• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN USAHADAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELAYAKAN USAHADAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN

KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG

SOENARTO

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakandengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir yang berjudul :

Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar Kabupaten

Karawang

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya endiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2011

Soenarto F352074165

(3)

iii

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(4)

iv

SOENARTO. Feasibility Study and the Development Strategy of Nil Tilapia Farmer Groups in Gemah Parahiyangan Karawang District. Supervised by KOMAR SUMANTADINATA (Committee Chairman), and MUHAMMAD SYAMSUN (member).

Recently nil tilapia (Oreochromisniloticus) cultures are being practiced in floating net cages, brackish water ponds and running water ponds. Rapid development of nil tilapia culture area in Bekasi, Karawang and Purwakarta Districts required a lot of nil tilapia fries. In parallel, nil tilapia hatcheries are developed in many areas, especially the small scale hatcheries.

Nil tilapia hatcheries are very profitable due to the low capital, simple technology and relatively short time culture period. Nil tilapia culturists are grouped at least into 3 segments, namely (i) breeding farmers, (ii) first nursery farmers and (iii) secondary nursery farmers. Breeding farmers, first nursery farmers and secondary nursery farmers produce 1,5-1,7 cm, 2-4 cm and 5-7 cm fries, respectively.

The objectives of the study are (i) to identify the internal and external factors of the nil tilapia farmer groups, (ii) to examine the economic feasibility of nil tilapia farmer groups, and (iii) to look for alternative development strategic for nil tilapia nil tilapia farmer groups.

Required data and information are collected by interviewing nil tilapia breeder and farmers which are the members of Gemah Parahiyangan (GP) nil tilapia farmer groups. Data are analyzed using simple economics analysis such as net Benefit Cost Ratio (BC ratio), Pay Back Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Break Even Point (BEP). Development strategic is analyzed using Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) Analysis.

The results showed that (i) Discount Factor is 20% per year, (ii) BC ratio is 1,06, (iii) PBP is 338,4 days (11 months and 8,4 days) or equals to 4 cycles, (iv) NPV is Rp 1.950.102, (iv) IRR is 29,67%, and (v) BEP is 145.840 fries per cycle at selling price of Rp 63,00 per fry. Based on the analyzed data, it can be said that the nil tilapia farmer groups are profitable. SWOT Analysis suggested that best development strategic is (i) to establish collaboration work with fish feed industry, (ii) to extend the pond areas and (iii) to develop efficient nil tilapia production system.

In the future, there should be a program on fisheries human resources capacity development especially on the nil tilapia farmer groups. In order to increase the aquaculture productivity, the government through District Fisheries Services should play a role to motivate, to escort and to train the fish farmers.

(5)

v

SOENARTO. Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila Pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang. Di bawah bimbingan KOMAR SUMANTADINATA sebagai Ketua dan MUHAMMAD SYAMSUN sebagai Anggota.

Kebutuhan benih ikan nila saat ini semakin meningkat, khususnya di daerah Bekasi, Karawang,dan Purwakarta. Penyebab peningkatan kebutuhan ini adalah bertambah luasnya lahan-lahan budidaya ikan nila skala usaha pembesaran dan karena semakin berkembangnya teknologi budidaya ikan nila baik di kolam air deras, keramba jaring apung serta budidaya ikan nila pada tambak-tambak air payau.Usaha pembenihan ikan nila merupakan skala usaha berorientasi profit dengan kurun waktu yang tidakterlalu lama kurang lebih 2 bulan dalam masa operasionalnya, dimana usaha pembenihan ikan nila terdapat segmentasi usaha diantaranya segmen pembenihan untuk menghasilkan larva atau benih ukuran 1,5-1,7 cm, pendederan I menghasilkan benih ukuran2-4 cm, dan pendederan II menghasilkan benih ukuran5-7 cm. Kajian ini bertujuan untuk : (1) Mengkaji kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan; (2) Mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan; (3) Menyusun strategi yang tepat dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.

Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2010. Tahap pengolahan data sampai penyelesaian akhir laporan penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan Maret 2011. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primerberupa karakteristik dan kinerja anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penghasil benih ikan nila, pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan unit usaha pembenihan ikan nila, biaya produksi dan penerimaan, persepsi pakar atas faktor – faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan nila sebagai bahan perumusan strategi pengembangan usaha. Seluruh data tersebut diperoleh dari penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti langsung dari sumbernya. Cara pengumpulan data primer diperoleh dengan cara : (1) Interview yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab antara dua pihak, dimana satu pihak sebagai pencari informasi sedang pihak lainnya sebagai pemberi informasi baik secara lisan maupun tertulis. Sumber informasi adalah pihak-pihak yang berkompeten terhadap masalah yang ada. (2) Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti berupa kegiatan proses produksi dan pemasaran benih ikan nila.(3)

Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan terhadap obyek yang sedang diteliti kepada pihak

yang terkait langsung dengan penelitian, seperti Pembenih Ikan Nila anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pendeder I, Pendeder II, Pembudidaya Pembesaran Ikan Nila, Pabrik Pakan, Instansi Pemerintah Pusat dan daerah di bidang Kelautan dan Perikanan dan PerguruanTinggi STP. Responden ditingkat Kelompok

(6)

vi

sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder diperoleh dari Studi Kepustakaan (Library Research) yang merupakan dasar untuk memperkuat landasan teori dan merupakan cara pengumpulan data secara teoritis. Data tersebut diperoleh dari buku-buku maupun literatur, terutama yang berhubungan dengan karakteristik dan potensi produksi benih ikan nila.

Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah memperoleh data baik data primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui pendapatan/keuntungan usaha. Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Excel. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan melihat indikator-indikator kelayakan usaha seperti Break

Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP), dan Benefit Cost Ratio(BCR). Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan program Microsoft Excel. Analisis terhadap strategi pengembangan usaha dilakukan dengan analisis Strengths, Weaknesses, Oportunities dan Threats (SWOT). Tahapan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat, model yang dipakai adalah Matriks Faktor Strategik Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary atau EFAS) dan Matriks Faktor Strategik Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary atau IFAS). Kedua matriks ini diolah dengan menggunakan langkah berikut : (1) Identifikasi faktor internal dan eksternal, langkah awal dari identifikasi faktor internal, adalah mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Pertama, daftarkan kekuatan lalu kelemahan dari sisi SDM, organisasi, fasilitasi, modal, dan hubungan kemitraan. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan angka perbandingan. Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan, dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman. (2) Penentuan bobot setiap peubah, Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategik eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar. Pihak Manajemen atau pakar yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah Ketua Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pengelola/anggota kelompok, Manajer Pabrik Pakan, Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Karawang dan BalaiLayanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.(3) Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini. Setelah mendapatkan matriks internal dan eksternal lalu digabungkan menjadi matriks internal eksternal, setelah itu didapatkan untuk data ke matriks SWOT untuk menyusun faktor-faktor strategi.

Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, usaha pembenihan ikan nila menguntungkan, dikarenakan pada discount factor 20% per tahun didapatkan net B/C ratio 1,06 (> 1), PBP 0,94 tahun dan NPV Rp.1.950.102,- (> 0). Sedangkan nilai

(7)

vii

impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahan, maka potensi lahan mendukung pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode usaha yaitu 1 tahun.

Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, strategi yang paling efektif dilakukan adalah menjalin kemitraan dengan industri pakan, serta meningkatkan kapasitas lahan untuk peningkatan produksi dan pengembangan usaha. Untuk mengembangkan usaha di masa mendatang Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diharapkan dapat mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi mulai dari aspek produksi, sumber daya manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Tidak terlepas dari peran serta pemerintah, baik daerah maupun pusat mampu mendampingi, memotivasi dan membina secara berkelanjutan sehingga produksi dapat lebih meningkat lagi.

(8)

viii

USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA

PADA KELOMPOK TANI GEMAH PARAHIYANGAN

KECAMATAN CILEBAR KABUPATEN KARAWANG

SOENARTO

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional

pada Program Studi Industri Kecil Menengah

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

ix

Parahiyangan Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Nama Mahasiswa : Soenarto

Nomor Pokok : F352074165

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc Dr.Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr

(10)

x

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarny akepada :

1. Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir.

2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA, selaku penguji luar atas pengarahan, bimbingan dan dorongan selama proses studi di PS MPI.

4. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang memberikan bantuannya.

5. Alm. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat. Khusus Alm. Ayahanda inilah persembahan dari janji saya untuk menyelesaikan pendidikan S2 walaupun tidak sempat dilihat tapi saya yakin Bapak melihat di sana.

6. Istriku tercinta Dian Fitria dan calon anak kami, terima kasih atas dukungan dan semangatnya, yang merupakan inspirasi selama penyusunan Tugas Akhir ini selesai.

7. Kepala BLUPPB Karawang, teman-teman seperjuangan, dan adik-adik yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada kami dalam menempuh dan menyelesaikan studi.

8. Seluruhpihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(11)

xi

membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Juni 2011

(12)

xii

Penulis dilahirkan di Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 1 Desember 1980 dari Bapak Poniman (Alm.) dan ibu Hakika. Penulis merupakan putra kedua dari tujuh bersaudara. Pendidikan Diploma IV ditempuh di Program Studi Permesinan Perikanan pada Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, lulus pada tahun 2003. Penulis masuk Sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Industri Kecil Menengah pada bulan Desember tahun 2007 (Angkatan10).

Sejak tahun 2003, penulis memulai karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2009 penulis diberi amanah sebagai Kepala Seksi Pelayanan Teknik. Menikah pada Januari 2011 dengan Dian Fitria. Penulis ditugaskan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada unit Eselon I Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dengan penempatan di Direktorat Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (2003-2004), serta Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang (2004-sekarang).

(13)

xiii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... . xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan... 3 II.TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Deskripsi Ikan Nila ... 4

2.2 Pembenihan Ikan Nila ... 6

2.3 Pendederan Ikan Nila ... 10

2.4 Analisis Kelayakan ... 11

2.5 Analisis Strategi Pengembangan Usaha ... 14

III. METODE KAJIAN ... 17

3.1 Lokasi dan Waktu ... 17

3.2 Pengumpulan Data ... 17

3.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Keadaan Umum ... 29

4.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 30

4.3 Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan ... 60

Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA ………... 62

(14)

xiv

1. Ciri-ciri jantan dan betina pada ikan nila ... 6

2. Matriks SWOT ... 16

3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ... 23

4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan ... 23

5. Matriks IFE ... 24

6. Matriks EFE... .. 25

7. Matriks SWOT ... 27

8. Perhitungan biaya investasi ... 38

9. Komponen biaya operasional ... 39

10. Proyeksi laba rugi usaha ... 40

11. Faktor strategi internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan ... 48

12. Faktor strategi eksternal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan ... 50

13. Matriks SWOT ... 54

14. Tingkat kepentingan unsur SWOT ... 55

(15)

xv

No Halaman

1. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data... 19 2. Matriks Internal dan Eksternal …….……….………. 26 2. Matriks IE strategic Kelompok Tani Gemah Parahiyangan ………. 51

(16)

xvi

No Halaman

1. ... S arana dan prasarana ... 64 2. ... A

nalisa kelayakan usaha ... 65 3. ... K

ualitas air larva ... 67 4. ... K

ualitas air induk ... 68 5. ... P

ertumbuhan ikan nila ... 69 6. ... K

uesioner penelitian ... 70

7. ... I nformasi tentang kolam ikan Nila ... 80

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus)merupakan salah satu jenis ikan komoditas penting air tawar di Indonesia. Ikan nila digemari oleh masyarakat sebagai ikan konsumsi karena rasa dagingnya yang khas dan dalam membudidayakannya memiliki proses pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan nila merupakan salah satu usaha yang menguntungkan di kalangan masyarakat (Amri dan Khairuman, 2003).

Ikan nila berasal dari sungai Nil telah menyebar luas diseluruh dunia meliputi benua Amerika, Eropa, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia ikan nila mulai dikenal oleh pembudidaya ikan sebagai ikan konsumsi sejak tahun 1969.Ikan nila merupakan jenis ikan introduksi yang didatangkan ke Bogor pada tahun 1969, dari Taiwan. Nama nila yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan tahun (1972), diambil dari spesies ikan ini, yaitu Nilotica yang diubah menjadi Nila.

