KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
6. Rekomendasi Kliring Teknologi Cloud Ionization, Electric Rainmaking, and Laser- Laser-guided Weather Modification
Strategi untuk mendukung Sasaran Program 2 : Menghasilkan Inovasi Teknologi
pengembangan sumberdaya alam untuk meningkatkan produktivitas pembangunan nasional :
32
2. Pilot project pengelolaan lahan terkontaminasi merkuri 3. Integrasi Sistem Ina-CBT, Ina-Buoy dan Data Ina-TEWS
4. Teknologi Surveilans dan Kajicepat multi bencana FEWS, LEWS, INA-SDRS, SIDUTAGAMI
5. Teknologi Integrasi Dan Interoperabilitas Data Observasi Kebumian Untuk Kesiapsiagaan Nasional
6. Teknologi Sistem Informasi Zoonosis, EID, dan Vector
7. Pemodelan Spasial Dinamis Wilayah Tangguh Bencana (Tsunami dan bencana iklim)
8. Teknologi pengolahan sampah dan air di destinasi wisata super prioritas 9. Teknologi pengolahan sampah sungai / sampah laut
10. Inovasi Teknologi pengolahan sampah elektronik
11. Pemasangan Buoy Ina-TWS melalui operasi survei laut di perairan rawan gempa dan tsunami
12. Survei jalur kabel Ina-CBT
13. Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Penanggulangan Bencana Karhutla
Strategi untuk mendukung Sasaran Program 3 : Menghasilkan Layanan Teknologi
bidang TPSA untuk mendukung pembangunan nasional :
1. Layanan Alih Teknologi Produksi Bahan Semai Flare/Cosat 2. Diseminasi teknologi Arsinum
3. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan 4. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Mitigasi Banjir
5. Layanan teknologi pembuatan Studi Kelayakan dan Detail Engineering Design Pilot Project Pengolahan Emas Bebas merkuri dan Pengelolaan Dampaknya pada Pertambangan Emas Skala Kecil
6. Layanan Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral
7. Pelayanan Jasa Teknologi Modifikasi Cuaca dalam rangka pengelolaan sumberdaya air (PNBP)
8. Layanan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mendukung INA-Tews 9. Layanan Jasa Teknologi Survey Kelautan
33 3.3. Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi yang menjadi landasan dalam kedeputian TPSA berdasar pada renstra BPPT 2020-2024. Kerangka regulasi ini bertujuan untuk melakukan sinergi perkembangan kelembagaan (organisasi dan institusi - serangkaian adat kebiasaan yang umum, prosedur standar atau rutin, regulasi atau hukum yang mengatur hubungan dan interaksi antara individu, kelompok dan organisasi) dan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki dengan berbagai faktor lain secara bersistem.
Faktor pertama adalah kemampuan menumbuhkan jaringan antara unsur-unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membentuk rantai yang mengaitkan kemampuan melakukan pembaruan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kemampuan memanfaatkan kemajuan yang terjadi ke dalam barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis. Melalui jaringan itu terjadi berbagai bentuk transaksi sehingga sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi mengalir dari unsur kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif.
Faktor kedua adalah kemampuan menumbuhkan iklim usaha yang kompetitif, sehingga persaingan antar pelaku ekonomi tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pasar atau sumber daya alam saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan inovatif dalam menghasilkan produk barang dan jasa yang bermutu serta bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tumbuhnya iklim seperti itu menimbulkan tarikan bagi kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan untuk terus mencari terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi dan menghasilkan berbagai invensi yang tidak saja memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga memberi peluang baru bagi pelaku ekonomi untuk mengembangkan berbagai inovasi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Faktor ketiga adalah kemampuan menumbuhkan daya dukung. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya tergantung pada para pelaku yang terlibat langsung. Dukungan pihak-pihak lain sangat diperlukan, terutama dukungan yang berkaitan dengan pengembangan profesionalisme, pengalokasian sumber daya, pembentukan kepastian usaha, penyelenggaraan aliran permodalan, pemberdayaan standardisasi, serta penentuan persyaratan dan pengawasan, baik untuk melindungi kepentingan kehidupan manusia maupun untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
34
Sinergi perkembangan kelembagaan dan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ketiga faktor itulah yang membentuk lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendayagunaannya kedalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan peran dalam pembangunan nasional, Indonesia harus mampu secara bersistem mengembangkan serta memadukan unsur-unsur kelembagaan dan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki ke dalam jaringan yang membentuk jalinan hubungan yang saling memperkuat, saling mengisi, dan saling mengendalikan dalam suatu keseluruhan yang utuh sehingga semua potensi ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dapat didayagunakan secara efisien dan efektif ke arah yang diinginkan.
Berdasarkan perspektif di atas, kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah terkait secara timbal balik dengan kebijakan di bidang ekonomi dan kemasyarakatan, yang secara keseluruhan merupakan kebijakan nasional yang terpadu dan saling memperkuat.
Beberapa regulasi yang mendasari BPPT dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan inovasi dan layanan teknologi adalah sebagai berikut:
a. UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP 2005-20025
b. Undang-Undang No 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, beserta turunannya, antara lain:
a. Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pemajuan IPTEK (Pasal 12)
b. Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kliring Teknologi dan Audit Teknologi (Pasal 25)
c. Peraturan Pemerintah tentang Pengukuran Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Pasal 26)
d. Peraturan Pemerintah tentang Alih Teknologi (Pasal 29) e. Peraturan Pemerintah tentang Invensi dan Inovasi (Pasal 34)
f. Peraturan Pemerintah tentang Hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan yang Wajib Digunakan Sebagai Landasan Ilmiah dalam Perumusan dan Penetapan Kebijakan Pembangunan Nasional (Pasal 41)
35
g. Peraturan Pemerintah tentang Batas Usia Pensiun Peneliti dan Perekayasa (Pasal 53)
h. Peraturan Pemerintah tentang Kualifikasi Profesi bagi Peneliti, Perekayasa, dan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lainnya (Pasal 56)
i. Peraturan Pemerintah tentang Pelindungan Hukum Sumber Daya Manusia IPTEK (Pasal 57)
j. Peraturan Pemerintah tentang Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pasal 70)
k. Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Invensi dan Inovasi Sebagai Hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan (Pasal 73)
l. Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Izin Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan (Pasal 75) m. Peraturan Pemerintah tentang Pengalihan Material (Pasal 77). n. Peraturan Pemerintah tentang Registrasi Lembaga Penelitian dan
Pengembangan serta Lembaga Pengkajian dan Penerapan (Pasal 82) o. Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan Kelembagaan IPTEK
(Pasal 83)
p. Peraturan Pemerintah tentang Perizinan Litbangjirap (Pasal 85). q. Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan (Pasal 86).
r. Peraturan Presiden tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (Pasal 48)
s. Peraturan Presiden tentang Pengelolaan Dana Abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan (Pasal 62)
c. UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian d. UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi Nasional e. UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan f. UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
i. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035
36
j. Perpres RI Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) tahun 2017-2045
Selain Undang-Undang dan Peraturan yang mendasari pelaksanaan kegiatan BPPT dalam Rencana Strategis BPPT Tahun 2020-2024, masih diperlukan dukungan terbitnya Regulasi dan harmonisasi peraturan yang dapat mendukung optimalnya pencapaian target kinerja BPPT yang telah ditetapkan, seperti tercantum dalam. Matriks Kerangka Regulasi.
Tabel 3.1 Matriks Kerangka Regulasi
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian
Dan Penelitian
Institusi Terkait
I. UU Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Perindustrian
Peraturan Pemerintah (PP) tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (ps.
Sebagai faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan arah pengkajian dan penerapan teknologi BPPT
Kementerian Perindustrian
Perpres tentang Kebijakan Industri
Nasional (ps. 12) Sebagai faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan arah pengkajian dan penerapan teknologi BPPT
Kementerian Perindustrian
PP tentang Perwilayahan Industri dan
Kawasan Industri (ps. 14) Meningkatkan kebutuhan produk inovasi teknologi dan layanan teknologi BPPT -
peningkatan daya saing Industri berlandaskan keunggulan sumber daya yang dimiliki daerah dan peningkatan nilai tambah sepanjang rantai nilai.
Kementerian Perindustrian
PP tentang Sumber Daya Manusia
Industri (ps. 17) Meningkatkan kebutuhan inkubator teknologi, technopreneur
teknologi dan akreditasi balai BPPT
Kementerian Perindustrian Permen Tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kegiatan
Pembangunan Wirausaha Industri, Pembina Industri Dan Penyediaan Konsultan Industri (ps. 21 & 24)
Meningkatkan kebutuhan produk inovasi teknologi dan layanan teknolgi BPPT - kebutuhan akan Inkubator teknologi dan Technopreneur teknologi dan akreditasi balai BPPT
Kementerian Perindustrian
Permen Tentang Perusahaan Industri Tertentu Dan Perusahaan Kawasan Industri Yang Wajib Melakukan Manajemen Energi Dan Manajemen Air (ps. 34,35).
Meningkatkan kebutuhan produk inovasi teknolgi dan layanan teknolgi BPPT
Kementerian Perindustrian
37
Perpres tentang Pengadaan Teknologi Industri Melalui Proyek Putar Kunci (ps. 39)
Meningkatkan layanan teknolgi BPPT - Penyedia teknologi dalam proyek putar kunci wajib
melakukan alih teknologi kepada pihak domestik.
Kementerian Perindustrian Permen Tentang Pengadaan
Teknologi Industri Melalui Penelitian Dan
Pengembangan, Kontrak Penelitian Dan
Pengembangan, Usaha Bersama, Pengalihan Hak Melalui
Meningkatkan kebutuhan layanan audit
teknologi BPPT Kementerian Perindustrian
BPPT juga perlu menyusun Peraturan Badan dan Peraturan Kepala sebagai tidak lanjut dari Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut:
a. Peraturan Pemerintah dan Perpres turunan dari UU Undang-Undang No 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, antara lain: b. Perpres No.58/2017-PLTSa sebagai Proyek Strategis Nasional Peningkatan potensi
dalam negeri
c. Perpres No.95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE);
d. Rancangan Perpres Audit Teknologi;
e. Perpres No.35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Sampah;
f. Perpres No.21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Mercuri;
g. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Perpres TKDN.
3.4. Kerangka Kelembagaan