• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Efektivitas Aplikasi Biochar Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas

Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Devi Andriani Luta

Program Studi Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Sumatera Utara

Abstrak

Bawang merah merupakan salah satu komoditas utama sebagai penyumbang inflasi, dimana bawang merah memiliki peran strategis dalam perekonomian khususnya di Provinsi Sumatera Utara, dalam meningkatkan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi biochar terhadap pertumbuhan dan produksi tiga varietas bawang merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu varietas (bima, super philip dan medan lokal samosir) dan biochar (0 g/plot, 400 g/plot dan 800 g/plot). Parameter yang diamati yaitu panjang daun (cm), bobot basah umbi per plot (g) dan bobot kering umbi per plot (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian biochar dengan dosis 800 g/plot lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Varietas bima menghasilkan pertumbuhan panjang daun tertinggi untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan varietas Super Philip dan Medan Lokal Samosir namun produksi varietas Super Philip menghasilkan bobot basah umbi perplot dan bobot kering umbi per plot tertinggi dibanding varietas Bima dan Medan Lokal Samosir.

Kata Kunci: Bawang merah, Biochar, Pertumbuhan, Produksi, Varietas, Bawang merah

Pendahuluan

Tanaman hortikultura unggulan seperti bawang merah telah diusahakan oleh petani secara intensif. Bawang merah termasuk ke dalam kelompok komoditi hortikultura rempah dan berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Beberapa wilayah di Indonesia tanaman bawang merah merupakan sumber pendapatan bagi petani dan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pengembangan ekonomi (Balitbangtan, 2006).

Bawang merah merupakan komoditi unggulan nasional yang bernilai ekonomi tinggi dan juga salah satu komoditas pertanian strategis (Fauziah et al., 2016; Aqlima et al., 2017). Menurut BPS (2015) Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2017 berproduksi bawang merah

(2)

sekitar 7,7 ton/Ha dengan produktivitas 16.103 ton per hektar. Pemerintah memberikan perhatian prioritas pada komoditas bawang merah melalui program untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sepanjang waktu agar tidak terjadi gejolak harga di pasaran, salah satu komoditas hortikultura yang kerap menimbulkan inflasi secara terus menerus pada akhir-akhir ini yaitu bawang merah

Menurut Luta, et.al. 2019 bahwa berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman bawang merah adalah dengan penggunaan varietas yang unggul dan aplikasi bahan organik sebagai pembenah tanah. Tanah memegang peranan penting terhadap pertumbuhan khususnya tanaman bawang merah. Pertumbuhan yang baik akan mencapai produksi yang maksimal.

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat seperti morfologi, fisiologi, sitologi, kimia dan lain-lain (Allard, 2005). Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha pengelolaan teknik budidaya tanaman adalah varietas karena untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetik pada varietas. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai.

Menurut Sumarni dan Hidayat (2005) ada beberapa varietas atau kultivar yang berasal dari daerah-daerah tertentu, seperti Bima, Lampung, Maja, Super Philip, Medan dan sebagainya di mana varietas yang satu sama lain memiliki perbedaan yang jelas. Perbedaan produktivitas dari setiap varietas/kultivar tidak hanya bergantung pada sifatnya, namun juga banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi daerah. Varietas Bima memiliki bentuk umbi lonjong, bercincin kecil pada leher cakram dengan potensi produksi 9,9 ton/ha. Varietas Super Philip memiliki aroma umbi yang kuat dan sangat digemari dengan potensi produksi 17,6 ton/ha. Varietas Medan yang berasal dari spesifik lokasi Samosir memiliki bentuk umbi yang bulat dengan ujung meruncing, dengan potensi produksi 7,4 ton/ha (Suwandi dan Sartono, 1996).

Melihat banyaknya sampah hasil panen tanaman padi seperti sekam padi dibiarkan begitu saja tanpa ada pengolahan lanjutan, maka kita dapat memanfaatkan sampah hasil panen dari tanaman padi seperti arang sekam pada padi sebagai pengganti pembenah tanah dan merupakan salah satu langkah dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia dan perbaikan sifat tanah Selain itu dapat juga mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh sampah tersebut misalnya pencemaran air dan pencemaran udara. Menurut Glaser, et., al (2001) bahwa bahan pembenah tanah yang telah lama dikenal dalam bidang pertanian yang berguna untuk meningkatkan produktivitas tanah disebut biochar. Limbah-limbah pertanian

(3)

dan perkebunan seperti sekam padi, tempurung kelapa, kulit buah kakao, serta kayu-kayu yang berasal dari tanaman hutan industri merupakan bahan utama untuk pembuatan biochar.

Biochar/arang yang mengandung karbon tinggi dan dapat diaplikasikan sebagai pembenah tanah (Nurida, 2014). Biochar bersifat stabil selama ratusan hingga ribuan tahun bila dicampur ke dalam tanah dan mampu mensekuestrasi karbon dalam tanah (Fraser, 2010). Biochar dari sekam padi mengandung Kandungan silika yang tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Septiani, 2012). Tingginya kandungan unsur hara silika yang ada pada arang sekam padi tersebut diharapkan mampu menyediakan kebutuhan hara pada bawang merah. Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman yang membutuhkan banyak silika. Silika memegang peranan penting dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan beberapa parameter penentu kualitas nutrisi tanaman sayuran.

Berdasarkan uraian diatas maka saya tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi biochar terhadap pertumbuhan dan produksi tiga varietas bawang merah.

Metodologi

Penelitian di laksanakan di Medan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan Maret- Mei 2018. Bahan yang digunakan yaitu umbi bawang merah varietas bima, super philip dan samosir dan biochar dari sekam padi. Penelitian ini menggunakan Rancangan acak kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu varietas (bima, super philip dan medan lokal samosir) dan faktor kedua yaitu biochar (0 g/plot, 400 g/plot dan 800 g/plot).

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan lahan penelitian, pembuatan plot, pengaplikasian berbagai dosis biochar pada waktu 1 minggu sebelum penanaman, penanaman tiga varietas bawang merah, pemeliharaan seperti penyiraman, pengelolaan organisme pengganggu tanaman dan penyiangan gulma dan pemanenan. Pengamatan yang diamati berupa panjang daun (cm), bobot basah umbi per plot (g) dan bobt kering umbi per plot (g). Data observasi dianalisis statistik menggunakan analisa sidik ragam. Jika terdapat pengaruh yang positif dari faktor tersebut maka analisis data dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) level 5%.

(4)

Hasil dan Pembahasan

A. Panjang daun (cm)

Hasil sidik ragam secara statistik menunjukkan bahwa pengamatan panjang daun (cm) tiga varietas bawang merah akibat aplikasi biochar terhadap pertumbuhan dan produksi pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang Daun (cm) Tiga Varietas Bawang Merah pada Umur 2-4 MST terhadap Aplikasi Biochar

Varietas Biochar Rataan

S0 S1 S2

2 MST

B1 (Bima) 61,3 59,8 59,5 20,1 a

B2 (Super Philip) 43,3 38,1 43,7 13,9 b

B3 (Medan Lokal Samosir) 29,9 38,1 41,9 12,2 c

Rataan 14,9 15,1 16,1 3 MST B1 (Bima) 73,9 73,3 75,6 24,7 a B2 (Super Philip) 54,5 48,1 53,5 17,3 b B3 (Samosir) 46,4 48,3 56,9 16,8 b Rataan 19,4 18,8 20,7 4 MST B1 (Bima) 86,3 85,9 87,3 28,8 a B2 (Super Philip) 67,3 58,4 68,5 21,6 b B3 (Samosir) 54,9 57,6 65,8 19,8 c Rataan 23,2 22,4 24,6

Keterangan : Bilangan yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata menurut Duncan pada level 5%

Tabel 1 dapat terlihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap panjang daun. Daun terpanjang terdapat pada varietas bima yaitu 28,8 cm dan terpendek pada varietas medan lokal samosir yaitu 19,8 cm.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa varietas memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap parameter panjang daun (cm). Perbedaan respon yang ditunjukkan akibat perbedaan varietas, diduga karena adanya perbedaan sifat genetik dari ketiga varietas bawang merah. Perbedaan sifat genetik menyebabkan perbedaan efektivitas ketiga varietas terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga aktivitas pertumbuhan. Varietas bima menunjukkan berbeda nyata terhadap varietas super philip dan medan lokal samosir pada parameter panjang daun. Hal ini menunjukkan adanya keragaman genetik dari tiap varietas. Sifat genetik dari varietas itu sendiri terjadi perbedaan dalam panjang daun yang dimiliki masing-masing varietas. Akibat adanya pengaruh genetik dan pengaruh lingkungannya dimana keragaman penampilan tanaman terjadi (Ramija, et.al., 2010). Hal ini sesuai dengan

(5)

pernyataan dari Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan akibat sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan keduanya akan menyebabkan keragaman penampilan terjadi antar varietas.

B. Bobot basah umbi per plot (g)

Hasil analisa sidik ragam secara statistik menunjukkan bahwa pengamatan bobot basah umbi per plot (g) tiga varietas bawang merah akibat aplikasi biochar terhadap pertumbuhan dan produksi pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot Basah Umbi per Plot (g) Tiga Varietas Bawang Merah terhadap Aplikasi Biochar

Varietas Biochar Rataan

S0 S1 S2

B1 (Bima) 2151,3 2401,4 2280,0 759,2 a

B2 (Super Philip) 2137,3 2330,8 2553,7 780,2 a

B3 (Medan Lokal Samosir) 1256,6 1354,2 1293,1 433,8 b

Rataan 616,1 676,3 680,8

Keterangan : Bilangan yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata menurut Duncan pada level 5%

Tabel 2 dapat terlihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Bobot basah umbi per plot terbesar terdapat pada varietas super philip yaitu 780,2 g tidak berbeda nyata pada varietas bima yaitu 759,2 g dan terkecil pada varietas medan lokal samosir yaitu 433,8 g. Pemberian biochar 800 g/plot (S2) memberikan rataan bobot basah umbi per plot lebih tinggi dibandingkan biochar 400 g/plot (S1). Hal ini terjadi karena bias langsung tersedia oleh tanaman. Semakin banyak biochar yang diberikan akan semakin tinggi bobot umbi. Menurut Damanik, et.al., (2010) pemberian bahan organik bila dipakai secara tepat akan mengendalikan, mendukung dan mengisi satu sama lain di dalam tanah.

Varietas super philip memiliki produksi lebih tinggi dibanding varietas bima dan medan lokal samosir. Keberhasilan peningkatan produksi sangat tergantung kepada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi seperti varietas unggul baru berdaya hasil dan berkualitas tinggi, penyediaan benih bermutu serta teknologi budidaya yang tepat (Subandi, 1990) Sesuai dengan deskripsi dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (2000) bahwa varietas super philip mampu menghasilkan 9-18 umbi per rumpun dengan potensi produksi 17,6 ton/ha. Sedangkan varietas samosir hanya mampu berproduksi 7,4 ton/ha.

(6)

C. Bobot kering umbi per plot (g)

Hasil analisa sidik ragam secara statistik menunjukkan bahwa pengamatan bobot kering umbi per plot (g) tiga varietas bawang merah akibat aplikasi biochar terhadap pertumbuhan dan produksi pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot Kering Umbi per Plot (g) Tiga Varietas Bawang Merah terhadap Aplikasi Biochar

Varietas Biochar Rataan

S0 S1 S2

B1 (Bima) 1556,4 2020,2 1864,4 604,6 a

B2 (Super Philip) 1505,0 1913,0 2115,0 614,8 a

B3 (Medan Lokal Samosir) 901,0 920,0 968,0 309,9 b

Rataan 440,3 539,2 549,7

Keterangan : Bilangan yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata menurut Duncan pada level 5%

Tabel 3 dapat terlihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Bobot kering umbi per plot terbesar terdapat pada varietas super philip yaitu 614,8 g tidak berbeda nyata pada varietas bima yaitu 604,6 g dan terkecil pada varietas medan lokal samosir yaitu 309,9 g. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa varietas memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap parameter bobot kering umbi per plot (g). Perbedaan respon yang ditunjukkan akibat perbedaan varietas, diduga karena adanya perbedaan sifat genetik dari ketiga varietas bawang merah. Perbedaan sifat genetik menyebabkan perbedaan efektivitas ketiga varietas terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga aktivitas pertumbuhan dan produksi yang ditunjukkan berbeda.

Aplikasi biochar 800 g/plot (S2) memberikan rataan produksi bobot basah umbi per plot dan umbi kering plot lebih tinggi dibandingkan 0 g/plot (S0) dan 400 g/plot (S1) dan Varietas super philip dan bima menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Hal ini menunjukkan bahwa varietas tanaman memiliki kepekaan berbeda terhadap ketersediaan hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zahrah (2011) yang menyatakan tanaman memiliki kepekaan dan batas dalam penyerapan hara untuk kebutuhan hidupnya. Bobot basah dan bobot kering umbi pada varietas super philip menunjukkan biochar bisa langsung tersedia oleh tanaman bawang merah. Semakin banyak biochar yang diberikan akan meningkatkan produksi bawang merah.

(7)

Kesimpulan dan Saran

Pemberian biochar dengan dosis 800 g/plot lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah. Varietas bima menghasilkan pertumbuhan panjang daun tertinggi untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan varietas super philip dan medan lokal samosir namun produksi varietas super philip menghasilkan bobot basah umbi perplot dan bobot kering umbi per plot tertinggi dibanding varietas bima dan samosir. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan aplikasi kompos dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada varietas bima dan super philip. Kompos berfungsi sebagai penyuplai unsur hara tanah sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki tanah secara fisik, kimiawi, maupun biologis. Secara fisik, kompos mampu menstabilkan agregat tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, serta mampu meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Secara kimiawi, kompos dapat meningkatkan unsur hara tanah makro maupun mikro dan meningkatkan efisiensi pengambilan unsur hara tanah. Sedangkan secara biologis, kompos dapat menjadi sumber energi bagi mikroorganisme tanah yang mampu melepaskan hara bagi tanaman.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kedua orang tua saya, dosen pembimbing saya dan teman – teman saya yang tidak bias saya sebutkan satu persatu.

Daftar Pustaka

Allard, R. W. (2005). Priciples of plant breeding. Jhon Wiley and Sons. New York.

Aqlima, B.S. Purwoko, S.H. Hidayat, D.Dinarti. (2017). Eliminasi onion yellow dwarf virus melalui kultur meristem tip pada bawang merah (Allium ascalonicum L.). J. Hort.

Indonesia.8(1): 22-30.

[Balitbangtan] Badan Litbang Pertanian. (2006). Prospek dan arah pengembangan agribisnis

bawang merah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Pertanian.

BPS. (2015). Sumatera Utara dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Sumatera Utara, Medan. http:www.bps.go.id

Damanik, M. M. B, Bachtiar, E. H. Fauzi, Sarifuddin, & Hamidah, H., (2010). Kesuburan

(8)

Fauziah, R., Susila, A.D., & Sulistyono, E. (2016). Budidaya bawang merah (Allium

ascalonicum L.) pada lahan kering menggunakan irigasi sprinkler pada berbagai

volume dan frekuensi. J. Hort. Indonesia.7(1): 1-8.

Fraser, B. (2010). High-tech charcoal fights climate change. Environ. Sci.Technol. 548. Luta, D. A, Siregar, M, & Ismail, D.. (2019). Peningkatan tanaman akibat aplikasi pembenah

tanah terhadap beberapa varietas bawang merah. Jurnal Agrium. 22 (1).

Nurida, N. L. 2014. Potensi pemanfaatan biochar untuk rehabilitasi lahan kering di Indonesia.

Jurnal Sumberdaya Lahan. :57-68.

Glaser. B., Haumaier, L., Guggenberger, G. & Zech, W (2001). The Terra Preta phenolmenon – A model for sustainable agriculture in the humid tropics,

Naturwissenschaften 88: 37-41.

Keputusan Menteri Pertanian. (2000). Deskripsi bawang merah varietas super Philip.

Lehmann, Gaunt, J., & Rondon, M. (2006). Biochar soil management on highly weathered soils in the humid tropics. p: 517-530 InBiological Approaches to Sustainable Soil Systems (Norman Uphoff et al Eds.). Taylor & Francis Group PO Box 409267 Atlanta, GA 30384-9267.

Lehmann, J, J.P. da Silva Jr, C. Steiner, T. T. Nehls, W. Zech & B. Glaser. (2003). Nutrient availability and leaching in an archaeological Anthrosol and a Ferralsol of the Central Amazon basin: fertilizer, manure and charcoal amendments. Plant and Soil 249:343-357.

Ramija, KE, Chairuman, N, & Harnowo, D. Keragaan dan Pertumbuhan Komponen Hasil dan Produksi Tiga Varietas Padi Unggul Baru di Lokasi Primatani Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 13 (1) : 42-51.

Septiani, D. (2012). Pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). Seminar Program Studi Hortikultura, Politeknik Negeri Lampung. Lampung.

Sitompul, S, M & Guritno, B. (1995). Analisis pertumbuhan tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Steiner, C. (2007). Soil charcoal amendments maintain soil fertility and establish carbon sink-research and prospects. Soil Ecology Res Dev, 1-6.

Subandi, I. M. (1990). Pemeliharaan dan teknologi peningkatan produksi jagung di Indonesia. Balitbang Tanaman. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sumarni, N. & Hidayat, A. (2005). Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Suwandi & Sartono, P. (1996). Varietas bawang merah di Indonesia. Monograf 5. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. ISBN : 979 : 8304-07-01

Zahra, S. (2011). Aplikasi pupuk bokashi dan NPK organik pada tanah ultisol untuk tanaman padi sawah dengan sistem SRI (System of Rice Intensification). Jurnal Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat apakah dalam pelaksanaannya sistem dan fasilitas parkir yang sudah tersedia dapat memenuhi kebutuhan atau menampung jumlah kendaraan yang akan menggunakan

Sedangkan malaikat lebih utama daripada lainnya dalam hal ini, baik karena mereka itu mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia, dan

Asesmen skema sertifikasi jabatan Desainer Grafis Muda (Junior Graphic Designer) direncanakan dan disusun untuk menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi

Jika dibandingkan dengan hasil regresi yang menyatakan bahwa UMR memiliki hubungan signifikan positif, hal ini dapat disebabkan karena Indonesia merupakan negara

Hasil dari penelitian ini yaitu membangun suatu sistem aplikasi Shipbroker berbasis web pada PT Samudera Perdana Transpotama, dengan adanya sistem ini user

a. Memahami dan mentaati peraturan Universitas, Sekolah Pascasarjana atau Fakultas, dan Program Studi serta berbagai persyaratan selama masa studi. Mahasiswa memiliki

Penelitian, pengembangan dan perakitan inovasi teknologi dan model usahatani lahan rawa pada tahun 2015 hingga 2019 terdiri atas 7 sub program prioritas, yaitu:

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan daerah