Kebutuhan benih ikan nila saat ini semakin meningkat, khususnya di daerah Karawang, Bekasi dan Purwakarta. Penyebab peningkatan kebutuhan ini adalah bertambah luasnya lahan-lahan budidaya ikan dan karena semakin berkembangnya teknologi budidaya ikan nila, baik di kolam air deras, jaring apung serta budidaya ikan nila pada tambak-tambak air payau. Untuk memenuhi kebutuhan benih nila tersebut diperlukan pasokan benih dalam jumlah yang cukup dengan mutu baik. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang pembinaan peningkatan produktivitas benih ikan air tawar, yang mampu mewujudkan usaha yang berdaya saing, ramah lingkungan dan efisien serta memberikan dampak perluasan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat luas khususnya di pedesaan.

Kelompok Tani yang bergerak dalam segmentasi usaha pembenihan ikan nila merupakan produsen benih ikan nila untuk merespon permintaan kebutuhan benih ikan nila yang semakin meningkat. Dengan potensi lahan

(18)

yang mendukung, yakni lahan-lahan bekas yang tidak produktif dijadikan lahan untuk pembenihan ikan nila.

Dalam mengembangkan pembenihan ikan nila, Kelompok Tani Gemah Parahiyangan telah bekerja sama dengan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yaitu Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang dalam menggunakan ikan Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) untuk memproduksi benih ikan nila berkelamin jantan (monosex jantan), sehingga pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ikan yang dampaknya dapat memberikan efisiensi usaha budidaya ikanNila.

Penyediaan benih secara berkelanjutan merupakan salah satu faktor terpenting dalam budidaya ikan nila, karena benih merupakan unsur mutlak dalam budidaya ikan Nila, maka upaya produksi benih pada panti-panti pembenihan perlu dikembangkan. Dengan adanya produksi benih, maka dapat disediakan benih tepat waktu dengan jumlah yang diinginkan, seragam dan dengan mutu yang baik.

Masalah yang dihadapi sekarang adalah tingkat kelayakan usaha secara teknis dan ekonomis pada pembenihan ikan Nila, karena hanya usaha yang menguntungkan yang akan dapat berkembang baik. Melihat masalah tersebut, maka perlu dilakukan Pengkajian Usaha Pembenihan Ikan Nila PadaKelompok Tani Gemah Parahiyangan Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat.

1.2 Perumusan Masalah

Usaha Pembenihan Ikan Nila adalah usaha yang dicirikan dengan orientasi profit, maka perlu ditelaah tingkat kelayakan usahanya. Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya manfaat finansial akan tetapi manfaat-manfaat lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang mendasari kajian ini adalah :

1. Apakah Usaha Pembenihan Ikan Nila di lokasi penelitian layak dikelola oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan?

(19)

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila?

3. Bagaimana bentuk strategi pengembangan usaha yang tepat dilakukan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan?

1.3 Tujuan

Tujuan kajian ini adalah :

1. Mengkaji kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan

2. Mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi Pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.

3. Menyusun strategi yang tepat dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri. Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Budidaya Air Tawar pada tahun 1969. Setelah mulai masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Sesuai denagan nama latinnya O. niloticus berasal dari sungai Nil dan danau-danau yang berhubungan dengan sungai itu. Bibit ikan nila telah beberapa kali didatangkan ke Indonesia, yang pertama berasal dari Taiwan. Ini berwarna gelap dengan garis vertikal sebanyak 6-8 buah di bagian ekornya. Kemudian didatangkan bibit dari Filipina yang berwarna merah (Suyanto, 1995).

Ikan nila pada awalnya bernama Tilapia nilotica, kemudian diganti dengan Sarotrherodon niloticus, dan sekarang ini dikenal dengan nama

Oreochromis niloticus (Deptan, 2000). Program seleksi di Filipina pada

tahun 1987 telah berhasil membuat ikan nila unggul yang kini dikenal sebagai ikan nila Gift. Ikan nila Gift diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1994 dan 1996.

Menurut Mulyanto dan Habib (1999), ikan nila Gift merupakan strain baru ikan nila yang dikembangkan di negara Filipina sejak tahun 1987 melalui proyekGenetic Improvementof Farm Tilapia (GIFT), sehingga dinamakan nila GIFT. Strain ini merupakan hasil persilangan dan seleksi antara ikan Nila strain dari Negara Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya.Ikan nila gift adalah ikan nila unggul dari hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh ICLARM (International

Centre for Living Aquatic Resources Management) dari hasil uji caba

dilapangan pertumbuhan nila gift lebih cepat dari pada nila lokal (lokal 69) maupun Black Chitralada (Widayanti, 1996). Pertumbuhan ikan nila gift di KJA dapat mencapai 2-3 kali lebih cepat dari pada generasi sebelumnya. (Rukyani dan Subagyo, 2000).

Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan sisik yang berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan bagian tepi berwarna

(21)

putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip pungung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tapi mengeras dan tajam seperti duri. Sirip pungung berwarna hitam dan sirip dada juga tampak berwarna hitam (Amri dan Khairuman, 2003).

Banyak orang keliru membedakan antara ikan nila dan ikan mujair, dimana letak perbedaannya dapat dilihat pada perbandingan panjang total dan tinggi badan. Perbandingan ukuran tubuh ikan nila adalah 3 : 1 dan ikan mujair 2 : 1. Selain itu, terlihat adanya pola garis-garis vertikal yang terlihat sangat jelas di sirip ekor dan sirip punggung ikan nila. Jumlah garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan sirip pungung ada delapan buah. Garis dengan pola yang sama (garis vertikal) juga terdapat dikedua sisi tubuh ikan nila dengan jumlah delapan buah. Ikan nila memiliki lima (5) buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga pada bagian sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip ekor yang berukuran yang lebih kecil. Sirip anus hanya ada satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekor berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah.

Perbedaan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki ukuran sisik yang lebih besar dari pada ikan nila bentina. Alat kelamin ikan nila jantan berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan mengeluarakan cairan bening. Sedangkan ikan nila betina mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di dapan anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan nila jantan melebar dan berwarna biru muda. Pada ikan betina, bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan nila jantan berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan nila betina, garis berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri dan Khairuman, 2003).

(22)

Tabel 1. Ciri-ciri jantan dan betina pada ikan nila

Ciri-ciri Jantan Betina

Bentuk tubuh Lebih tinggi dan membulat

Lebih rendah dan memanjang Warna tubuh Lebih cerah Lebih gelap Jumlah lubang

kelamin

Satu lubang (untuk mengeluarkan sperma sekaligus air seni)

Dua lubang

Untuk mengeluarkan telur Untuk

mengeluarkan air seni Bentuk kelamin Tonjolan agak

meruncing

Tidak menonjol dan berbentuk bulat. Sumber : Amri dan Khairuman, 2003.

