• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Kajian Teori

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan untuk belajar.

2. Ragam Bentuk Bahan Ajar

a. Bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya lembar kerja siswa (LKS) hand out, buku, modul, brosur, leaflet, wilchart, dan lain-lain.

b. Bahan ajar berbentuk audiovisual, misalnya film/video dan VCD. c. Bahan ajar berbentuk audio, misalnya kaset, radio, CD audio. d. Visual, misalnya foto, gambar, model/maket.

e. Multimedia, misalnya CD interaktif, computer based learning, internet. (Hamdani, 2011 : 219)

3. Lembar Kerja Siswa

Suatu upaya untuk meningkatkan keefektifan belajar siswa dalam pembelajaran adalah dengan memeberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan kerja secara perseoranagn ataupun secara kelompok dalam menyelesaikan lembaran-lembaran kerja siswa. Lembaran kerja siswa (LKS) ini disamping berfungsi sebagai penguatan juga sebagai pengayaan dan dasar pemberian umpan balik kepada siswa. Oleh karena itu termasuk dalam perencanaan pembelajaran adalah merencanakan lembaran kerja siswa.

Suatu upaya untuk meningkatkan keefektifan belajar siswa dalam pembelajaran adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan kerja secara perorangan ataupun secara kelompok dalam menyelesaikan lembaran-lembaran kerja siswa. Lembar kerja siswa (LKS) ini berfungsi sebagai penguatan, juga sebagai pengayaan dan dasar pemberian umpan balik kepada siswa.

Menurut Sumiati dalam bukunya yang berjudul Metode Pembelajaran mengartikan Lembaran kerja siswa (LKS) merupakan panduan bagi siswa untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang dapat meningkatkan dan memperkuat hasil belajar (2009:171).

(2)

Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Diknas, 2004) oleh Andi Prasotowo mengartikan Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (2012:203).

Sementara, menurut pandangan lain dalam bukunya Andi Prasotowo yang berjudul Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif sebagai berikut: LKS bukan merupakan singkatan dari Lembar Kegiatan Siswa, akan tetapi Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri (2012:204)

Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS atau Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan oleh peserta didik sebagai panduan belajar yang berisi materi dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk meningkatkan hasil belajar.

a. Langkah-Langkah Penyusunan LKS

Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjadi harapan semua peserta didik, karena LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Maka dari itu setiap pendidik atau calon pendidik mampu menyiapkan dan membuat bahan ajar sendiri yang inovatif.

Langkah-langkah penyusunan LKS berdasarkan Diknas tahun 2004 oleh Andi Prasotowo (2012:211-215) adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisi kurikulum

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan. Selanjutnya harus mencermati kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

2. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya. Sukuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas

(3)

penulisan. Langkah ini biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

3. Menentukan judul-judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar.

4. Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, langkah-lngkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Untuk merumuskan kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.

Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian, pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.

Ketiga, menyusun materi. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian, dan sebagainya. Selain itu tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya.

Keempat, memperhatikan struktur LKS. Ini adalah langkah terakhir dalam penyusunan sebuah LKS. Struktur LKS terdiri atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai,informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

(4)

b. Kelebihan yang dimiliki LKS yang disebutkan Lestari (Hamdani,2011:74-75) adalah sebagai berikut:

1. Alat bantu atau dapat menjadi bahan ajar bantu guru 2. Mempercepat proses pembelajaran

3. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas 4. Menghemat waktu penyajian suatu topik materi 5. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya 6. Dapat dipersiapkan dan dikerjakan di rumah dan 7. Melatih siswa untuk bersikap mandiri

c. Kekurangan yang dimiliki LKS yang disebutkan Lestari (Hamdani,2011:75) adalah sebagai berikut:

1. Soal-soal pembelajaran terkadang membuat siswa jenuh 2. Hanya media gambar yang terdapat didalamnya

3. Siswa tidak dapat menyentuh langsung bagian yang seperti sebenarnya 4. Tidak sepenuhnya murid mengerjakan LKS

5. Hanya siswa rajin yang mengerjakannya

6. Terkadang membuat guru menjadi malas mengajar karena mengandalkan tugas dalam LKS.

4. Keterampilan Generik Sains

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat saraf dan otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, olagraga dan sebagainya. Keterampilan merupakan kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja melainkan juga fungsi mental yang bersifat kognitif.

a. Definisi Keterampilan Generik Sains

Menurut rustaman (2007), keterampilan generik merupakan pengembangn diri keterampilan proses sains. Keterampilan generik merupakan kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains siswa yang dimilikinya, yang diperoleh dari hasil belajar sains. Kompetensi generik akan memghasilkan siswa-siswa yang mampu memahami konsep sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan kegiatan ilmiah.

(5)

Keterampilan generik merupakan kemampuan intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan generik adalah strategi kognitif yang dapat berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam diri siswa. Sehingga keterampilan generik dapat diterapkan pada berbagai bidang.

Menurut Gagne (1974) dalam Rumate (2005) mengungkapkan bahwa strategi kognitif ialah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Dasar strategi kognitif adalah teori metekognisi dengan mengatur proses berpikirnya dan yang terbagi menjadi keterampilan pemecahan masalah, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan tersebut tidak terpisah melainkan terintegrasi satu dengan yang lain. Jadi pada saat bersamaan ketika siswa menggunakan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, dia juga menggunakan keterampilannya untuk mengambil keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Keterampilan generik juga sebagai kemampuan dan atribut untuk hidup dan bekerja.

Ciri dari pembelajaran sains melalui keterampilan generik sains adalah membekalkan keterampilan generik saians kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran fisika, biologi, dan kimia dapat membekalkan keterampilan generik melalui pengamatan langsung atau tak langsung, bahasa simbolik, inferensi logika, pemodelan matematik, dan membangun konsep. Kerangka logika taat azas dan hukum sebab akibat merupakan ciri khas keterampilan generik kimia dan fisika. Sedangkan kesadaran akan skala besaran merupakan ciri keterampilan generik biologi (Liliasari, 2007 dalam sunyono, 2009).

Oleh sebab itu pembelajaran sains berorientasi keterampilan generik sains dapat dilakukan melalui eksperimen (pengamatan langsung atau tak langsung, infersi logika, dan membangun konsep) dan melalui simulasi komputasi (pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, infersi logika, pemodelan matematik, dan membangun konsep), serta dapat juga melalui diskusi (kooperatif) dalam rangka menumbuhkan keterampilan generik seperti infersi logika, pemodelan matematik, dan membangun konsep.

(6)

b. Aspek-aspek Keterampilan Generik Sains (KGS)

Menurut Broto siswoyo (2000) dalam kistiono dkk; (2012) ada sembilan keterampilan generik yang dapat dikembangkan yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tak langsung; (3) kesadaran tentang skala bersama; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat atas azas dari hukum alam; (6) infersi logika; (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematik, dan (9) membangun konsep.

Sedikitnya terdapat tiga komponen utama keterampilan generik yaitu prosedur, prinsip, dan memorasi atau ingatan. Prosedur mencakup seperangkat langkah yang digunakan untuk melakukan keterampilan. Prinsip berkenaan dengan kemampuan memahami dan menerapkan konsep-konsep tertentu untuk menuntun kapan dan bagaimana suatu langkah atau prosedur (pendekatan) dilakukan, sedangkan memorasi berupa mengingat urutan langkah-langkah (Gibb, 2002; Rahman, 2007).

c. Indikator KGS (Keterampilan Generik Sains)

Indikator Keterampilan Generik Menurut Brotosiswoyo (2000) No. Keterampilan Generik Sains Indikator

1. Pengamatan langsung a. Menggunakan sebanyak mungkin indera dalam mengamati

percobaan/fenomena alam b. Mengumpulkan fakta-fakta

hasil percobaan atau fenomena alam

c. Mencari perbedaan dan persamaan

2. Pengamatan tidak langsung a. Menggunakan alat ukur sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan/gejala alam

b. Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan fisika atau fenomena alam

(7)

c. Mencari perbedaan dan persamaan

3. Kesadaran tentang Skala

Menyadari obyek-obyek alam dan kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai besaran/ukuran skala mikroskopis ataupun makroskopis

4. Bahasa simbolik a. Memahami simbul, lambang, dan istilah

b. Memahami makna kuantitatif satuan dan besaran dari persamaan

c. Menggunakan aturan matematis untuk memecahkan masalah/fenomena gejala alam

d. Membaca suatu

grafik/diagram, tabel, serta tanda matematis

5. Kerangka logika (logical frame)

Mencari hubungan logis antara dua aturan

6. Konsistensi logis a. Memahami aturan-aturan b. Berargumentasi berdasarkan

aturan

c. Menjelaskan masalah berdasarkan aturan

d. Menarik kesimpilan dari suatu

gejala berdasarkan

aturan/hukum-hukum terdahulu 7. Hukum sebab akibat a. Menyatakan hubungan antar dua variabel atau lebih dalam suatu gejala alam tertentu b. Memperkirakan penyebab

(8)

8. Pemodelan Matematika

a. Mengungkapkan

fenomena/masalah dalam b. bentuk sketsa gambar/grafik c. Mengungkap fenomena dalam

bentuk rumusan

d. Mengajukan alternatif penyelesaian masalah

9. Membangun konsep Menambah konsep baru 10. Abstraksi (Sudarmin,

2007)

a. Menggambarkan atau menganalogikan konsep atau peristiwa yang abstrak ke dalam

b. bentuk kehidupan nyata sehari-hari

c. Membuat visual animasi-animasi dari peristiwa mikroskopik yang bersifat abstrak.

d. Jenis KGS (Keterampilan Generik Sains)

Berbagai asosiasi dan peneliti telah merumuskan berbagai jenis keterampilan generik. Hasil rumusan tersebut berbeda-beda, walaupun beberapa jenis keterampilan generik secara konsisten ada dalam rumusan mereka.

Seperti yang dikutip dalam situs Proffesional Standard Council (2004), The Australian Government’s Mayer Comitte (1992) mengidentifikasikan tujuh keterampilan generik yang sangat diperlukan dalam berbagai bidang pekerjaan, meliputi:

1) pengumpulan dan analisis informasi 2) mengkomunikasikan ide dan informasi

3) merencanakan dan mengorganisasikan aktivitas 4) bekerjasama

(9)

6) memecahkan masalah 7) penggunaan teknologi

e. Manfaat Keterampilan Generik Sains

Berikut ini manfaat penggunaan keterampilan generik dalam pembelajaran sains IPA, yaitu :

1) Kompetensi generik membantu guru mengetahui apa yang harus ditingkatkan pada siswa dan membelajarkan siswa cara belajar.

2) Dengan melatih kompetensi generik pada siswa, setiap siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri dan guru dapat mengatur kecepatan pembelajarannya untuk setiap siswa.

3) Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena kompetensi generiknya lemah, sehingga dengan keterampilan generik ini miskonsepsi pada siswa dapat diminimalisir bahkan dihilangkan (Sunyono,2009). 5. Analisis Materi

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada materi ekosistem yaitu:

Siswa dapat menjelaskan komponen-komponen ekosistem, siswa dapat menyebutkan contoh komponen biotik dan abiotik, siswa dapat membedakan komponen antar ekosistem, siswa dapat menyebutkan contoh komponen interaksi antar organisme, siswa dapat membedakan tipe-tipe ekosistem.

Selain itu siswa dapat menjelaskan aliran energi, siswa dapat menjelaskan pengertian rantai makanan, siswa dapat menyebutkan contoh dari rantai makanan, siswa dapat menjelaskan jaring-jaring makanan, siswa dapat menjelaskan piramida ekologi, siswa dapat menyebutkan macam-macam piramida ekologi, siswa dapat menjelaskan daur biogeokimia.

b. Ringkasan Materi

1) Satuan mahlukhidup dalam ekosistem

Suatu ekosistem tersusun atas satuan-satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, komunitas, dan bioma.

2) Komponen Ekosistem

Berdasarkan pengertian di atas, ekosistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ada dua komponen penyusun ekosistem yaitu komponen abiotik (tak hidup) dan komponen biotik (hidup).

(10)

a) Komponen Abiotik

Komponen atau faktor-faktor abiotik merupakan seluruh benda yang tidak hidup atau komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik dan anorganik, dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu : cahaya matahari, air , suhu, kadar garam (salinitas), tanah dan batu, iklim, oksigen (o2), dan karbon dioksida (co2)

b) Komponen Biotik

Komponen atau faktor biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem terdiri atas semua makhluk hidup (organisme). Komponen-komponen biotik terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata, dan vertebrata, serta manusia. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1.). Produsen / Autotrof

Produsen merupakan semua organisme yang mampu membuat zat organik yang dibutuhkan dari zat-zat anorganik. Oleh karena itu, produsen termasuk organisme autotrof (autos = sendiri, trophien makanan) atau organisme yang mampu membuat makanannya sendiri. Contohnya tumbuhan hijau, dan sebagainya.

2). Konsumen / Heterotrof

Konsumen merupakan organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat menghasilkan zat-zat organik yang dibutuhkannya dari zat-zat anorganik. Oleh karena itu konsumen harus mendapatkan zat-zat organik tersebut dari produsen.

(11)

3) Interaksi Antar-Komponen Ekosistem

Ada beberapa macam interaksi atau hubungan ekologi antarsesama makhluk hidup. Interaksi dapat terjadi baik antar-individu dalam populasi maupun antar-antar-individu berbeda populasi atau berbeda jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Interaksi Antar-organisme

1) Netral Contohnya antar capung dan sapi. 2) Predasi Contohnya beruang dengan ikan salem. 3) Parasitisme Contohnya Taenia saginata dengan sapi.

4) Komensalisme Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.

5) Mutualisme Contohnya bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

b. Interaksi Antar-populasi

Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi yang memiliki kepentingan yang sama, sehingga mengakibatkan kedua populasi tersebut mengalami kerugian. Contohnya Alelopati berinteraksi dengan tumbuhan di sekitarnya, yang menghasilkan zat kimia yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.

c. Interaksi Antar-komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup dan saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Contohnya komunitas danau, yang tersusun atas bermacam-macam organisme seperti ikan, fitoplankton, ganggang, dan pengurai. 4) Aliran Energi

Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain.

a. Rantai makanan

Jalur atau peristiwa makan dan dimakan sederetan organisme dengan urutan tertentu disebut rantai makanan. b. Jaring-jaring makanan

(12)

Di dalam ekosistem terdapat rantai makanan yang saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring makanan. Contohnya pada ekosistem sawah yang tidak hanya terdapat satu rangkai makan, tetapi beberapa rantai makanan yang saling berhubungan.

c. Piramida ekologi

Piramida ekologi yaitu suatu diagram piramida yang dapat menggambarkan hubungan antara tingkat trofik satu dengan tingkat trofik lain, secara kuantitatif pada suatu ekosistem. Piramida ekologi terdiri dari piramida energi, piramida biomassa, piramida jumlah.

5) Dur Biogeokimia

Suatu proses peredaran atau perputaran yang di dalamnya berlangsung penggunaan dan pelepasan unsur-unsur anorganik yang esensial bagi tubuh serta melibatkan peristiwa biologis, geologis, dan kimia dinamakan daur biogeokimia. Daur tersebut meliputi interaksi antara tanah, atmosfer (udara), air laut dan air tawar, serta makhluk hidup. Daur-daur tersebut antara lain daur karbon (C), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), dan Sulfur (S). a. Daur Karbon (C) dan Oksigen (O2)

Daur karbon merupakan salah satu siklus biogeokimia dimana terjadi pertukaran / perpindahan karbon antara bidang-bidang biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Karbon akan diambil dari udara oleh organisme fotoautotrof . organisme tersebut, akan memproses karbon menjadi bahan makanan yang disebut karbohidrat, sintesa karbohidrat itu dimakan para makhluk hidup heterotrof sebagai makanan plus oksigen untuk bernafas.

b. Daur Nitrogen (N)

Nitrogen adalah komponen utama dalam semua asam amino, yang nantinya dimasukkan ke dalam protein. Nitrogen juga hadir di basis pembentuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang nantinya membawa hereditas. Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia

(13)

termasuk nitrogen organik, amonium (NH4 +), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-(NO2-), dan gas nitrogen (N2). Nitrogen organik dapat berupa organisme hidup, atau humus, dan dalam produk antara dekomposisi bahan organik atau humus dibangun. Proses siklus nitrogen mengubah nitrogen dari satu bentuk kimia lain. Banyak proses yang dilakukan oleh mikroba baik untuk menghasilkan energi atau menumpuk nitrogen dalam bentuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

c. Daur Fosfor (P)

Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan, terutama dalam pembentukan tulang pada hewan sebagai penyusun protein, pembentukan ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk metabolisme sel, dan penyusun asam nukleat (RNA dan DNA).Tanah mengandung fosfat anorganik yang dapat diserap oleh tumbuhan. Kemudian tumbuhan dimakan oleh konsumen sehingga fosfor berpindah ke hewan. Tumbuhan dan hewan mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi fosfat organik. Oleh bakteri fosfat tersebut diubah menjadi fosfat anorganik yang dapat diserap tumbuhan.

Daur fosfor diperlukan pengurai untuk menguraikan hewan dan tumbuhan yang mati menjadi fosfat anorganik. Fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis membentuk fosfat anorganik di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian diserap oleh akar tumbuhan lagi.

d. Daur Sulfur (S)

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahlukhidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.

(14)

Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahlukhidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. (Pratiwi D.A, 2006)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian relevan yang pernah dilakukan oleh Kalaelasari dari Fakultas Tarbiyah Jurusan IPA-Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon tahun 2013 yang berjudul Penerapan Metode Problem Solving Terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Pada Konsep Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 2 Kota Cirebon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih menguasai ragam pengamatan

dengan kategori baik (85%) sedangkan penguasaan keterampilan generik sains siswa yang terendah terjadi pada ragam pemodelan dengan kategori cukup (71%). Secara umum rata-rata penguasaan keterampilan generik sains siswa termasuk kategori baik (80%). Peningkatan keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen dapat dilihat dari N-gain sebesar 0,62. Terdapat perbedaan peningkatan Keterampilan generik sains di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan hasil uji Mann Whitney (0,00<0,05). Siswa merespon positif terhadap penerapan metode problem solving berdasarkan rata-rata persentase jawaban dengan kategori sangat kuat (82,6%) .

Selain itu, penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Laela Nurmilasari dari Fakultas Tarbiyah Jurusan IPA-Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon tahun 2013 yang berjudul Pengaruh Kegiatan Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum Terhadap Peningkatan Keterampilan Generik Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak Pada Tumbuhan Di SMP Negeri 1 Ciawigebang Kabupaten Kuningan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan generik siswa meningkat setelah diterapkannya pembelajaran biologi berbasis praktikum, dengan nilai rata-rata

gain keseluruhan sebesar 0,67, Terdapat peningkatan keterampilan generik siswa

berdasarkan kenaikan nilai rata-rata sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest) yaitu sebesar 8,39. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran biologi berbasis praktikum dalam meningkatkan keterampilan generik siswa dikategorikan sangat kuat, artinya banyak yang menyukai pembelajaran biologi berbasis praktikum.

(15)

Penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Woro Sumarni dari Jurusan Kimia Fmipa Universitas Negeri Semarang tahun 2010 yang berjudul Penerapan Learning Cycle Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Inferensia Logika Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar.

Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pengembangan model pembelajaran praktikum kimia dasar dengan strategi learning cycle mampu meningkatkan penguasaan konsep-konsep kimia dasar dan keterampilan generik sains inferensia logika bagi calon guru kimia. Hal ini berarti pembelajaran praktikum kimia dasar dengan strategi learning cycle telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran Praktikum Kimia Dasar dan keterampilan generik sains inferensi logika bagi mahasiswa calon guru kimia.

Penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Ferawati dari Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah tahun 2011 yang berjudul Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Generik Sains Guru Fisika Pada Topik Fluida Dinamis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terjadi peningkatan Keterampilan Generik Sains (KGS) dengan rata-rata sebesar 63% pada kategori sedang. Peningkatan pada setiap indikator inferensi logika sebesar 58,6%, pengamatan tak langsung sebesar 78,3% dan kerangka logika taat azas meningkat sebesar 52,2%. penggunaan Multimedia Interaktif (MmI) dapat meningkatkan motivasi belajar, dapat memvisualkan konsep yang sebenarnya abstrak, dapat membangun konsep-konsep fluida dinamis yang seharusnya dimiliki,dan Evaluasi pada setiap sub topik dan pada akhir program sangat membantu untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep.

Penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Saptorini dari Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang tahun 2008 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Generik Sains Bagi Mahasiswa Melalui Perkuliahan Praktikum Kimia Analisis Instrumen Berbasis Inkuiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran praktikum kimia analisis instrumen berbasis inkuiri mampu meningkatkan penguasaan keterampilan generik sains calon guru kimia sampai pada tingkat pencapaian harga N-gain kategori tinggi dan sedang. Keterampilan generik logical frame dan hukum sebab akibat memiliki harga N-gain terkecil dan berarti keterampilan generik ini belum terkembangkan dengan baik.

(16)

Hasil temuan ini berarti model pembelajaran praktikum kimia analisis instrumen berbasis inkuiri untuk mengembangkan keterampilan generik sains belum mampu secara optimal untuk mengembangkan keterampilan berpikir logical frame dan hukum sebab akibat calon guru kimia.

Referensi

Dokumen terkait

Di bukunya yang berjudul Graphic Design Solutions, Landa (2014) menyatakan bahwa desain grafis merupakan salah satu bentuk komunikasi visual yang digunakan untuk

Seorang Produser biasanya akan berpikir bahwa strategi kreatif merupakan orientasi pemasaran yang diberikan kepada orang - orang kreatif sebagai pedoman dalam

(1998) dalam bukunya yang berjudul Strategic Management of Health Care Organizations menjelaskan bahwa Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit kepada pasien

Teori produktivitas kerja dilakukan Berry dan Houston (1993) dalam bukunya yang berjudul “Psychology at work”. Dinyatakan bahwa Produktivitas kerja merupakan

Menurut Depdiknas (2008) pedoman umum pengembangan bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS) atau bisa disebut lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi

Riset dan pengembangan kegiatan kreatif meliputi usaha inovatif serta penemuan ilmu teknologi, dengan tujuan melihat manfaat dari ilmu teknologi tersebut agar menjadi

Penelitian kreatif dan inovatif tentang pemanfaatan limbah sebagai bahan baku papan komposit merupakan suatu usaha yang sangat baik dalam rangka mengatasi kekurangan

Menurut Edward Sallis (2010) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan”, Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya adalah suatu rencana