• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mishkin dan Stanley (2006:22) mengatakan bahwa capital market is a. and equity instruments are treaded. Pasar modal (capital market) merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mishkin dan Stanley (2006:22) mengatakan bahwa capital market is a. and equity instruments are treaded. Pasar modal (capital market) merupakan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pasar Modal

Mishkin dan Stanley (2006:22) mengatakan bahwa capital market is a financial market in which longer-term debt (maturity of greater than one year) and equity instruments are treaded. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang (obligasi), ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar uang dan pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang merupakan tempat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam. Tandelilin (2010:26) mengartikan pasar modal sebagai pasar yang mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Darmadji (2006:1) mengatakan bahwa pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memilliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fungsi fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan

(2)

maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak emiten (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana (investor) sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Syahyunan, 2013:143).

Pasar modal Indonesia didirikan pada tahun 1912 oleh pemerintah kolonial Belanda, namun kegiatan pasar modal terhenti pada tahun 1942 ketika invasi Jepang ke Indonesia. Pasar modal Indonesia baru mulai dibentuk kembali pada 10 Agustus 1977 dengan dibentuknya BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) dengan hanya memiliki 11 perusahaan yang listing di pasar sampai pada tahun 1987.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:3), berikut ini beberapa manfaat keberadaan pasar modal:

1. Menyediakan sumber pedanaan atau pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya divesifkasi

3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi Negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan

masyarakat menengah.

(3)

6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik.

7. Alternatif investasi yang memberikan keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan.

8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial.

9. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan menciptakan iklim berusaha yang sehat.

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada tanggal 1 Desember 2007. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS itu sendiri telah digantikan dengan system baru bernama JATS-NextG.

Tabel 2.1

Perkembangan Bursa Efek Indonesia dari masa ke masa Periode Perkembangan Bursa Efek

14 Desember 1992

Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

1914 – 1918

Bursa efek Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

1939 Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup karena isu Perang Dunia II.

(4)

Sumber: Syahyunan, 2013:144 2.1.2 Efisiensi Pasar

Reaksi pasar terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Konsep efisiensi pasar membahas bagaimana pasar merespon informasi-informasi yang masuk, dan bagaimana informasi-informasi tersebut selanjutnya bisa mempengaruhi pergerakan harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru. Pasar yang efisien (Tandelilin 2010:219) adalah harga pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi yang tersedia baik informasi dimasa lalu (misalkan laba perusahaan tahun lalu), maupun informasi saat ini (misalkan rencana kenaikan dividen tahun ini), serta informasi yang bersifat sebagai Periode Perkembangan Bursa Efek

1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II.

1952 Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali oleh Menteri Kehakiman dan Menteri keuangan. Instrument yang diperdagangkan adalah obligasi pemerintah RI (1950).

1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda, bursa efek semakin tidak aktif.

1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus

1977

Bursa efek diresmikan kembali oleh presiden Soeharto. Bursa Efek dijalankan di bawah Bapepam.

1977 – 1987 Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Sampai tahun 1987 jumlah emiten hanya 24.

10 November 1995

Pemerintah mengeluarkan undang-undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-unadang ini mulai berlaku Januari 1995.

1995 Bursa parallel Indonesia merger dengan bursa efek Surabaya. 2000 System perdagangan tanpa warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

2002 BEJ mulai mengaplikasikan perdaganga jarak jauh

2007 Penggabungan BES ke BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indoensia.

2 Maret 2009 Peluncuran perdana system perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

(5)

pendapat / opini rasional yang beredar di pasar yang bisa mempengaruhi perubahan harga (misalnya jika banyak investor di pasar yang berpendapat bahwa harga saham akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham yang cenderung naik).

Pasar yang efisien secara informasi menurut Bodie dkk (2008:478) adalah pasar dimana informasi dengan cepat akan tersebar dan tercermin pada harga saham. Oleh karena itu, pernyataan bahwa harga saham telah mencerminkan seluruh informasi yang tersedia disebut juga hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis-EMH).

Untuk memudahkan penelitian tentang efisiensi pasar, Fama (1970) dalam Tandelilin 2010:223 mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH), sebagai berikut:

1. Efisiensi dalam bentuk lemah (weak form). Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan, serta peristiwa di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.