2.2 Pembenihan Ikan Nila 2.2.1 Memilih Induk

Memilih induk dilakukan untuk memilih calon induk yang baik dan sudah siap memijah (Gufran dan Kodri, 1997). Dalam memilih induk di pilih induk-induk yang bermutu yang tidak cacat, sehat bebas dari patogen dan sudah matang gonad.

Berhasilnya usaha pembenihan nila GIFT sangat dipengaruhi oleh keadaan induk. Bila induk baik, benih yang dihasilkan pun akan banyak dan mutunya akan baik. Tanda tanda induk jantan dan betina bermutu baik adalah sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibanding badan, badan tebal dan berwarna hitam keabu-abuan gerakan lincah (Arie, 2004).

2.2.2 Padat Tebar

Padat penebaran sangat mempengaruhi pertumbuhan, bila ikan nila dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, maka pertumbuhanya kurang pesat. Persaingan untuk mendapatkan makanan dan oksigen juga lebih sering terjadi. Populasi yang padat juga cenderung mempercepat terjadinya kerusakan mutu air karena kotoran ikan tersebut (Suyanto, 1995).

(23)

2.2.3 Pemeliharaan dan Pematangan Gonad

Kegiatan pemeliharaan induk merupakan kegiatan awal dalam mata rantai proses pembenihan. Tujuan dalam pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk matang gonad atau induk yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur. Proses penyediaan telur untuk menjamin kontinyiutas pembenihan tergantung dari tersedianya calon induk yang cukup, baik jumlah maupun kualitas dan keseragamannya (Djarijah, 1995).

Dalam gonad nila GIFT terdapat berapa fase telur, yaitu telur yang siap dikeluarkan, telur belum matang, dan telur muda atau bakal telur. Hingga mencapai kematangan, masing-masing fase memerlukan waktu yang sangat tergantung pada kondisi ikan, lingkungan, dan makanan yang diberikan. Pematangan gonad merupakan suatu proses untuk mempercepat dan memperoleh kualitas telur yang baik agar daya tetasnya tinggi (Arie, 2004).

Pematangan gonad dapat dilakukan di dalam bak beton atau di dalam hapa. Jika menggunakan bak beton sebaiknya dipilih yang berukuran 20-32 m2. Jika menggunakan hapa dengan volume 24 m3 (6x4x1). Hapa dipasang di kolam seluas 1.000-2.000 m2 dengan kedalaman kolam 1-1,5 m (Amri dan Khairuman, 2003).

2.2.4 Pemijahan

Menurut Amri dan Khairuman (2003), pemijahan terjadi setelah hari ketujuh pemeliharaan induk. Pemijahan terjadi di lubang berdiameter 30-50 cm di dasar kolam yang merupakan sarang pemijahan ketika pemijahan berlangsung. Telur yang dikeluarkan induk nila betina kemudian dibuahi oleh sperma induk jantan. Selanjutnya telur yang telah dibuahi tersebut dierami induk betina di dalam mulutnya.

Ikan nila GIFT mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan karena sudah mulai matang kelamin. Saat itu biasanya berat calon induk betina dapat mencapai 200-250 gr dan calon induk jantan 250-300 gr. Menurut Sularto et al. (1993) yang mengatakan bahwa sex

(24)

rasio jantan dan betina ikan nila 3 : 1. Kandungan jumlah telur betina berbeda, tergantung umur dan berat. Induk betina yang beratnya 200-250 gr mengandung telur 500-1.000 butir dan dapat menghasilkan larva 200-400 ekor. Selang waktu antar pemijahan berkisar 3-6 minggu. Hal ini sangat tergantung dari pakan tambahan. Masa produktif nila Gift berkisar antara 1,5-2 tahun (Arie, 2004).

Terdapat dua teknik pemijahan yaitu pemijahan alami dan pemijahan buatan namun teknik produksi benih hanya efektif, jika pemijahan dilakukan dengan pemijahan alami dengan membiarkan induk-induk berpijah dan mengerami telur dan merawat larvanya sendiri secara alami di dalam kolam pemijahan yang terkontrol (Djarijah, 1995).

Setelah induk jantan dan betina dipelihara bersama selama satu (1) minggu, maka kolam dapat diatur ketinggian airnya agar dapat terjadi pemijahan. Perubahan ketinggian air biasanya akan merangsang terjadinya pemijahan. Induk betina tidak terlalu banyak perubahan apabila sudah siap memijah tetapi pada induk jantan terjadi perubahan warna badan menjadi lebih hitam dan siripnya kemerahan. Induk jantan ini juga aktif bergerak mencari pasangan.

Bila mendapatkan pasangan induk jantan membuat cekungan didasar kolam sebagai tempat pemijahan. Pemijahan di dalam cekungan tersebut terjadi pada saat matahari akan terbenam. Pada saat itu induk betina mengeluarkan telurnya dan pada waktu yang bersamaan induk jantan mengeluarkan spermanya di tempat pemijahan dan terjadilah pembuahan telur (Suyanto, 1995).

2.2.5 Pemanenan Telur

Pemanenan telur dilakukan pada hari ke-9 hingga ke-10 atau saat telur sedang dierami. Tanda induk yang sedang mengerami telurnya adalah selalu memisahkan diri dari kelompoknya, gerakan lambat, mulut selalu tertutup, dan pada bagian bawah tutup insangnya menggembung (Arie, 2004).

(25)

Menurut Amri dan Khairuman (2003), pemanenan dilakukan dengan cara menangkap induk secara hati-hati setelah terlebih dahulu menyurutkan volume air kolam pemijahan. Induk yang ditangkap dibuka mulutnya dengan jari tengah dan telunjuk, sementara itu ibu jari dan kelingking membuka tutup insangnya, dengan posisi kepala berada di bawah, telur bisa dikeluarkan secara mudah, bagian atas (tutup insang) disiram air atau dicelupkan di dalam air. Setelah itu telur dikumpulkan dalam ember yang berisi air.

2.2.6 Penetasan Telur

Penetasan telur merupakan proses perkembangan dari fase telur hingga mencapai fase larva sempurna. Unit penetasan tidak mutlak harus menggunakan sistem resirkulasi dapat menggunakan corong penetasan berbentuk kerucut, umumnya volume corong 15 liter dengan tinggi 50 cm dan diameter bagian atas 30 cm. Sebelum dimasukan kedalam corong penetasan, telur dibersihkan dan direndam dalam larutan methylen blue dengan dosis 0,2 mg/l selama 5-10 menit, kepadatan telur dalam corong penetasan berkisar 1.000-1.500 butir/l air, sifat telur tidak menempel, untuk mencegah penumpukan telur pada corong penetasan maka perlu dialiri air secara kontinu 0,6-0,8 l/menit selain untuk mengaduk telur aliran air dapat menyuplai oksigen, suhu yang baik untuk penetasan telur ikan nila Gift berkisar antara 25-30 0C sementara suhu optimal adalah 29 0C, dan telur akan menetas dalam waktu 5-7 hari bila kondisi air baik dan suhu optimal (Arie, 2004).

Jika suhu terlalu rendah, bisa dipasang heater (pemanas) telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 5-7 hari, panjang larva ikan nila yang baru menetas 8-10 mm dan beratnya 0,02-0,05 gram. Larva tersebut akan berenang ke permukaan air dan dengan sendirinya akan terbawa aliran air melalui lubang pengeluaran di corong penetasan dan masuk ke tempat penampungan larva (Amri dan Khairuman, 2003).

(26)

2.3 Pendederan Ikan Nila

Pendederan merupakan kelanjutan pemeliharaan benih ikan nila dari hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan ini dilakukan dua tahap yaitu pendederan tahap I dan pendederan tahap II. Tujuan dari pada pendederan ini adalah untuk memperoleh ikan nila yang ukuran seragam, baik panjang maupun berat dan memberikan kesempatan ikan nila mendapatkan makanan sehingga pertumbuhan juga seragam (Amri dan Khairuman, 2003).

2.3.1 Pendederan I

Pengolahan tanah dasar kolam yaitu melakukan pengeringan dasar kolam dengan cara menjemur menjemur selama 4-7 hari sampai dasar kolam retak-retak. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan senyawa beracun, mempercepat proses mineralisasi dari sisa-sisa bahan organik, serta membasmi hama dan bibit penyakit kalau terdapat pada kolam.

Pendederan I adalah pemeliharaan benih ikan nila berukuran 1-3 cm yang dipelihara selama 2 minggu sehingga mencapai ukuran 3-4 cm. Keberhasilan pendederan I sangat ditentukan oleh beberapa faktor internal, seperti mutu telur dan kualitas induk ikan nila. Induk bermutuakan menghasilkan benih bermutu baik, begitu juga sebaliknya. Sedangkan faktor eksternal seperti persiapan media sebelum penebaran benih dilakukan, seperti pengeringan pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit. Sementara itu, kegiatan pemeliharaan meliputi pemberian pakan, pengontrolan dan pemanenan. Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah pelet terapung atau pelet yang dibasahi dengan air. Jumlah makanan yang diberikan 3-5 % per hari dari total benih yang dipelihara (Amri dan Khairuman, 2003).

2.3.2 Pendederan II

Selain dilakukan disawah, kolam, atau tambak, pedederan II juga dapat dilakukan di keramba jaring apung (KJA), karena benih yang ditebar adalah hasil panen dari pada pendederan I yang

(27)

ukurannya sudah mencapai 5 cm (5 gr/ekor). Ikan nila seukuran ini tidak bisa lolos dari jaring apung dengan ukuran mata jaring polietilen nomor 240 D/12. Lama pemeliharaan dipendederan II adalah 2-3 minggu. Ukuran ikan nila yang dihasilkan dengan rataan 10 gr/ekor (8-12 cm). Ikan nila hasil pendederan II selanjutnya dibesarkan secara intensif di kolam biasa, kolam air deras, sawah, kantung jaring apung, atau tambak air payau. Padat tebar pada pendederan II lebih sedikit dari pada pendederan I karena ukuran ikan yang dipelihara lebih besar. Keberhasilan kegiatan pendederan II ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kualitas benih dan teknik pemeliharaan meliputi persiapan media pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, dan penanggulangan hama dan penyakit (Amri dan Khairuman, 2003).

2.4 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan finansial dalam persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap peserta yang tergabung di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian (farms) menurut Gittinger (1996) adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupannya kepada usaha pertanian tersebut. Salah satu cara untuk melihat kelayakan finansial adalah dengan metode Cash Flow Analysis.

Metode ini dilakukan setelah komponen-komponen biaya dan manfaat tersebut dikelompokkan dan diperoleh nilainya. Komponen-komponen tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu manfaat atau penerimaan (benefit; inflow) dan biaya atau pengeluaran (cost; outflow). Selisih antara keduanya disebut manfaat bersih (net benefit) dan untuk tingkat investasi menggunakan beberapa kriteria penilaian kelayakan seperti Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C) (Gittinger, 1996).

Analisis finansial dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria investasi,

(28)

yaitu Pay Back Period (PBP), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),Break Even

Point (BEP), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).

2.4.1 PBP

PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006) dan dihitung menurut persamaan berikut :

Nilai Investasi

PBP (tahun) = x 1 tahun Kas Masuk Bersih

Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya.

2.4.2 Net B/C

Net B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang

yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C<1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

2.4.3 BEP

BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba (Sutojo, 1993).

(29)

Total Biaya (Rp) = Volume Penjualan (unit) x Harga Jual (Rp) Perhitungan volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan persamaan :

Total Biaya Tetap BEP (unit) =

(Harga Jual/unit - Biaya Peubah/unit)

Total Biaya Tetap BEP (Rp) =

1 - Biaya Peubah per Unit Harga Jual 2.4.4 NPV

NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan PV (Present Value) kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara PV tersebut disebut NPV (Zubir, 2006). NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya :

NPV =  t t t i) (1 C -B  Dimana ;

Bt = manfaat (penerimaan) bruto pada tahun ke- t ( Rp) Ct = biaya bruto pada tahun ke- t (Rp)

i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (i = 1,2,3,...n) Kriteria NPV sebagai berikut :

a. NPV>0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan b. NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tetapi juga tidak rugi

(manfaat diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, sehingga pelaksanaan proyek berdasarkan penilaian subyektifpengambilan keputusan)

c. NPV < 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan.

