung singnal yang dikirim, pakah menggunakan bhasa yng sama atau tidak. Lebih lanjut Forsdale mengatkan bahwa dala proses pemberian signal dapat dilakukan dengan maksud tertentu, baik itu disadari maupun juga tanpa disadari. Pendapat Forsdale berbeda dengan pendapat sebelumnya. Definisi pertama mennjelaskan bahawa proses komunikasi dapat terjadi dengan adanya kesadaran dan lebih menekankan pada komunikai antar manusia, sedangkan Forsdale menjelaskan proses komunikasi dat terjdai dalam kondisi sadar maupun tidak sadar serta ruang lingkupnya bisa antar individu ataupun komunikasi atas sistem aktivitas hewan.

2.2. Model Komunikasi

Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley (dalam Susanto, 2003) memberitahukan 5 (lima) unsur komunikasi, yakni:

1) Sumber (Source) 2) Komunikator (Encoder) 3) Pesan (Message)

(3)

11 4) Komunikan (Decoder)

5) Tujuan (Destination).

Komponen-komponen komunikasi diatas tersebut, merupakan faktor penting dalam komunikasi; bahwa pada setiap komponen tersebut dari para pakar komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Adapula Sebuah model komunikasi yang diusulkan oleh Harold Lasswell (Mulyana, 2003) menyebutkan model dalam keilmuan komunikasi yaitu “Who says what in which channel to whom with what effect” unsur sumber (who, siapa) pesan (says what, mengatakan apa) Saluran komunikasi (in which channel, pada saluran apa) penerima (to whom, kepada siapa) unsur pengaruh (with what effect, dengan pengaruh atau dampak apa). Model komunikasi lain yang juga banyak digunakan adalah model komunikasi dari Claude Shannon atau lebih terkenal dengan model Shannon Wever yang mana dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan prinsip, yakni:

1. Sumber Informasi (Information Source)

Otak merupakan akar dari suatu informasi didalam komunikasi manusia dimana terdapat kemungkinan untuk menampilkan message atau pesan serta set kecil pesan atas jutaan pesan yang telah ada. Melalui sautu kehidupan seringkali pesan membentuk suatu fungsi yang mudah buat otak. Contohnya bagaikan ketika seseorang bertemu dengan seorang kawan atau kerabat dan mengatakan good morning, good afternonn, where are you going dan lain sebagainya. Namun demikian dalam kompleksitas pesan yang ingin disampaikan mengharapkan otak agar kian memikirkan dan

(4)

12 memperhitungkan pesan yang mau disampaikan misalnya ketika kita hendak menginterpretasikan sesuatu solusi atau jalan keluar terhadap orang lain. Melalui tiap-tiap inseden, pesan yang persis ataupun akurat harus dipilih oleh otak sesuai dengan situasi yang terjadi. Metode penentuan ini seringkali menggambarkan tindakan-tindakan yang tidak dipahami oleh manusia.

2. Transmitter

Memilih transmitter merupakan langkah kedua dari model Shannon. Langkah pemilihan transmitter ini bergantung dan menyesuaikan macam-macam komunikasi yang akan digunakan, apakah akan menggunakan komunikasi tatap muka atau komunikasi menggunakan mesin. Sarana-sarana pembentuk suara dan dihubungkan dengan otot-otot serta organ tubuh lainnya yang terlibat dalam penggunaan bahasa nonverbal merupakan tansmitter yang digunakan pada komunikasi tatapmuka. Adapun telepon, radio, televise, foto dan film merupakan transmitter yang digunkan pada komunikasi yang menggunakan sarana-sarana komunikasi.

3. Penyandian (Enconding) Pesan

Langkah selanjutnya setelah transmitter adalah penyandian pesan atau decoding. Langkah ini diperlukan untuk mengubah ide dalam otak ke dalam suatu sandi yang cocok dengan transmitter. Berbicara merupakan signal yang cocok dengan dengan alat-alat suara dalam komunikasi tatap muka. Sedangkan anggukan kepala, sentuhan dan kontak mata merupakan signal yang cocok dengan oto-totot tubuh dan indera. Pada komunikasi yang

(5)

13 menggunakan mesin, alat-alat yang digunakan sebenarnya sebagai perluasan dari indera. Pada dasarnya penyandian pesan juga berasal dari tubuh tetapi diperluas melalui jarak jauh dengan transmitter. Misalnya televisi sebagai perluas mata sedangkan radio sebagai memperluasan dari suara manusia serta melalui sarana komunikasi yang lain.

4. Penerima dan Decoding

Istilah Claude tentang decoding dan penerimaan ataupun menafsirkan pesan layaknya berbenturan atas terminologi perumusan pesan. Dalam komunikasi tatap muka berpotensi transmitter merumuskan pesan melalui penggunaan sarana-sarana bunyi dan gerakan-gerakan badan. Pada saat ini penerimaan merupakan bagian-bagian badan yang mudah serta mampu memeriksa signal. Umpamanya kuping mendengarkan dan memisahkan rumus perbincangan, mata menampung serta membelah rumus guncangan tubuh dan bagian kepala, kedipan mata dan tanda-tanda serupa yang telihat melalui mata. Pastilah apabila pribadi dalam komunikasi tatap muka tidak mempunyai sartu hingga beberapa bagian tubuh lalu perolehan pesan akan berpotensi terhambat.

5. Tujuan (Destination)

Destination ini meruapakan otak manusia yang memperoleh pesan yang berisi berbagai jenis hal, pemikiran atau ingatan tentang berbagai kemungkinan dari arti pesan. Pemeroleh pesan telah memperoleh signal yang kemungkinan melalui pendengaran, penglihatan, penciuman dan lain sebgainya setelah itu signal diuraikan dan pahami dalam otak.

(6)

14 6 . Sumber Gangguan (Noise)

Istilah model komunikasi Claude Shannon ini muncul adanya sumber gangguan saat waktu memindahkan signal dari transmitter kepada si pemeroleh. Umpamanya disaat anda berbincang bersama kerabat-kerabat dijalan terdengar bunyi mobil melintas, orang-orang meneriaki, yang secara keseluruhan merupakan pengganggu perbincangan anda sejenak, dan pengganggu itu juluki noise.

2.3. Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan suatu representasi yang sederhana melalu proses komunikasi yang menunjukan hubungan antara satu unsur komunikasi dengan unsur yang lainnya (Soejanto, 2005). Pola Komunikasi dengan kata lain berhubungan dengan berbagai hal yang mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Pola berhubungan erat dengan proses dimana proses komunikasi akan membentuk pola tertentu di suatu lingkungan tertentu juga.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004) mengatakan maka pola komunikasi bisa dimengerti menjadi pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengantar dan penerimaan pesan melalui model yang tepatsehingga pesan yang diinginkan dapat dimengerti. Pengertian pola komunikasi yang dijabarkan Djamarah ini dapat disimpulkan sebagai proses komunikasi sederhana yang efektif. Efektif karena media yang digunakan memang tepat sesuai dengan lingkungan yang ada pada saat hubungan interaksi berlangsung.

Pola-pola yang terbentuk dari proses komunikasi itu sendiri sesuai dengan pengertian komunikasi yang dikemukakan Onong Uchjana, komunikasi pada

(7)

15 prinsipnya merupakan proses pengiriman pikiran atau perasaan dari seorang (komunikator) teruntuk orang lain (komunikan). Dalam kaitannya Pola komunikasi intinya dibagi menjadi 4 bagian, yakni:

1. Pola Komunikasi Primer

Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang verbal dan nonverbal. Lambang verbal yaitu bahasa, yang paling sering digunakan karena bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator. Sedangkan lambang nonverbal yaitu lambang yang di gunakan dalam berkomunikasi yang bukan bahasa, namun merupakan isyarat dengan menggunakan anggota tubuh antara lain; kepala, mata, bibir, tangan dan sebagainya.

2. Pola Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator yang menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien, karena didukung oleh teknologi informasi yang semakin canggih.

(8)

16 Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ketitik yang lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi, dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini, pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi.

4. Pola Komunikasi Sirkular

Sirkular secara harfiah berati bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan kekomunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi seperti ini, proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Menurut Uchjana dalam (Bungin, 2008)

2.4. Perencanaan dan Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikianlah pula komunikasi merupakan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menujukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti

(9)

17 kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergabung dari situasi dan kondisi.