2. Efisiensi dalam bentuk setengah kuat (semistrong form). Pasar efisien bentuk setengah kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dengan semua informasi yang

(6)

dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, kesulitan keuangan yang dialami perusahaan, dan peristiwa-peristiwa terpublikasi lainnya yang berdampak pada aliran kas perusahaan di masa datang). Pada pasar efisien bentuk setengah kuat, return tak normal hanya terjadi di seputar pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut.

3. Efisiensi dalam bentuk kuat (storng form). Pasar efisien dalam berntuk kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah semua informasi yang dipublikasikan ditambah dengan informasi yang tidak dipublikasikan. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.

Ketiga bentuk pasar efisien ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat.

sumber: Jogiyanto, 2003:375

Gambar 2.1 Tingkatan kumulatif dari ketiga bentuk pasar efisien

Pasar efisien bentuk kuat Pasar efisien bentuk setengah kuat

Pasar efisien bentuk lemah

(7)

Pengujian terhadap hipotesis pasar yang efisien menurut Tandelilin (2010:221) pada dasarnya bisa dibagi ke dalam tiga kelompok pengujian berdasarkan klasifikasi hipotesis pasar efisien yang akan diuji. Pengujian hipotesis pasar efisien bentuk lemah bisa diuji dengan melakukan prediktibilitas return. Pengujian hipotesis pasar efisien dalam bentuk setengah kuat bisa dilakukan dengan pengujian event study, untuk mengamati pengaruh pengumuman suatu informasi terhadap perubahan harga sekuritas. Sedangkan pengujian hipotesis dalam bentuk kuat bisa dilakukan dengan pengujian private information.

Ada beberapa kondisi yang harus terpenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien (Tandelilin, 2010:220), yaitu:

1. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan profit. Investor-investor tersebut secara aktif berpartisifasi di pasar dengan menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham. Di samping itu mereka juga merupakan price taker, sehingga tindakan dari satu investor saja tidak akan mampu mempengaruhi harga dari sekuritas.

2. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan cara yang murah dan mudah.

3. Informasi yang terjadi bersifat random.

4. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut.

(8)

Jika kondisi-kondisi tersebut terpenuhi maka akan terbentuk suatu pasar yang para investornya dengan cepat melakukan penyesuaian harga sekuritas ketika terdapat informasi baru di pasar (informasi ini terjadi secara random), sehingga harga-harga sekuritas di pasar tersebut akan secara cepat dan secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia.

2.1.3 Indeks LQ-45

Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (sebagian besar saham tidak aktif) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal. Oleh karena itu, pada tanggal 24 Februari 1997 dikenalkan alternatif indeks yang lain, yaitu indeks likuid 45 (ILQ-45). Indeks LQ-45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan tanggal ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk hanya dari 45 saham saham yang paling aktif diperdagangkan.

Indeks LQ-45 terdiri atas 45 saham dengan tingkat likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan, yang dikenal dengan sebutan saham blue chip. Indeks LQ-45 adalah gambaran pergerakan naik turunnya harga 45 saham yang paling lancar (likuid) yang diperdagangkan di bursa efek dan diumumkan setiap hari pada saat penutupan sesi II transaksi perdagangan di Bursa Efek. Penetapan saham-saham perusahaan go-public yang masuk dalam kategori 45 saham terlikuid, dievaluasi dan ditetapkan setiap 6 (enam) bulan. Penetapan dan pengumuman indeks LQ-45 bertujuan untuk memberikan informasi kepada

(9)

investor bahwa saham-saham tersebut secara teoritis relatif risiko lebih kecil dibandingkan saham-saham di luar saham indeks LQ-45 (Simatupang, 2010:119).

Berikut ini kriteria-kriteria yang harus dipenuhi perusahaan agar masuk indeks LQ-45 (Ary, 2011:73) :

1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di Pasar Reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

3. Telah tercatat di BEJ selama paling sedikit 3 (tiga) bulan.

4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi, dan jumlah hari transaksi di Pasar Reguler tertingggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.

2.1.4 Abnormal Return

Menurut Jogiyanto (2003:433), efisiensi pasar diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data histories dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor dimasa mendatang.

Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal dalam waktu yang cukup lama. Abnormal

(10)

return adalah selisih antara return aktual dan return yang diharapkan (expected return) yang dapat terjadi sebelum informasi resmi diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi setelah informasi resmi diterbitkan.

Formula yang digunakan untuk menghitung abnormal return (Jogiyanto, 2003:434) adalah sebagai berikut :

Keterangan:

ARit = abnormal return saham i pada periode t

Rit = actual return saham i pada periode t

E(Rit) = expected return saham i pada periode t

Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2003:434) mengestimasi expected return menggunakan model estimasi mean adjusted model, market model dan market adjsuted model.

a. Model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model)

Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Model Mean Adjusted ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata realisasi sebelumnya selama periode estimasi.

Model ini dirumuskan dengan rumus sebagai berikut :

E[R it] = T t j   3 1 ij R Dimana :

(11)

R ij = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

T = lamanya periode estimasi

Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga periode pengamatan atau jendela peristiwa.

b. Model Pasar (Market Model)

Menghitung return ekspektasi dengan menggunakan metode market model (model pasar) dilakukan dengan 2 tahap, yaitu (1) membentuk ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ini dapat dibentuk menggunakan teknik regresi Ordinary Least Square dengan persamaan :

Rij = αi+ βi . Rmj + εij Dimana :

Rij = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

i

= Intercept untuk sekuritas ke-i

i

 = Koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i

Rmj = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus: RMj=(IHSGj-IHSGj-t)/IHSGj-1

Εij = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j c. Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model)

Model disesuaikan pasar menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut,

(12)

dengan menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

E(Ri,t) = RM,it Dimana:

E (Ri,t) = Expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

RM,it = Return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t 2.1.5 Volume Perdagangan (Trading Volume Activity)

Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish (Neni dan Mahendra, 2004) dalam Munawarah (2009).

Reaksi pasar modal terhadap suatu informasi dapat juga dilihat dengan Trading Volume Activity (TVA). Nurhaeni (2009) menyatakan bahwa Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar. Perhitungan Trading Volume Activity dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama (Nurhaeni, 2009:6) :

(13)

2.1.6 Event Study

Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas sering disebut dengan event study. Penelitian event study umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham.

Reilly dan Keith, 2006:176 mendefenisikan event study berfungsi untuk menguji tingkat abnormal return setelah pengumuman peristiwa ekomomi. (Event studies that examine abnormal rates of return for a period immediately after an announcement of a signifikan economic event, such as a stock split, a proposed merger, or a stock or bond issue, to determine whether an investor can derive above-average risk-adjusted rates of return by investing after the release of public information). Jogiyanto, 2003:410, menagtakan studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Sedangkan menurut Hadi (2006:211), event study adalah suatu penelitian yang meneliti dampak adanya suatu peristiwa tertentu terhadap sesuatu yang dipelajari. Studi peristiwa (event study) menggambarkan suatu teknik riset keuangan empiris yang memungkinkan seseorang pengamat menilai dampak dari suatu peristiwa terhadap harga saham perusahaan (Bodie dkk, 2008:491).

Banyak peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar begitu peristiwa itu terjadi. Peristiwa-peristiwa itu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Peristiwa corporate action, seperti split, right issue, warrant, saham bonus, saham dividen, dan dividen tunai, mempunyai pengaruh terhadap harga saham

(14)

tetapi lamban. Peristiwa insidential, yaitu yang tidak terulang kembali setiap tahun tetapi dapat terjadi sewaktu-waktu, berdampak seketika dan drastis terhadap harga saham. Peristiwa insidential ini mencakup ledakan bom, kerusuhan massa dalam pergantian predisen, terjadi peperangan yang dilakukan oleh negara besar, embargo ekonomi, dan kenaikan harga bahan bakar internasional.

Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumya, diantaranya:

1. Penelitian Pronayuda (2006), yaitu analisis tentang reaksi pasar modal terhadap peristiwa pengumuman kabinet Indonesia bersatu dilihat dari abnormal return dan trading volume activity, menyimpulkan bahwa peristiwa pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu mempengaruhi perubahan-perubahan di Bursa Efek Jakarta apabila dilihat dari sisi aktivitas perdagangan. Dengan kata lain bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini BEJ) bereaksi terhadap peristiwa pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu yang terlihat dari adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity)

(15)

sebelum dan setelah pengumuman bagi perusahaan yang memiliki market kapitalisasi besar.

2. Ghoniyah dkk (2008) meneliti tentang reaksi pasar modal Indonesia terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah. Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa pasar bereaksi tetapi tidak signifikan terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah. Dengan kata lain bahwa penerbitan obligasi syariah tidak memuat kandungan informasi (information content) yang bermakna (good news) bagi investor.

3. Nurhaeni (2009), melakukan penelitian untuk melihat dampak pemilihan umum legislatif tahun 2009 terhadap abnormal return dan aktivitas volume perdagangan saham yang terdaftar di BEI, yaitu saham-saham dalam indeks LQ-45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa pemilu legislatif 2009 mempengaruhi perubahan-perubahan di Bursa Efek Indonesia apabila dilihat dari sisi aktivitas perdagangan. Dengan kata lain bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini BEI) bereaksi terhadap peristiwa pemilu legislatif 2009 yang terlihat dari adanya perbedaan rata abnormal return dan rata-rata aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity) sebelum dan setelah peristiwa pemilu legislatif 2009.

4. Penelitan oleh Angelovska (2011) tentang pengaruh peristiwa politik pada pasar modal Macedonia, yang menganalisis reaksi pasar modal terhadap tiga peristiwa politik. Hasil peneltian menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap ketiga peristiwa politik. Akan tetapi, tidak ada perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan setelah perisitwa.

(16)

5. Penelitian oleh Ling-Chun Hang (2011) tentang pengaruh pemilihan presiden terhadap pasar modal Taiwan, yang meneliti tiga periode pemilihan presiden dari tahun 2000 sampai 2008, baik untuk pemilihan dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abnormal return sama pada ketiga pemilihan presiden tahun 2000 sampai 2008.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Nezerwe (2013), yang meneliti hubungan antara dua pemilihan presiden dengan return saham di Egypt. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kedua pemilihan presiden memiliki pengaruh positif terhadap return saham di Egypt.

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu No . Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Teddy Pronay uda (2006) Analisis Reaksi Pasar terhadap Pengumuma n Kabinet Indonesia Bersatu Abnormal Return dan Trading Volume Activity Uji Statistik Beda Dua Rata-rata

Hasil penelitian melalui pendekatan harga saham tidak bereaksi terhadap pengumuman Kabinet Indonesia bersatu, tetapi bereaksi terhadap peristiwa pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu dilihat dari adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan. 3. Nunung Ghoniy ah, Mutami mah, Jenar Widaya ti (2008) Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Pengumuma n Penerbitan Obligasi Syariah Abnormal Return dan Trading Volume Activity One Sample T-Test dan Paired Sample T-Test

Pasar bereaksi tetapi tidak signifikan terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah.

(17)

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 4. Nunung Nurhaen i (2009) Dampak Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 2009 terhadap Abnormal Return dan Aktivitas Volume Perdagan gan Saham di BEI Abnormal Return dan Trading Volume Activity Paired Sample T-Test

Pasar modal bereaksi terhadap peristiwa pemilu legislatif

2009 yang terlihat dari adanya perbedaan rata-rata abnormal return dan rata-rata

aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity) sebelum dan setelah

peristiwa pemilu legislatif 2009.

5. Ling-chun Hung (2011) The presidenti al Election and The Stock Market in Tiwan. Abnormal return OLS regressio n

Perilaku abnormal return sama pada ketiga pemilihan presiden dari tahun 2000 sampai tahun 2008, yang menandakan bahwa pejabat partai tidak berperan pada pergerakan pasar modal.

6. Y van Nezerw e (2013) Presidenti al Elections and Stock Return in Egypt Stock Return OLS Regressio n

Dari dua persitiwa pemilihan presiden yang diteliti, keduanya memiliki pengaruh positif pada return saham di Egypt.

