• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara Asia Tenggara. Masing-masing negara mempunyai kebijakan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara Asia Tenggara. Masing-masing negara mempunyai kebijakan dan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persiapan menuju Komunitas ASEAN 2015 mulai ramai dijalankan di beberapa negara Asia Tenggara. Masing-masing negara mempunyai kebijakan dan caranya masing-masing untuk mensosialisasikan Komunitas ASEAN 2015 kepada masyarakatnya. Thailand sangat ambisius dengan Komunitas ASEAN 2015, seperti disebutkan dalam kutipan media daring The Nation1 bahwa beberapa tahun belakangan ini, tiada hari yang dilalui Thailand tanpa berita mengenai Komunitas ASEAN 2015. Jutaan baht dikeluarkan untuk kampanye dan sosialisasi program ini demi mencapai satu tujuan, yaitu untuk menyiapkan negara dan orang Thai dalam Komunitas ASEAN 2015.

Di bawah pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, Komunitas ASEAN 2015 telah menjadi prioritas dan kebijakan yang utama. Bisa dibilang acara apa saja yang berunsur Komunitas ASEAN 2015 atau AEC (Asean Economic Community) akan dengan mudah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Oleh karena itu juga tidak heran dalam beberapa tahun terakhir di

Thailand banyak ditemukan seminar mengenai Komunitas ASEAN 2015. .

1 Why Thailand is Crazy Over AEC

http://www.nationmultimedia.com/opinion/Why-Thailand-is-crazy-over-AEC-30194564.html diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul 12.31

(2)

2 Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Thailand sangat gencar mempersiapkan masyarakatnya memasuki era Komunitas ASEAN 2015. Berdasarkan pengalaman penulis selama berada di Bangkok pada Januari 2014 lalu, penulis dapat dengan mudah melihat pernak-pernik tentang ASEAN di setiap sudut kota Bangkok. Pada tanggal 19 Januari 2014, penulis menaiki perahu di sungai Chao Phraya, di sisi sungai dekat dermaga Sathorn ditemukan satu spanduk besar memanjang yang isinya apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih adalah: Bangkok siap menjadi pusat ASEAN. Di The Mall Tha Phra, juga dilihat satu iklan yang mengajak remaja di Bangkok untuk

mempersiapkan kemampuan bahasa mereka, di

ประถม

Prathom atau sekolah

dasar, dan

มัธยม

mathayom atau sekolah menengah setingkat SMP dan SMA di

Indonesia dapat dijumpai dengan mudah poster-poster tentang bendera ASEAN, mata uang negara-negara di ASEAN, peta negara-negara ASEAN dan pakaian tradisional negara-negara ASEAN.

Di tingkat Universitas, misalnya di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat, ditemukan banyak sekali seminar, acara dan diskusi film-film dari negara-negara di Asia Tenggara. Salah satu diskusi film yang penulis ikuti adalah diskusi film Indonesia berjudul 7 hati 7 cinta 7 wanita di perpustakaan Pridi Banomyong Univeristas Thammasat. Mahasiswa di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat ingin lebih mengenal negara-negara tetangganya di Asia Tenggara melalui berbagai macam cara dalam rangka persiapan mereka menuju Komunitas ASEAN 2015.

(3)

3 B. Rumusan Masalah

Penerapan Komunitas ASEAN 2015 tentunya akan memberikan efek yang besar bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya di Negara-negara Asia Tenggara. Mahasiswa sebagai generasi penerus Bangsa adalah orang yang akan menjalani dan merasakan efek langsung setelah Komunitas ASEAN 2015 mulai dijalankan. Adapun pertanyaan besar yang diajukan dalam penelitian ini adalah: siapkah mahasiswa di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015. Untuk itu, penulis merumuskan dalam pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana kesiapan lima mahasiswa Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat dalam mempersiapkan diri untuk Komunitas ASEAN 2015?

2. Bagaimana respon pemerintah Thailand dan apa saja program sosialisasi pemerintah Thailand dalam Komunitas ASEAN 2015 ?

C. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini ditemukan beberapa tulisan yang membahas mengenai Komunitas ASEAN 2015, tetapi penelitian yang fokus pada persiapan mahasiswa di Thailand belum pernah dilakukan. Berikut ini adalah beberapa karya ilmiah yang membahas mengenai Komunitas ASEAN 2015.

Penelitian mengenai Komunitas Asean 2015 oleh Asean Studies Center UGM yang berjudul “Menakar Kesiapan Menuju Masyarakat ASEAN 2015”

(4)

4 ditulis oleh Desinta Dwi Asriani, MA, dkk. terungkap bahwa 85.3% pelajar dan 45% mahasiswa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mengetahui tentang adanya Komunitas ASEAN 2015. Dari catatan rekomendasi, penulis mengemukakan tiga catatan rekomendasi yang perlu segera direspon, catatan tersebut adalah: (1) Secara struktural penting untuk melakukan sosialisasi secara massif dan sinergi antara pembuat kebijakan pusat dan daerah perlu dilakukan agar jangkauan informasi terkait Komunitas ASEAN mampu mencapai seluruh lapisan masyarakat khususnya pemuda dan di sektor pekerjaan manapun. (2) Secara kultural, peran-peran dalam melakukan mindstreaming wacana masyarakat ASEAN ini dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti Universitas, misalnya dengan memberikan kelengkapan kurikulum kepada mahasiswa terkait dengan pembahasan mengenai masyarakat ASEAN. (3) Pemahaman bahwasanya ASEAN memiliki akar budaya yang sama ataupun beririsan menjadi penting untuk ditingkatkan.

Amalia Estetika (2014) dalam skripsinya yang berjudul Pembentukan Sense of Community ASEAN Melalui Program Pertukaran Pemuda Studi Kasus : ASEAN Millenium Leaders College Students Exchange Program membahas tentang bentuk kerjasama ASEAN yang melibatkan pemuda, yaitu program pertukaran pelajar yang dimaksudkan untuk memunculkan sense of community ASEAN. Tulisan Amalia Estetika difokuskan pada program ASEAN Millenium Leaders College Students Exchange Program yaitu pertukaran pelajar dengan jangka waktu yang paling lama dua semester dan pesertanya merupakan pemuda dari seluruh Negara ASEAN. Program ini mengharuskan pesertanya belajar

(5)

5 mengenai fenomena politik, ekonomi, budaya dan sosial di Negara-negara ASEAN. Pemuda dari setiap Negara harus mempresentasikan negaranya di dalam perkuliahan yang mereka jalani. Aktivitas selama dua semester juga membuat setiap anggota mengenal satu dengan yang lainnya secara lebih intens. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai ASEAN kepada diri pemuda. Amalia Estetika ingin melihat lebih jauh apakah aktifitas yang dilakukan selama program AMLCSEP dapat menumbuhkan dimensi-dimesi sense of community. Kesimpulannya, menurut Amalia Estetika program pertukaran pelajar AMLCSEP telah menunjukkan perannya dalam memunculkan dimensi-dimensi sense of community ASEAN. Hasil wawancara kepada para peserta program angkatan tahun 2011 memperlihatkan bahwa selama program muncul dimensi-dimensi sense of community. Seluruh kegiatan yang dijalankan selama satu tahun berdampak bagi adanya minat para responden yang cenderung lebih tertarik untuk mempelajari ASEAN dan bergaul dengan masyarakat ASEAN. Interaksi dan ikatan yang kuat antar pemuda ASEAN merupakan modal besar bagi ASEAN untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam Komunitas ASEAN 2015 yang selama ini hanya berfokus pada pengambilan keputusan diranah elit.

Harya Dony Pratama (2014) menulis tentang peran media sosial untuk membagi ide, pendapat dan pemikiran tentang Komunitas ASEAN 2015. Komunitas ASEAN 2015 menurut Harya adalah sebuah bingkai kerjasama terintegrasi dimana 10 negara ASEAN akan bekerja sama dalam berbagai program menyeluruh, yaitu program kerasama di bidang politik, keamanan, pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan perdagangan diantara 10 negara terkait.