2.4.1. Perencanaan

Banyak pakar yang mendefinisikan mengenai pengertian perencanaan, menurut Keufman perencanaan adalah suatu proses untuk menetapkan kemana kita harus pergi dengan mengidentfikasi syarat apa yang harus dipenuhi untuk sampai ketempat tersebut dengan cara yang paling efisien dan efektif, dengan kata lain perencanaan sebagai penetapan spesifikasi tujuan yang ingin dicapai termasuk cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Cangara, 2013). Waterson mengatakan perencanaan adalah usaha yang sadar, terorganisasi, dan terus-menerus guna memilih alternatif yang terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi lain dari perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Cangara, 2013). Dari pengertian yang telah disebutkan diatas maka pada dasarnya bahwa perencanaan merupakan proses pemikiran yang dilakukan secara sadar dan dilakukan secara kontinu untuk menentukan cara yang dipilih beserta alternatifnya hingga tujuan yang diinginkan tercapai. Lalu apa fungsi dari perencanaan itu sendiri, perencanaan sendiri merupakan titik awal dari semua kegiatan, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah.

2. Memberi arahan (fokus) atau pedoman pada tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam mengatasi ketidakpastian dengan memilih jalan yang terbaik. Bahkan dalam keadaan stabil pun perencanaan masih diperlukan.

(10)

18 3. Meminimalisasi terjadinya pemborosan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan secara efektif.

4. Melakukan perkiraan (forecasting) terhadap kendala yang mungkin terjadi dan hasil (output) yang akan diperoleh.

5. Melakukan pengendalian agar pelaksanaan senantiasa tetap berada dalam koridor perencanaan yang telah ditetapkan.

6. Memberi kesempatan untuk memilih alternatif tebaik guna mendapat hasil yang lebih baik

7. Mengatasi hal-hal yang rumit dengan mencari jalan keluar (solution) dari masalah yang dihadapi

8. Menetapkan skala prioritas tentang apa yang harus dikerjakan lebih dahulu

9. Penetapkan mekanisme pemantauan (monitoring) dan instrumen alat ukur untuk keperluan evaluasi.

Perencanaan pun mempunyai kelemahan, kelemahan perencanaan ada karena (1) perencanaan merupakan hipotesis yang masih harus dibuktikan kebenarannya, karena perencanaan baru berupa ramalan sehingga tidak dapat dipastikan apakah dapat dilakukan sesuai dengan rencana, (2) memerlukan biaya, waktu, dan tenaga, (3) banyaknya faktor yang bisa menghambat pelaksanaan suatu perencanaan sehingga tujuan yang ingin dicapai kadang tidak terpenuhi secara penuh.

(11)

19 2.4.2. Strategi Komunikasi

Rogers memberikan definisi dalam beberapa batasan, ia mengatakan strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Selain Rogers, pakar komunikasi yang lainnya yaitu Middleton memberikan definisi strategi komunikasi. Middleton mengatakan startegi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal (Cangara, 2013).

Sama seperti pada strategi militer tujuan akhir pada strategi komunikasi pun yaitu efek atau tujuan dari komunikasi itu sendiri tujuan dari program komunikasi yang dibuat. Lebih spesifik R.Wayne Pace, Brent D mengatakan terdapat tiga tujuan sentral strategi komunikasi yaitu (1) to secure understanding, (2) to establish acceptance, (3) to motivate action to secure understanding memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Lalu andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima pesan, maka penerimanaya harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action). (Effendy, 2011).

2.5. Sosialisasi

Menurut William J. Goode, sosialisasi adalah proses yang sebaiknya dilalui manusia muda agar mendapatkan norma-norma dan pengalaman tentang kumpulannya dan belajar tentang peran sosialnya yang sebanding dengan derajatnya disitu. Kerumitan-kerumitan yang lumayan besar kemungkinan akan

(12)

20 menhenai tiap-tiap individu yang tidak mempunyai kesempatan memperoleh sosialisasi yang seimbang yang karenanya akan gagal dalam tindakan-tindakannya demi mencocokkan diri melalui nilai-nilai sosial yang berlainan pada ruang lingkup, tentunya dengan moral-moral orang lain disuatu masyarakat. Untuk masyarakat itu sendiri, kesia-siaan seperti itu jelas saja akan ditempuh pula sebagai suatu hal yang sangat menyusahkan dan tentu akan menghalangi keberlangsungan kondisi disiplin masyarakat. (William J, 2007).

