• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBETRDAYA ALAM (TPSA) BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)

NOMOR 06.1 TAHUN 2020 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

TAHUN 2020 - 2024

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG

TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

2020-2024

KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

JAKARTA, AGUSTUS 2020

(2)

i

RENSTRA TPSA

Tahun 2020-2024

KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA ALAM

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Tahun 2020

(3)

i

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis merupakan dokumen perencanaan dari setiap Kementerian/Lembaga yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan menjadi salah satu dasar bagi Kementerian/Lembaga dalam menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024, Kedeputian Bidang TPSA secara berjenjang menyusun Rencana Strategis Tahun 2020 – 2024 berpedoman pada Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2020 – 2024.

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Rencana Strategis 2020-2024 Kedeputian Bidang TPSA dapat terselesaikan.

Rencana Strategis ini terdiri dari 5 (lima) Bab. Pada Bab Pertama tentang kondisi umum, potensi, dan permasalahan; Bab Kedua tentang visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis berikut indikator kinerja sasaran strategisnya; Bab Ketiga tentang arah dan kebijakan strategis tingkat nasional dan tingkat Lembaga serta Kerangka Regulasi dan Kelembagaan; dan pada Bab Keempat berisi tentang Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan, dan terakhir pada Bab Kelima merupakan Penutup.

Di dalam Rencana Strategis Kedeputian Bidang TPSA Tahun 2020-2024 ini, termuat semua kegiatan Kedeputian Bidang TPSA yang akan dilaksanakan dalam flagship Prioritas Riset Nasional, Penugasan Nasional, dan Prioritas Lembaga yang diharapkan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional baik sebagai impact, outcome, maupun output.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Rencana Strategis Kedeputian Bidang TPSA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2020-2024.

Jakarta, 4 Agustus 2020

DEPUTI BPPT BIDANG TPSA

Ir. Yudi Anantasena, M.Sc.

(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1. Kondisi Umum 2 1.1.1. Global 1.1.2. Nasional 1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014 2 3 5

1.2. Potensi dan Permasalahan 11

1.2.1. Potensi

1.2.2. Permasalahan 11 14

BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM 17

2.1. Tujuan

2.2. Kinerja Utama dan Indikator 2.3. Sasaran Program

18 19 20 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN

KELEMBAGAAN

22 3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi TPSA 3.3. Kerangka Regulasi 3.4. Kerangka Kelembagaan 3.5. Nomenklatur 24 25 27 32 35

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 37

4.1. Target Kinerja

4.2. Kerangka Pendanaan 37 50

BAB 5 PENUTUP 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN 53

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan PTPSM 2015-2019

(5)

iii

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam dokumen Rencana Strategis Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) Revisi 5 ini yang dimaksud dengan:

A. Teknis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

1. Advokasi adalah layanan teknologi dalam bentuk saran-saran dan memberi pertimbangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomendasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi. 2. Alih Teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antarlembaga, badan atau orang, baik yang berada dalam lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri atau sebaliknya. 3. Audit Teknologi adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif terhadap aset teknologi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian teknologi dengan kriteria dan/atau standar yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pengguna yang bersangkutan.

4. Daya Saing adalah konsep perbandingan kemampuan dan kinerja perusahaan, sub-sektor atau negara untuk menjual dan memasok barang dan atau jasa yang diberikan dalam pasar. 5. Difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah kegiatan penyebarluasan informasi dan/atau

promosi tentang suatu ilmu pengetahuan dan teknologi secara proaktif dan ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak lain dengan tujuan agar dimanfaatkan untuk meningkatkan daya gunanya.

6. Ilmu Pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang digali, ditata, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan metodologi ilmiah untuk menerangkan dan/atau membuktikan gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan didasarkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dengan kebutuhannya (Permenpan No 38/2012) 8. Inovasi adalah hasil pemikiran, penelitian, pengembangan, pengkajian, dan/atau penerapan,

yang mengandung unsur kebaruan dan telah diterapkan serta memberikan kemanfaatan ekonomi dan/atau sosial.

9. Intermediasi adalah upaya untuk menjembatani proses terjadinya inovasi antara inventor dengan calon pengguna teknologi.

10. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

11. Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.

(6)

iv 12. Kemandirian Bangsa adalah kemampuan bangsa yang mampu menempatkan dirinya sejajar dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju. Kemajuan ekonomi dan kemampuan berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemandirian bangsa.

13. Kliring Teknologi adalah proses penyaringan kelayakan atas suatu teknologi melalui kegiatan pengkajian untuk menilai atau mengetahui dampak dari penerapannya pada suatu kondisi tertentu.

14. Konsultasi adalah layanan teknologi dalam hal memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologiyang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

15. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi berupa produk/ barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan.

16. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut metodologi ilmiah untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan pemahaman tentang fenomena alam dan/atau sosial, pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis, dan penarikan kesimpulan ilmiah.

17. Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau pengkajian ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, dan/atau difusi ilmu pengetahuan dan teknologi.

18. Pengembangan adalah kegiatan untuk peningkatan manfaat dan daya dukung ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah terbukti kebenaran dan keamanannya untuk meningkatkan fungsi dan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi.

19. Pengkajian adalah kegiatan untuk menilai atau mengetahui kesiapan, kemanfaatan, dampak, dan implikasi sebelum dan/atau sesudah ilmu pengetahuan dan teknologi diterapkan.

20. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan permintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/ incash) pada unit kerja yang melaksanakan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

21. Perekayasaan adalah kegiatan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain atau rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk, dan/atau proses produksi yang lebih baik dan/atau efisien dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial, budaya, lingkungan hidup, dan estetika.

22. Pilot Plant adalah inovasi teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik pada skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun hanya digunakan untuk beberapa tahun untuk mendapatkan data kinerja dan operasionalnya.

23. Pilot Project adalah inovasi teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan efektivitas suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan ke-ekonomiannya. 24. Prototype adalah purwarupa pertama dari satu objek yang direncanakan dibuat dalam satu

proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

25. Rekomendasi adalah layanan teknologi berupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan

(7)

v hasil kerekayasaan. Kriteria dari rekomendasi yaitu adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih;sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien)

26. Teknologi adalah cara, metode, atau proses penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin Ilmu Pengetahuan yang bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan kualitas kehidupan manusia.

27. Technology State of the Art adalah teknologi/metodologi baru dan teknologi mutakhir di nasional/dunia.

B. Teknis Administrasi

28. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,melaluiurutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia

29. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara

30. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut

sebagai RPJPN 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

periode 20 (duapuluh) tahun, yakni tahun 2005 sampai dengan tahun 2025

31. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, yangselanjutnya disebut

RPJMN 2015-2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5

(lima) tahunan ketiga (RPJMNIII), yakni tahun 2015 sampai dengan tahun 2019

32. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2015-2019, selanjutnyadisebut Renstra K/L, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun, yakni tahun 2015sampai dengan tahun 2019, yang merupakan penjabaran dari RPJMNasional Tahun 2015-2019

33. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode I (satu) tahun

34. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RenjaK/L) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode I (satu) tahun

35. Kementerian adalah Perangkat Pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan

36. Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya (termasuk di dalamnya Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Lembaga Non Struktural, dan LembagaTinggi)

37. Unit Organisasi adalah instansi di bawah Kementerian/Lembaga yang dipimpin oleh pejabat yang bertanggung jawab melaksanakan program unit eselon I.

(8)

vi 38. Unit Organisasi adalah instansi di bawah unit organisasi eselon I yang dipimpin oleh pejabat

yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan unit eselon II.

39. Unit Kerja Mandiri adalah instansi di bawah unit kerja eselon iI yang dipimpin oleh pejabat yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan dari program unit eselon I dan/atau kebijakan Kementerian/Lembaga.

40. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

41. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

42. Tujuan adalah penjabaran visi Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dan dilengkapi dengan rencana sasaran nasional yang hendak dicapai dalam rangka mcncapai sasaran program prioritas Presiden.

43. Kebijakan Kementerian/Lembaga adalah penjabaran urusan pemerintahan dan/atau prioritas pembangunan sesuai dengan visi dan misi Presiden yang rumusannya mencerminkan bidang urusan tertentu dalam pemerintahan yang menjadi tanggung jawab Kementerian/Lembaga, berisi satu atau beberapa upaya untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan indikator kinerja yang terukur, dalam bentuk Kerangka Regulasi, serta Kerangka Pelayanan Umum dan Investasi Pemerintah.

44. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

45. Prioritas adalah arah kebijakan untuk memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan.

46. Program adalah penjabaran kebijakan sesuai visi dan misi Kementerian/Lembaga yang rumusannya mencerminkan tugasdan fungsi eselon I atau unit Kementerian/Lembaga yang berisi kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur.

47. Program Lintas adalah program yang sifatnya mewadahi kegiatan-kegiatan prioritas untuk mencapai sasaran strategis yang dapat bersifat lintas K/ L.

48. Kegiatan adalah penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi eselon II/ Satker atau penugasan tertentu Kementerian/Lembaga yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja yang terukur.

49. Kegiatan Prioritas Strategis adalah kegiatan barn yang bersifat strategis (project oriented) dan ditetapkan dalam upaya pencapaian prioritas pembangunan nasional dan/atau isu-isu yang merupakan Instruksi Presiden dan/atau memiliki dampak yang besar terhadap masyarakat yang kinerjanya akan dipantau secara khusus.

50. Sasaran Strategis Kementerian/ Lembaga (Outcome/ Impact) adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh Kementerian/Lembaga yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (Outcome) satu atau beberapa program.

51. Output (Sasaran Kegiatan/ Keluaran) adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu kegiatan, berupa barang atau jasa, tanggung jawab kepala Unit Kerja (Eselon II).

(9)

vii 52. Outcome (Sasaran Program/ Hasil) adalah hasil yang akan dicapai suatu program yang mencerminkan berfungsinya beberapa keluaran (Output), tanggung jawab kepala Unit Organisasi (Eselon I).

53. Impact (Sasaran Strategis/ Impak) adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh K/L yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (Outcome) dari satu atau beberapa program, merupakan tanggung jawab kepala Lembaga (Eselon I).

54. Proses adalah upaya yang dilakukan untuk menghasilkan keluaran (Output) dengan menggunakan sumber daya (Input).

55. Input adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka menghasilkan keluaran (output). 56. Indikator Kinerja Sasaran Strategis adalah alat ukur yangmengindikasikan keberhasilan

pencapaian sasaran strategis Kementerian/ Lembaga.

57. Indikator Kinerja Program adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (Outcome) dari suatu program.

58. Indikator Kinerja Kegiatan adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (Output) dari suatu kegiatan.

59. Target adalah hasil dan satuan hasil yang direncanakan akan dicapai dari setiap indikator kinerja.

60. Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

61. Kerangka Kelembagaan adalah perangkat Kementerian/Lembaga berupa struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara - yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional. 62. Masyarakat adalah pelaku pembangunan yang merupakan orang perseorangan, kelompok

orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima manfaat, maupun penanggung risiko.

63. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. 64. Perekayasaan adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun untuk menghasilkan sistem, model, nilai, produk dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika dalam suatu kelompok kerja fungsional.

65. Kerekayasaan adalah kegiatan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam bentuk desain/ rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk, dan/atau proses produksi yang lebih baik dan/atau efisien dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya, dan estetika. Kerekayasaan adalah kegiatan

(10)

viii bertahap yang secara runtun meliputi penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian.

66. Perekayasa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan teknologi dalam suatu kelompok kerja fungsional pada bidang penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh pejabat yang berwenang.

67. Perekayasaan Teknologi adalah suatu cara atau metode untuk mendesain dan merancang bangun suatu proses atau produk yang dapat menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan danpeningkatan mutu kehidupan, dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandangdan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika dalam suatu kelompok kerja fungsional.Perkayasaan teknologi dimulai dari Research, Development,

Engineering dan Operation. Engineering dan Operation meliputi kemitraan dan pemanfaatan,

termasuk juga Layanan Teknologi,

68. Teknologi Industri adalah hasil pengembangan, perbaikan, invensi, dan/atau inovasi dalam bentuk teknologi proses dan teknologi produk termasuk rancang bangun dan perekayasaan, metode, dan/atau sistem yang diterapkan dalam kegiatan Industri.

69. Perencanaan Stratejik merupakan suatu proses yg berorientasi pada Hasil yg ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dgn 5 (lima) tahun dgn memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yg ada atau mungkin timbul. Rencana Stratejik mengandung visi, misi, tujuan, sasaran dan program yg realistis, mengantisipasi masa depan yg diinginkan dan dapat dicapai (Instruksi presiden No. 7 Tahuan 1999 tentang AKIP). Perencanaan Stratejik merupakan suatu proses yg berorientasi pada Hasil yg ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dgn 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dgn memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yg ada atau yg mungkin timbul. Proses ini menghasilkan suatu rencana stratejik instansi pemerintah, yg setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strateji, kebijakan, dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dlm pelaksanaannya (Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239 Tahun 2003).

70. Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah.

71. Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan atau pihak-pihak lain dangan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya.

72. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah hak memperoleh perlindungan secara hukum atas kekayaan intelektual sesuai dangan peraturan perundang-undangan. 73. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau

memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(11)

ix 74. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

75. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri. 76. Industri Strategis adalah Industri yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara dalam rangka pemenuhan tugas pemerintah negara.

77. Industri Hijau adalah Industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan fektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

78. Bahan Baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

79. Jasa Industri adalah usaha jasa yang terkait dengan kegiatan Industri.

80. Perusahaan Industri adalah Setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha Industri yang berkedudukan di Indonesia.

81. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dangan pemahamandan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/ atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

82. Penelitian Terapan adalah kegiatan penelitian multi disiplin ilmu pengetahuan yang dapat dilanjutkan melalui kegiatan pengembangan dan perekayasaan.

83. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

84. Penerapan adalah pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan/atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatan perekayasaan, inovasi, serta difusi teknologi. 85. Pengkajian adalah kegiatan untuk menilai atau mengetahui kesiapan, kemanfaatan, dampak

dan implikasi sebelum dan/atau sesudah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diterapkan.

86. Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia.

87. Invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk menyempurnakan atau memperbaruhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada.

(12)

x 88. Lembaga Kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

89. Lembaga penelitian dan pengembangan yang selanjutnya disebut lembaga litbang adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan.

90. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 91. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah

dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

92. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah.

93. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presidan beserta para menteri.

94. Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah hak kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir yang berguna untuk manusia.

95. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dangan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu.

96. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang strategis adalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan.

97. Badan usaha adalah badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha sesuai dangan peraturan perundang-undangan (2).

98. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

99. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

100. Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dgn kuantitas dan kualitas terukur.

(13)

xi 101. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi

dan misi.

102. Kebijakan merupakan arah dan langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan masing-masing program untuk tahun rencana.

103. Rencana Strategis K/L 2015-2019, selanjutnya disebut Renstra K/L, adalah dokumen perencanaan K/L utk periode 5 (lima) tahun, yakni tahun 2015 sampai tahun 2019 yang merupakan penjabaran dari RPJMN 2015-2019.

104. Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan sesuai dgn tugas dan fungsi K/L yg disusun dgn berpedoman pada RPJM

Nasional dan bersifat indikatif.

105. Pelanggan adalah pihak-pihak yang memerlukan dan menggunakan produk, jasa atau program BPPT, yaitu industri dan pemerintah

106. Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan terhadap perkembangan kinerja dan program BPPT.

107. Pusat Unggulan Iptek Pusat Unggulan merupakan suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi dari persoalan yang dihadapi saat ini

108. Daya saing industri merupakan kesiapan suatu industri untuk berinteraksi agar menjadi lebih kompetitif dalam arti memiliki peluang untuk menang bagi industri tersebut. Kunci keberhasilan untuk meningkatkan daya saing industri dengan mendorong laju inovasi berupa

peningkatan nilai tambah dan produktivitas bagi industri tersebut agar bisa bersaing, baik di

tingkat lokal, nasional, dan lingkungan global.

109. Daya saing Perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghadapi perubahan pasardan perkembangan persaingan untuk memperkuat posisi pasar dan mengembangkan diri 110. Klaster industri adalah kumpulan/kelompok bisnis dan industri yang terkait melalui suatu rantai produk umum, ketergantungan atas keterampilan tenaga kerja yang serupa, atau penggunaan teknologi yang serupa atau saling komplementer (OECD, tahun 2000); Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry (Deperindag, tahun 2000);

111. Teknopreneur - pengusahan yang membangun bisnisnya berdasarkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menghasilkan prosuk inovatif yang berguna tidak hanya bagi dirinya, tetapi bagi kesejahteraan bangsa dan negaranya.

(14)
(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 (kelembagaan politik dan hukum yang mantap, Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat, Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh, dan Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga) yang merupakan amanat RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda pembangunan (Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas, Memperkuat, Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan, Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing, Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa, Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar, Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim, dan Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik) yang didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.

Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan beserta indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda pembangunan. Dengan demikian, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(16)

2

menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pelaksanaan agenda pembangunan di Indonesia. Saat Indonesia melaksanakan agenda pembangunan nasionalnya, secara bersamaan juga melaksanakan target-target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan kata lain pembangunan Indonesia menjadi bagian tujuan dari pembangunan kesejahteraan dunia.

Dalam Rancangan Renstra BPPT 2020-2024, program yang akan dilaksanakan sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam wujud program program kerekayasaan yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, antara lain:

• Tujuan No.III, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia.

• Tujuan No.VII, yaitu menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.

• Tujuan No.XI, yaitu menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan

• Tujuan No.XIII, yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya IPTEK di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya IPTEK.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong daya saing perekonomian nasional. Rancangan Rencana Strategis 2020 – 2024 ini memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi BPPT yang akan mengacu pada Rancangan RPJMN 2020 – 2024. Adapun dalam proses penyusunan Rancangan Renstra BPPT 2020 – 2024 ini terdapat berbagai input yang telah dihimpun untuk digunakan sebagai bahan penyusunan,

(17)

3

yakni kebijakan yang terkait dengan sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), hasil evaluasi dari pelaksanaan program yang telah dilakukan, serta aspirasi masyarakat khususnya yang terkait dengan sektor IPTEK. Dalam menyusun rancangan Renstra ini, perlu untuk mempertimbangkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan mengarusutamakan target-target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Proses pengarusutamaan ini akan terus dilanjutkan dalam proses penyusunan rancangan dokumen RPJMN 2020–2024 dan seterusnya.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari BPPT, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), perlu membuat suatu rencana strategis untuk menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi serta peran deputi bidang TPSA dapat dilaksanakan dengan baik, serta dapat mendukung tercapainya sasaran strategis BPPT serta target pembangunan nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Rencana Strategis TPSA 2020-2024 juga merupakan turunan dari Rencana Strategis BPPT 2020 - 2024. Rencana strategis ini juga nantinya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Pusat dan Balai yang ada di Kedeputian Bidang TPSA.

1.1. Kondisi Umum 1.1.1 Global

Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

• Ketidakpastian Global ke Depan, risiko ketidakpastian masih akan mewarnai perkembangan perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia diperkirakan akan cenderung stagnan dengan tren melambat, masing-masing diproyeksikan sebesar 3,6 dan 3,8 persen per tahun, sepanjang tahun 2020 – 2024. Harga komoditas internasional ekspor utama Indonesia diperkirakan juga akan cenderung menurun, di antaranya adalah batu bara dan minyak kelapa sawit,

(18)

4

seiring dengan beralihnya permintaan dunia ke produk yang lain. Adapun risiko ketidakpastian lainnya yang perlu diantisipasi antara lain:

• Perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat, dimana Tiongkok-Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama Indonesia yang tentunya akan memberikan dampak pada perekonomian nasional.

Perang dagang Tiongkok–AS, baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberi dampak bagi Indonesia. Pelemahan ekonomi global yang mengakibatkan perlambatan ekonomi pada negara-negara mitra dagang RI yang imbasnya pada permintaan produk yang menurun. Akibatnya, kinerja ekspor Indonesia jadi ikut melambat dan mengikis kondisi perekonomian dalam negeri secara keseluruhan. Untuk mengatasi risiko tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh Indonesia adalah mencari negara-negara baru tujuan ekspor. Cara ini bisa membantu Indonesia keluar dari perlambatan ekspor dari negara mitra dagang saat ini atau mitra dagang tradisional.

Selain itu, perang dagang yang terjadi sebenarnya bisa jadi peluang bagi Indonesia. Pelaku bisnis di Tiongkok tentu akan mencari cara agar barangnya tetap bisa masuk ke Amerika Serikat. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan memindahkan basis produksinya ke luar Tiongkok. Indonesia punya peluang ‘menampung’ perpindahan basis produksi itu.

• Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. Hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang cukup tinggi akan mengakibatkan negara berkembang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia. Kontribusi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara berkembang terhadap PDB Dunia akan terus meningkat (diperkirakan pada tahun 2019 mencapai 43,8 persen; dimana pada tahun 2010 hanya sebesar 34,1 persen). Hal tersebut mengakibatkan aliran modal asing ke negara berkembang diperkirakan akan terus meningkat, terutama negara berkembang di kawasan Asia dan Amerika Latin. Faktor utama yang mempengaruhi aliran modal asing ke negara berkembang adalah potensi pasar yang cukup besar, pertumbuhan ekonomi yang baik, serta keunggulan komparatif

(19)

5

yang dimiliki oleh negara berkembang, seperti: ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan baku dan tenaga kerja sebagai faktor produksi.

Kebijakan di bidang ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, perlu diimbangi dengan inovasi dan pelayanan berbagai jenis teknologi. Hal ini diperlukan salah satunya untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya dan potensi lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khususnya untuk pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan dibutuhkan komitmen tinggi karena secara manfaat biasanya tidak langsung berdampak namun membutuhkan energi yang relatif besar untuk menjamin alat-alat teknologi pendukung dapat berfungsi dengan baik ke depannya. Dalam hal pembangunan teknologi pemanfaatan sumberdaya air di atmosfer yang merupakan bagian dari sumberdaya alam terbarukan, pemerintah perlu mendukung penuh bidang Iptek terkait hal tersebut. dan Teknologi Modifikasi Cuaca berada pada arus utama pada proses tersebut yang dapat menjadi model sekaligus dikembangkan agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

1.1.2 Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala sebagai berikut:

• Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan

Pertumbuhan ekonomi yang stagnan selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,3 persen per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan pendapatan per kapita negara sekelas (peers). Stagnannya pertumbuhan ekonomi disebabkan utamanya oleh tingkat produktivitas yang rendah seiring tidak berjalannya transformasi struktural. Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai; (3) kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama konektivitas dan energi; (4) rendahnya kualitas SDM dan

(20)

6

produktivitas tenaga kerja; (5) intermediasi sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang dangkal; (6) sistem inovasi yang tidak efektif; dan (7) keterkaitan hulu-hilir yang lemah.

• Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital

Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital, saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Teknologi digital juga membantu proses pembangunan di berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui distance learning, pemerintahan melalui e-government, inklusi keuangan melalui fin-tech, dan pengembangan Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) seiring berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia. Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 persen jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual beli berbasis online belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara serta pengawasan kepatuhan pajak atas transaksitransaksi tersebut. Hal ini penting mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.

• Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing

Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Global Human Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) 2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi 65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia (peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam (peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9 juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 4,9 persen di tahun 2017, hanya 0,6 persen yang bersumber dari Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8

(21)

7

persen pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital dan 1,5 persen dari modal manusia.

Kapasitas adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan penciptaan inovasi Indonesia masih rendah. Indonesia berada di peringkat 85 dari 126 negara dengan skor Global Innovation Index (GII) 29,8 dari skala 0-100 (2018), atau peringkat 14 dari 15 negara-negara Asia Tenggara dan Oseania. Hal ini disebabkan oleh masih belum memadainya infrastruktur litbang. Jumlah SDM IPTEK masih terbatas dan hanya 14,08 persen diantaranya yang berkualifikasi S3. Ekosistem inovasi belum sepenuhnya tercipta sehingga proses hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat. Kolaborasi triple helix belum didukung oleh kapasitas perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber inovasi teknologi (center of excellence). Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam mengembangkan bidang ilmu yang menjadi keunggulan dan masih kurang terhubung dengan jejaring kerjasama riset, baik antara perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, walaupun jumlah publikasi dosen di jurnal internasional mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan sitasi yang rata-rata mencapai 45 persen per tahun. Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi sampai dengan tahun 2017 baru mencapai 72.146 (peringkat 52 dari 239 negara). Selain itu, dari 9.352 paten yang didaftarkan, hanya 2.271 atau 24 persen yang merupakan hasil penemuan dari peneliti Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem inovasi di Indonesia belum sepenuhnya tercipta. Untuk mendorong produktivitas ekonomi melalui inovasi teknologi, perlu dibangun ekosistem inovasi yang didukung dengan komitmen peningkatan belanja litbang nasional.

1.1.3. Pencapaian Periode 2015-2019

Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya alam. Dalam rentang tahun 2015 – 2019, Kedeputian TPSA memiliki indikator kinerja utama yaitu :

1) Termanfaatkannya Rekomendasi kebijakan Nasional di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam.

2) Termanfaatkannya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

(22)

8

3) Termanfaatkannya alih teknologi dan layanan teknologi untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa di Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam.

Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BPPT telah berperan dalam 13 bidang fokus bidang iptek dalam kegiatan penelitian, pengembangan dan kerekayasaan. Dalam 13 bidang tersebut, BPPT memiliki peran yang sentral dalam pengembangan iptek yang disamping memiliki manfaat ekonomi yang tinggi, serta dapat mendorong penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan, dengan mengembangkan teknologi yang juga bersifat berkelanjutan. Secara spesifik, Kedeputian Bidang TPSA memiliki kiprah yang menonjol dalam 3 bidang teknologi yaitu bidang teknologi SDA dan Kelautan, bidang teknologi Kebencanaan dan bidang teknologi Lingkungan.

Dalam bidang teknologi inventarisasi sumber daya alam (sebagai bentuk awal dari teknologi pengembangan sumber daya wilayah), Kedeputian Bidang TPSA telah berhasil mengembangkan berbagai teknologi untuk melakukan inventarisasi dan valuasi sumber daya alam dalam mendukung pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pengkajian dan penerapannya didukung oleh Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing), Sistem Informasi Geografis (SIG), Sistem Survey Terestrial Terpadu, dan Sistem Iklim; dilaksanakan melalui pendekatan proses karakterisasi, lalu dilanjutkan dengan proses pemodelan untuk membangun model prediksi, sampai kepada proses akunting sumber daya alam. Beberapa produk teknologi telah banyak dimanfaatkan pada berbagai sektor terutama pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan. Periode 2015-2019, TPSA mengembangkan KSA dengan pengamatan titik (Area Frame Sampling by point) dan sistem komunikasi data. Pengembangan ini dimungkinkan karena dukungan perkembangan teknologi, yaitu (1) Teknologi pemetaan digital, (2) Teknologi remote sensing dengan resolusial spasial tinggi, (3) teknologi komunikasi dengan sistem cellular, dan (4) teknologi media sosial internet. Pada periode ini juga dihasilkan satu pilot project berupa sistem pemeringkatan bahaya kebakaran lahan gambut (Ina-FDRS). Sistem ini mengolah parameter 4 (empat) komponen yaitu pembakar yang sebagian besar terkait dengan cuaca-atmosfir sehingga menggunakan metode penginderaan jauh; komponen bahan bakar yang berasal dari lahan gambut sehingga informasi ketebalan dan kebasahan

(23)

9

dipenuhi dari metode geofisika dan pemantauan secara langsung; melalui komponen perilaku manusia yang merupakan faktor terbesar terjadinya kebakaran lahan gambut; serta melalui komponen nilai ekonomi lahan gambut.

Dalam bidang teknologi mineral, Kedeputian Bidang TPSA telah mengembangkan berbagai inovasi dan layanan teknologi sebagai berikut :

• Inovasi peralatan penunjang eksplorasi : multicore cable, programable switch box multicontrol dan cascading geoscanner, yang telah diaplikasikan untuk memberikan layanan teknologi dalam evaluasi sumberdaya mineral, survey hidrogeologi dan karakterisasi dampak kegiatan pertambangan;

• Pengembangan metoda benefisiasi bijih besi sehingga dapat meningkatkan kadar bijih besi lokal untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri besi baja; • Pengembangan teknologi proses pengolahan dan pemurnian bijih nikel;

• Pengembanagan tekno ekonomi mineral yang sudah diaplikasikan untuk evaluasi kelayakan industri pertambangan mineral;

• Inovasi teknologi untuk mengurangi dampak kegiatan penambangan tercermin dalam pengembangan prototipe lamela gravity settler (LGS) yang sudah diaplikasikan sebagai pilot project untuk penanganan Cr6+ dan total suspended solid (TSS) yang melebihi baku mutu pada dampak pertambangan nikel, teknologi penanganan air asam tambang, bioremediasi limbah hidrokarbon, pengembangan metode untuk prediksi lingkungan sebelum kegiatan penambangan dimulai.

Dalam Bidang pengurangan risiko bencana, capaian-capaian yang telah dilaksanakan pada Renstra 2015-2019 melalui kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi pengurangan risiko bencana. Kegiatan ini merupakan upaya perekayasaan teknologi pengurangan risiko bencana yang meliputi bencana alam dan bencana gagal teknologi. Perekayasaan teknologi pengurangan risiko bencana dalam kegiatan ini bercirikan zero disaster risk atau teknologi nir risiko bencana yang dirancang lebih menitikberatkan pada mitigasi ancaman bencana daripada upaya pengurangan kerentanannya. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan dan telah dimanfaatkan pada berbagai stakeholder antara lain:

• Manual Akselerasi Teknologi Instrumentasi kebencanaan Mandiri : Multi Bencana dan Gagal Teknologi;

(24)

10

• Teknologi Instrumentasi siaga dini : EWS banjir, EWS gas, EWS Karlahut, dan EWS Longsor (EWS Banjir dengan Wireless Sensor Network (TRL 4) dan EWS Banjir dengan SMS Gateway;

• Inovasi yang dihasilkan di bidang Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor;

• Inovasi yang dihasilkan di bidang Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi;

• Pilot Plant Sistem dan Teknologi Reduksi Risiko Bencana Longsor;

• Pilot Plant Sistem dan Teknologi Monitoring Kekuatan Gedung Bertingkat Terhadap Bencana Gempa Bumi;

• Layanan teknologi reduksi risiko bencana (BLU).

Dalam bidang teknologi lingkungan, kedeputian TPSA telah berhasil menghasilkan berbagai inovasi dan layanan teknologi yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga inovasi seperti: a. Inovasi teknologi pengolahan sampah dan limbah padat perkotaan, telah menghasilkan inovasi di bidang teknologi pengolahan sampah dan limbah pada perkotaan dari aktivitas survey persampahan, disain, prototype hingga mewujudkan Pilot Project PLTSa Bantargebang. Kegiatan tersebut telah dimulai pada tahun 2017 melalui pre-treatment pengolahan sampah proses thermal, yang secara simultan juga diikuti dengan desain Pilot Project PLTSa. Pada tahun 2018, PTL telah melakukan konstruksi PLTSa yang bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta. Pada tahun 2019, Pilot Project PLTSa telah diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Riset dan Teknologi, Gubernur DKI Jakarta dan Kepala BPPT dan dilakukan operasionalisasi sekaligus alih teknologi PLTSa kepada mitra Pemprov DKI Jakarta; b. Inovasi teknologi monitoring kualitas lingkungan, telah menghasilkan inovasi di bidang teknologi pemantauan kualitas lingkungan perkotaan, yang diinisiasi dari aktivitas pengembangan data center kualitas air sungai, sistem pemantauan kualitas udara kerjasama dengan NIES, hingga pengembangan dan integrasi sistem pemantauan kualitas air dan udara. Kegiatan pemantauan kualitas lingkungan merupakan kegiatan terintegrasi antara pengembangan teknologi dalam negeri oleh BPPT dengan kolaborasi internasional. Secara bertahap, PTL telah mampu mengembangkan teknologi pemantauan kualitas lingkungan mulai dari pembuatan database, pemantauan kualitas air, pemantauan kualitas udara hingga integrasi database; c. Inovasi teknologi pengolahan air bersih, telah menghasilkan inovasi di bidang teknologi pengolahan air bersih yang dikembangkan dari model statis untuk perkantoran, sekolah,

(25)

11

asrama dan komunitas terbatas, menjadi sistem mobile dan terintegrasi dengan IOT. Selama kurun waktu 2015-2019, PTL telah melakukan diseminasi lebih dari 40 lokasi di Indonesia.

Selama periode 2015-2019, penguasaan dan pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan dan pengembangan Teknologi Modifikasi Cuaca telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Capaian pada Iptek modifikasi cuaca baru yang telah dikembangkan terdiri dari: Teknik penyemaian awan dari darat menggunakan Ground

Based Generator (GBG) dengan sistem Teleburning, Prototipe Mobile Weather Forecast Monitoring – ALBEDO, Prototype Erly Warning System (EWS) banjir Jakarta R-RAINBOW, Prototype Mobile Weather Forecast and Monitoring, Rancang Bangun Roket TMC,

Pengembangan Bahan Penyemaian – ECoSAP, Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut Indonesia Untuk Early Warning System Karhutla (SMOKIES), dan lain-lain. Selain itu dalam aspek sarana, capaian 2015-2019 yaitu terwujudnya Operating Certificate 91 (OC91) BBTMC, telah beroperasinya 2 pesawat milik BPPT yaitu Piper Cheyenne dan CASA 212-200 untuk keperluan riset dan operasional pelayanan TMC. Selain itu juga telah diadakannya peralatan untuk membantu pengamatan cuaca seperti Mobile Radar, Sensor Power, Disdrometer dan Anemometer 3D, Spider Track dan GPS dan sejumlah peralatan observasi parameter cuaca lainnya. Sedang dari aspek layanan telah dicapai operasi TMC sedikitnya 25 kali atau rata-rata 5 kali operasi per tahun, yang dilakukan dalam rangka pengisian waduk PLTA untuk peningkatan produksi listrik dan pengairan sektor pertanian, dan dalam rangka penanggulangan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kebakaran hutan dan lahan. Pengguna jasa TMC pada periode tersebut adalah: PT PLN (Persero) sebanyak 5 kali, Badan Nasional Penanggulangan Bencana 10 kali, PT INALUM, PT Wijaya Karya, Perum Jasa Tirta, PT Vale Indonesia, ExxonMobil Cepu Limited. Pelaksanaan kegiatan pelayanan TMC tersebut selain merupakan bentuk pelaksanaan tupoksi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga merupakan realisasi target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi institusi BPPT.

Selama periode 2015-2019 Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca juga telah berhasil mengembangkan layanan jasa lainnya sebagai upaya diversifikasi layanan jasa TMC yang menjadi tupoksinya, seperti layanan observasi cuaca untuk proteksi petir di sekitar lokasi kebocoran gas di lokasi YYA Platform untuk membantu PT Pertamina Hulu Energi Offshore Nort West Java (PHE ONWJ) pada tahun 2019, atau instalasi Instrumen

(26)

12

Pemantau Automatic Weather Station dan Soil Moisture and Temperature Sensor memenuhi permintaan dari PT Sinar Mas Forestry di sejumlah area konsesinya pada tahun 2018 dan 2019. Termasuk kerjasama riset TMC untuk pengurangan intensitas curah hujan dengan metode penyemaian awan dari darat di area konsesi tambang batubara PT. Borneo Indobara (PT. BIB) pada tahun 2018 dan 2019, juga merupakan bagian dari diversifikasi layanan TMC yang terus dikembangkan oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca.

Dengan Wahana Survei yang ada saat ini Balai Teknologi Survei Kelautan bertekad menjadi pusat unggulan dalam mewujudkan pelayanan jasa survei, riset dan observasi kelautan melalui pendekatan teknologi yang handal dan tangguh dengan mengutamakan kualitas, harga yang kompetitif, dan penyerahan hasil kerja yang tepat waktu. Armada Kapal Riset Baruna Jaya yang dikelola oleh Balai Teksurla terdiri dari 4 kapal dengan spesifikasi kapal yang hampir mirip namun berbeda dalam peralatan survei. Dalam periode 2015-2019 Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla), telah melaksanakan penelitian dan pengembangan Iptek yang terkait dengan Teknologi Observasi dan Survei Kelautan serta melakukan aplikasi teknologi dalam pelayanan jasa di berbagai wilayah dan perairan di Indonesia. Selama periode tahun 2015- 2019, penerapan layanan teknologi survei kelautan di berbagai daerah di Indonesia sudah dilakukan sebanyak 27 kali dengan berbagai user (seperti: KNKT, BASARNAS, BMKG, KKP, PT EGS Indonesia, PT. MORATELINDO, PT. Dok Dua Satu Nusantara, BAKAMLA, PERTAMINA, PT VALE, PT. LECE, PT. CMS, BIG, RCE Belanda, University of Tokyo, PT. PADI, JAMSTEC, PT Elnusa dan BMKG-NOAA) serta diberbagai wilayah di Indonesia ( seperti: Samudera Hindia, Selat Malaka, Teluk Lamong Surabaya, Teluk Buyat, Perairan Papua, Perairan Bali-NTB-Waingapu, Selat Karimata, Perairan Timur Kota Bontang, Balongan, Pangandaran, Pomalaa, Tanjung Pandang, Kupang, Perairan Morowali, Teluk Weda, Laut Sulawesi dan lepas pantai Kalimantan Timur.

Selain melakukan kegiatan layanan jasa survei kelautan, Balai Teknologi Survei Kelautan juga terus melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan SDM dan kinerja dalam rangka mengoptimalkan hasil dalam pelayanan publik. Pada periode 2015 – 2019 terdapat 4 kegiatan utama pengambangan, penelitian dan kerekayasaan yang mendukung observasi dan survei kelautan, diantaranya; kegitan Survei Teknologi Seismik Laut 2D mendukung Eksplorasi Migas dalam rangka meningkatkan daya saing dalam pelayanan teknologi akusisi seismik laut demi terwujudnya kemandirian nasional dalam bidang eksplorasi migas lepas pantai dan

(27)

13

mengembangkan kemampuan sumberdaya nasional (SDM dan Peralatan) dengan kajian survei seimik 2D untuk pengolahan data pseudo 3D dalam rangka akurasi data, Revitalisasi Kapal Riset Baruna Jaya dan Peralatan Survei Kelautan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan performa kapal, Pengembangan dan Inovasi Teknologi Survei Hidrografi Nir Awak dalam rangka mendukung pengembangan survey pantai dan Kegiatan Penguatan dan Pengembangan INA- TEWS dalam deteksi dini gelombang Tsunami (Tsunami Early Warning System).

1.2. Potensi dan Permasalahan

Potensi dan permasalahan di lingkungan Kedeputian Bidang TPSA dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh berupa analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (kedepan) serta dilengkapi dengan kondisi lingkungan berpengaruh tingkat Nasional dan Internasional. Analisis Kekepan dan lingkungan berpengaruh tersebut seperti dirinci dibawah ini:

1.2.1. Potensi

Potensi berupa kekuatan yang dimiliki oleh kedeputian bidang TPSA yang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) TPSA memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari berbagai

disiplin ilmu dan bidang keahlian. Berdasarkan data Tahun 2019 secara keseluruhan SDM TPSA berjumlah 427 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada dan Gambar 1.3.

(28)

14

Untuk tingkat S0 (< S1) sebanyak 33 orang (16 %), S1 sebanyak 162 orang (46 %), S2 sebanyak 143 orang (29 %) dan S3 sebanyak 51 orang (9 %).

Komposisi SDM Kedeputian TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan tersebut tersebar di Kedeputian dan unit kerja di bawahnya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Distribusi Jumlah SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan pada masing-masing Unit Kerja per 1 Maret 2016

Unit Kerja S0 S1 S2 S3 PTPSW 2 18 28 10 PTL 11 34 33 19 PTPSM 5 23 19 2 PTPRRB 4 15 20 8 BBTMC 8 42 21 8 TEKSURLA 33 30 22 4

Selanjutnya distribusi SDM TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4: Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional per 2019

(29)

15

2) Kedeputian Bidang TPSA memiliki fungsi Pengkajian dan Penerapan teknologi bidang Sumber Daya Alam merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh TPSA. Dalam hal Pengkajian, TPSA memiliki peran kerekayasaan, kliring teknologi dan audit teknologi bidang Sumber Daya Alam. Dalam hal penerapan teknologi, TPSA memiliki peran sebagai badan/lembaga yang melakukan difusi dan komersialisasi teknologi, alih teknologi, serta intermediasi teknologi bidang Sumber Daya Alam.

3) Kedeputian Bidang TPSA memiliki fasilitas dan infrastruktur yang terdiri dari laboratorium, workshop, pilot plant, armada pesawat terbang dan kapal riset. Fasilitas dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian dalam menunjang kegiatannya berada dibawah Unit Pusat dan Balai yang sebagian besar berada di Gedung Teknologi Sistem Kebumian (GEOSTECH) di Kawasan Puspiptek Serpong. Berbagai macam Fasilitas dan Infrastruktur Teknologi Sistem Kebumian yang ada di Kedeputian TPSA adalah sebagai berikut :

a. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah untuk pengembangan teknologi eksplorasi sumberdaya alam, baik teknologi dari udara (remote sensing), darat maupun laut untuk kepentingan pengembangan dan pemanfaatan wilayah.

b. Laboratorium dan workshop Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral untuk pengolahan dan pengelolaan mineral dalam rangka peningkatan nilai tambah mineral.

c. Laboratorium dan workshop Teknologi Lingkungan untuk pengelolaan dan penanganan sumberdaya air, limbah dan sampah.

d. Laboratorium dan workshop Teknologi Modifikasi Cuaca, dilengkapi dengan pesawat terbang, untuk melakukan inovasi dan layanan teknologi modifikasi cuaca (hujan buatan).

e. Laboratorium dan workshop Teknologi Survey Kelautan yang dilengkapi Armada Kapal Riset Baruna Jaya I-IV yang memiliki peralatan yang lengkap dan canggih untuk melakukan inovasi dan pelayanan teknologi kemaritiman.

4) TPSA sebagai bagian dari BPPT menggunakan sistem dan tata kerja kerekayasaan yang bercirikan team work, well structured and well documented di dalam pelaksanaan program dan kegiatannya.

(30)

16

6) TPSA memiliki tingkat kepercayaan dari pengguna (daerah, instansi pemerintah dan swasta) yang tinggi terhadap produk dan layanan jasa TPSA.

7) Hubungan yang tidak birokratif antara pimpinan dan staf yang mendorong adanya keterbukaan informasi serta peningkatan kinerja unit dan personal.

Sedangkan potensi berupa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh TPSA meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Adanya Program Prioritas Nasional dalam Buku I dan Proyek Prioritas Strategis dalam Buku II RPJMN 2020-2024 yang dikoordinir KeMenko, Kementrian Teknis, LPNK dan BUMN yang memerlukan keterlibatan BPPT sesuai dengan kompetensi dan tupoksinya.

2) Adanya kebijakan pada industri untuk meningkatkan kandungan teknologi dalam negeri dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian.

3) Meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa layanan teknologi BPPT oleh pihak pengguna (dunia usaha, masyarakat dan pemerintah/pemda).

4) Perubahan ekonomi internasional menuju era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) yang menuntut penguatan pengetahuan dan kemampuan inovasi sebagai elemen kunci keberhasilan.

5) Adanya kebutuhan untuk peningkatan kapasitas iptek nasional, dan kemandirian serta daya saing bangsa serta solusi teknologi ada adaptasi perubahan iklim pada 13 bidang teknologi.

6) Adanya kebutuhan akan peningkatan teknologi dalam upaya reduksi risiko kerugian negara dalam bidang sosial ekonomi akibat bencana dan perubahan iklim global.

7) Adanya otonomi daerah yang mendorong permintaan teknologi untuk UMKM dan daya saing daerah

8) Tuntutan peran BPPT pada pola kerja jejaring (networking) dalam beragam aktivitas produktif, baik di sektor publik dan bisnis, maupun dalam masyarakat secara umum.

1.2.2. Permasalahan

Permasalahan berupa kelemahan yang dimiliki oleh kedeputian TPSA yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan program/kegiatan, antara lain:

1. Peralatan yang dimiliki unit-unit kerja di TPSA sudah tua dan pengalokasian anggaran pemeliharaan peralatan tersebut tidak melekat pada anggaran rutin unit kerja sehingga pemeliharaan pada peralatan utama sangat bergantung pada anggaran riset.

(31)

17 2. Kurang memadainya peralatan utama yang dimiliki unit kerja sehingga berpotensi

tidak terlayaninya semua permintaan dari pengguna layanan teknologi.

3. Daya ungkit inovasi hasil riset TPSA masih belum terlalu signifikan dalam menjawab kebutuhan internal maupun eksternal.

4. Rendahnya komitmen kerja dan kurangnya motivasi SDM pada beberapa unit kerja.

5. Pendekatan pelaksanaan kerja di BPPT masih individual yang belum sesuai dengan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan.

6. Rendahnya technopreneurship SDM BPPT sehingga kurang memperhatikan aspek keekonomian dan komersialisasi produk.

7. Tingginya kesenjangan komposisi usia pegawai TPSA.

8. Reward dan punishment belum diterapkan secara memadai

9. Program dan kegiatan TPSA dan BPPT masih bersifat inward looking dan belum berorientasi pada kebutuhan dan permintaan pengguna/market (dunia usaha & masyarakat).

10. Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal TPSA masih lemah.

11. Kepemilikan HKI TPSA masih relatif rendah.

12. Produk teknologi dan jasa layanan TPSA belum dikenal luas akibat kurangnya sosialisasi dan promosi.

13. Hubungan TPSA dengan instansi lain termasuk industry belum berdasarkan pada inisiatif/kebutuhan TPSA dan masih didasarkan pada kebutuhan mereka.

14. Hasil-hasil litbangyasa TPSA belum dikelola dengan baik.

Permasalahan berupa ancaman yang mungkin muncul dalam pelaksanaan program/kegiatan, antara lain:

1. Terjadinya brain drain yang dapat mengurangi keunggulan BPPT

2. Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years sehingga membatasi pengembangan program di TPSA.

3. Industri belum menggunakan jasa layanan teknologi TPSA karena ketergantungan mereka terhadap principal nya.

4. Globalisasi menuntut agar BPPT mampu berhadapan dengan pesaing dari LN dan DN. 5. Kontribusi teknologi terhadap perekonomian nasional belum diukur dengan jelas

sehingga terkesan BPPT belum banyak berperan dalam kancah pembangunan nasional. 6. Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasi/kebijakan, antar institusi, program

(32)

18

7. Meningkatnya kompetitor asing pada bidang litbangyasa sehingga memperlemah peran dan fungsi BPPT.

8. Peraturan perundangan yang turut menghambat, seperti kelemahan sistem keuangan PNBP sangat berpotensi menurunkan daya saing DB TPSA dalam memberikan pelayanan teknologi.

Permasalahan terkait dengan bidang-bidang di kedeputian TPSA, secara umum antara lain:

1. Di bidang teknologi sumber daya alam dan kelautan, layanan jasa teknologi survey laut sangat penting dalam mendukung program-program di bidang kemaritiman. Survei maupun data surface digunakan instansi atau mitra terkait untuk pengkajian studi iklim global maupun regional, serta dapat dimanfaatkan sebagai data dalam mendukung penangkapan ikan-ikan pelagis di sekitar lokasi. Selain itu juga dapat digunakan untuk prediksi dan pemantauan perubahan iklim, prediksi fenomena El-Nino/La-Nina, peringatan dini cuaca ekstrem / badai tropis/anomaly cuaca di wilayah benua maritime Indonesia.

2. Di bidang teknologi kebencanaan, ancaman kekeringan yang disertai dengan realita lapangan bahwa telah terjadi penurunan jumlah cadangan air pada waduk-waduk PLTA di Indonesia, dan perlunya penanganan darurat dalam menghadapi bencana seperti bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan, serta bencana banjir, perlu dilakukan modifikasi terhadap cuaca.

3. Di bidang teknologi lingkungan, sasaran nasional berupa perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Gambar

Gambar 1.3. Komposisi SDM TPSA berdasarkan Tingkat Pendidikan per tahun 2019
Gambar 1.4:  Komposisi SDM Unit Kerja Kedeputian TPSA berdasarkan Jabatan Fungsional  per 2019
Tabel 3.1 Matriks Kerangka Regulasi
Tabel 3.2. Nomenklatur  BPPT
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal prioritas penyusunan program, maka telah ditetapkan program unggulan yang mengacu pada Rencana Strategis Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya

P embangunan Jalan Trans Papua (JTP) merupakan salah satu proyek strategis nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Dalam hal ketersediaan air irigasi yang ada tidak mencukupi dari yang telah direncanakan semula untuk keperluan satu atau lebih daerah irigasi, maka setelah mendengar

Rencana Strategis Periode 2020 2024 UNIVERSITAS HASANUDDIN i Rencana Strategis Periode 2020 2024 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI

Dalam RPJMN 2020—2024, pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa mendapatkan tempat yang strategis, yaitu sebagai program prioritas dan kegiatan prioritas. Oleh sebab itu,

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020-2024 dan Rencana Strategis LPP TVRI Tahun 2020-2024, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas program

• Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan • NAD • Sumatera Utara • Sumatera Barat • Riau • Jambi • Sumatera Selatan • Lampung

• Lemahnya integrasi jaringan infrastruktur multimoda • Lemahnya aksesibilitas wilayah-wilayah pedalaman Pengembangan sistem jaringan infrastruktur perhubungan multimoda