(6)

6 Komunitas ASEAN 2015 merupakan sebuah program terintegrasi yang sasaran dan tujuannya banyak diarahkan untuk masyarakat luas, tidak hanya government to government yang selama ini sering dilakukan. Komunitas ASEAN 2015 akan lebih fokus kepada masyarakat luas. Masyarakat merupakan kunci utama keberhasilan Komunitas ASEAN 2015. Dalam hal ini ASEAN membutuhkan sebuah media yang efektif dan efisien untuk mensosialisaiskan Komunitas ASEAN 2015. Sosialisasi melalui media sosial dirasa sangat penting untuk mengajak masyarakat yang tinggal di sepuluh Negara ASEAN untuk turut aktif berperan serta. Tidak hanya efektif dan efisien, melalui beragamnya fasilitas yang dihadirkan di media sosial, ASEAN dapat dengan mudah membidik masyarakat luas dan generasi muda sebagai kunci utama dalam keberhasilan Komunitas ASEAN 2015.

Bayu Prajanto (2014) memfokuskan penelitiannya tentang bagaimana pemerintah Indonesia memberikan respon terhadap kerangka kerja yang terdapat di dalam Asean Economic Community atau AEC. Menurut Bayu Prajanto, pemerintah sudah mulai menerapkan kebijakan ekonomi dalam investasi di Indonesia. Kebijakan tersebut antara lain adalah; UU No. 25/2007, PTSP, PP No. 10 77/207, Perpres No. 36/2010 dan program MP3EI. Kebijakan-kebijakan ini menurutnya adalah kebijakan yang investor-friendly policy karena memberikan banyak keuntungan dan peluang bagi investor. Akan tetapi, melalui kebijakan tersebut pemerintah juga tetap memberikan perlindungan bagi para pelaku usaha domestik agar nantinya tetap memiliki ruang gerak dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN, tanpa memberlakukan deskriminasi kepada investor asing.

(7)

7 Selain kebijakan yang sudah dijalankan, sebenarnya pemerintah masih mempunyai beberapa kebijakan yang belum ditetapkan, kebijakan tersebut adalah reservation list dan tax holiday, padahal menurut Bayu Prajanto kebijakan tersebut mampu menjadi nilai lebih bagi Indonesia sebagai faktor penunjang daya tarik investasi. Dalam kesimpulan tulisannya, Bayu Prajanto menyebutkan bahwa kunci keberhasilan Indonesia dalam MEA 2015 sangat ditentukan oleh respon pemerintah sebagai bentuk kesiapan menghadapinya. Bentuk kesiapan ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan baru yang ditetapkan, sejauh ini respon pemerintah sangat positif menyikapi MEA 2015 dengan melakukan harmonisasi kebijakan sebagai wujud nyata komitmennya dalam rencana integrasi ekonomi ASEAN.

Nguyen Huong Quynh (2014) dalam thesis nya yang berjudul Kebijakan Luar negeri Indonesia dan Vietnam Mewujudkan Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 menyebutkan bahwa kedua negara ini mempunya fokus yang berbeda-beda. Menurutnya, Vitenam dan Indonesia ada kebijakan yang disesuaikan dengan kepentingan masing-masing. Vietnam lebih mengutamakan pilar ekonomi dalam Komunitas ASEAN 2015 nanti, sedangkan Indonesia fokus pada pilar politik dan kemanan di ASEAN. Nguyen berpendapat bahwa ASEAN adalah pasar yang besar yang akan menguji produk-produk dari Vietnam sebelum produk-produk tersebut menyebar ke skala yang lebih besar lagi. Setelah reformasi “Doi Moi” Vietnam muali terbuka dan kebijakan luar negeri cenderung pada kedaiaman dan kerjasama. Pemerintah Vietnam ingin membangun negara yang mempunyai kehidupan politik stabil untuk perkembangan ekonomi. Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN menurut Nguyen lebih

(8)

8 berkonsentrasi pada pilar Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Dalam berbagai kesempatan Indonesia menjadi mediator penyelesaian konflik di Asia Tenggara seperti pada kasus Kamboja dengan Thailand, kasus Kamboja dengan Vietnam dan lain-lain.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui persiapan yang dilakukan oleh mahasiswa di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat untuk Komunitas ASEAN 2015 2. Mengetahui sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah Thailand untuk

Komunitas ASEAN 2015

E. Kerangka Teori Komunitas

Menjadikan anggota-anggota Asean sebagai satu Komunitas Asia Tenggara 2015 tentunya bukan hal yang mudah. Latar belakang sejarah, kehidupan sosial ekonomi dan budaya yang berbeda menjadikan Asia Tenggara menjadi multikultur. Pembentukan ASEAN pada tahun 1967 yang didasarkan atas kesamaan letak geografis hanyalah salah satu dari sekian banyak unsur yang dapat menyatukan Negara-negara di Asia Tenggara ke dalam satu komunitas. Komunitas bisa diartikan sebagai grup lokal dari sekumpulan manusia yang mempunyai kesamaan dalam beberapa atau keseluruhan aspek kehidupannya seperti pendidikan, kehidupan beragama dan institusi yang legal (David, 1941).

(9)

9 Komunitas Asia Tenggara memerlukan satu identitas yang mewakili semua anggotanya agar hubungan yang terjalin antar anggota semakin kokoh. Disebutkan oleh Michael E. Jones bahwa warga Negara dan pemimpin ASEAN harus kembali mengevaluasi konsep mereka tentang identitas yang tertanam sejak dulu, dan memperbaharuinya untuk masa depan yang lebih baik (Michael, 2004).

Menurut Koentjaraningrat, komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas. Istilah komunitas dan masyarakat menurut Koentjaraningrat adalah suatu istilah yang bertumpang tindih. Tetapi istilah masyarakat adalah istilah umum bagi suatu kesatuan hidup manusia, dan karena bersifat lebih luas daripada istilah komunitas. Masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat mantap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama, tetapi komunitas bersifat khusus karena ciri tambahan ikatan lokasi dan kesadaran wilayah (Koentjarningrat, 2000: 148)

C.P.F Luhulima dkk (2008) dalam buku Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015 juga menyebutkan definisi lain dari community adalah sharing, participation dan fellowship. Suatu komunitas mengandung tiga karakteristik. Pertama, para anggota suatu komunitas berbagi identitas-identitas, nilai-nilai, dan pengertian-pengertian. Kedua, mereka yang berada di dalam komunitas memiliki berbagai sisi dan hubungan langsung. Ketiga, komunitas menunjukkan suatu resiprositas yang mengekspresikan derajat tertentu kepentingan jangka panjang dan mungkin bahkan altruism (mementingkan

(10)

10 kepentingan orang lain); kepentingan jangka panjang didorong oleh pengetahuan dengan siapa seseorang berinteraksi, dan altruism dapat dipahami sebagai suatu rasa kewajiban dan tanggung jawab (sense of obligation and responsibility).

Komunitas ASEAN 2015 terdiri dari berbagai bangsa yang memiliki identitas dan kebudayaan berbeda satu sama lain. Masing-masing anggota harus memiliki rasa satu identitas dan rasa memiliki terhadap komunitas. McMillan dan Chavis (1986) mengartikan Sense of Community sebagai “suatu perasaan bahwa para anggotanya mempunyai rasa memiliki, suatu perasaan di mana para anggota peduli satu sama lain dan pada kelompoknya, dan berbagi kepercayaan bahwa kebutuhan para anggotanya dapat dipenuhi melalui komitmen mereka untuk menjadi bersama. C.P.F Luhulima dkk (2008) menyebutkan Terminologi komunitas merujuk pada pengertian nilai-nilai bersamam norma-norma, dan simbol-simbol yang memberi identitas perasaan kekitaan (sense of we-ness). Keterikatan yang diwujudkan bukannya di antara badan atau institusi, perjanjian atau prosedur, tetapi suatu komitmen, perasaan saling menjaga dan saling berbagi, perasaan saling berpartisipasi dan berbagi kepemilikian, perasaan saling memiliki dan keterikatan, atau dengan kata lain perasaan sebagai satu komunitas .

Salah satu kebijakan untuk membangun sebuah komunitas ASEAN yang lebih solid dan akrab adalah memupuk, menggalakkan dan mengembangkan semangat persamaan dan saling membantu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memperbanyak acara dan kegiatan bersama, cepat tanggap jika ada anggota yang mendapat musibah dan kesulitan, menciptakan kegiatan bersama untuk

(11)

11 menanggulangi masalah-masalah bersama, misalnya masalah Selat Malaka, masalah terorisme, dan masalah pengangguran. Pada kenyataannya komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas gesellschaft, yaitu suatu masyarakat yang terbentuk dari komponen (masyarakat) yang beraneka ragam, namun saling membutuhkan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini perlu diwujudkan dalam saling pertukaran. Oleh karena itu, yang perlu dipikirkan adalah mencari dan menggiatkan saling pertukaran, mencari produk keunggulan serta keahlian

khas dari setiap masyarakat negara ASEAN yang memungkinkan.2

Menurut Selo Sumardjan dalam tulisannya Soerjono Soekanto, komunitas menunjuk pada pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya., dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Soerjono Soekanto menyimpulkan bahwa masyaratakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat (Soerjono, 2006). Tapi menurut C.P.F Luhulima dkk (2008) komunitas tidak hanya ditentukan oleh wilayah, melainkan juga relasional. Jika para anggota komunitas itu saling bertemu dalam artian berinteraksi bertatapan muka itulah komunitas yang sesungguhnya atau yang aktual. Namun komumitas dapat juga sesuatu yang “dibayangkan” karena para anggotanya tidak saling berinteraksi bertatapan mata,

2Amri Marzali, “Membangun Sebuah Komunitas ASEAN yang Berpusatkan

(12)

12 melainkan para anggotanya memiliki dalam pikirannya suatu citra mental mengenai kedekatan di antara mereka.

Menurut R.M Maclver and Charles H. dalam Soerjono Soekanto (2006), unsur-unsur perasaan komunitas (community sentiment) antara lain sebagai berikut:

1. Seperasan

Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk

mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagi “kelompok kami”, “perasaan kami” dan lain sebagainya. Perasaan demikian terutama timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan hidup, Unsur seperasaan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan dengan “altruism”, yang lebih menekankan pada perasaan solider dengan orang lain. Pada unsur perasaan kepentingan-kepentingan si individu diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan kelompok sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya.

2. Sepenanggungan

Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya; dalam kelompok dijalankan sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.

(13)

13 3. Saling memerlukan

Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergntung pada “komunitas”-nya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis. Perwujudan yang nyata dari individu terhadap kelompoknya adalah pelbagai kebiasaan masyarakat, perilaku-perilaku tertentu yang secara khas merupakan ciri masyarakat itu. Contoh yang mungkin dapat memberikan penjelasan lebih terang adalah aneka macam logat bahasa masyarakat setempat.

Globalisasi

Menurut Robertson (2007), ada tiga karakter globalisasi, pertama adanya dua kecenderungan yaitu meningkatnya koneksi global dan meningkatnya kesadaran global. Pada tahap ini individu sudah mulai menyadari bahwa ada orang lain di luar negara mereka dan mereka berusaha berhubungan dengan orang tersebut. Kedua, globalisasi fokus pada empat poin utama yaitu: nation states, politik dunia, individual dan kemanusiaan. Ketiga, globalisasi didasari oleh empat segi dari kehidupan manusia, yaitu: budaya, sosial, politik dan ekonomi. Melalui proses globalisasi, masyarakat di Asia Tenggara mulai terhubung satu sama lain melalui berbagai macam aspek seperti sosial dan ekonomi.

Mobilitas fisik telah dilengkapi dengan mobilitas sosial dan intelektual yang jauh lebih padat dan intensif. Media komunikasi yang semakin canggih telah menyebabkan masyarakat terintegrasi dalam suatu tatanan yang lebih luas, dari yang lokal ke global (Abdullah, 2001). Masyarakat sekarang adalah masyarakat

(14)

14 yang melek informasi, informasi dari seluruh penjuru dunia dapat tersebar dengan mudah berkat keberadaan teknologi internet yang semakin canggih. Saat ini cukup banyak informasi mengenai Komunitas ASEAN 2015 yang disebar luaskan melalui media seperti internet dan televisi. Menurut penulis, tipe masyarakat yang memanfaatkan media seperti ini adalah masyarakat yang melihat jauh ke depan. Mereka mempersiapkan dirinya untuk menghadapi masa depan dengan berbekal informasi dari sumber-seumber yang terpercaya. Hal ini termasuk juga di beberapa warga negara ASEAN yang dengan gencar mempersiapkan dirinya untuk Komunitas ASEAN 2015 mendatang.

Globalisasi telah menjadi kekuatan besar yang membutuhkan respon tepat karena ia memaksa suatu strategi bertahan hidup (survival strategy) dan strategi pengumpulan kekayaan (accumulative strategy) bagi kelompok dan masyarakat (Featherstone, 1921; Hannerz, 1996 dalam Abdullah, 2001). Masyarakat yang mendapatkan informasi cukup akan mempersiapkan dirinya sebagai bentuk dari survival strategy dan accumulative strategy dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015. Proses survival strategy dan accumulative strategy inilah yang ingin ditunjukan oleh penulis pada mahasiswa di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Thammasat.

Menurut Goldsmith dalam Abdullah (2001) dunia itu bersifat diversitas, salah satu penyebabnya adalah bahasa yang membuat perbedaan dalam cara membuat keputusan dan memecahkan masalah. Faktor lainnya selain bahasa adalah agama, kebudayaan, filsafat dan berbagai barang dan pelayanan yang bervariasi melahirkan diferensiasi secara meluas. Dalam konteks perbedaan ini

(15)

15 kemampuan adaptasi sangat dibutuhkan karena itu yang menentukan keberhasilan manusia dalam era global, khususnya adaptasi dengan mode komunikasi yang baru. Perbedaan ini pula yang menyebabkan artikulasi diri dan identitas menjadi penting, kemudian memungkinkan seseorang mendapatkan penghargaan sosial ekonomi. Pengaruh dari kecenderungan pembentukan perbedaan ini dapat dilihat pada tiga dimensi yang berbeda, salah satunya adalah perbedaan tampak dari perkembangan jenis (kuantias) pengetahuan yang beragam dan kualitas yang bertingkat-tingkat Abdullah (2001).

Oleh karena masyarakat Asia Tenggara adalah masyarakat yang multikultur, mempunyai bahasa yang beragam, budaya yang berbeda dan tentu saja pola pikir yang berbeda, maka hal ini juga akan mempengaruhi adaptasi, dan persiapan-persiapan mahasiswa dalam memasuki Komunitas ASEAN 2015.

Sosialisasi

Peran media masa menjadi sangat penting disini karena dapat menjembatani informasi dari pembuat kebijakan kepada masyarakat. Hal ini berlaku di kedua Negara, baik di Indonesia maupun di Thailand. Keberadaan media massa saat ini sangat membantu kehidupan manusia. Berita-berita terbaru tidak hanya didapatkan dari media konvensional seperti koran, televisi atau radio saja, portal-portal berita daring juga kian ramai diakses oleh pengguna internet. Kemudahan dalam mengakses yang tanpa batas waktu dan tempat menjadikan media massa mempunyai satu kekuatan yang cukup besar dalam mempengaruhi opini publik terhadap sesuatu hal. Media massa menyaring apa yang akan disiarkan, para “penjaga gawang” yang berada di media massa (wartawan) menentukan apa yang

(16)

16 layak untuk diekspose dan apa yang harus disisihkan. Mereka menentukan seberapa besar suatu isu harus ditonjolkan. Dalam menonjolkan suatu isu, gate keepers ini mereka-reka isu apa yang bakal menarik khalayak sasarannya Susanto (2001).

Proses sosialisasilah yang membuat sesorang menjadi tahu bagaimana ia harus bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Proses sosialisasi itu membawa seseorang dari keadaan tak tahu belum terisolir menjadi manusia masyarakat dan beradab. Melalui sosialisasi itu, seseorang secara berangsur-angsur mengenal persyaratan-persyaratan dan tuntutan-tuntutan hidup lingkungan budayanya Bertrand, Alvin (1980:69)

Kepribadian terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalannya proses sosialisasi. Minimal ada empat faktor penting yang menentukan kepribadian, yaitu:

1. Keturunan (warisan biologis)

2. Lingkungan tempat

3. Lingkungan sosial

4. Lingkungan kebudayaan

Keempat faktor tersebut mengakibatkan terjadinya proses sosialisasi yang berbeda-beda coraknya dan itu pulalah penyebab timbulnya kepribadian yang beraneka ragam (Bertrand, Alvin 1980:83). Doda (2005) menyebutkan bahwa: socialization is a process of making somebody social and fully human. Or more appropriately, it is a process whereby individual persons learn and are trained in

(17)

17 the basic norms, values, beliefs, skills, attitudes, way of doing acting as appropriate. Menanggapi Doda, Estetika (2014) secara sosiologi, sosialisai merupakan proses belajar sepanjang masa agar dapat diterima dalam sebuah komunitas sosial.

F. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat. Universitas Thammasat Bangkok, Thailand. Universitas Thammasat adalah salah satu Universitas unggulan di Thailand selain Universitas Chulalongkorn dan Universitas Mahidol. Selain di dua Universitas tersebut, observasi dilakukan di Kota Bangkok untuk melihat persiapan mengenai Komunitas Asean 2015. Observasi biasanya dilakukan di tempat-tempat umum seperti sekolah, mall, rumah sakit, angkutan umum dan beberapa sudut kota lainnya.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam digunakan untuk menggali data secara menyeluruh dari informan. Wawancara dilakukan dengan dua cara, pertama wawancara yang sudah disiapkan terlebih dahulu pertanyaannya, dan kedua adalah wawancara yang didapat ketika berbicara santai dengan informan. Observasi partisipasi dilakukan untuk mengamati proses

(18)

18 persiapan tentang Komunitas ASEAN 2015 di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat, kemudian observasi dilakukan di kota Bangkok, Thailand. Data penunjang lainnya penulis dapatkan dari studi pustaka berupa jurnal, buku atau sumber informasi daring di internet.

3. Pemilihan Informan

Pengumpulan data dilakukan ketika penulis bekerja sebagai tutor bahasa Indonesia di Pusat Studi Sosial Asia Tenggara. Oleh karena itu penulis mengenal beberapa mahasiswa dari Universitas Thammasat yang belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta. Pengumpulan data juga dilakukan di Univeritas Thammasat selama satu bulan pada tahun 2014. Informan dari Universitas Thammasat dipilih berdasarkan kemampuan informan dalam berbicara bahasa Indonesia. Meskipun demikian, wawancara dilakukan dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Thai dan bahasa Inggris. Terkadang informan tidak mampu mengungkapkan informasi dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang mudah dimengerti, sehingga informan juga menggunakan bahasa Thai ketika menjawab pertanyaan. Penggunaan beberapa istilah lokal juga banyak ditemukan saat wawancara. Ketika menemui kesulitan ini, penulis kemudian meminta tolong kepada teman Thai yang lain untuk membantu membaca, menjelaskan atau menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sehingga maknanya bisa penulis dapatkan dengan tepat.

(19)

19 4. Sistematika Penulisan

Pada tulisan ini, bab pertama membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, dan metode penelitian. Bab kedua berisi tentang profil dari Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat. Di bab dua juga digambarkan bagaimana keadaan dan suasana di Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat kampus Tha Phrachan. Bab tiga, penulis akan membahas tentang Komunitas ASEAN 2015 secara umum, dan profil dari lima mahasiswa jurusan Kajian Asia Tenggara, Fakultas Liberal Arts Universitas Thammasat.

Selanjutnya pada bab empat, penulis akan menjelaskan tentang kesiapan mahasiswa di Fakultas Liberal Arts dan sosialisasi mengenai Komunitas ASEAN 2015 di kota Bangkok. Tulisan ini diakhiri di bab lima yang berisi tentang kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu linguistik juga mempunyai beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu, salah satunya yaitu bidang kajian makna (semantik / 意味論 imiron) yang

Mengunduh Daftar Peserta dan Jadwal Asesmen Prediksi Kompetensi Pegawai unit kerjanya melalui aplikasi pada alamat asesmen-sdm.kemdikbud.go.id;. Mengunduh dan mencetak Kartu

Proses pemutihan tahap keempat dimana prosesnya sama dengan tahap ketiga dimana pulp dari tahap klorin dioksida diputihkan kembali supaya mencapai derajat brightness yang lebih

Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian terdahulu diantaranya yaitu penelitian (Susilowati, 2016), hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi berpengaruh positif

Dari Kegiatan konstruksi maupun pertambangan dapat mengakibatkan gangguan akibat kerja pada operator alat berat yaitu low back pain akibat getaran seluruh tubuh

Cita Nasional di mana perusahaan harus mempunyai jaminan supply susu segar, maka ada beberapa pilihan yang dapat diambil oleh perusahaan seperti mengambil susu

Pemerintah Provinsi Ke- pulauan Bangka Belitung akan melakukan kunjungan balik ke Konjen Republik Rakyat Tiong- kok di Medan pada awal Tahun 2020, untuk menjajaki dan menjalin

Dismutase (SOD), TNF-alfa, dan IL-1 beta pada Sputum dan Serum Iin Noor Chozin, dr, SpP DPP 18 Hubungan Antara Kadar Vitamin D Dengan Ekspresi Cytokin Sel Th 17 Pada.. Pasien