Sosialisasi menurut David A. Goslin merupakan proses melatih diri yang dilalui oleh seseorang agar mendapatkan pemahaman keterampilan, norma-norma dan kaidah-kaidah agar ia bisa berpartisipasi menjadi dalam dalam suatu gabungan di masyarakatnya. Sesudah berhubungan dengan individu lain yang berada diruang lingkupnya atau bersosialisasi bersama sekitarnya saat itulah individu tadi bisa bertumbuh. Melalui cara-cara sosialisasi, perorangan-perorangan masyarakat melatih diri memahami dan mengetahui tingkah moral-moral apakah yang harus dilakukan dan tingkah moral-moral seperti apakah yang tidak semestinya diperbuat “tentang dan selagi bertentangan dengan orang lain” di dalam ruang lingkup sekitarnya (Ihrom 2004).

Sebab lantaran perlunya perbincangan sosialisasi, jadi secara tertentu sosialisasi diartikan sesuai dengan titik tolak dan sudut pandang yang berbedabeda (Ahmadi, 1991), yaitu:

1. Proses sosialisasi merupakan proses melatih diri. Yakni sebuah proses kemudahan di mana perorangan menahan, mengganti ikatan-ikatan dalam

(13)

21 pribadinya kemudian diiringi dengan upaya pewarisan gaya hidup maupun kebudayaan ruang lingkup sekitarnya.

2. Melalui proses sosialisasi itu pribadi melatih kebiasaan diri, perilaku, ide-ide, norma-norma dan sikap di ruang lingkupnya.

3. Segala perilaku dan kapabilitas yang dikaji melalui proses sosialisasi itu dikembangkan dan ditata secara teratur melalui individu tersebut.

Proses sosialisasi memiliki tujuan tertentu bagi individu di tengah masyarakat (Abdulsyani, 2007), yaitu:

1. Membantu pribadi agar memahami personalitinya entah secara fisik ataupun mental.

2. Membagikan keahlian yang diperlukan oleh pribadi melalui kehidupannya ditengah ruanglingkup.

3. Menyertakan norma serta keyakinan dasar yang sudah ada diruang lingkup. 4. Menumbuhkan kapabilitas dalam pribadi hingga bisa berkomunikasi secara efektif.

5. Melatih agar bercermin kepada diri yang benar sehingga ia bisa menumbuhkan fungsi kehidupannya.

Aktivitas sosialisasi yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Tapin kepada masyarakat bertujuan untuk mensosialisasikan tentang Perkawinan di usia dini di Kabupaten Tapin. Perkawinan yang sarat makna dan sacral perlu disosialisasikan literasi dan bidang keilmuan melalui beberapa kegiatan, tatap muka dan dapat juga menggunakan sosial media yang dimanfaatkan oleh organisasi untuk memperluas informasi dengan mudah serta cepat.

(14)

22 2.6. Konsep Pernikahan Dini

2.6.1. Pengertian Pernikahan Dini

Istilah pernikahan dini atau pernikahan muda ini sebenarnya tidak dikenal dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) tetapi yang lebih popular adalah pernikahan di bawah umur yaitu pernikahan pada usia dimana seseorang tersebut belum mencapai dewasa (Koro, 2012). Umumnya pernikahan ini dilakukan oleh pemuda dan pemudi yang belum mencapai taraf ideal untuk melangsungkan suatu pernikahan. Bisa dikatakan mereka belum mapan secara emosioal, financial, serta belum siap secara fisik dan psikis. Adapun dalam istilah Internasional pernikahan dini dikenal dengan child marriage atau early marriage, adalah pernikahan yang terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun. Pembatasan dalam angka 18 ini sesuai dengan batas usia perlindungan anak yang ditetapkan dalam konvensi Hak-hak Anak International (Convention on the Rights of the Child) pada tahun 1989. (Justice for Iran, 2013)

Menurut Majlis Ulama Indonesia (MUI), pernikahan dini adalah perkawinan yang dilaksanakan sesuai dengan syarat dan rukunnya, namun satu diatara kedua mempelainya belum balig dan secara psikis belum siap menjalankan tanggung jawab kerumahtanggaan (Imron, 2013). Dalam kajian fiqh juga takaran balig bagi laki-laki yaitu mimpi basah, apabila batasan balig itu ditentukan dengan hitungan tahun, maka pernikahan diusia muda (belia) adalah pernikahan di bawah umur 15 tahun menurut mayoritas ahli fiqh, di bawah umur 17 atau 18 tahun menurut Abu Hanifah. (Muhammad, 2001).

