• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMOTRETAN FOTO PRODUK MENGGUNAKAN SUMBER PENCAHAYAAN SPEEDLITE DENGAN TEKNIK STROBIST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMOTRETAN FOTO PRODUK MENGGUNAKAN SUMBER PENCAHAYAAN SPEEDLITE DENGAN TEKNIK STROBIST"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 101

PEMOTRETAN FOTO PRODUK MENGGUNAKAN SUMBER

PENCAHAYAAN SPEEDLITE DENGAN TEKNIK STROBIST

R. Sulistyo Wibowo

Program Studi Desain Grafis, Politeknik Negeri Media Kreatif e-mail : soeltujuhsembilan@gmail.com

Abstrak

Ketika para fotografer membicarakan sebuah pemotretan produk biasanya akan terpikir tentang proses kerjadi studio foto, lengkap dengan lampu-lampu dan aksesorisnya yang mahal. Tidak salah dan memang seperti itulah proses pemotretan produk (baca : komersial). Jenis pemotretan ini memang memerlukan perangkat pencahayaan studio yang relatif beragam dan mahal, belum termasuk aneka aksesoris yang digunakan.Maka tidak salah foto produk atau komersil identik dengan foto lux.

Namun pradigma itu tidak sepenuhnya benar bahwa dengan peralatan yang sederhana dan sumber pencahayaan yang terbatas kita sebenarnya mampu membuat foto produk yang berkualitas.Karena dalam ilmu fotografi semua unsur sangat berperan, tinggal bagaimana kita memanfaatkan dan memaksimalkan alat yang ada serta kemampuan kita dalam mengolah estetika pemotretan itu sendiri (komposisi, angle dan pencahayaan). Secanggih dan semahal apapun peralatan yang kita miliki rasanya tidak akan berbicara banyak pada foto yang dihasilkan jika kemampuan teknis dan olah rasa kita mengenai nilai estetika kurang.

Dalam penelitian ini penulis ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda dari sebuah foto produk yang umum dikerjakan dan juga ingin memecahkan pradigma bahwa foto produk itu rumit dan memerlukan peralatan yang serba mahal serta lengkap.Pemotretan menggunakan external speedlite atau yang biasa disebut flash external dengan teknik strobist memang belum banyak dilakukan. Namun bagi yang pernah mencoba hasilnya tidak mengecewakan dibandingkan lampu studio.Tinggal bagaimana kita mengolah dan mencari referensi tentang penggunaan teknikstrobist itu sendiri bagi pemotretan produk khususnya.Semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis secara pribadi dan berguna bagi kemajuan dan perkembangan dunia fotografi serta khususnya bagi institusi tempat penulis mengabdi saat ini.

Kata-kata Kunci : Foto Produk , Strobistdan Estetika

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dunia fotografi komersil dalam bidang fotografi cukup menjanjikan baik dari segi pendapatan maupun peluang yang masih sangat luas.Foto komersil diibaratkan

sebagai wanita yang mempercantik dirinya agar menarik lawan jenisnya.Oleh karena itulah sebuah foto komersil (produk) harus mampu menarik minat audiens dalam penyajiannya. Baik itu dalam teknik pemotretan seperti ; pencahayaan, angle,

(2)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 102

komposisi hingga properti yang digunakan. Bahkan hingga proses digital imaging juga tidak kalah menentukan sebuah foto komersil akan dilirik orang atau tidak.

Atas dasar itulah mengapa foto

komersil tampak cukup kompleks

dibandingkan bidang fotografi lainnya karena selain hasil foto yang baik juga perlu proses kreatif didalammnya. Saat ini penyajian foto komersil khususnya foto produk dituntut untuk menampilkan sebuah

tampilan produk yang tidak

biasa.Penampilan karakter dan keunikan sebuah foto produk lebih dapat diapresiasi misalnya dengan pencahayaan ‘low key’ (minimalis) dibandingkan dengan sebuah foto produk yang memiliki karakter ‘full

light’(pencahayaan utuh).Serta banyak hal

lagi yang membuat sebuah foto produk tanpil di luar ‘kebiasaannya’.

Namun esensi dari paparan diatas adalah bagaimana jika kita terkendala dengan peralatan yang ada khususnya

peralatan pencahayaan studio dan

bagaimana kiranya jika kita ingin

menghasilkan sebuah foto produk yang artistik tanpa perlu menggunakan peralatan yang umumnya dipakai di dalam studio.

Dalam penelitian ini penulis akan

menjawab dan mencoba merealisasikannya

dengan menggunakan pencahyaan

sederhana menggunakan speedlite/ multi

speedlite(external flash/mobile flash)

dengan teknik strobist B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini dibuat

sebagai upaya mengkotakan masalah

penelitian ini terhadap penggunaan sumber cahaya dalam menghasilkan foto produk yang artistik tanpa perlu menggunakan lampu standar studio

Secara khusus rumusan masalah dibagi sebagai berikut ;

1. Karya fotografi khususnya pemotretan

foto produk dengan memanfaatkan

cahaya speedlite masih jarang

dilakukan.

2. Masih banyak yang beranggapan

bahwa pemotretan produk (komersil) memerlukan peralatan yang sesuai standar studio

3. Bagaimana memanfaatkan perangkat

fotografi yang ada sehingga dapat menghasilkan karya foto produk yang menarik

4. Kesulitan teknis dalam pemanfaatan

multi speedlite dalam pemotretan produk lebih kompleks dibandingkan

dengan menggunakan perangkan

standar pencahayaan studio. C. Batasan Masalah

Agar proses penelitian tidak meluas dan efisien, penulis membatasi pada proses

eksplorasi dan proses pemanfaatan

pencahayaan mobile speedlitedalam upaya menghasilkan sebuah karya fotografi yang estetis :

1. Sumber pencahayaan utama adalah

speedlite (mobile lighting/external lighting)

2. Teknik pemotretan menggunakan

menggunakan satu atau lebih external

speedlite sebagai sumber cahaya utama

dengan teknik strobist

3. Memungkinkan untuk menambahkan sumber cahaya lain (senter atau lampu LED) sebagai fill in light atau kicker 4. Objek atau produk dapat apa saja (bahan

atau material) namun yang memiliki unsur desain dan bentuk yang menarik. 5. Pencahayaan dan komposisi menjadi tolak ukur utama dalam menghasilkan sebuah foto produk yang menarik dan memiliki nilai estetika.

(3)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 103

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian apapun

bentuknya jelaslah mempunyai tujuan atau

maksud didalamnya.Polimedia sebagai

sebuah institusi pendidikan di bawah kementerian pendidikan nasional jelaslah

marus mampu menghadirkan sebuah

pemutakhiran pengetahuan khususnya di bidang industri kreatif. Dengan memiliki sepuluh bidang program studi kreatif maka selayaknya Polimedia mampu memberikan kontribusi lebih dalam lingkup penelitian yang relevan tidak hanya bagi kompetensi dosennya saja namun juga bagi kontribusi lembaga serta bidang yang dikuasainya.

Penelitian ini adalah upaya penulis dalam membuka cakrawala dunia fotografi yang kurang tereksplorasi di lembaga ini.Banyak hal sebenarnya yang dapat diambil sebagai materi penelitian dalam fotografi baik untuk pribadi dan khususnya

untuk lembaga (adik-adik mahasiswa

program studi desain dan fotografi). Penulis mencoba mengangkat penelitian yang tidak terlalu rumit namun sarat akan nilai estetika didalamnya yaitu ; komposisi, khususnya komposisi warna . Komposisi dalam fotografi sangat penting untuk dipelajari, didalamnya sarat dengan perpaduan cahaya, warna, bentuk dan lain sebagainya. Sebaik apapun teknik fotografi yang dimiliki namun kurang dalam komposisi maka sebuah foto tetap tidak akan menarik, dan begitu pula sebaiknya. Maka oleh sebab itu fotografi adalah keilmuan seni yang dituntut pelakunya memahami aspek teknis dan non teknis.

Teknik pemotretan hampir sama dengan foto ke-3, hanya dalam foto ini teknik pencahayaan lebih dinamis. Hal ini disebabkan area objek yang lebih luas dan tidak merata. Sehingga penulis harus mengatur pencahayaan sedemikian rupa

agar hasil bisa tersinari semua namun juga tidak berlebihan.

Hasil foto cukup dramatis dan abstrak walau gaya abstrak tidak terlalu dominan terlihat pada foto ini. Namun

secara keseluruhan foto ini cukup

memuaskan penulis.

2. TINJAUAN PUSTAKA A. Seni

Ketika kita berbicara seni atau berkesenian tentu tidak akan ada habisnya. Pemahaman seni begitu luas dan sangat melebar namun pada intinya seni dapat diartikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia.Lebih lanjut bahwaseni adalah hasil ekspresi diri dari seorang seniman yang diwujudkan dalan sebuah karya.Karya seni bisa bersifat individualis bahkan egois

dan bisa bersifat fungsional atau

terapan.Hal ini tergantung dari niat awal seorang seniman tersebut.Seni yang dibuat berdasarkan ekspersi diri semata dikatakan sebagai seni murni. Sedangkan seni yang dibuat dengan nilai toleransi dan aplikasi terhadap masyarakat disebut seni terapan (baca ; fungsional atau terapan)

Berangkat dari pernyataan

tersebut, bahwa seni lebih bersifat pribadi adalah sebagai ungkapan ekspresi seorang

seniman terhadap kepuasan batinnya

terlepas dari unsur keindahan didalamnya dan di dalam sebuah karya seni apapun bentuknya pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu dari penciptanya baik yang ditampilkan secara langsung maupun kasat

mata.Secara khusus Soedarso Sp

memberikan pernyataannya tentang maksud berkesenian bagi audiensnya;

(4)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 104

Seni dimaksudkan untuk mempengaruhi

penikmatnya untuk bertindak atau

merasakan sesuatu seperti yang diinginkan seniman. Namun keinginan ini tidak semata-mata berwujud anjuran ataupun iklan, tetapi bisa juga dalam bentuk sugesti yang sangat tersembunyi (Soedarso Sp, 2006 : 86).

B. Teknologi Fotografi

Karya seni apapun bentuk dan visualnya selalu memberikan kesan yang mendalam bagi penikmatnya namun yang membedakan fotografi dengan karya seni lainnya adalah nilai kejujuran yang terkandung di dalamnya.

Terlepas dari saat ini ketika

fotografi analog tergantikan dengan

fotografi digital dan ketika teknologi digital

imaging semakin merajalela masyarakat

masih menilai positif bahwa karya fotografi masih mengandung nilai kebenaran dan kejujuran di sana. Pernyataan diatas sejalan menurut Seno Gumilar Ajidarma, bahwa; Teknologi fotografi memang dilahirkan

untuk memburu objektivitaskarena

kemampuannya untuk menggambarkan

kembali realitas visual dengan tingkat presisi tinggi. (Ajidarma, 2007 : 1).

Bahwa memang pada saat ini fotografi digital semakin tidak ada batasnya. Maka jika kita bicara orisinalitas gambar yang dihasilkan oleh sebuah kamera digital banyak yang mungkin berpendapat bahwa hasil yang didapat biasanya melewati proses digital imaging. Namun dalam

proses penelitian ini akan

mengesampingkan dahulu proses digital

imaging. Karena walau bagaimanapun saat

ini koreksi warna dalam fotografi digital sangat mudah untuk dilakukan di komputer. Proses ini lebih menekankan kepada orisinalitas gambar yang dihasilkan kamera melalui pemahaman suhu cahaya dan lingkungannya dan tidak serta merta

memudahkan koreksi warna hanya

mengandalkan fasilitas Color Correction pada Komputer atau software tertentu. Seperti diungkapkan bahwa karya fotografi adalah hasil karya ekspresi dan penguasaan teknis dari fotograferrnya ;

Karya yang terciptakan dengan materi dan teknik fotografi yang dibuat berlandaskan nilai-nilai estetik yang ada dapat disebut sebagai hasil karya ekspresi penciptanya. (Soedjono, 2006:55).

Jadi kemampuan dan pemahaman fotografer terhadap bidangnnya (fotografi)

jelas memiliki peranan penting

dibandingkan sebuah proses editing atau olah digital. Karena jangan sampai seorang

fotografer hanya mengandalkan

kemampuan olah digital atau koreksi setelah sebuah foto tercipta. Karena bagaimanapun seorang fotografer layaknya harus mampu merekam gambar dengan sebaik dan sebagus mungkin tanpa perlu melalui proses digital imaging.

Dalam proses nantinya sebuah koreksi yang wajar tanpa proses editing akan menjadi pegangan penulis. Pada penelitian ini proses pertama pemotretan seperti kesiapan kamera, lensa dan sumber cahaya menjadi prioritas utama sebelum masuk ke

dalam tahap pemotretan. Sehingga

diharapkan sedikit bahkan mungkin tidak ada proses editing lanjutan di komputer.

C. Estetika

Banyak yang mengartikan bahwa nilai

estetis adalah nilai keindahan yang

ditangkap oleh indera kita khususnya indera penglihatan dan pendengaran. Namun sesungguhnya cakupan estetika lebih dari itu, nilai estetis adalah sebuah nilai dasar yang dimiliki oleh seorang pencipta (baca : seniman) oleh karena itu estetika sebuah karya seni tentunya berbeda-beda menurut

(5)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 105

pemahaman, kepuasan dan kekaryaan seorang senimannya. Namun saat ini nilai estetis terbagi menjadi dua penikmat yaitu

pembuat (seniman) dan pengguna

(audiens).Hal ini akhirnya yang melahirkan nilai estetis bersifat murni dan terapan, dimana sebuah karya seni dikatakan memiliki nilai estetis murni ketika nilai estetis tersebut keluar dari cipta rasa dan karsa seniman.Serta terapan ketika nilai estetis tersebut dapat dinegosiasikan dengan kebutuhan pasar (audiens).

Namun pada dasarnya nilai estetis

adalah gabungan dari beberapa unsur baik

itu rupa, warna, gaya, komposisi,

intelektualitas dan lainnya yang menyatu menjadi sebuah karya tertentu dan dapat dinikmati.

Hal ini berkaitan pula dengan pengalaman dan cara pandang estetis

seorang seniman terhadap karyanya.

Sebagai contoh bagi sebagian orang atau negara cantik itu putih dan langsing tapi bagi sebagian orang dan negara lainnya cantik mungkin gemuk dan hitam. Oleh

karena itu sebuah karya seni

ekspresionisme sangat bernilai subjektif khususnya bagi senimannya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Agus Sachari, yaitu ;

Pengalaman estetis hakikatnya melibatkan

pengamatan indrawi yang sekaligus

melibatkan seluruh unsur dalam diri manusia ikut terbawa oleh pengamatan itu. (Sachari, 2002 : 60)

D. Pencahayaan

Dalam fotografi pencahayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu pencahayaan menggunakan cahaya alami/available light

(sinar matahari) dan pencahayaan

menggunakan cahaya buatan/artificial light (lampu kilat, lampu bohlam dan lainnya). Kedua sumber cahaya tersebut sama-sama dibutuhkan dalam menghasilkan sebuah

karya foto.Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Jika cahaya matahari sangat ditentukan oleh kondisi cuaca dan iklim serta lokasi yang kita gunakan, sedangkan cahaya buatan bisa dibuat dan digunakan kapanpun. Cahaya matahari dibutuhkan dan berperan langsung dalam pemotretan landscape (luar ruang) sedangkan cahaya buatan berperan jika cahaya matahari tidak ada atau tidak bersinar dengan ideal atau karena kondisi cuaca yang mengharuskan kita memotret didalam ruangan.

Namun pada kenyataannya dalam kondisi tertentu kedua sumber cahaya tersebut dapat saling melengkapi dan mengisi kekurangannya masing-masing. Berikut adalah penjelasan mengenai cahaya yaitu ;

‘Light is a form of electromagnetic radiation (or radiant flux) , which is emmited from various sources, most obviously the sun’ ( Allen, 2011 : 20)

Penjelasan dari kutipan diatas adalah bahwa cahaya merupakan hasil radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari berbagai sumber termasuk didalamnya adalah sinar matahari.Jadi semua sumber cahaya yang ada merupakan hasil dari radiasi elektromagnetik.

Dalam proses penciptaan ini nantinya penulis akan banyak menggunakan sumber cahaya dari speedlite (artificial light) dan beberapa sumber cahaya buatan lainnya sebagai kicker atau fill in light tanpa adanya bantuan sinar matahari. Karena seluruh penciptaan rencananya akan dilakukan di dalam studio.

E. Strobist

Strobist berasal dari kata strobe,

yang dalam istilah fotografi berarti alat yang memproduksi cahaya secara terus menerus. Dengan bahasa yang lebih populer Strobist adalah fotografer yang senang menggunakan flash (blitz) secara

(6)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 106

off-camera. Jika umumnya, di masa sebelumnya orang menggunakan flash dengan cara diletakkan diatas hot-shoe kamera, maka para strobist menggunakan flash dengan jarak tertentu dari kamera.

Teknik Strobist ini sumber

pencahayaannya adalahflash/blitz/speedlite

eksternaldimana alat pencahayaaan

tambahan ini sering digunakan para fotografer untuk melakukan pemotretan di situasi yang gelap baik diluar maupun didalam ruangan. Modelnya yang kecil dan ringkas dengan sumber pencahayaan batere memungkinnkan alat ini dibawa kemana saja,

Secara umum, strobist dapat didefinisikan sebagai teknik pengambilan gambar atau foto menggunakan flash/blitz secara off-shoe atau off-camera. Teknik strobist ini memungkinkan flash untuk dapat ditrigger di mana pun tanpa harus

terpasang pada hot-shoe tersebut.

Keuntungan dari teknik ini adalah kita bisa memposisikan satu atau lebih flash di mana saja untuk mengatur arah, intensitas, cahaya untuk menghasilkan pencahayaan yg kita

inginkan. Saat ini, strobist makin

digandrungi karena kemampuannya

menghasilkan efek cahaya yang lebih baik dan dramatis.

Hal yang senada diutarakan oleh Adimodel seorang fotografer professional dalam bukunya sebagai berikut ;

Walaupun bentuknya kecil dan sederhana

external flashmemiliki kemampuan yang

besar, Bahkan hanya dengan peralatan sederhana kita bisa menghasilkan foto-foto yang bagus. (Adimodel, 2014 : 7)

3. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Dalam proses penelitian ini penulis akan melakukan metode uji kualitatif dan eksperimental,metode ini adalah metode

penelitian yang berbasis penciptaan.

Metode ini lebih tepat karena penulis dapat membandingkan setiap hasil (pemotretan)

melalui berbagai percobaan hingga

mendapatkan hasil foto yang sesuai harapan. Prosesnyadapat berupa percobaan dan eksperimen baik terhadap sumber

cahaya,lensa, objek/model, komposisi,

angle (sudut pandang)hingga pengaturan pemotretan di kamera (ISO, Speed, Diafragma, White Balance)

Penulis membagi menjadi beberapa aspek atau garis besar dalamdalam proses penelitian ini, diantaranya :

 Sumber Cahaya

Adalah sumber atau objek utama

sebuah penelitcahaya ;artificial light

(cahaya buatan). Sumber cahaya yang

dibuat oleh manusia selain cahaya

matahari.Dimana hal ini adalah Speedlite dan sumber cahaya lainnya sebagai pendukung.

Equipment/Peralatan

Aspek ini meneliti hal-hal yang secara

wujud teridentifikasikan, jika dalam

fotografi adalah ; kamera, lensa,

pencahayaan, dan sebagainya. Apakah

penggunaan jenis, tipe dan merk

mempengaruhi hasil penelitian

 Literatur

Meneliti kajian, literatur dan sumber yang memiliki keterikatan dengan kajian penelitian yang kemudian di pahami atau

mungkin terbarukan oleh kajian

peneliti.Seperti ; buku, internet dan sumber lainnya yang dianggap dapat menambah wawasan dalam penelitian ini nantinya.

 Komparasi

Melakukan studi perbandingan dengan membandingkan hasil pemotretan penulis dengan hasil pemotretan karya orang lain yang memiliki kemiripan teknik, sumber cahaya dan model. Sehingga penulis dapat belajar dan mengembangkan teknik yang telah dilakukan sebelumnya.

(7)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 107

Berdasarkan aspek penelitian diatas, Penulis kemudian membagi lagi aspek tersebut berdasarkan ; perangkat utama dan perangkat pendukung. Kedua perangkat tersebut akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

B. Perangkat Utama Penelitian

Perangkat utama adalah perangkat vital yang berfungsi sebagai alat dalam proses perekaman gambar. Tanpa adanya alat dan perangkat ini maka mustahil proses penelitian fotografi ini dapat berjalan. Perangkat tersebut adalah ;

1. Kamera Digital DSLR Canon EOS 7D, 18 MP

Kamera ini memiliki kelebihan dari sensor yang lebih baik karena masuk dalam kategori kamera semi professional dengan fitur-fitur yang mudah dioprasikan dan lengkap

2. Lensa Canon EF. 18 –135mm

Lensa yang terbilang fleksibel karena memiliki range lebar (wide) dan jauh (tele)

yang ideal sehingga relatif tidak

memerlukan lensa ganda untuk dua kebutuhan tersebut. Secara harga tidak terlalu mahal namun memiliki kualitas diatas rata-rata medium level lensa keluaran canon.

3. Tripod

Perangkat satu ini jelas sangat dibutuhkan dalam pemotretan indoor terutama dalam ruang yang gelap dan setting kamera menggunakan durasi panjang. Tujuannya agar tercapai kualiatas gambar yang baik (tidak goyang dan memiliki pencahayaan yang diharapkan)

4. Memory card

Alat penyimpan data (foto) dari proses pemotretan kamera digital. Semakin besar kapasitas maka ruang penyimpanan data akan semakin besar dan fleksibel. Adapun

besaran memori penyimpanan yang

digunakan penulis adalah sebesar 8 GB.

5. Speedlite

Lampu flash eksternal yang umum

digunakan untuk menambah cahaya

pemotretan. Lampu flash ini menggunakan daya baterai dan sangat mobile sehingga cukup dinamis dalam penggunaannya dibandingkan lampu studio.

6. Triger Receiver

Alat pematik dan penerima sinyal radio atau frekuensi radio untuk menyalakan lampu speedlite. Alat ini ada yang dipasang dikamera dan di lampu flash.

C. Perangkat pendukung Penelitian Perangkat pendukung seperti komputer dibutuhkan untuk melihat hasil yang lebih

akurat dibandingkan dengan melihat

langsung di view finder kamera. Adapun software pengedit foto (Adobe Photoshop) bukan dimaksudkan untuk mengedit foto atau bahkan warna namun hanya sebagai parameter dalam melihat saturation dan

kekontrasan warna dari foto yang

dihasilkan

D. Tahap Perwujudan

Dalam proses selanjutnya maka

diperlukan tahapan yang sistematis dan terencana dalam upaya mendapatkan foto yang di harapakan dan sesuai dengan jadwal waktu yang , yaitu :

1. Tahap Observasi

Tahap ini adalah tahap awal di mana penulis melakukan survey beberapa objek atau produk makanan (di dalam kemasan

atau tidak)untuk dijadikan model

pemotretan. Termasuk pula pemilihan tempat pemotretan yang seidealnya adalah di studio foto agar lebih refresentatif dan fokus.

(8)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 108

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini dilakukan untuk memberikan sebanyak mungkin informasi dan masukan mengenai proses penciptaan yang akan penulis lakukan, diantaranya:

a. Eksplorasi Objek

 Pemilihan objek yang tepat sesuai

dengan media dan ruang yang ada

 Pengamatan terhadap objek-objek

terkait untuk menentukan bagian mana saja yang dianggap paling menarik dari segi gesture dan komposisi.

b. Eksplorasi Teknis

 Melakukan observasi peralatan seperti

kamera,lensa, memori penyimpanan

data dan perangkat komputer, untuk mengetahui apakah peralatan yang telah ada mampu untuk mendukung proses penciptaan ini.

 Mendata dan mereview hasil eksplorasi

sebagai bahan data dan acuan dalam proses penciptaan selanjutnya.

3. Eksperimen/Improvisasi

Proses ini dilakukan untuk

mendapatkan hasil yang diharapkan dan maksimal sebelum melangkah kepada

proses selanjutnya yaitu melakukan

pemotretan terhadap objek yang

sebenarnya.

 Ekperimen pemotretan dengan

menggunakan filterisasi, reflector

 Studi dan eksperimen komposisi objek

pemotretan.Melakukan studi dan

percobaan penggunaan lensa serta pencahayaan yang tepat.

 Percobaan dalam mengkombinasikan

dengan sumber pencahayaan lain 4. Perwujudan

Proses ini adalah proses akhir dimana sebuah karya fotografi terbentuk hasil dari

eksplorasi dan percobaan-percobaan yang penulis lakukan. Adapun target dan harapan

penulis adalah bahwa bentuk akhir

penelitian berupa penciptaan karya

fotografi ini dapat dipamerkan, baik dalam bentuk pameran tunggal atau bersama dengan dana diluar penelitian.

4. ANALISIS HASIL PEMOTRETAN Berikut adalah hasil pemotretan dalam rangka penelitian ini, yang telah penulis lakukan. Proses ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan proses yang telah dijelaskan diatas sehingga didapatkan karya yang menurut penulis paling ideal. Karya dan penjelasan foto adalah sebagai berikut ;

Karya #1 ‘Botol Cabe’

(F : 5/ S : 1/6 sec /ISO : 200/ FL: 42 mm)

A. Ulasan Karya Foto #1

Karya foto pertama ini

menggunakan teknik strobist dengan

menggunakan 1 (satu) lampu speedlite dan

2 (dua) lampu continues. Teknik

pemotretannya adalah dengan menjadikan

(9)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 109

objek, 1 lampu continues sebagai fill light di kiri objek dan 1 lampu continues sebagai

back light untuk memberikan aksen flare

light pada latar belakang. Dalam

pemotretan ini seluruh lampu menggunakan filter (light diffuser) kecuali sumber cahaya

backlight yang tanpa menggunakan difusser

. Tujuan menggunakan difusser untuk memperhalus dan mengurangi intensitas cahaya yang jatuh pada objek. Berikut sekema pemotretan yang penulis lakukan :

Skema foto#1

Karya #2 ‘Corned Sapi’

(F : 5.6/ S : 1/13 sec /ISO : 200/ FL: 50 mm)

B. Ulasan Karya Foto #2

Pada pemoteratan ini penulis sengaja memotret dengan efek cahaya flat untuk memberikan kejelasan cahaya pada produk tersebut. Sehingga jika dilihat

sangat sedikit bahkan tidak terlihat

bayangan jatuh dari hasil pemotretan objek tersebut. Memang berkesan terbang dan tidak menapak. Namun foto ini biasa digunakan untuk proses editing dengan mengganti background atau dengan tujuan mempertegas detail dari objek.

Teknik pemotretan adalah dengan menempatkan 2 (dua) continues light dan 1 (satu) speedlite. Penempatannya adalah sebagai berikut ; 1 continues light di posisikan di sebelah kiri objek untuk menerangi abjek bagian kiri dengan

intensitas sedang. Kemudian lampu

speedlite di letakkan dibagian kanan dan

terakhir adalah satu lampu continues

ditempatkan di bagian atas untuk

menerangi bagian atas objek tersebut. Seluruh lampu menggunakan light diffuser agar cahaya yang keluar tereduksi dan lebih halus.Berikut skema pemotretan yang dilakukan :

(10)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 110 Karya #3 ‘Lemah Syahwat’ (F : 5.6/ S : 1/13 sec /ISO : 200/ FL: 50 mm) C. Ulasan Karya Foto #3

Pemotretan selanjutnya adalah pemotretan sebuah tempat oli yang telah berkarat namun masih memberikan bentuk

yang menarik. Pemotretan ini

menggunakan 1 (satu) lampu speedlite dan 2 (dua) lampu continues. Dalam pemotretan ini penulis sengaja menampilkan bayangan yang tegas dari objek agar tampak lebih natural. Dalam prosesnya satu lampu continues sebagai main light ditempatkan di sebelah kanan dan satu lampu continues lagi ditempatkan di sebelah kiri sebagai fill

light. Sedangkan lampu speedlite sekarang

penulis tempatkan diatas sebagai aksen atau pengisi cahaya atas dan juga memberikan

kicker terhadap background.

Berikut adalah skema pemotretan yang dilakukan penulis :

Skema foto#3

Karya #4 ‘Tokai’

(F : 8/ S : 1/15 sec /ISO : 200/ FL: 69 mm)

D. Ulasan Karya Foto #4

Foto berikutnya adalah foto dengan objek pematik api. Foto ini dibuat dengan latar belakang hitam menggantikan latar belakang putih yang dipakai sebelumnya dengan tujuan agar lebih menghasilkan objek yang lebih kontras dan dramatis. Pada foto ini sumber cahaya mengandalkan 2 (dua) speedlite dan 1 (satu) continues

light.

Speedlite pertama sebagai main light di tempatkan disebelah kanan dan

speedlite kedua sebagai fill light

ditempatkan di sebelah kiri dengan

intensitas cahaya lebih rendah. Terakhir adalah continues light untuk memberikan

backround light untuk menyinari latar

belakang.

Kedua speedlite menggunakan

diffuser sedangkan lampu continues light tidak menggunakan diffuser. Hasil fotonya adalah seperti diatas, dengan efek backlight pada latar belakang memberikan kesan dalam dan dramatis.

(11)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 111

Berikut skema pemotretan yang penulis lakukan : Skema foto#4 Karya #5 ‘The Manis’ (F : 5/ S : 1/8 sec /ISO : 200/ FL: 50 mm)

E. Ulasan Karya Foto #5

Foto diatas adalah sebuah produk minuman dalam kemasan dengan bentuk kotak. Adapun teknik pemotretan

khususnya teknik pencahayaannya

menggunakan 2 (dua) lampu speedlite dan 1 (satu) lampu continues light. Tekniknya adalah dengan menyimpan 2 (dua) lampu speedlite di kiri dan kanan objek sebagai fill light. Sedangkan lampu continues

penulis jadikan main light yang diletakkan sedikit lebih keatas dari objek (high angle) sehingga dapat menerangi depan dan atas objek sekaligus.

Foto yang dihasilkan adalah foto dengan cahaya kontras (kuat) pada bagian atas objek hingga ke bawah. Sedangkan pada bagian samping terlihat normal (cenderung lebih gelap) karena hanya tersinari speedlite sebagai fill light

Berikut adalah skema pemotretan dari foto diatas :

Skema foto#4 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian dengan konsep

penciptaan memang sangat mengasyikan bagi penulis. Selain karena hobby di bidang ini juga karena segi tantangan yang penulis rasakan dari penelitian mengenai tema pencahayaan strobist ini. Memang dari beberapa kali percobaan hingga beberapa kali mengalami kegagalan dalam upaya menghasilkan sebuah karya foto yang ideal memang tidak mudah. Selain harus melihat referensi, kadang hasil di lapangan tidak sesuai dengan referensi yang dilihat atau

dibaca. Oleh kareana itu perlunya

melakukan beberapa kali percobaan dan alternatif.

(12)

Volume 04 Nomor 02 September 2017 112

Namun beberapa foto penelitian ini cukup memuaskan penulis walau secara keseluruhan hasilnya memang perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan lebih lanjut.

Kesimpulan akhirnya adalah jelas bahwa semangat dan upaya pantang menyerah melalui berbagai cara yang positif dapat menghasilkan sesuatu yang positif pula, baik itu dalam pekerjaan atau berkarya. Khususnya dalam penciptaan karya seni fotografi . Karena dengan era teknologi fotografi digital saat ini tidak dipungkiri penciptaan karya fotografi akan semakin lebih mudah dan murah. Hal ini diharapkan membuat para fotografer dapat menciptakan karya yang tidak mainstream (umum) baik itu dari teknik ataupun penyajian.

5.2 Saran

Sesungguhnya tidak banyak yang ingin penulis sarankan namun denagan sedikit keilmuan fotografi yang penulis

miliki setidaknya dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat dan

perkembangan keilmuan fotografi

khususnya di lembaga yang penulis bernaung saat ini. Penulis hanya ini

mengatakan bahwa sekecil apapun

keilmuan yang dimiliki seyogyanya kita dapat menyebarkan keilmuan yang positif tersebut ke khalayak luas. Khususnya dalam bidang fotografi agar tidak lelah untuk terus melakukan eksperimen dan percobaan-percobaan baru. Hal ini secara langsung akan memperkaya khasanah keilmuan fotografi dan meningkatkan kapasitas dari fotografer itu sendiri. Serta

jangan terlalu terkungkung dengan

teknologi dan keterbatasan dana yang dimiliki. Karya fotografi bisa dihasilkan dengan dana yang minimal seperti yang telah penulis kerjakan saat ini. Semoga hasil karya penulis ini dapat menjadi

pemicu khususnya bagi penulis sendiri untuk menciptakan karya yang lebih

fenomenal lagi.Secara umum untuk

masyarakat luas yang mencintai fotografi dapat menjadi masukan yang berharga. 6. DAFTAR PUSTAKA

Allen, Elizabeth (2011) The Manual Of Photography, Focal Press, Kidlington, Oxford , Uk

Ajidarma, Seno. (2007) Kisah Mata, Galang Press, Yogyakarta

Drew,Helen (2005) The Fundamentals Of Photography,Ava Publishing, Uk. Keimig, Lance (2010) Night Photography,

Focal Press, Usa

Marianto, Dwi, (2006) Quantum Seni, Penerbit Dahara Prize, Semarang.

Paulus, Edison (2011) Buku Saku

Fotografi, Pt. Elex Media

Komputindo, Jakarta

Sachari, Agus (2002) Estetika,

Makna,Simbol Dan Makna,Penerbit Itb, Bandung

Soekojo, Makarios (2007) Dasar Fotografi Digital, Penerbit Pt. Prima Infosarana Media, Jakarta

Soedarso. Sp (2006) Trilogi Seni,

Penerbitbp Isi Yogyakarta

Soedjono, Soeprapto. (2006) Pot Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti. Tjin, Enche (2011) Lighting

Itu Mudah, Bukune, Jakarta

Worobeic, Tony & Ray Spencer (2003) Photo Art, New York, Guptill Publications. Webb, Jeremy (2005) Creative Vision, Ava Publishing, Uk

Gambar

Foto  berikutnya  adalah  foto  dengan  objek  pematik  api.  Foto  ini  dibuat  dengan  latar  belakang  hitam  menggantikan  latar  belakang  putih  yang  dipakai  sebelumnya  dengan  tujuan  agar  lebih  menghasilkan  objek  yang  lebih  kontras  dan  d

Referensi

Dokumen terkait

Sabtu, 10 Juni ‘17 10.00 WIB KUNFIK KE MANOKWARI Dalam rangka peninjauan insiden tergelincirnya pesawat Sriwijaya air dan tindaklanjut penanganannya... PAKAR UGM

The White House Leadership Development (WHLD) Program aims to strengthen enterprise leadership across the government by providing senior level federal employees with expanded

Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Fakultas Teknologi Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur

setiap orang yang merencanakan dan/atau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242 s/d Pasal 246, diancam dengan pidana

Pengaruh Kepatuhan Pengobatan, Koping Keluarga Internal dan Koping Keluarga Eksternal terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Paranoid di Rumah sakit Jiwa

To arrange the location of panorama sites, it is important to make a balance between the panoramic im- age quality and the number of panoramas, given that the more the panorama

Dari pengamatan grafik tersebut terlihat bahwa pada jumlah data yang semakin besar, percepatan waktu eksekusi SQL query pada database MySQL lebih besar jika dibandingkan

Melalui analisis cost of poor quality ini, dapat diketahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan akibat adanya produk yang cacat atau tidak memenuhi standar mutu