• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Provinsi Jambi Secara geografis terletak pada 00o45’-02o45’ lintang selatan dan antara 101o10’ sampai 104o55’ bujur timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Luas wilayah Provinsi Jambi 53.435,72 Km2 dengan luas daratan 50.160,05 Km2 dan perairan 3.274,95 Km2. Daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-100 m merupakan daerah yang terluas, kira-kira 67,12% dari luas Provinsi Jambi. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Batanghari. Dataran tinggi merupakan peralihan dari dataran rendah ke daerah pegunungan. Daerah dataran tinggi > 500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun (Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2016).

Secara Goegrafis Kabupaten Muaro Jambi terletak diantara 10 15’ – 20 20’ Lintang Selatan dan diantara 1030 10’ – 1040 20’ Bujur Timur. Dengan Luas Wilayah 5.264 km2. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Muaro Jambi mencapai 27,250C, dengan suhu minimum rata-rata 240C dan suhu maksimum rata-rata 32,370C. Kelembaban udara rata-rata 84,83% berkisar 61% hingga 97%. Rata-rata curah hujan per bulan sebesar 192,42 mm3,tekanan udara rata-rata 1011,37 mb,

kecepatan angin 7,16 km/jam, dan rata-rata lama penyinaran 9,29 jam. ( Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi, 2016).

Kabupaten Kerinci terletak di Provinsi Jambi diantara 01°40‘ Lintang Selatan sampai dengan 02°26‘ Lintang Selatan dan diantara 101°08‘ Bujur Timur sampai dengan 101° 50‘ Bujur Timur. Suhu rata-rata sekitar 22,6°, curah hujan rata-rata per bulan sebesar 151,3 mm3. Kelembapan relative udara rata-rata 81%, tekanan udara rata-rata 1017,49 mb, kecepatan angin rata-rata 7 km/jam dan lama penyinaran rata-rata 11,52 jam. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2016).

(2)

4 2.2. Kambing Kacang

Menurut Davendra dan Mcleroy (1982) bahwa sistematika kambing sebagai berikut : Kingdom : Animalia, Phylum : Chordata, Group : Cranita (Vertebrata), Class : Mammalia, Order : Artiodactyla, Sub Order : Ruminantia Famili : Bovidae, Sub Famili : Caprinae, Genus : Capra, Spesies : Capra aegagrus, Sub Spesies : Capra aegagrus hircus.

Kambing (Capra hircus) sering diartikan sebagai ternak yang dapat membantu memecahkan masalah kemiskinan di kalangan peternak, karena kemampuannya dalam memanfaatkan hijauan dalam jumlah terbatas seperti pada lingkungan yang kritis dan kering/lahan marginal (MacHugh dan Bradley, 2001).

Kurnianto et. al., (2013) mengatakan bahwa pada kambing, berdasarkan jarak genetiknya, bangsa kambing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada kelompok pertama adalah kambing kejobong, jawarandu, dan etawa dan kelompok lainnya adalah kambing kacang. Menurut Pamungkas et. al., (2008) bahwa kambing Kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badan kambing ini kecil, tinggi gumba pada kambing jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada kambing jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang kambing betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik kambing betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.

Tubuh kambing Kacang kecil dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, merah, atau belang yang merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut, tinggi pinggul kambing jantan dewasa rata-rata 60 cm - 70 cm, sedangkan kambing betina dewasa 50 cm – 60 cm, berat badan kambing jantan dewasa antara 25 – 30 kg dan betina dewasa 15 – 25 kg, kepala ringan dan kecil,telinga pendek dan tegak lurus mengarah keatas depan. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan kemampuan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi (Rini, 2012).

(3)

5 Menurut Pamungkas et. al., (2008) bahwa tingkat kesuburan kambing Kacang sangat tinggi dengan kemampuan hidup dari lahir sampai sapih sebesar 79,40%, sifat prolifik anak kembar dua 52,20%, kembar tiga 2,60% dan anak tunggal 44,90%. Kambing Kacang mencapai dewasa kelamin rata-rata pada umur 307,72 hari dan memiliki persentase karkas 44-51%. Rata-rata bobot anak lahir 3,28 kg dan bobot sapih (umur 90 hari) sekitar 10,12 kg. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Pamungkas et. al., (2008) menyatakan bahwa kambing Kacang ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit, bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.

Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang tersebar luas. Kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa angka kelahiran ternak kambing adalah 1,57 ekor (Setiadi, 2003). Kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20 – 25 kg. Kambing ini memiliki tanduk baik jantan maupun betina. Secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan coklat.

2.3. Morfometrik Ternak Kambing Kacang

Penanda morfologi (fenotipik) merupakan penanda yang telah banyak digunakan baik dalam program genetika dasar maupun dalam program pemuliaan praktis. Hal ini disebabkan penanda ini paling mudah untuk diamati dan dibedakan ( Kumari et. al., 2014 ). Penanda fenotip merupakan penciri yang ditentukan atas dasar ciri-ciri fenotipe yang dapat diamati atau dilihat secara langsung, seperti ukuran-ukuran permukaan tubuh, bobot hidup, warna dan pola warna bulu tubuh, bentuk dan perkembangan tanduk dan sebagainya. Pengukuran parameter tubuh sangat berguna untuk menentukan asal-usul dan hubungan filogenetik antara spesies, bangsa dan tipe ternak yang berbeda (Hartati et. al., 2010).

(4)

6 Menurut Salamena et. al., (2007) bahwa keragaman genetik dapat diteliti melalui pengamatan keragaman fenotip karakteristik kuantitatif melalui analisis morfometrik. Pengelompokan ternak berdasarkan sifat kuantitatif sangat membantu untuk memberikan deskripsi ternak, khususnya untuk mengevaluasi bangsa-bangsa ternak. Proses evolusi genetik suatu rumpun ternak telah banyak diamati dan diteliti menggunakan pendekatan analisis morfometrik ( Zhu et. al., 2004). Pendekatan morfometrik digunakan untuk mempelajari hubungan genetik, sehingga pengukuran dilakukan terhadap bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ( Bramantiyo et. al., 2016)

Ukuran-ukuran tubuh dapat menggambarkan ciri khas dari suatu bangsa. Karakterisasi bisa dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah karakteristik produksi dan reproduksi atau sifat yang dapat diukur, seperti bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Ekspresi sifat ini ditentukan oleh banyak pasangan gen (poligen), baik dalam keadaan homozigot maupun heterozigot dan dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu melalui pakan, penyakit dan pengelolaan, tetapi tidak dapat mempengaruhi genotipe hewan serta dapat dapat menggambarkan ciri khas dari suatu bangsa (Mabrouk et. al., 2008). Menurut Awaluddin dan Panjaitan (2010) bahwa pengukuran bagian bagian badan pada ternak, sebaiknya berdiri di atas lantai yang datar dalam sikap sempurna dan keempat kakinya harus membentuk empat persegi panjang dengan kepalanya tegak menengadah serta tidak bergerak selama pengukuran.

Ukuran-ukuran tubuh merupakan faktor yang banyak berhubungan dengan performans ternak. Penggunaan ukuran-ukuran badan, sangat baik untuk berat badan maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan memakai ukuran-ukuran badan dapat menilai performans ternak (Setiadi, 2003).

Tabel 1. Karakteristik Morfometrik Kambing Kacang Jantan dan Betina.

Sumber : Setiadi et. al., (1997)

Parameter Kambing Kacang Betina Kambing Kacang Jantan

Panjang Badan(cm) 50,33 52,30

Tinggi Pundak(cm) 52,00 53,80

Tinggi Pinggul(cm) 54,20 56,55

(5)

7 Menurut Trifena et. al., (2011) bahwa ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk membandingkan antara berbagai bangsa ternak. Bobot badan kambing Kacang jantan dewasa adalah 24,67 ± 6,09 kg dan kambing Kacang betina dewasa 21,61 ± 5,86 kg. Panjang badan kambing Kacang jantan dewasa adalah 58,00 ± 3,0 cm dan kambing Kacang betina dewasa 58,87 ± 5,58 cm. Lingkar dada kambing Kacang jantan dewasa adalah 66,67 ± 5,16 cm dan kambing Kacang betina dewasa 63,15 ± 7,03 cm. Tinggi pundak kambing Kacang jantan dewasa adalah 56,33 ± 4,44 cm dan kambing Kacang betina dewasa 55,62 ± 4,2 cm. Lebar dada kambing Kacang jantan dewasa adalah 15,00 + 2,65 cm dan kambing kacang betina 11,61 + 2,14 cm ( Batubara et. al., 2011 ). Mulyono dan Sarwono (2008) yang menyatakan rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari.

Rahardian (2014) menyatakan bahwa panjang badan kambing Kacang jantan mengalami pertumbuhan cepat pada umur 3-6 bulan. Pertumbuhan lingkar dada merupakan perkembangan dari otot yang melekat pada tulang rusuk (Permatasari et. al., 2013).

Menurut Sutiyono et. al., (2006) bahwa lingkar dada mengalami pertumbuhan ke arah samping. Menurut ( Rahim et. al., 2012) bahwa kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dengan bobot badan kambing jantan dapat mencapai 36 kg dan betina mencapai 30 kg. Persentase karkas berkisar antara 47,40 –51,30 %.

Untuk mengetahui Bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan (Prahadian, 2011). Namun diperlukan alat yang tidak mudah dalam hal transportasi dan pelaksanaan penimbangannya, oleh karena itu diperlukan cara yang lebih mudah yaitu dengan metode pendugaan bobot badan dari ukuran-ukuran tubuh ternak (Musa et. al., 2012). Metode pendugaan ini memiliki keunggulan dalam hal kepraktisan, akan tetapi memiliki kendala dengan tingkat akurasi pendugaannya terutama dalam konteks ternak-ternak lokal di Indonesia (Gunawan et. al., 2011).

(6)

8 Menurut Batubara et. al., (2012) bahwa karakter morfologi yang khas kambing Kacang memiliki postur tubuh kecil dan cenderung pendek, warna bulu umumnya putih, hitam, coklat, atau kombinasi ketiganya, kepala ringan dan kecil dengan profil hidung lurus, tanduk kambing jantan maupun betina memiliki tanduk 8 – 10 cm yang berbentuk pedang, melengkung ke atas sampai ke belakang, telinga berukuran sedang, selalu bergerak, tidak tergantung tetapi tegak, leher pendek dan memberi kesan tebal dan tegap, ekor kecil dan tegang, ambing kecil dengan konformasi baik dengan puting yang besar, punggung: lurus dan pada beberapa kasus terlihat agak melengkung dan memberi kesan makin ke belakang makin tinggi sampai pinggul, tinggi badan jantan 50 – 60 cm dan betina 45 – 55 cm, bobot tubuh kambing jantan dewasa ± 25 kg, dan betina dewasa ± 20 kg, bulu pendek pada seluruh tubuh kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang garis leher, pundak, punggung sampai ekor, janggut tumbuh dengan baik pada kambing jantan, namun pada betina dewasa tidak begitu lebat. Pengetahuan dan informasi tentang ukuran vital tubuh, diharapkan dapat menjadi pedoman untuk usaha sedini mungkin dalam meningkatkan produktivitas ternak lokal di Indonesia (Daija et. al., 2010).

2.4. Keunggulan Kambing Kacang

Kambing Kacang sifatnya lincah, tahan terhadap berbagai manajemen pemeliharaan, dan mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan yang beragam, dan diduga juga lebih resisten terhadap infeksi parasit saluran pencernaan (Batubara, 2006). Kambing Kacang bersifat prolifik atau sering melahirkan anak kembar, dengan persentase kelahiran anak tunggal 44,9%, kembar dua 52,2%, dan kembar tiga 2,6% (Sarwono, 2002).

Kambing Kacang merupakan jenis kambing dengan populasi terbanyak. Jenis kambing ini memiliki bobot tubuh dan kapasitas tumbuh yang rendah, dan kambing dengan tipe prolifik (Astuti, 1984). Bangsa kambing ini tidak memiliki karakter ideal sebagai penghasil daging. Namun rumpun kambing ini memiliki daya tahan terhadap berbagai macam penyakit tahan terhadap fluktuasi ketersediaan dan mutu pakan dan air serta tahan terhadap perubahan temperatur, kelembapan dan pengaruh iklim ekstrem lainnya.

(7)

9 Sifat fenotip dapat dilihat dari karakteristik penampilan dari ternak tersebut (Muzani et, al., 2014). Menurut Rasminati (2013) dan (Zein et. al., 2012) bahwa ukuran-ukuran tubuh kambing PE induk di daerah pantai secara umum lebih rendah dibandingkan di daerah pegunungan akibat perbedaan kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi. Sedangkan pada ternak kambing Kacang tidak banyak perbedaan karakteristik penampilan yang di pelihara pada dataran tinggi, sedang, dan rendah karena kambing kacang memiliki kemampuan beradaptasi dengan iklim tropis indonesia dan juga memiliki kelebihan dalam kemampuan berproduksi dengan bagus.

2.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Ternak

Yani dan Purwanto (2006) menyatakan penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang cukup dominan dalam mempengaruhi produktivitas ternak adalah iklim terutama iklim mikro yaitu suhu, kelembaban udara, radiasi dan kecepatan angin.

Adanya perbedaan ketinggian tempat antara dataran tinggi dengan dataran rendah dapat mempengaruhi performans dari ternak . Hal ini disebabkan karena ketinggian tempat erat hubungannya dengan suhu dan kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan lama penyinaran, sedangkan faktor faktor iklim ini secara nyata mempengaruhi respon fisiologis ternak (Yusuf 2007).

Selain dari faktor genetik, faktor lingkungan dapat mempengaruhi ternak melalui dua cara, yaitu 1) secara tidak langsung yaitu mempengaruhi hijauan (pakan) dan selanjutnya mempengaruhi pasokan makanan dan air serta pola penyakit. 2) mempengaruhi secara langsung yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan lama penyinaran, namun dari semua pengaruh lingkungan pada ternak cekaman panas biasanya yang paling berpengaruh (Devendra dan Faylon, 1989).

Tjasyono (2004) pengaruh iklim pada umumnya secara tidak langsung berpengaruh terhadap performans dan pertumbuhan pada hewan ternak melalui hijauan pakan ternak sebagai sumber pakan. Unsur unsur iklim di sini antara lain curah hujan, suhu, angin, sinar matahari, kelembaban, dan evapotranspirasi. . Faktor-faktor iklim tersebut pada musim hujan dan musim kemarau sangat berbeda, sehingga juga akan berpengaruh terhadap penampilan ternak.

(8)

10 Menurut Ramdan (2007) menyatakan bahwa peningkatan suhu dan kelembaban lingkungan dapat menyebabkan penurunan terhadap konsumsi pakan sehingga semakin tinggi suhu dan kelembaban udara pada suatu tempat cenderung menurunkan produktivitas ternak, produktivitas terutama pertambahan bobot badan yang lambat disebabkan oleh tidak efisiennya penggunaan energi untuk pertumbuhan, karena sebagian energi tersebut banyak digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisiologis diantaranya respirasi.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

Pemberian ekstrak patikan kebo dosis 10 mg/mencit/hari dan dosis 20 mg/mencit/hari dapat menurunkan secara bermakna derajat inflamasi bronkus pada mencit Balb/C model

Pennasalahan utama dalam mengembang- kan industri sapi perah di Jawa Tengah saat ini adalah keterbatasan sumberdaya dan lemahnya manajemen usaha (produksi, reproduksi dan pasca

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, faktor biaya menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan yang cukup besar pengaruhnya. Untuk proyek yang melibatkan dana dalam jumlah

Peranan praktikan adalah sebagai Design Specialist yang bertanggung jawab untuk merancang infografis untuk keperluan publikasi dan operasional LAPOR!, seperti

Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti, sementara dalam teks media, makna