(15)

23 2.6.2. Pemicu Penikahan Dini

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat kita yaitu: (Soekanto, 1992)

1. Ekonomi

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

2. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih di bawah umur.

3. Faktor Orang Tua

Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat berlebihan sehingga segera mereka mengawinkan anaknya.

4. Media Massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian permisif terhadap seks.

5. Faktor Budaya

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan.

2.7. Teori Komunikasi Terkait

(16)

24 penyusunan pesan yang menganggap bahwa para komunikator atau pelaku komunikasi dihadapkan untuk memilih strategi demi mencapai tujuan komunikasi yang efektif. Teori perencanaan ini sendiri memiliki pengertian mengenai sebuah teori tentang perencanaan didalam bidang ilmu komunikasi demi menjelaskan proses yang dilalui individu dalam merencanakan perilaku dalam ranah ilmu komunikasi (Littlejohn & Foss, 2009). Dalam konsep ini Berger memaparkan bahwa rencana dari pelaku dan perilaku komunikasi diantarnya adalah representasi dari segi kognitif hierarki dari rangkaian tindakan mencapai tujuan. Oleh karena itu rencana-rencana merupakan gambaran mental dari langkah-langkah yang diambil komunikator demi mencapai sebuah tujuan yang efektif dan seuai harapan.

Representatif dari konsep kognitif hierarki dan rangkaian sebuah tindakan mencapai tujuan merupakan rencana-rencana dari perilaku komunikasi yang dijelaskan dalam Teori Perencanaan Charles Berger. Oleh karena itu, dalam pengambilan tujuan akan didasari dari perencanaan-perencanaan komunikasi yang dilalui dari gambaran mental yang ada. Pada dasarnya Teori ini juga menjelaskan tentang proses-proses yang berlangsung dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni ketika proses membuat pesan dan proses memahami pesan. Seorang individu jika didalam proses menghasilkan suatu pesan dari unsur komunikasi maka berikutnya akan melibatkan proses yang berlangsung secara internal didalam diri manusia seperti misalnya proses dalam berfikir, pembuatan keputusan, sampai proses pembuatan symbol dan kode sebelum memproduksi pesan (Littlejohn & Foss, 2009).

(17)

25 Dalam sebuah hal penyampaian terkait kebijakan kepada khalayak umum perencanaan sangatlah penting. Maka dari itu, agar dapat mensosialisasikan kebijakan dengan baik, pihak dari Kementerian Agama Kabupaten Tapin harus dengan mententukan perencanaan sosialisasi. Adapun perencaan sosialisasi terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti cara mengemas pesan secara kreatif, pemilihan media yang tepat dan program yang sesuai. Sehingga sosialisasi yang dilakukan tidak hanya sebatas menyampaikan informasi saja tetapi Kementerian Agama Kabupaten Tapin juga perlu untuk memikirkan dan melakukan perencanaan cara pengolahan pesan yang tepat agar pesan tersebut dapat lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat sebagai target sasaran.

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi kebijakan PKPS BBM Bidang Ekonomi di Kabupaten Bulungan dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagai aktor pelaksanaan kebijakan yang berorientasi pada sumber daya

Sebab umum penyebab konflik politik Kerajaan Demak adalah pembunuhan Pangeran Sekar Seda Lepen oleh Sunan Prawoto karena dianggap sebagai penghalang Sultan Trenggono untuk

Jurusan Teknik Elektro FT UM PROPOSAL-TE Halaman 1 dari 11 Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Elektro FT UM dan bersifat rahasia.. Dilarang

Terpeliharanya citra positif JICA sebagai lembaga donor Jepang di Indonesia tentunya tak lepas dari aktivitas media relations humas internal JICA yang terjalin

Kalau dilihat dari permohonan kepada semua dewa yang terdapat di dalam sapatha bukan tidak mungkin rajalah yang bertindak sebagai dewa, karena konsep dewa raja yang sangat

Reaksi itu tampil dalam tingkah laku malajusment, seperti, (1)agresif, melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang mengganggu, dan (2) melarikan diri

Perlakuan interaksi antara asam sitrat dan gula berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar antosianin, total gula, total padatan terlarut, perlakuan konsentrasi

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance yang meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran