• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA. Rizki Adi Saputra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA. Rizki Adi Saputra"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

46 HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA NILAI TUKAR

DENGAN HARGA SAHAM DAN INFLASI DI INDONESIA Rizki Adi Saputra

Program Magister Manajemen, Universitas Islam Indonesia rizkias@yahoo.com

D. Agus Harjito

Program Magister Manajemen, Pascasarjana, Universitas Islam Indonesia harjitok@yahoo.com; agus_h@uii.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan kointegrasi antara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dengan IHSG dan nilai tukar tersebut dengan inflasi. Penelitian ini menggunakan data bulanan periode Januari 2003-Desember 2013, data diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Alat analisis menggunakan uji kausalitas Engel-Granger untuk mengetahui hubungan sebab akibat (kausalitas) dan uji kointegrasi untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang. Hasil penelitian menggunakan uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki hubungan kausalitas dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), sedangkan Uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan harga saham untuk periode Januari 2003 sampai Desember 2013. Hasil penelitian lain dari uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas antara nilai tukar dengan inflasi, dan dari uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang untuk periode Januari 2003 - Desember 2013.

Kata kunci: Nilai Tukar , IHSG, Inflasi, Kausalitas Granger

Pendahuluan

Fundamental ekonomi yang salah satunya nilai tukar mata uang lebih dominan untuk dikaji. Nilai tukar yang berfluktuatif juga mempunyai keterkaitan dengan sektor rill, dalam hal ini fenomena nilai tukar yang berfluktuatif berdampak langsung mempengaruhi inflasi begitu pula sebaliknya. Hubungan kausalitas antara kurs, IHSG dan Inflasi merupakan sebuah isu yang kontroversial. Perdebatan mendasar antara hubungan ini adalah apakah kurs mempengaruhi IHSG dan inflasi atau sebaliknya, IHSG dan inflasi yang mempengaruhi kurs?. Sampai saat ini belum ada kejelasan tentang bagaimana hubungan diantara ketiga variabel tersebut.

Menurut Hyder dan Shah (2004), pada sisi penawaran, nilai tukar dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun.

Bercermin pada krisis finansial global tahun 2008 yang mempengaruhi keberadaan hubungan kausalitas antara nilai tukar dan IHSG. Dampak krisis global terhadap pasar modal

(2)

47 dan pasar uang terlihat disepanjang tahun 2008 perekonomian Indonesia memang banyak modal asing yang berantisipasi, sampai IHSG pernah di-suspend. IHSG terpuruk sekali pada September 2008 dengan terjun bebas 908 poin menjadi 1257 poin, kurs mengalami pelemahan terparah 22% pada November 2008 dengan 12151.

Madura (2009) menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena depresiasi nilai tukar membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang dalam negeri. Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat. Harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula permintaan luar negeri meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan agregat dan laju inflasi tinggi. Pada kurun waktu tahun 1997-2013 dilihat pada kejadian krisis moneter 1998 nilai tukar melemah diikuti meningkatnya inflasi, begitu juga ketika terjadi inflasi domestik pada tahun 2001 dan 2005 diikuti juga dengan melemahnya nilai tukar. Nilai tukar dan inflasi dengan ini mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan kausalitas diantara ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar amerika, harga saham dan inflasi tentunya sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam bagaimana hubungan ketiga variabel tersebut. Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi menjadi sebuah issu yang masih perlu diteliti lebih lanjut.

Kajian Pustaka

Indikator ekonomi merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari keseluruhan fundamental ekonomi. Indikator itu bisa berupa informasi-informasi kondisi makro ekonomi. Keadaan makro ekonomi di suatu negara secara keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, pengusaha dan investor. Makro ekonomi yang baik akan menciptakan iklim investasi yang baik pula. Beberapa variabel ekonomi nasional yang biasanya digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah. Indikator fundamental makroekonomi seperti inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para investor.

Harga Saham

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham antara lain faktor mikro dan makro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik, dan sebagainya dapat berdampak pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya. Sedangkan faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan itu sendiri, misalnya perubahan manajemen, harga dan ketersediaan bahan mentah, produktivitas karyawan dan sebagainya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Pergerakan harga saham dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, kebijakan pemerintah, isu-isu politik, ekonomi, serta isu-isu lain baik dari dalam maupun luar perusahaan.

Perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada pasar modal. Meningkatnya PDB akan berpengaruh positif terhadap pendapatan konsumen

(3)

48 karena dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Hal ini akan memberikan optimisme yang tinggi dan juga memacu sentimen pasar sehingga mempunyai pengaruh yang positif terhadap pasar ekuitas. Pertumbuhan Produksi Industri juga berpengaruh pada pasar modal, naiknya indeks produksi yang terus menerus menunjukkan suatu tanda kekuatan perekonomian di suatu negara karena output meningkat sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap pasar.

Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian deviden dan daya beli masyarakat juga menurun. Dari segi tingkat bunga, ketika meningkatnya tingkat suku bunga akan meningkatkan harga kapital sehingga memperbesar biaya perusahaan. Kemudian terjadi perpindahan investasi dari saham ke deposito atau investasi lainnya, inilah deteksi buruk bagi pasar saham. Pengaruh kurs rupiah terhadap pasar modal, menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor namun dari sisi pasar menjadi dampak yang negatif bagi pasar modal. Meningkatnya pengangguran berarti bisnis mulai melemah, berarti dunia usaha menjadi kurang menarik bagi investor. Sehingga memberi dampak yang negatif terhadap harga saham. Untuk menjelaskan anggran defisit berdampak bagi pasar ekuitas dapat dilihat anggaran defisit mendorong konsumsi dan investasi pemerintah. Sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan (Sunariyah, 2006).

Proses terbentuknya harga saham melalui permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan. Pada proses ini investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya mereka akan memakai jasa broker atau pialang saham.investor dapat memilih saham mana saja yang akan mereka beli dan dapat menetapkan harga standar itu sendiri. Kedua adalah proses supply to sell schedule, yaitu investor juga dapat menjual sahamnya ke pasar saham. Investor juga dapat menetapkan harga saham yang mereka pilih dengan menjual harga saham tertinggi di pasaran. Adapun proses ketiga adalah interaction of schedule, yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran menciptakan satu titik temu yang disebut titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya.saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Harga saham tersebut dapat berubah karena adanya permintaan dari pasar investor. Ekspektasi harga yang dimiliki buyer akan mempengaruhi harga yang ditawarkan oleh seller (penjual) dan harga yang diminta buyer (pembeli).

Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Salvatore (1997), Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate). Nilai tukar merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi yang lainnya. Kurs keseimbangan nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva permintaan dan penawaran. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah tingkat inflasi relatif, suku bunga relatif, tingkat pendapatan, pengendalian pemerintah dan prediksi pasar.

Tingkat inflasi relatif menunjukkan perubahan pada tingkat inflasi relatif yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang dan karenanya mempengaruhi kurs nilai tukar. Sedangkan suku bunga relatif perubahan pada suku bunga relatif mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan relatif. Pendapatan mempengaruhi jumlah permintaan barang impor, maka pendapatan dapat mempengaruhi kurs mata uang.

(4)

49 Pengendalian pemerintah negara asing dapat mempengaruhi kurs keseimbangan dengan berbagai cara, yaitu: Mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing ,mengenakan batasan atas perdagangan asing, mencampuri pasar mata uang asing (dengan membeli dan menjual mata uang asing), mempengaruhi variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan.

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar adalah prediksi pasar mengenai kurs mata uang di masa depan. Madura (2009) dan Salvatore (1997) menjelaskan tentang teori-teori nilai tukar (exchange rate), pertama teori-teori tradisional yang didasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli. Teori tradisional sangat penting untuk menjelaskan pergerakan kurs dalam jangka panjang. Kedua teori-teori kurs modern yang memusatkan pada pasar-pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs jangka pendek yang keseimbangan (equilibrium) jangka panjang

Inflasi

Boediono (2001), menyatakan bahwa dalam prakteknya untuk mengetahui penyebab timbulnya inflasi (terutama inflasi yang kronis atau yang telah berjalan lama) dan merumuskan dan kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menanggulanginya, adalah masalah yang sulit dan pelik. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik. Masalah inflasi dalam arti yang lebih luas bukan sematamata masalah ekonomi, tetapi masaiah sosio-ekonomi-politis. Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai penyebab terjadinya inflasi, yaitu: Teori kuantitas, teori Keynes dan teori Strukturalis.

Teori Kuantitas menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar, dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga. Sedangkan teori Keynes menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bias disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Adapun teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi selalu dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang Teori ini menjelaskan faktor- faktor jangka panjang manakah yang bisa mengakibatkan inflasi yang berlangsung lama.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Enoma (2011) menemukan bahwa nilai tukar penyusutan, jumlah uang beredar dan produk domestik bruto riil adalah penentu utama inflasi di Nigeria. Ini berarti bahwa nilai tukar depresiasi dapat membawa peningkatan laju inflasi di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pergerakan nilai tukar dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua. Penelitian ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai tukar yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di negara mayoritas.

Nath dan Samanta (2003) meneliti hubungan kausal antara return di pasar saham dan pasar forex di India. Menggunakan data harian dari bulan Maret 1993 sampai Desember

(5)

50 2002, hasilnya menemukan bahwa hubungan sebab akibat umumnya tidak ada meskipun dalam beberapa tahun terakhir memiliki menjadi pengaruh kausal yang kuat dari return pasar saham forex return pasar. Namun, tentatif dan kita perlu lebih lanjut penelitian mendalam untuk mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi dari temuan.

Res (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara variabel dependen dan variabel independen. Dampak dari suku bunga dan inflasi tidak signifikan terhadap return saham indeks KSE 100 sementara nilai tukar memiliki dampak yang signifikan terhadap return saham indeks KSE 100. Data diambil yaitu Data Sepuluh tahun bulanan dari 31 Juli 2001 sampai 30 Juni 2010 dengan menggunakan regresi berganda. Sementara Sek (2012) menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan antara pergerakan nilai tukar dan inflasi dan output pergerakan sub-periode kedua. Penelitian ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pergerakan inflasi, output dan nilai tukar yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi dalam pertukaran pergerakan suku di negara mayoritas.

Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham.

Hubungan di atas mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Nilai tukar dollar mempengaruhi harga saham begitu juga sebaliknya harga saham mempengaruhi perubahan nilai tukar (kurs) dollar amerika. Terdapat pendekatan teori yang dikembangkan dalam literatur untuk menentukan hubungan antara kurs mata uang dengan harga saham. Dornbusch & Fischer (1980) menyatakan perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusahaan atau cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Berdasarkan macro basis dampak fluktuasi kurs mata uang terhadap pasar modal sangat tergantung pada tingkat keterbukaan ekonomi dan kesinambungan neraca perdagangan.

Frankel (1993) menjelaskan bahwa Kenaikan return saham (rising stock market) akan menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Sekalipun menurut teori terdapat causal relationship antara kurs mata uang dengan harga saham.

Berdasarkan teori diatas , dapat ditarik sebuah hipotesa yaitu adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Teori ini sependapat yang dikemukakan oleh Hyder dan Shah (2004) bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu dari Nath dan Samanta (2003) yang meneliti tentang hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan hasil nya terdapat hubungan kausalitas diantara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham.

Nilai Tukar (kurs)

dollar

amerika

(6)

51

Hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.

Hubungan kedua mendeskripsikan terdapat hubungan kausalitas atau timbal – balik antara niali tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham. Krugman (2005) menemukan bahwa hubungan jangka panjang antara inflasi yang berlangsung secara terus-menerus dan suku bunga untuk menerangkan prediksi-prediksi moneter mengeni bagaimana suku bunga mempengaruhi kurs. Jika semua kondisi lain tetap , kenaikan perkiraan tingkat inflasi suatu negara pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan suku bunga dari simpanan mata uang negara bersangkutan, dan begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi (tingkat inflasi di masa mendatang) pada gilirnnya akan mengakibatkan penurunan suku bunga atas simpanan mata uang negara itu. Adanya perkiraan inflasi yang lebih tinggi di masa mendatang akan mengakibatkan mata uang di suatu negara akan mengalami depresiasi jika suku bunganya meningkat. Dengan penelaahan inflasi, akan memahami bagaimana kurs bergerak menyesuaikan diri terhadap gangguan moneter dalam perekonomian.

Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi sejalan dengan penelitian Madura (2009) yang menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah. Harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi. Mekanisme transmisi permintaan domestik terjadi karena depresiasi nilai tukar membuat kenaikan harga impor dan berpengaruh pada harga barang dalam negeri. Permintaan barang di dalam negeri meningkat dan hargapun ikut meningkat. Harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga meningkatkan ekspor begitu pula permintaan luar negeri meningkat. Pada akhirnya akan meningkatkan total permintaan agregat dan laju inflasi tinggi. Penelitian terahulu dari Sek (2012) sejalan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi di Negara asia. Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Pengujian kali ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausalita antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan perumusan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1: Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham.

Hipotesis 2: Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi.

Metode Penelitian

Nilai Tukar (kurs) dollar amerika

(7)

52 Popoulasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nila tukar (kurs) dollar Amerika , harga saham, dan dan inflasi di Indonesia tahun 2003-2013. Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Data bulanan nilai tukar rupiah (kurs) tahun 2003-2013

2. Data bulanan indek harga saham gabungan (IHSG) tahun 2003-2013 3. Data bulanan inflasi tahun 2003-2013

Data yang digunakan berupa data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia mengenai data nilai tukar mata uang yang mencakup kurs tengah rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencakup inflasi di Indonesia. Variabel penelitian yang digunakan berupa nilai tukar (kurs), harga saham dan inflasi. Sedangkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk indikator harga saham yang terdapat di bursa efek Indonesia (BEI). Jika dituliskan dapat dirumuskan :

IHSG =

x 100%

Adapun untuk menghitung besarnya inflasi terlebih dahulu harus diketahui indek harga konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. untuk menghitung IHK digunakan rumus:

Harga sekarang

IHK = --- x 100% Harga pada tahun dasar

Analisis Data

Uji stasioneritas

Uji stasioneritas merupakan uji yang harus dilakukan dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan menguji setiap variabel untuk mengetahui stasioner atau tidak. Ada beberapa cara untuk melakukan uji akar unit root, namun yang paling banyak adalah dengan Augmented Dicky Fuller (ADF) test . ∆Yt = β1 + β2T + δYt-1 + α1Σ−mt1 ∆Yt-n + εt (1.1) dimana εt adalah white noise dan ∆Yt = Yt + Yt-1. Pada ADF yang akan diuji adalah apakah δ = 0, dengan hipotesis alternatif δ < 0, jika t-hitung untuk δ lebih kecil dari nilai ADF, maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa data tidak stasioner ditolak pada hipotesis alternatifnya.

Hipotesis yang akan diuji adalah Ho : Ɓ = 0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya unit root test (URT) atau data bersifat stasioner dan Ho : Ɓ ≠ 0 menunjukkan bahwa tidak adanya unit root test (URT) atau data bersifat tidak stasioner. Ɓ menunjukkan Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika nilai absolute ADF lebih besar dari pada critical value maka hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis menunjukkan tidak terdapat unit root test dan data bersifat stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADF lebih kecil dari pada critical value maka hipotesis nol diterima berarti terdapat unit root test dan data berdifat tidak stasioner.

(8)

53 Uji kointegrasi dilakukan untuk menguji integrasi keseimbangan jangka panjang antar variabel. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam uji kointegrasi adalah variabel yang di uji harus stasioner pada derajat integrasi yang sama. Uji yang sering dan umum digunakan dalam uji kointegrasi adalah CRWD (Cointegration Regression Durbin Watson), uji DF (Dickey Fuller), dan ADF (Augmented Dickey Fuller). Untuk penelitian ini uji kointegrasi yang digunakan adalah uji ADF (Augmented Dickey Fuller).

Uji kointegrasi data dilakukan ketika uji stasioneritas data menghasilkan data-data yang tidak stasioner. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah data mempunyai hubungan jangka panjang (terkointegrasi). Hubungan saling mempengaruhi juga dapat dilihat dari kointegritas yang terjadi antar variabel itu sendiri dan menentukan model yang akan diestimasi. Dalam penelitian ini dapat di uji kointegrasi apakah terdapat hubungan jangka panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham, maupun juga terdapat hubungan jangka panjang antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.

Uji Kausalitas Granger

Menurut Gujarati (2004), Hubungan kausalitas dibagi menjadi 3 kategori :

a. Hubungan kausalitas satu arah. Apabila salah satu variabel berpengaruh, artinya hanya variabel z yang mempengaruhi y atau variabel y yang mempengaruhi z.

b. Hubungan kausalitas dua arah. Apabila terjadi hubungan timbal balik antara kedua variabel, z mempengaruhi y dan y juga mempengaruhi z.

c. Tidak ada hubungan timbal balik. Apabila kedua variabel sama-sama tidak saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, z tidak mempengaruhi y dan y juga tidak mempengaruhi z.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah granger causality model adalah :

= + +

= + +

Berdasarkan hasil model regresi linier di atas akan menghasilkan berbagai kemungkinan nilai koefisien-koefisien dari 2 kali pengujian persamaan yakni:

1. Jika , ∑ βt ≠ 0 dan ∑ ᵞt = 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari nilai tukar (kurs) dollar amerika terhadap harga saham, dan nilai tukar (kurs) dollar amerika terhadap inflasi.

2. Jika , ∑ β t= 0 dan ∑ ᵞt ≠ 0 maka terdapat kausalitas satu arah dari harga saham kepada nilai tukar (kurs) dollar amerika dan inflasi kepada nilai tukar (kurs) dollar amerika.

3. Jika , , ∑ β t= 0 dan ∑ ᵞt = 0 maka tidak terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi.

(9)

54 4. Jika , , ∑ β t≠ 0 dan ∑ ᵞt ≠ 0 maka terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan nilai tukar (kurs) amerika dengan inflasi.

Uji Vector Auto Regression (VAR)

Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah bahwa dalam Analisis VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati.

Uji kausalitas granger sebenarnya sudah cukup untuk memecahkan masalah dalam tulisan ini, apabila semua variabel baik nilai tukar (kurs) dollar Amerika, harga saham dan inflasi yang digunakan bersifat stasioner. Namun menurut Gujarati (2004) variabel ekonomi makro (seperti kurs dan inflasi) umumnya tidak stasioner pada tingkat level tertentu.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Sebelum menguji keseluruhan model, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian unit root pada data time series yang digunakan untuk mengetahui apakah ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG berada pada kondisi stasioneritas data dan mengetahui derajat stasioneritas dari data tersebut yang bersumber dari sampel ketiga variabel tersebut yaitu nilai tukar (kurs) dollar Amerika, inflasi dan IHSG. Setelah dilakukan penyesuaian data historis, maka hasil analisis deskritifnya adalah sebagai berikut : Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sampel yang digunakan. Dalam hal ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Tabel.1 memperlihatkan statistik deskriptif variabel sampel yang diteliti.

Tabel 1: Statistik Deskriptif

KURS IHSG INF

Mean 9392.85 2339.50 0.0727

Maximum 12087.10 5068.63 0.1838

Minimum 8229.05 388.44 0.0241

Std. Dev. 765.662 1353.76 0.0351

Observations 132 132 132

Sumber : Hasil olah data, 2015.

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa kurs dollar Amerika menunjukkan pada tahun 2003 pada bulan Juni berada pada titik terendah yaitu sebesar 8229.05 rupiah. Sedangkan pada tahun 2013 pada bulan Desember mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 12087.10 rupiah dengan rata-rata Kurs dollar Amerika sebesar 9392.85 rupiah. Makin rendahnya nilai tukar ini menunjukkan makin kuatnya posisi tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dan

(10)

55 sebakinya makin tingginya nilai tukar ini menunjukkan makin lemahnya posisi tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Selanjutnya, harga saham tertinggi mencapai 5068.63 rupiah dan terjadi pada tahun 2013 di bulan Mei, dan harga saham terendah adalah sebesar 388.44 terjadi di bulan Januari awal tahun 2003. Kemudian rata-rata pergerakan saham selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar 2339.50. Harga saham ini dapat menunjukkan kinerja saham dari suatu perusahaan, makin tingginya harga saham ini pada umumnya menunjukkan baiknya kinerja perusahaan dan sebaliknya jika harga sahamnya menurun menunjukkan memburuknya kinerja perusahaan.

Berdasarkan Tabel.1 dapat diketahui bahwa inflasi tahun 2009 pada bulan November berada pada titik terendah yaitu sebesar 2,41%. Sedangkan pada tahun 2005 pada bulan Oktober mencapai pada titik tertinggi yaitu sebesar 18,38% dengan rata-rata inflasi sebesar 7,27%. Tinggi rendahnya tingkat inflasi dapat menggambarkan baik buruknya perekonomian di Indonesia, yang mana dengan inflasi rendah diharapkan akan mendorong peningkatan perekonomian yang ada.

Hasil Pengujian Akar-akar Unit (Unit root test)

Pengujian kestasioneran data untuk semua variabel pada tingkat level dalam persamaan yang digunakan sangat penting dalam analisis time series. Uji stasioneritas data ini dilakukan melalui uji akar unit dengan menggunakan uji ADF. Uji akar unit ini digunakan untuk melihat kestasioneran data, yang ditunjukkan dengan nilai t-statistic ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Hasil uji stasioneritas pada tingkat level menunjukkan bahwa t-statistic nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-1.944436) lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon (-2.884109), pada harga saham nilai t-statistic sebesar (-0.644844) yang lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon (-2.883579) dan nilai t-statistic inflasi sebesar (-2.241857) lebih kecil dibandingkan nilai kritis McKinnon yang hanya sebesar (-2.883579). langkah selanjutnya untuk memperoleh data yang stasioner, maka dilakukan pengujian uji stasioneritas pada tingkat 1st different.

Hasil dari pengujian di tingkat 1st different pada ketiga variabel yang meliputi nilai tukar (kurs) dollar amerika, harga saham, dan inflasi menghasilkan nilai t-statistic (dalam nilai absolute) yang lebih besar dari nilai kritis MacKinnon (dalam nilai absolute). Hal ini menunjukkan bahwa data seluruh observasi sudah stasioner pada tingkat 1st different. T-Statistic pada nilai tukar (kurs) dollar amerika sebesar (-4.730965) lebih besar dari nilai kritis McKinnon (-2.884109), sedangkan harga saham pada t-statistic menunjukkan (-9.834886) lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753) dan pada nilai t-Statistic inflasi sebesar (-10.53173) lebih besar dari nilai kritis McKinnon yaitu (-2.883753).

Sehubungan dengan tidak adanya perbedaan kondisi stasioner pada tingkat level yang berbeda, maka dalam pengolahan data ini dilakukan pengujian kointegrasi pada variabel penelitian. Syarat uji kointegrasi adalah jika seluruh variabel stasioner pada derajat yang sama.

Hasil Uji Kointegrasi

Keberadaan variabel yang stasioner pada derajat yang sama dapat mengindikasikan adanya hubungan jangka panjang dari variabel tersebut, oleh karena itu akan dibuktikan dengan melakukan pengujian kointegrasi (Johansen cointegration). Di bawah ini akan ditunjukkan hasil dari Johansen cointegration test .

(11)

56 Hasil dari Johansen Cointegration Test

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None 0.103011 23.15551 29.79707 0.2385 At most 1 0.072133 9.457786 15.49471 0.3247 At most 2 0.000195 0.024588 3.841466 0.8753

Pada hasil di atas, diperoleh nilai trace statistic lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis pada tingkat keyakinan 5% atau ( 23.15551 < 29.79707), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tidak saling berkointegrasi.

Hasil Uji Kausalitas Granger

Sehubungan tidak adanya kointegrasi diantara variabel-variabel tersebut, pada penelitian ini ECM yang akan dipergunakan adalah kausalitas Granger. Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hasil pengujian kausalitas Granger dapat dilihat pada Tabel 3. di bawah ini.

Tabel 3.

Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika Dengan Harga Saham

Null Hypothesis: bs F-Statistic Probability

DIHSG does not Granger Cause DKURS 28 10.7421 0,00000 DKURS does not Granger Cause DIHSG 5.24470 0.02661

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga saham (IHSG) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini ditunjukkan dengan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 10,7421) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0,00000). Hal ini juga terjadi pada hubungan antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham yang menunjukkan adanya kausalitas yang berasal dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika ke harga saham (IHSG) dimana mempelihatkan nilai F-Statistik yang besar (F-Stat = 5.24470) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.02661). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi kausalitas dua arah yaitu dari harga saham (IHSG) ke nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham (IHSG), sehingga hipotesis pertama yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham terbukti. Hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4.

Granger Causality Test Nilai Tukar (Kurs) Dollar Amerika Dengan Inflasi

(12)

57 Null Hypothesis: bs F-Statistic Probability

DINF does not Granger Cause DKURS 1 6.48421 0.01956 DKURS does not Granger Cause DINF 4.65894 0.03102

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat hubungan kausalitas antara inflasi (INF) dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan kausalitas ini ditunjukkan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 6.48421) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.01956). Selanjutnya juga terjadi hubungan kausalitas yang berasal dari nilai tukar rupiah terhadap inflasi (INF) yang mempelihatkan nilai F-statistik yang besar (F-Stat = 4.65894) dan nilai probalitas yang lebih kecil dari 5% (Prob = 0.03102). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan kausalitas dua arah yaitu dari inflasi (INF) terhadap nilai tukar (kurs) dollar Amerika maupun dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika terhadap inflasi, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi terbukti.

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham dan sebaliknya antara harga saham dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika berdampak signifikan pada naik turunnya harga saham., begitu pula yang terjadi pada pergerakan harga saham juga akan berakibat pada pergerakan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Adanya hubungan ini menginformasikan bahwa pergerakan nilai tukar (kurs) dollar Amerika selalu diikuti oleh pergerakan harga saham baik pada saat mengalami kenaikan maupun penurunan.

Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri. Nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian. Harga saham menurun membuat para investor menarik dana di dalam negeri, sehinga terjadi arus modal keluar. Investasi didalam negeri terasa langka yang mengakibatkan kredit menurun. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Terjadinya depresiasi nilai tukar. rupiah (kurs) terhadap dolar AS dapat mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu. Harga–harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor. Bagi calon investor dalam melakukan investasi dapat menggunakan harga saham sebagai sinyal investasi. Harga saham merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan harga saham menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal. Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk memprediksi tentang perubahan harga saham dengan kurs valuta asing, suku bunga dan inflasi.

Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang

(13)

58 mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Dornbusch & Fischer (1980) yang menyatakan bahwa perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi competitiveness suatu perusahaan, yang selanjutnya mempengaruhi pendapatan perusaaan atau cost of fund dan selanjutnya harga sahamnya. Dan juga pendapat dari Hyder dan Shah (2004), yang mengatakan bahwa nilai tukar dapat mempengaruhi harga yang dibayar oleh pembeli domestik barang impor secara langsung. Nilai tukar yang berfluktuasi akan mempengaruhi investasi di dalam negeri, nilai tukar yang melemah akan berdampak penurunan nilai harga saham di pasar modal, karena investor tidak percaya dengan kondisi perekonomian.

Pengujian selajutnya menunjukkan adanya hubungan yang sigifikan antara harga saham dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, yang berarti makin tingginya harga saham akan menyebabkan tingginya pula nilai tukar (kurs) dollar Amerika dan begitu pula sebaliknya makin rendahnya harga saham akan berakibat pada menurunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Frankel (1993) yang menjelaskan bahwa kenaikan return saham (rising stock market) akan menarik capital flow yang selanjutnya akan meningkatkan demand mata uang dan menyebabkan kurs mata uang terapresiasi. Serta hasil penelitian ini telah sejalan dengan penelitian Nath and Samanta (2003) yang menyimpulkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara kurs dengan IHSG di India.

Perlu diketahui bahwa harga saham dapat mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan melihat faktor – faktor seperti kondisi politik disuatu Negara dan kebijakan – kebijakkan yang diambil oleh pemerintah tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan akhirnya dapat menarik para investor- investor asing masuk untuk menginvestasikan danannya dalam bentuk saham diperusahaan tersebut. Kondisi politik juga tidak terlepas dari suatu Negara.

Kondisi politik inilah yang setidaknya dapat mempengaruhi perubahan harga saham disuatu Negara yang nantinya akan mempengaruhi nilai tukar (kurs) dollar amerika walaupun kondisi politik suatu Negara juga berbeda-beda. Kondisi makro ekonomi Indonesia mengandung unsure politik karena besarnya peran hutang luar negeri dalam mengurangi dampak ekspansi anggaran di satu pihak (pembayaran bunga dan cicilan hutang) serta pihak lain yang berperan sangat besar dalam pengeluaran pembangunan. Stabilitas politik, masalah hutang luar negeri dan berlangsungnya proses pasar modal adalah tiga faktor penting yang saling berpengaruh.

Penelitian ini menemukan adanya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi dan sebaliknya juga antara inflasi dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Berdasarkan hasil ini maka pergerakan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika akan menyebabkan dampak yang signifikan pada inflasi, hal ini bisa saja terjadi dikarenakan perubahan yang terjadi pada komoditas-komoditas tertentu khususnya pada barang-barang impor sehingga secara keseluruhan akan menyebabkan tingginya inflasi. Dengan demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Madura (2009) yang menyatakan bahwa kurs (nilai tukar) dapat mempengaruhi inflasi secara langsung, ketika nilai tukar melemah maka menyebabkan kenaikan tinggi harga barang-barang impor. Kenaikan terjadi karena para importir harus membayar lebih ketika nilai tukar melemah, harga barang-barang impor yang tinggi secara langsung akan terjadi inflasi.

Adanya kausalitas ini juga terjadi pada hubungan antara inflasi dengan nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga makin tingginya inflasi akan menyebabkan nilai tukar (kurs) dollar Amerika juga makin tinggi, begitu pula yang terjadi sebaliknya. Adanya kausalitas ini dapat disebabkan naik dan turunnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika dipengaruhi oleh faktor

(14)

59 dari luar naiknya harga-harga barang, seperti kebijakan pemerintah, kestabilan ekonomi dan kestabilan politik yang turut memberikan andil besar terhadap pergerakan dari nilai tukar (kurs) dollar Amerika. Dan hasil penelitian ini sudah sejalan dengan penelitian Sek (2012) yang menyimpulkan adanya korelasi hubungan yang signifikan antara nilai tukar (kurs) dengan inflasi di benua asia dan eropa. Dan penelitian Enoma (2011) yang menyimpulkan terdapat hubungan kausalitas antara kurs dan inflasi di Nigeria.

Kesimpulan

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan inflasi. Model yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji kausalitas granger. Berdasarkan hasil Uji Augmented Dickey – Fuller yang diperuntukkan untuk mengetahui kestasioneritas data menunjukkan bahwa antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan harga saham dan antara nilai tukar (kurs) dollar amerika dengan inflasi terjadi suatu hubungan. Berdasarkan Uji Kausalitas Granger terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan melihat KURS dose not granger cause IHSG dengan tingkat signifikansi sebesar (0,0000) dan IHSG dose not cause KURS dengan tingkat signifikansi sebesar (0,02661). Terdapat hubungan kausalitas antara nilai tukar (kurs) dollar Amerika dengan inflasi. Pengujian Uji Kausalitas Granger menunjukkan statistic KURS does not granger cause INF sebesar (0.03102) dan INF dose not granger cause KURS sebesar (0.01956).

Hendaknya pemerintah bisa menjaga kestabilan nilai tukar (kurs) dollar Amerika agar tingkat inflasi tidak mengalami fluktuasi yang akan berdampak pada perekonomian. Diperlukannya kebijakan-kebijakan khusus, agar harga saham mengalami kestabilan harga. Dengan stabilnya harga saham ini akan berdampak pula pada stabilnya nilai tukar (kurs) dollar Amerika, sehingga kegiatan perdagangan baik ekspor maupun impor tidak mengalami gejolak yang dampaknya juga tidak menganggu kegiatan perekonomian.

Daftar Pustaka

Boediono, ( 2001) Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Chai-Anant, C., and Ho, Corrine., (2008), Monetary and Economic Department

January, Understanding Asian Equity Flows, Market Returns and Exchange Rates BIS Working Papers No 245

Dornbusch, R. and S. Fischer (1980) , “Exchange Rates and Current Account,” American Economic Review 70, 960-71

Enoma, Imimole., (2011) “Exchange Rate Depreciation and Inflation in Nigeria (1986– 2008)”. Business and Economics Journal, Volume 2011: BEJ-28

Frankel, Jeffrey A., (1993) “Monetary and Portfolio-Balance models of the Determination Of Exchange rates” In Jeffrey A.Frankel on exchange rates, Cambridge, MA: MIT Press Gujarati., (2004) “Basic Econometrics”, New York Mc Graw Hill.

(15)

60 Hyder, Z., and Shah, S., ( 2004) Exchange Rate Pass-Through to Domestic Prices in

Pakistan. SBP Working Paper No. 5.Karachi: SBP.

Madura, Jeff., (2009) Keuangan Perusahaan Internasional. Jakarta: Salemba Empat.

Nath, G, C., and Samantha, P, G., (2003) “Relationship Between Exchange Rate and Stock Prices in India – An Empirical Analysis”

Ming, The Fei.,(2001) Day Trading Valuta Asing. Jakarta : Elex Media Komputindo

Krugman, P. (2005) Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PAU FE UI dan Harper Collins Publishers.

Res, Eco, J., (2012) “Impact of Interest Exchange Rate and Inflation on Stock Returns of KSE 100 Index” v3i5, 142-155

Salvatore., (1997) Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga

Sek, Sion, Kun., (2012) “Investigating the Relationship between Exchange Rate and Inflation Targeting” Applied Mathematical Sciences, Vol. 6, 2012, no. 32, 1571 – 1583

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa karyawan yang mempunyai pola kepribadian Phlegmatis yang Damai adalah paling banyak terdapat di Kafe Bromo yaitu 10 orang, diikuti

Khoirul Anam, M.Pd.I Sekretaris/Penguji 3 ASSRY KRISNAWATI ROHMA 1721143073 Abdul Aziz Faradi, M.Hum.. Khoirul Anam, M.Pd.I Penguji

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah, menganalisis tingkat kepuasan nasabah terhadap fasilitas

Kemitraan merupakan langkah yang perlu ditempuh –khususnya oleh Subdit Satrolda, dalam mencegah praktik destructive fishing dan membentuk citra kepolisian sebagai pihak

Perbedaan lainnya, dapat dilihat dari dinamika stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autis tingkat berat dan tingkat sedang. Ibu yang

Dan untuk kemudahan dalam pengambilan data dan prediksi pangsa pasar khususnya lima operator GSM prabayar yaitu : Simpati, XL, Mentari, IM3, dan Three (dimana kelima

Untuk memisahkan noise dari data variasi medan magnet Bumi diterapkan transformasi wavelet menggunakan Continuest Wavelet Transform dengan bentuk fungsi seperti

Pembebanan pada struktur ini dijelaskan sebagai berikut, penambahan beban mati sebagai beban merata yaitu 1,6 kN/m 2 merupakan beban screed + plafon + Mekanikal dan Electrikal