(30)

2.4.5 IRR

IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal (Kasmir dan Jakfar, 2007). IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan

discount factor atau setelah dipresent value kan, nilainya sama

dengan initial investment (biaya investasi).

IRR = i’ + ) " ' ( ' NPV NPV NPV (i” – i’) Dimana : NPV ’ = nilai NPV Positif (Rp) NPV ” = nilai NPV Negatif (Rp)

i’ = discount rate nilai NPV positif (%) i” = discount rate nilai NPV negatif (%)

2.5 Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Menurut Glueck dan Jauch (1999), strategik merupakan rencana yang disatukan menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan suatu perusahaan dengan tantangan dan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat.

Secara umum, manajemen strategi diawali dari tahap perumusan strategi, tahap implementasi dan selanjutnya tahap evaluasi strategi (David, 1998). Tahap perumusan strategi meliputi pernyataan misi, penetapan tujuan, identifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan. Analisis internal meliputi pemasaran dan distribusi, manajemen, produksi dan operasi, permodalan dan keuangan, serta pengembangan SDM. Analisis eksternal meliputi lingkungan industri dan lingkungan makro.

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis strategi. David (1998), menyebutkan bahwa analisis SWOT, yaitu analisis kekuatan-kelemahan dan peluang–ancaman (Strengths, weaknesses, Opportunities,

(31)

faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi, peluang dan acaman lingkungan luar, serta strategik yang menyajikan kombinasi terbaik di antara keempatnya. Matriks SWOT akan menghasilkan empat tipe strategi berikut : 2.5.1 Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2.5.2 Strategi S-T

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

2.5.3 Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

2.5.4 Strategi W-T

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategik yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matrik SWOT didapatkan alternatif strategik untuk menentukan critical decision, sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat (Rangkuti, 2004).

(32)

Tabel 2. Matriks SWOT Internal Eksternal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi S-O

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-O Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman (T) Strategi S-T

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasiancaman Strategi W-T Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2004.

(33)

III. METODE KAJIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan terdiri atas 5 orang anggota dengan potensi lahan 4 Hektar. Pengambilan data contoh pembudidaya ikan nila anggota Kelompok dilakukan di lokasi ini.

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu didasarkan pada pertimbangan : (1) Kelompok Tani Gemah Parahiyangan merupakan salah satu dari Kelompok Tani yang dinyatakan telah beroperasi dalam usaha pembenihan ikan nila, (2) adanya ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dijadikan lokasi kajian.

3.2 Pengumpulan Data

Kajian dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2010. Tahap pengolahan data sampai penyelesaian akhir laporan penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari sampai dengan Maret 2011. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara:

1. Data primer berupa karakteristik dan kinerja anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penghasil benih ikan nila, pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan unit usaha pembenihanikannila, biaya produksi dan penerimaan, persepsi pakar atas faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap pengembangan usaha pembenihan ikan nila sebagai bahan perumusan strategi pengembangan usaha.Seluruh data tersebut diperoleh dari penelitian lapangan untuk mengumpulkan data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti langsung dari sumbernya.

(34)

Cara pengumpulan data primer diperoleh dengan cara :

a. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara

pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti berupa kegiatan proses produksi dan pemasaran benih ikan nila.

b. Kuesioner(lampiran 6), yaitu daftar pertanyaan terhadap obyek yang sedang diteliti kepada pihak yang terkait langsung dengan penelitian, seperti PembenihIkanNilaanggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pendeder I, Pendeder II, Pembudidaya Pembesaran Ikan Nila, Pabrik Pakan, Instansi Pemerintah Pusat dan daerah di bidang Kelautan dan Perikanan dan PerguruanTinggi STP.

Responden ditingkatKelompokTani terdiri atas ketua dan anggota, Responden dari stake holders terkait terdiri dari industri pakan sebagai mitra dari KelompokTani, PerguruanTinggi dan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah. Jumlah seluruh responden adalah 10 orang.

2. Data sekunder diperoleh dari Studi Kepustakaan (Library Research) yang merupakan dasar untuk memperkuat landasan teori dan merupakan cara pengumpulan data secara teoritis. Data tersebut diperoleh dari buku-buku maupun literatur, terutama yang berhubungan dengan karakteristik dan potensi produksi benih ikan nila.

3.3 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui pendapatan/keuntungan usaha. Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Excel. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk melihat kelayakan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan melihat indikator-indikator kelayakan usaha seperti BEP, NPV, IRR, PBP, dan BCR. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

(35)

Microsoft Excel. Analisis terhadap strategi pengembangan usaha dilakukan

dengan analisis SWOT.

Gambar 1. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data

Tahapan dari pengolahan dan analisa data dalam kajian ini adalah : 3.3.1 Analisis kelayakan usaha

Analisis kuantitatif terutama bertujuan untuk melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan untuk pembukaan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode

1. Karakteristik Usaha Pembenihan Ikan Nila

2. KajianTerhadap: - Kondisi Umum - Aspek Kelayakan

- Identifikasi Faktor-Faktor Strategik Internal dan Eksternal

- Aspek Kajian Strategi

3. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

4. InterpretasiHasilAnalisa

5. Kelayakan Usaha (1)

6. Strategi PengembanganUsaha (2)

7. Usaha Pembenihan Ikan Nila prospektif

(36)

perhitungan kelayakan investasi melalui PBP, NPV, IRR, Net B/C, dan perhitungan BEP.

Analisis profitabilitas ini diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari criteria seperti lazimnya yang digunakan untuk mengevaluasi suatu proyek, yaitu :

a. PBP

PBP dihitung dengan rumus :

Total investasi

PBP = --- x 1 tahun Laba Setelah Pajak + Penyusutan

b. NPV

NPV dihitung dengan rumus berikut : NPV=

  n t t k At 1 1 Keterangan:

n = periode/tahun terakhir aliran kas/ cash flow. At = aliran kas pada periode t

k = tingkat keuntungan yang diharapkan atau discount rate

yang digunakan

c. IRR

IRR dihitung dengan rumus berikut : NPV1

IRR = il + --- (i2-i1)

(NPV 1 - NPV2)

Keterangan :

IRR = Nilai Internal Rate of Return. NPV1 = Net Present Value pertama.

NPV2 = Net Present Value kedua.

i 1 = Tingkat suku bunga/discount rate pertama.

(37)

d. B/C

Perhitungan B/C dengan rumus berikut : PV benefit

BC = --- PV cost

Keterangan :

PVbenefit = PVdari total benefit selama periode analisa dimana benefit adalah laba setelah pajak ditambah penyusutan.

PVcost = Present value of capital (biaya pertama atau

modal diluar biaya untuk operasi dan produksi). e. BEP

BEP atau titik impas dihitung dengan rumus:

Total BiayaTetap

BEP = --- Harga jual satuan - Biaya variabel/satuan 3.3.2 Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategik (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategik perusahaan dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2006).

Tahapan dalam pembuatan analisis SWOT, agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui beberapa tahapan berikut (Rangkuti, 2006):

a. Tahap pengumpulan data

Tahap ini meliputi kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dibedakan

(38)

menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data internal diperoleh di dalam perusahaan, sementara data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti analisis pasar, analisis pesaing, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah atau analisis kelompok kepentingan tertentu.

Model yang dipakai pada tahap ini adalah Matriks Faktor Strategik Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary atau EFAS) dan Matriks Faktor Strategik Internal (Internal

Strategic Factors Analysis Summary atau IFAS). Kedua matriks

tersebut diolah dengan menggunakan langkah berikut : 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal

Langkah awal dari identifikasi faktor internal, adalah mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Pertama, daftarkan kekuatan lalu kelemahan dari sisi SDM, organisasi, fasilitasi, modal, dan hubungan kemitraan. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan angka perbandingan. Selanjutnya dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan, dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman. 2. Penentuan bobot setiap peubah

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategik eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar. Pihak Manajemen atau pakar yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah Ketua Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, Pengelola/anggota kelompok, Manajer Pabrik Pakan, Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Karawang dan BalaiLayanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.

(39)

  n i Xi

i

x

i

a

1

Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan

FaktorStrategi Internal A B C D …. Total A B C D …….. Total Sumber : David, 1998.

Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan FaktorStrategiEkster nal A B C D …. Total A B C D …….. Total Sumber : David, 1998.

Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (2 pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus :

Dimana : a i = Bobot peubah ke-i

xi = Nilai peubah ke-i i = 1, 2, 3, ….., n n = Jumlah peubah

(40)

3. Penentuan Peringkat (Rating)

Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategik yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini.

Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi ( 3,0 – 4,0 ), Sedang ( 2,0 – 2,99 ) dan Rendah (1,0 – 1,99 ). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat ( 3,0 – 4,0), Rataan (2,0 – 2,99), dan Lemah (1,0 – 1,99) (David, 1998).

Tabel 5. Matriks IFE

FaktorStrategiInternal t g r Kekuatan : 1. 10. Kelemahan : 1. 10. Total Sumber : David, 1998.

(41)

Tabel 6. MatriksEFE

Faktor Strategi Eksternal t g r

Peluang : 1. 10. Ancaman : 1. 10. Total Sumber : David, 1998.

Nilai IFE dikelompokkan dalam Tinggi ( 3,0 – 4,0 ), Sedang (2,0 – 2,99 ) dan Rendah (1,0 – 1,99 ). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat ( 3,0 – 4,0 ), Rataan ( 2,0 – 2,99 ), dan Lemah ( 1,0 – 1,99 ) (David, 1998).

b. Matriks Internal Eksternal

Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks

Internal - Eksternal (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang

memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE (Gambar 2).

Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7, 8).

2. Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan.

3. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9).

(42)

I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Penciutan IV Stabilitas V Pertumbuhan/ Stabilitas VI Penciutan VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuidasi Sumber : David, 1998.

Gambar 2. Matriks Internal dan Eksternal (IE) c. Matriks SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi (Tabel 7).

1) Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4) Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

Kuat Sedang Lemah

4.0 3.0 2.0 Tinggi Menengah Rendah 1.0 1.0 2.0 3.0 Total Skor EFE

(43)

Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal FaktorEksternal Strength (S) Menentukan 5-10 faktor Kekuatan internal Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor Kelemahan internal Opportunities (O) Menentukan 5 -10 faktor peluang eksternal Strategi (S-O) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan pe- luang

Strategi (W-O) Menciptakan strategi meminimalkan kemahan untuk memanfaatkan pe- luang

Threats (T)

Menententukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi (S-T) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman Strategi (W-T) Menciptakan strategi meminimalkan kelemah-an untuk mengatasi ancaman Sumber : Rangkuti, 2006.

Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matriks SWOT didapatkan alternatif strategi untuk menentukan critical

decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

d. Pemilihan alternatif strategik terbaik

Untuk mengetahui alternatif strategi yang paling efektif diterapkan oleh perusahaan, maka diberikan bobot oleh pihak manajemen usaha dengan skala 1, 2, 3 dan 4 yang didasarkan atas kepentingan dari alternatif-alternatif strategi yang ada, dimana skala nilai yang digunakan, yaitu :

1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting 3 = Penting

(44)

Tingkat kepentingan alternatif strategik dilihat berdasarkan keterkaitan antara kondisi usaha pada saat ini dengan efektifitas strategik yang ada. Selanjutnya diberikan ranking berdasarkan nilai terbesar pada alternatif strategi yang ada, nilai kepentingan tertinggi merupakan alternatif strategi paling efektif yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan.

e. Implementasi Strategik

Implementasi strategik mempengaruhi organisasi dari atas ke bawah dan mempengaruhi semua area fungsional dan divisional sebuah bisnis. Rencana strategik yang secara teknis paling sempurna akan memberikan sumbangan kecil bagi pencapaian tujuan, jika tidak diimplementasikan.

Isu-isu manajemen seputar implementasi strategik antara lain meliputi:

1) Menyusun tujuan tahunan 2) Membuat kebijakan

3) Mengalokasikan sumber daya

4) Mengubah struktur organisasi yang ada 5) Retrukturisasi dan desain ulang

6) Merevisi rencana insentif dan pemberian imbalan kepada karyawan

7) Meminimalkan resistensi terhadap perubahan 8) Menyelaraskan manajer dengan strategi

9) Mengembangkan budaya yang mendukung strategi 10) Mengadaptasikan proses produksi/operasi

11) Mengembangkan fungsi SDM efektif 12) Melakukan penyusutan perusahaan 13) Alokasi sumber daya.

(45)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Lokasi Usaha Pembenihan yang dijadikan obyek kajian terletak di Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Sebelum menjadi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang diorbitkan pada tahun 2009, pengelolaan sudah dimulai pada tahun 1985 dibawah manajemen PT. Cahaya Windu yang berorientasi pada pembesaran udang windu, dengan berjalannya waktu dimana sudah tidak lagi untuk budidaya udang di wilayah pantai utara maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan melakukan usaha perikanan budidaya dengan beralih komoditi yaitu ikan Nila.

Unit usaha yang dijadikan obyek kajian adalah Unit usaha yang bergerak di segmentasi pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang memiliki luas lahan 40.000 m2 yang terdiri dari kolam, bangunan kantor, rumah jaga, dan gudang sarana produksi.

4.1.2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan

Struktur organisasi Rakyat Kelompok Tani Gemah Parahi-yangan adalah sebagai berikut :

Nama Ketua : H. Kaswandi

Sekretaris : Wawan

Bendahara : Euis

Penanggung Jawab Teknis : Maman Penyedia Sarana Produksi : Sobana Penjualan / Pemasaran : Yosep Teknisi / Anggota : 5 Orang

(46)

4.2 Analisis Kelayakan Usaha

Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :

4.2.1 Fasilitas Produksi dan Peralatan

Pelaksanaan usaha pembenihan ikan nila memerlukan ketersediaan fasilitas dan peralatan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama merupakan fasilitas yang secara langsung memberikan dampak terhadap keberhasilan usaha pembenihan sedangkan fasilitas pendukung merupakan fasilitas yang secara tidak langsung memberikan dampak terhadap usaha pembenihan. Fasilitas utama yang terdapat pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, diantaranya :

a. Kolam pemeliharaan induk

Kolam pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara 100-125 cm. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan dan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam daripada pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan.

b. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva

Kolam pemijahan memiliki fungsi ganda yaitu digunakan juga sebagai kolam pemeliharaan larva. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva berukuran lebih besar daripada kolam pemeliharaan induk. Konstruksi dari tanah, hal ini bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva.

(47)

c. Kolam pendederan 1 dan 2

Kolam pendederan 1 dan 2 merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10o, pintu masuk dan pintu buang air.

d. Tandon air

Tandon air disiapkan untuk memenuhi kebutuhan air pada petakan serta sebagai tempat perlakuan sterilisasi awal sebelum air digunakan sebagai media pemeliharaan.

e. Saluran masuk air

Saluran masuk air terbagi menjadi 2 yaitu saluran primer dan sekunder sehingga memudahkan dalam pengisian serta pembagian air dalam petakan.

f. Saluran buang

g. Peralatan mekanisasi budidaya : Pompa. Fasilitas pendukung diantaranya bangunan kantor, rumah jaga, alat transportasi, dan lain-lain seperti yang tercantum pada Lampiran 1.

4.2.2 Teknik Pengadaan dan Mutu Bahan

Bahan-bahan atau sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan nila terdapat beberapa hal teknis penting yang memerlukan perhatian khusus demi mencapai keberhasilan diantaranya : wadah pemeliharaan, air media pemeliharaan, genetika induk, dan proses pemijahan, serta pemeliharaan larva. Selain kegiatan teknis, guna menunjang keberhasilan suatu usaha pembenihan juga perlu mempertimbangkan faktor manajerial.

4.2.3 Wadah Pembenihan

Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol (pasangan). Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.

(48)

Pendederan ikan nila dapat dilakukan pada karamba jaring apung, kolam atau tambak serta bak beton. Ada segi positif dari pendederan ikan nila di tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung. Hal ini diduga karena asupan nutrisi untuk pertumbuhannya lebih banyak yaitu dari plankton, tumbuhan ganggang yang tumbuh pada tanah dasar.

Wadah untuk kegiatan budidaya ada umumnya terbuat dari beberapa jenis bahan yaitu : terpal dengan rangka kayu atau bambu, semen, fiber atau kolam tanah. Secara teknis penggunaan berbagai jenis bahan tersebut mempengaruhi produksi yang dihasilkan.wadah yang digunakan pada setiap segmen berbeda-beda, yaitu : Kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan dan pemeliharaan larva, kolam pendederan 1 serta kolam pendederan 2.

Wadah pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara 100-125 cm dengan luas 300 m2/unit. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam dengan pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan.

Sebelum pemeliharaan induk diawali dengan pengolahan lahan, hal ini merupakan salah faktor pendukung yang sangat penting. Dengan pengolahan lahan yang baik dan tepat akan mampu meningkatkan daya dukung lahan. Pengolahan lahan yang dilakukan antara lain: pengeringan dasar kolam sampai retak-retak yang bertujuan membuang gas-gas beracun yang terkandung dalam tanah melalui proses oksidasi; pengangkatan lumpur dasar yang bertujuan memperdalam kolam serta membuang bagian tanah yang telah

Gambar

Tabel 2. Matriks SWOT    Internal  Eksternal  Kekuatan (S)  Kelemahan (W)  Peluang (O)  Strategi S-O
Gambar 1.  Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data
Tabel 3.  Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan  FaktorStrategi  Internal  A  B  C  D  …
Tabel 5. Matriks IFE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam penelitian ini adalah menggali potensi perikanan ikan nila pada Kelompok Budidaya Ikan Nila di

Gambar 3 Level antibodi benih ikan nila umur benih 5, 10, 15, dan 20 hari setelah menetas pada pemijahan kedua dari perlakuan induk diinjeksi PBS (K), induk diinjeksi vaksin satu

Proses identifikasi sumber-sumber dari kegiatan usaha benih ikan nila GMT yang dijalankan oleh anggota kelompok tani Bunisari, menggunakan analisis deskriptif

Strategi pengembangan usaha pembenihan yang paling efektif adalah meningkatkan volume penjualan benih ikan Patin, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghasilkan

Setelah penulis melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan untuk mengembangkan usaha budidaya ikan nila pada Kelompok Tani

Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk betina, dan larva ikan dalam kolam

Gambar 3 Level antibodi benih ikan nila umur benih 5, 10, 15, dan 20 hari setelah menetas pada pemijahan kedua dari perlakuan induk diinjeksi PBS (K), induk diinjeksi vaksin satu

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan teknik pembenihan ikan nila nirwana Oreochromis niloticus yang dilakukan di Balai Benih Ikan Cibiru mencakup beberapa proses yaitu pemeliharaan induk,