Sumber: Beberapa jurnal 2.3 Kerangka Konseptual

Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin,2010:103). Tingkat keuntungan (return) yang diharapkan investor tidak selalu sama dengan return yang diterima. Selisih antara return yang diharapkan investor atas investasinya dengan return aktual yang diterima disebut abnormal return. Nurhaeni (2009) mengatakan bahwa

(18)

abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan pengharapan.

Ada tidaknya abnormal return yang diterima seseorang atau sekelompok orang akan digunakan untuk melihat reaksi investor atas suatu di dalam pasar modal. Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada para pelaku pasar.

Selain menggunakan abnormal return, reaksi investor atas suatu peristiwa dapat juga dilihat melalui pergerakan volume perdagangan saham. Trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar (Nurhaeni, 2009). Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (Neni dan Mahendra, 2004) dalam Munawarah (2009).

Peristiwa yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah peristiwa pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 9 Juli 2014 dan peristiwa pengumuman pemenang hasil pemilu oleh KPU 22 Juli 2014. Peneliti ingin melihat ada tidaknya abnormal return signifikan disekitar peristiwa, mulai tanggal 4 – 22 Juli 2014, ada tidaknya perbedaan abnormal return dan perbedaan aktivitas volume perdagangan yang signifikan tiga hari sebelum dan tiga setelah peristiwa

(19)

pilpres 2014, dan ada tidaknya perbedaan abnormal return dan perbedaan aktivitas volume perdagangan yang signifikan tiga hari sebelum dan tiga setelah peristiwa pegumuman pemenang pilpres oleh KPU 22 Juli 2014.

Gambar 2.2 merupakan gambar kerangka konseptual yang dikembangkan untuk penelitian ini.

Sumber: Munawarah, 2009, Nurhaeni, 2009 dan Tandelilin, 2010 Gambar 2.2 Kerangka konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang pada bab sebelumnya dan beberapa penelitian terdahulu pada Tabel 2.2, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Terdapat rata-rata abnormal return signifikan di sekitar peristiwa pilpres RI 2014 dan peristiwa pengumuman pemenang pemilu RI oleh KPU, yaitu mulai Peristiwa

Politik

Abnormal Return dan TVA Sebelum dan Setelah

Pengumuman Pemenang Pilpres RI 2014 oleh KPU

Abnormal Return dan TVA Sebelum dan Setelah

Pilpres RI 2014

Abnormal Return dan TVA Sebelum dan Setelah Pengumuman Pemenang Pilpres RI 2014 oleh KPU Abnormal Return dan TVA

Sebelum dan Setelah Pilpres RI 2014

(20)

H2 : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham LQ-45 yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa Pilpres RI 2014.

H3 : Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham LQ-45 yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa Pilpres RI 2014.

H4 : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham LQ-45 yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa pengumuman pemenang Pilpres RI 2014 oleh KPU.

H5 : Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan saham LQ-45 yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa pengumuman pemenang Pilpres RI 2014 oleh KPU.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengolahan data yang berkaitan tentang kegiatan administrasi, khususnya administrasi dan pembelajaran, :DKLG¶V &ROOHJH melakukan pengolahan data administrasi

Penelitian ini mendiskripsikan tentang adanya stigma masyarakat tentang pekerjaan SPG rokok, serta makna dan respon terhadap stigma negatif masyarakat, Tanggapan yang di

Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA), Current Ratio (CR), Total Asset Turnover (TATO), Price Earning Ratio (PER), dan Volume Perdagangan Terhadap Harga Saham Pada Sektor

Membuat media perancangan Website Interaktif Pembelajaran Menggambar Komodo Dragon yang menarik bagi anak-anak usia 9-12 tahun, serta masyarakat, untuk

Klasifikasi ancaman kebakaran hutan dan lahan setiap kecamatannya, selanjutnya di Super Impose atau overlay dengan data permukiman RTRW 2010-2030 serta pemanfaatan ruang dengan

Pengkukuran menggunakan jangka sorong dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan diukur (lihat Gambar 1.2 ). Beberapa macam jangka sorong

Menimbang, bahwa relaas pemberitahuan untuk mempelajari berkas perkara yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Pematang Siantar pada tanggal 22 Juni 2016,

pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian hukum ini adalah metode pendekatan hukum yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang