• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN ENDOSKOPI PADA PASIEN DISPEPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN ENDOSKOPI PADA PASIEN DISPEPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

GAMBARAN ENDOSKOPI PADA PASIEN DISPEPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2015

Latar Belakang: Dispepsia adalah nyeri yang berulang dan persisten atau rasa tidak nyaman di daerah perut bagian atas. Dispepsia dapat dibagi mendjadi dua yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Endoskopi merupakan salah satu alat diagnostik yang di rekomendasikan untuk dispepsia.

Tujuan: Mengetahui gambaran endoskopi pada pasien dispepsia di rumah sakit umum pusat sanglah tahun 2015.

Metode: Desain studi penelitian deskriptif kuantitatif cross sectional dengan menggunakan data sekunder. Populasi sampel penelitian ini adalah pasien dispepsia yang melakukan endoskopi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Tahun 2015 dengan metode Total sampling yang menghasilkan 260 sampel. Hasil: Data yang didapat dianalisis menggunakan SPSS 21 dengan hasil berupa perbandingan antara sampel jenis kelamin laki-laki (50,8%) dan perempuan (49,2%) yang hampir sama, serta hampir setengah (47,7%) sampel berusia dari 41-60 tahun. Frekuensi diagnosis terbanyak diagnosis pada hasil endoskopi adalah gastritis, yaitu 40%. Hal ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara skor dispepsia dengan kerusakkan mukosa lambung secara endoskopis.

Saran: Pasien dengan gejala dispepsia perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan indikasinya untuk melakukan endoskopi di RSUP Sanglah, dengan tujuan agar diagnosis dapat ditegakkan dan penatalaksanaan dapat dilakukan lebih awal.

.

(2)

vii ABSTRACT

CLINICAL FINDING OF ENDOSCOPY IN PATIENTS WITH DYSPEPSIA IN SANGLAH GENERAL HOSPITAL CENTER IN 2015 Background: Dyspepsia is a recurrent and persisten pain or discomfort feeling in the upper part of abdomen. Dyspepsia is divided become two type, namely functional and organic dyspepsia. Diagnostic tool that is recommended for dyspepsia is endoscopy.

Objective: To knowing the clinical finding of endoscopy in patients with dyspepsia in Sanglah general hospital center in 2015.

Methods: By quantitative cross sectional descripive study using secondary data. The sample population of this study is patients with dyspepsia who is going through endoscopic examination at Sanglah general hospital center in 2015. With total sampling methods, the study gets 260 patients as samples.

Results: The data obtained were analyzed using SPSS 21 in results of comparison between male and female samples who have almost the same amount (50,8% for male and 49,2% female). 47,7% of all samples are in the age between 41-60 years, and the most frequent diagnosis found by endoscopy examination is gastritis (40%). It caused by the correlation between dyspepsia score and endoscopic gastric mucosal damage.

Advice: Patients with symptom of dyspepsia need further examination in accordance with the indication for endoscopy in Sanglah general hospital so that the diagnosis can be establishe and management can be done earlier.

(3)

viii RINGKASAN

Gambaran Endoskopi pada Pasien Dispepsia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Tahun 2015. Anak Agung Gde Waisampayana Putra, Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana.

Dispepsia adalah nyeri yang berulang dan persisten atau rasa tidak nyaman di daerah perut bagian atas. Dispepsia dapat dibagi menjadi dua yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik disebabkan oleh penyakit organik seperti ulkus peptikum, gastroesophageal reflux disease (GERD), atau gastric-duodenal neoplasm (benign dan malignant). 50-70% pasien dispepsia kronis yang melakukan pemeriksaan endoskopi maupun radiologis lainnya tidak memiliki penyakit organik. Pasien ini dapat dikategorikan sebagai dispepsia fungsional. Dispepsia menempati urutan ke 5 pada 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Provinsi Bali pada tahun 2014 dan urutan ke 7 dari 10 besar penyakit pada pasein rawat inap di RSUD di provinsi bali pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran endoskopi pada pasien dispepsia di rumah sakit umum pusat sanglah tahun 2015.

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2016 di Ruang Endoskopi Wing Amerta Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah periode 01 januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015. Didapatkan sejumlah 260 pasien yang melakukan endoskopi dengan gejala dispepsia sebagai sampel. Pasien yang melakukan endoskopi tanpa gejala dispepsia bukan merupakan sampel penelitian. 50,8% sampel berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 132 orang, diikuti dengan persentase sampel berjenis kelamin perempuan yaitu 49,2% yaitu 128 orang. Perbandingan antara sampel dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah hampir sama. Dilanjutkan dengan usia, dimana jumlah sampel sebesar 47,7% (120) memiliki umur pada rentangan 41-60 tahun. Sampel juga dibagi berdasarkan domisilinya, dimana ditemukan lebih banyak sampel yang berasal dari kota (54,2%) dibandingkan dari desa (45,8%).

Gambaran endoskopi pada pasien dispepsia telah dianalisis menggunakan SPSS 21 dan ditemukan sejumlah 16 diagnosis dan juga hasil normal. Diagnosis terbanyak adalah gastritis yaitu 40%, diikuti dengan hernia hiatal sebesar 13%, ulkus gaster 8,1%, gastropati hipertensi portal 6,9%, suspek malignansi duodenum 4,2%, bile reflux 3,8%, esofagitis 3,5%, suspek malignansi gaster 2,7%, dan ulkus duodenum sebanyak 2,3%. Dilanjutkan dengan diagnosis lainnya yaitu barret’s esofagus dengan persentase sebesar 1,9%, varises esofagus 1,5%, polip gaster 1,2%, dan juga candidiasis, duodenitis, suspek malignansi esofagus, serta ulkus esofagus yang memiliki jumlah persentase yang sama yaitu 0,8%. Dapat disimpulkan bahwa empat diagnosis terakhir memiliki frekuensi yang paling sedikit dari penyakit lainnya. Pasien dispepsia yang melakukan endoskopi dengan hasil normal juga ditemukan pada 7,7% dari total sampel.

(4)

ix SUMMARY

Clinical Finding of Endoscopy in Patients with Dyspepsia in Sanglah General Hospital Center in 2015. Anak Agung Gde Waisampayana Putra. Faculty of Medicine. Medical Education Program of Udayana University.

Dyspepsia is a recurrent and persisten pain or discomfort feeling in the upper part of abdomen. Dyspepsia is divided become two type, namely functional and organic dyspepsia. Organic dyspepsia caused by organic diseases such as peptic ulcer, gastroesophageal reflux disease (GERD), or gastric duodenal neoplasms (benign and malignant). 50-70% patients with chronic dyspepsia who performs endocopy and another radiologic examinations has no organic disease. These patients can be categorized as functional dyspepsia. Dyspepsia ranks fifth in the top ten diseases on an outpatient basis at Regional General Hospital in Bali in 2014, and order to 7 of the top 10 with the hospitalized patients in Bali Province Hospital in 2014. This study conducted to determine the clinical finding of endoscopic examination in patients with dyspepsia in sanglah general hospital centers in 2015.

The study began in August to September 2016 in Wing Amerta Endoscopy Room Sanglah General Hospital Center within 1st January 2015 until 31st December of 2015 periods. 260 patients with dyspepsia who got examined by endoscopy become samples, while another patients without symptom of dyspepsia can not be the sample.

50,8% of the sample was male with 132 persons, and followed by female sample who consists of 128 people (49,2%). Followed by age where almost half of the sample (47,7%) are in the 41-60 year old group. To be exact, 20 people are having age between 41-60 year old. Samples were also divided by their domicile, where samples who come from the urban area has more amount than another one that is coming from rural area (54,2% from urban, another 45,8% is rural area).

Clinical finding from endoscopy in patients with dyspepsia have been analyszed by SPSS 21 program. 16 diagnosis and normal results were found in this study. The most frequent diagnosis is gastritis which percentage 40%, followed by hiatal hernia with 13%, 8,1% of gastric ulcers, 6,9% portal hypertension gastropathy, 4,2% of suspected duodenal malignancy, 3,8% bile reflux, 3,5% esophagitis, 2,7% with suspected gastric malignancy, and 2,3% of duodenal ulcers. Another diagnosis is barret’s esofagus with percentage of 1,9%, 1,5% of esophageal varices, gastric polyps with 1,5% percentage. Candidiasis, duodenitis, suspected malignancy of esophagus, and esophageal ulcers which have the same amount of percentage, 0,8%. It concluded that the last four diagnosis have the least amount of frequencies out of 16. Dyspepsia patients who performs endoscopy with normal results were also found in 7,7% of total sample.

(5)

x DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN. ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.3.1 Tujuan Umum ... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dispepsia ... 6 2.2 Epidemiologi Dispepsia ... 6 2.3 Klasifikasi Dispepsia ... 7 2.3.1 Dispepsia Organik ... 7 2.3.2 Dispepsia Fungsional ... 10 2.4 Patofisiologi ... 11

2.4.1 Proses Pengosongan Gaster yang Tertunda ... 11

2.4.2 Gangguan Akomodasi Makanan pada Gaster ... 11

2.4.3 Hipersensitivitas Distensi Gaster ... 12

2.4.4 Infeksi H. Pylori ... 13

2.4.5 Perubahan Sensitivitas Duodenal terhadap Lipid atau Asam ... 13

2.4.6 Disregulasi Sistim Saraf Pusat/Otonomik ... 13

2.5 Faktor Risiko Dispepsia ... 14

2.6 Diagnosis Dispepsia ... 14

2.7 Manajemen Dispepsia ... 17

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir ... 21

3.2 Kerangaka Konsep ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel ... 23

4.3.1 Variabilitas Populasi ... 23

(6)

xi

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel... 24

4.4 Variabel Penelitian ... 25

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 25

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 25

4.4.3 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 26

4.5 Protokol Penelitian ... 26

4.6 Analisis Data ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 28

5.1.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 28

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 28

5.1.3 Hasil Endoskopi ... 30

5.2 Pembahasan Penelitian... 36

5.2.1 Karakteristik Sampel Penelitian ... 36

5.2.2 Hasil Endoskopi ... 37

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 43

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Sampel Penelitian ... 28

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Sampel Penelitian ... 29

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Domisili Sampel Penelitian ... 29

Tabel 5.4 Gambaran Endoskopi Pada Pasien Dispepsia ... 30

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Dispepsia ... 31

Tabel 5.6 Gambaran Endoskopi Pada Pasien Dispepsia Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Tabel 5.7 Gambaran Endoskopi Pada Pasien Dispepsia Berdasarkan Usia... 34

(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(9)

xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

DMARDs = Disease-Modifying Antirheumatic Drugs EPS = Epigastric Pain Syndrome

GERD = Gastroesophageal reflux Disease IBS = Irritable bowel syndrome

NSAIDs = Nonsteroidal anti-inflammatory drugs PDS = Postprandial Distress Syndrome PPI = Proton Pump Inhibitors

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat TCA = Tricyclic Antidepressants

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia adalah nyeri yang berulang dan persisten atau rasa tidak nyaman di daerah perut bagian atas (Simadibrata, 2009). Dispepsia dapat dibagi menjadi dua yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional (Abdullah dan Gunawan, 2012). Dispepsia organik disebabkan oleh penyakit organik seperti ulkus peptikum, gastroesophageal reflux disease (GERD), gastric-duodenal neoplasm (benign dan malignant), batu pada duktus biliari/kandung empedu, pankreatitis akut/kronis, hepatitis akut/kronis, kolesititis dan kolangitis (Simadibrata, 2009). Pada 50-70% pasien dispepsia kronis (≥ 12 minggu), tidak ditemukannya penyebab organik pada pemeriksaaan endoskopi saluran pencernaan atas maupun pada pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan radiologis abdominal. Pasien ini di kategorikan sebagai dispepsia fungsional (Jose,2015). Dispepsia fungsional diklasifikasikan manjadi dua kategori yaitu epigastric pain syndrome (EPS) dan the postprandial distress syndrome (PDS) (Talley dan Ford, 2015).

Penelitian yang dilakukan Zagari dkk. (2010) meneliti 1033 subjek dengan 156 subjeknya mengalami dispepsia. 144 diantaranya mengalami dispepsia fungsional dimana 77 subjek (67,5%) mengalami meal-related symptoms (terasa penuh setelah makan dan/atau kenyang lebih awal) dan 55 subjek (48,2%) mengalami nyeri epigastrium. Hanya 18 subjek (15,8%) yang mengalami gejala meal-related symptoms dan nyeri epigastrium. Dispepsia menempati urutan ke 5 pada 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Provinsi Bali pada tahun

(11)

2 2014 dan urutan ke 7 dari 10 besar penyakit pada pasein rawat inap di RSUD di provinsi bali pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015).

Merokok dan obesitas (≥30 kg/m2) berhubungan dengan peningkatan risiko dispepsia, walaupun hubungan dengan obesitas hanya melewati sedikit batas borderline. Morbiditas pada nyeri dada, nyeri yang umum, angina, sinusitis, osteoarthritis/rheumatoid arthritis atau gangguan tidur juga disebutkan berhubungan dengan dispepsia. Penggunaan NSAIDs dan aspirin akan mengalami peningkatan risiko dispepsia, juga penggunaan bifosfonat serta DMARDs. Wanita yang memiliki riwayat hormone replacement therapy risiko untuk mengalami penyakit ini juga akan meningkat (Wallander M dkk., 2007).

Beberapa mekanisme patofisiologi telah diketahui sebagai penyebab terjadinya gejala dispepsia fungsonal yaitu mekanisme proses pengosongan gaster yang tertunda, gangguan akomodasi makanan pada gaster, hipersesitivitas distensi gaster, infeksi H. Pylori, Perubahan Sensitivitas Duodenal terhadap Lipid atau Asam, dan disfungsi sistem saraf pusat (Tack dkk., 2004).

Diagnosis dispepsia dapat ditegakkan melalui beberapa cara yaitu anamnesis, pemerikasaan fisik dan endoskopi. Urea breath test dapat juga dilakukan untuk dispepsia yang disebabkan infeksi helicobacter pylori (Tack, 2009; Talley dan Ford, 2015). Keluhan utama merupakan hal penting untuk mendiagnosis dispepsia adalah adanya nyeri dan atau tidak nyaman seperti rasa penuh pada perut bagian atas. Pada diagnosis dispepsia jika ditemukan kelainan organik, perlu dipikiran diagnosis banding dispepsia organik, jika tidak ditemukan kelainan organik dapat dipikirkan pada dispepsia fungsional (Abdullah dan Gunawan, 2012) .

(12)

3 Dispepsia dapat ditangani dengan menggunakan American College of Gastroenterology Guidelines for the Management of Dyspepsia (2005), Guidelines tersebut mengemukakan manajemen dispepsia dapat dibagi menjadi 2 yaitu pasien dispepsia yang berumur >55 tahun atau dengan alarm features (Pendarahan, anemia, rasa cepat kenyang, penurunan <10% berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, disfagia progresif, adinofagia, muntah yang persisten, riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna atas, pernah mengalami esophagogastric malignancy, pernah mengalami ulkus peptikum, pembesaran kelenjar limfe, atau massa abdominal) perlu melakukan prosedur endoskopi dan pasien dispesia berumur ≤55 tahun dapat dilakukan test and treat H. Pylori, jika gagal dapat dilanjukan dengan pengobatan empiris menggunakan proton-pump inhibitor (PPI) selama empat sampai delapan minggu. Test and treat H. Pylori lebih dianjurkan untuk daerah yang prevalensi infeksi H. pylori ≥10%, sedangkan pada daerah dengan infeksi H. Pylori ≤10% pemberian PPI empiris lebih dianjurkan, bila test and treat H. Pylori serta PPI empiris gagal dapat dilakukan prosedur pemeriksaan endoskopi (Talley dan Vakil, 2005).

Endoskopi sangat di rekomendasikan untuk investigasi dispepsia. Endoskopi berguna untuk mengklasifikasikan dispepsia organik atau dispepsia fungsional, prognosis dan terapi, selain itu endoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi seperti mendeteksi dan menilai tingkat inflamasi pada gaster, atrofi, metaplasia usus, serta displasia, dan dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi. Endoskopi juga diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi dini dari kanker lambung (American Society for Gastrointestinal Endoscopy, 2005; Tytgat, 2002).

Dispepsia sudah seharusnya menjadi perhatian karena sudah masuk dalam 10 teratas pasien rawat inap maupun rawat jalan di Bali, dimana dispepsia bedampak

(13)

4 pada produktifitas dan tingkat kualitas hidup seseorang serta selama ini penelitian di Bali terkait gambaran endoskopi pasien dispepsia sangat jarang dilakukan, padahal penelitian terkait gambaran endoskopi pasien dispepsia dilakukan untuk mengetahui ketepatan diagnosis, terapi, dan prognosis dispepsia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Gambaran Endoskopi Pasien Dispepsia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Endoskopi Dispepsia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran endoskopi pasien dispepsia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi dispepsia berdasarkan hasil endoskopi

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi dispepsia berdasarkan jenis kelamin, umur, dan domisili.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini bermanfaat sebagai gambaran sindrom dispepsia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun 2015.

b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan dispepsia, dan

(14)

5 sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

Referensi

Dokumen terkait

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Berdasarkan pengalaman guru yang mengajar mata pelajaran IPA kelas V SDN Zeu Christian College ditemukan beberapa permasalahan yang menyebabkan belum tercapainya

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: memeriksa data hasil observasi kemudian mengelompokan data berdasarkan kesesuaian masalah penelitian yaitu

Salah satu penyebab dari rendahnya nilai siswa karena kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang inovatif sehingga cenderung monoton, serta

Untuk meningkatkan citation index karya ilmiah yang kita miliki, kita bisa membuatnya agar ter-indeks oleh Google Scholar, cara-cara yang bisa dilakukan adalah

Transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik secara terbuka dan jujur

Masyarakat memerlukan informasi kualitas fisik daging kerbau sehingga dilakukan pada umur dan jenis kelamin yang berbeda, hasil penelitian ini bermanfaat agar

UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH SECARA SIGNIFIKAN PELAKU PERJALANAN DALAM MELAKUKAN PEMILIHAN MODA ANTARA STATION WAGON DAN MODA BUS7. UNTUK MEMPEROLEH SUATU