• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER- KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER- KLATEN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER-

KLATEN

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

TEGUH AMIN MUSTHOFA J 410 080 021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

(2)
(3)

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER-

KLATEN

Teguh Amin Musthofa, Tarwaka, Dwi Astuti

Prodi Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh core temperature Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ada dan tidaknya pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah tenaga kerja pada pengecoran logam di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini bagian pengecoran sebanyak 15 orang dan produksi sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney dengan program SPSS 21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh iklim kerja yang melebihi NAB terhadap tekanan darah pada bagian pengecoran diketahui bahwa nilai sistol 0,041 (p < 0,05) dan diastol 0,029 (p < 0,05) maka di bagian pengecoran terdapat perbedaan. Bagian produksi diketahui bahwa nilai sistol 0,935 (p > 0,05) dan diastol 1,000 (p > 0,05) maka di bagian produksi tidak ada perbedaan. Sedangkan di bagian pengecoran dan produksi diketahui nilai sistol 0,325 > 0,05 berarti tidak ada perbedaan dan diastol 0,000 < 0,05 berarti ada perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan tekanan darah setelah terpapar tekanan panas.

Kata kunci : Tekanan panas, tekanan darah tenaga kerja ABSTRACT

Temperature on human body does ever make a abode. Constant temperature meagrely surrounding fluctuation 37 celcius's degrees exists on brain, heart and the so called belly interior with body temperature core temperature Hot job climate or heat streas can cause affix charges on sirkulasi blood. This research intent to know the difference there is and not it hot pressure influence to labouring blood pressure on foundry at A Cooperative Society Batur Ceper Klaten's Dignity. This research constitute quantitative research with survey method utilizes approaching cross sectional. Sample in observational it is labouring on moulding part as much 15 person and productions as much 15 person. Sample take by use of tech purposive is sampling . Statistical quiz that is utilized for menganalisis this research data is Mann Whitney's quiz with SPSS program 21. Result observationaling to point out that there is job climate influence that which exceed NAB to blood pressure on sectioned moulding is known that sistol's point 0,041 (p< 0,05) and diastol 0,029 (p< 0,05) therefore at moulding part exists distinctive. And on production part is known that sistol's point 0,935 (p> 0,05) and diastol 1,000 (p> 0,05) therefore at no difference production part. Meanwhile at moulding and production part is known assesses sistol 0,325> 0,05 no difference matters and diastol 0,000< 0,05 matters available distinctive. Base observational result, therefore gets to be taken by that conclusion available distinctive afters blood pressure most hot streas flats. Key word: Heat streas, woker’s blood pressure

(4)

PENDAHULUAN

Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Budiono,dkk, 2003).

Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh core temperature. Suhu inti ini diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan, kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukan variasi tertentu (Nurmianto, 2003).

Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Suatu kekuatan yang dibangkitkan oleh sistole vetrikel pada darah dan melalui darah menekan pada dinding pembuluh dimana darah berada. Tekanan darah dipengaruhi oleh sisitole dan diastole ventrikel dalam ukuran paling tinggi pada akhir sistole ventrikel, tekanan dalam ventrikel praktis 0 mmHg. Maka tekanan atrium pada waktu itu menjadi kekuatan yang mendesak katup antrio ventrikuler sampai terbuka sehingga darah yang telah terkumpul dalam atrium dapat mengalir masuk ventrikel (Kertohoesodo, 1987).

Koperasi Batur Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi pengecoran logam. Pada lokasi tempat kerja tersebut karyawan yang bekerja di Koperasi Batur Jaya tersebut rata-rata tidak memakai baju, dan keringat yang keluar dari tubuh

(5)

semakin banyak. Berdasarkan survei pada lokasi di bagian pengecoran dan produksi di Koperasi Batur Jaya. Tekanan panas yang bersumber dari alat pemanas untuk peleburan besi, alat mesin untuk proses peleburan besi, lingkungan ditempat kerja, pada survei awal untuk pengukuran tekanan darah di ambil 11 tenaga kerja meliputi bagian peleburan 6 orang tenaga kerja mengalami peningkatan tekanan darah, sedangkan di bagian produksi yang berjumlah 6 orang tenaga kerja, 5 diantaranya tidak mengalami perubahan. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul mengenai ”Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Tenaga Kerja pada pengecoran Logam Di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survei yang menggunakan pendekatan studi Cross Sectional, yaitu untuk mengetahui pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah tenaga kerja pada pengecoran logam di Koperasi Batur Jaya Klaten. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 pada bagian pengecoran dan produksi di Koperasi Batur Jaya Klaten. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang anggotanya dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang dipandang memiliki kemiripan dengan ciri-ciri dan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer (SPSS 21), dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi ferkuensi dari masing-masing variabel penelitian. Sedangkan, analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney dengan derajat kepercayaan 0,05.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Batur Jaya adalah sebuah koperasi yang bergerak di bidang pengecoran logam, berlokasi di Desa Batur, Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Jawa Tengah berdiri pada tanggal 23 Juli 1976 yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian Indonesia Bapak M. Yusuf. berikut adalah hasil pengukuran iklim kerja yang kami lakukan:

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tekanan Panas bagian Produksi dan Pengecoran di Koperasi Batur Jaya klaten

No Waktu Pengukuran ISBB/(WGBT IN) (°C) Kategori Beban Kerja Hasil Keterangan Bagian Pengecoran

1 Jam 09.00 WIB 30,9 Beban Kerja

Sedang

Tidak Sesuai standar

2 Jam 13.00 WIB 31,9 Beban Kerja

Sedang

Tidak Sesuai standar

3 Jam 15.00 WIB 32,5 Beban Kerja

Sedang

Tidak Sesuai standar Bagian Produksi

1 Jam 09.00 WIB 29,6 Beban Kerja

Ringan

Sesuai Standar

2 Jam 13.00 WIB 29,2 Beban Kerja

Ringan

Sesuai Standar

3 Jam 15.00 WIB 30,5 Beban Kerja

Ringan

Sesuai Standar

(7)

Hasil pengukuran tekanan darah di bagian Pengecoran terhadap 15 tenaga kerja di Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah di Bagian Pengecoran Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten NO Nama Umur (Thn) Sistolik Diastolik Sebelum Kerja (mmHg) Sesudah Kerja (mmHg) Selisih (mmHg) Sebelum Kerja (mmHg) Sesudah Kerja (mmHg) Selisih (mmHg) 1 Samino 55 135 145 10 90 90 0 2 Warsito 35 100 115 15 80 90 0 3 Sukarno 50 115 128 13 80 90 10 4 Lasio 45 120 130 10 90 90 0 5 Marhaban 30 110 120 10 80 90 10 6 Yuli 40 120 120 0 90 90 0 7 Riyadi 35 115 125 10 90 90 0 8 Mukido 50 100 115 15 80 90 10 9 Tedo 26 115 120 5 80 90 10 10 Triyanto 39 120 127 7 90 90 0 11 Anggoro 21 120 125 5 90 90 0 12 Wahdi 44 120 130 10 80 90 10 13 Sapangat 42 135 135 0 90 90 0 14 Yanto 44 130 138 8 90 90 0 15 Juarto 42 130 140 10 80 90 10 Jumlah 598 1785 1908 128 1280 1350 60 Rata-rata 39,8 119 127,2 8,53 85,3 90 4

(8)

Pengukuran tekanan darah di Bagian Produksi terhadap 15 tenaga kerja di koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Tekanan Darah di Bagian Produksi Koperasi Batur Jaya Ceper-Klaten Tahun 2012 NO Nama Umur (Thn) Sistolik Diastolik Sebelum Kerja (mmHg) esudah Sesudah Kerja (mmHg) Selisih (mmHg) Sebelum Kerja (mmHg) sesudah Sesudah Kerja (mmHg) Selisih (mmHg) 1 Sunaryo 47 115 115 0 90 90 0 2 Slamet W. 55 180 180 0 90 90 0 3 Tunggal R. 57 130 130 0 80 80 0 4 Sunaryo 41 115 115 0 80 80 0 5 Margono 32 135 130 -5 90 80 -10 6 Sukamto 30 120 120 0 80 80 0 7 Suparman 43 125 125 0 80 80 0 8 Mashudi 53 110 110 0 80 80 0 9 Zainudi 50 110 110 0 80 80 0 10 Sartono 30 125 125 0 80 80 0 11 Rio 19 115 115 0 80 80 0 12 Moh. Sujoko 59 135 130 -5 90 90 0 13 Sihmohono 53 135 130 -5 90 80 -10 14 Sugeng W. 40 120 120 0 80 90 -10 15 Sarjadi 50 140 130 -5 90 80 -10 Jumlah 629 1910 1890 -25 1270 1240 -20 Rata-rata 41,9 127,3 126 -1,6 84,6 82,6 -1,3 Analisis Univariat 1. Masa Kerja

Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja bagian pengecoran dan produksi di Koperasi Batur Jaya Klaten diperoleh masa kerja sebagai berikut :

(9)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Tenaga Kerja Bagian Pengecoran dan Produksi

No Masa kerja (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 < 55 thn <5 9 30 2 6 – 10 15 50 3 11 -15 6 20 Jumlah 30 100 2. Umur

Hasil wawancara terhadap 30 tenaga kerja bagian pengecoran dan produksi di Koperasi Batur Jaya Klaten diperoleh umur sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Tenaga Kerja Bagian Pengecoran dan Produksi.

No Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 19 – 35 9 30 2 36 – 45 10 33,3 3 46 – 59 11 36,7 Jumlah 30 33,3 Analisis Bivariat

Hasil uji statistik tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas dengan uji Mann-Whitney Test.

Tabel 6. Uji Statistik Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Kerja Bagian Pengecoran Mann-Whitney Test Test Statisticsb Sistol Diastol Mann-Whitney U 63.500 60.000 Wilcoxon W 183.500 180.000 Z -2.060 -2.971

Asymp. Sig. (2-tailed) .039 .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

(10)

Dari hasil pada Tabel 6, data tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas bagian pengecoran dengan uji Mann-Whitney Test yaitu:

1. Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) ) sistol=0,041 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian peleburan. 2. Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) ) diastol=0,029 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada

perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian peleburan. Tabel 7. Uji Statistik Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bagian Produksi

Mann-Whitney Test Test Statisticsb Sistol Diastol Mann-Whitney U 110.000 112.500 Wilcoxon W 230.000 232.500 Z -.106 .000

Asymp. Sig. (2-tailed) .916 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.935a 1.000a

Dari hasil pada Tabel 7, data tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas bagian produksi dengan uji Mann-Whitney Test yaitu:

1. Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) ) sistol=0,935 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian produksi.

2. Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) ) diastol=1,000 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan sebelum kerja dan sesudah kerja terpapar panas di bagian produksi.

(11)

Tabel 8. Uji Statistik Sistolik Sesudah Kerja dan Diastolik Sesudah Kerja Pada Bagian Pengecoran dan Produksi

Mann-Whitney Test Test Statisticsb Sisitol (sesudah) Diastol (sesudah) Mann-Whitney U 88.500 30.000 Wilcoxon W 208.500 150.000 Z -1.005 -4.097

Asymp. Sig. (2-tailed) .315 .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.325a .000a

Dari hasil pada Tabel 8, data tekanan darah sistolik sesudah kerja dan diastolik sesudah kerja terpapar panas bagian pengecoran dan produksi dengan uji Mann-Whitney Test yaitu:

1. Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) ) sistol=0,325 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan sesudah kerja terpapar panas di bagian pengecoran dan produksi. 2. Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.) ) diastol=0,000 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada

perbedaan sesudah kerja terpapar panas di bagian pengecoran dan produksi. B. Pembahasan

Hasil pengukuran tekanan panas di Koperasi Batur Jaya Ceper- Klaten sebagai berikut: pada bagian pengecoran dilakukan pengukuran pukul 09.00 WIB dengan hasil ISBB 30,9 ºC, pukul 13.00 WIB dengan hasil ISBB 31,9 ºC dan pada pukul 15.00 WIB dengan hasil ISBB 32,5 ºC.

(12)

Dari hasil pengukuran tekanan darah bagian pengecoran di Koperasi Batur Jaya Klaten diperoleh rata-rata umur 39,8 dan tekanan darah sistolik sebelum terpapar tekanan panas adalah 199 mmHg dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 127,2 mmHg dengan selisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas sebesar 8,53 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar tekanan panas adalah 85,3 mmHg dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 90 mmHg. Dengan selisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas sebesar 4 mmHg.

Sedangkan dari hasil pengukuran tekanan darah bagian produksi di Koperasi Batur Jaya Klaten diperoleh rata-rata umur 41,9 dan tekanan darah sistolik sebelum terpapar tekanan panas adalah 127,3 mmHg dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 126 mmHg dengan selisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas sebesar -1,6 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar tekanan panas adalah 84,6 mmHg dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 82,6 mmHg. Dengan selisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas sebesar -1,3 mmHg dan pada nilai tekanan darah rata-rata darah normal orang dewasa (30-50 tahun) sistolik 110-140 mm Hg dan diastolik 60-90 mm Hg (Kozier, 1995).

Hasil uji statistik tekanan darah sistolik sesudah kerja dan diastolik sesudah kerja setelah terpapar panas dengan uji Mann-Whitney Test di bagian pengecoran dan produksi dapat diketahui nilai sistol 0,325 > 0,05, maka Ho diterima berarti tidak ada perbedaan sesudah kerja terpapar panas di bagian pengecoran dan produksi sedangkan untuk diastol 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak berarti ada perbedaan sesudah kerja terpapar panas di bagian pengecoran dan produksi. Meskipun pada pengukuran tekanan darah sistol dan diastol mengalami penurunan/kenaikan pada salah satu sistol atau diastol pada tekanan darah itu dapat dikatakan naik adapun faktor yang mempengaruhi aktivitas, jenis kelamin dan penyakit (JNC VII, 2003). Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel.

(13)

Pada saat ini, kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol dikenal sebagai volume diastolik akhir (end diastilic volume,EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Karena sistol lebih panjang daripada diastol, tekanan rata-rata kurang dari setengah tekanan sistol ditambah diastol.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penentuan beban kerja dilakukan dengan menghitung denyut nadi tenaga kerja, di bagian pengecoran adalah 130,2 denyut nadi termasuk kategori beban kerja sedang dan di bagian produksi adalah 90,13 denyut nadi termasuk kategori beban kerja ringan.

2. Rata-rata hasil pengukuran ISBB pada bagian produksi adalah sebesar 29,6 ºC, termasuk kategori “Beban Kerja Ringan”.

3. Rata-rata hasil pengukuran ISBB pada bagian pengecoran adalah sebesar 31,7 ºC, termasuk kategori “Beban Kerja Sedang”.

4. Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja pada bagian pengecoran sebelum dan sesudah terpapar panas adalah sistol P: 0,041 (signifikan), dan diastol P: 0,029 (signifikan).

5. Tidak ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja pada bagian produksi sebelum dan sesudah terpapar panas adalah sistol P: 0,935 (tidak signifikan), dan diastol P: 1,000 (tidak signifikan). Tidak ada perbedaan tekanan darah sistol P: 0,325 (tidak signifikan) dan Ada perbedaan tekanan darah diastol P: 0,000 (signifikan), menurut JNC VII, 2003 menyatakan tekanan darah normal < 120/80, jadi apabila.

(14)

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut

1. Bagi Perusahaan

a. Pihak perusahaan agar melakukan pengukuran kerja secara rutin dan bekerja sama dengan instansi terkait terutama pada lingkungan kerja agar tidak melebihi NAB.

b. Pihak perusahaan dianjurkan untuk pengaturan peralatan dan mesin dilakukan secara lebih teratur misalnya: mulai dari tahap persiapan, pemotongan dan seterusnya.

2. Bagi Tenaga Kerja

a. Tenaga kerja dapat menggunakan pakaian kerja dari bahan yang tidak

menyebabkan panas karena dapat menyerap keringat seperti pakaian yang bersifat isolatif terhadap panas adalah: wool, katun, asbes (tahan sampai 500 ºC), kaca (tahan sampai 450 ºC) dan bahan sistetis lainnya.

b. Tenaga kerja yang bekerja di bagian pengecoran lebih perlu pengawasan dari bagian personalia P3K sehingga tidak terjadi dampak yang lebih merugikan bagi diri sendiri dan perusahaan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Agati., 2003. Analisis Penanggulangan Heat Streas oleh Perusahaan dan Pengembangan Modul Intervensi Penanggulangannya di PT. Cakra Compact Tahun 2003, Medan: Karya Akhir Profesional Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara.

Anis Siswatiningsih., 2010. Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. INDO ACIDATAMA Tbk Kemiri, Kebakkramat Karanganyar. [Skripsi]. Universitas Negri Sebelas maret Surakarta.

http://eprints.uns.ac.id/115/1/167200309201011291.pdf

Basha, A. 1994. Obesitas pada Hipertensi Regulasi Sistem Kardiovaskuler. Kardiologi Indonesia: Jakarta.

Balai Hiperkes, 2011. Praktikum Laboratorium Hiperkes Bagi Mahasisiwa. Yogyakarta: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Budiono S, dkk, 2003. Bunga Rampai Hyperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gabriel J.F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC Heru Subaris, Haryono. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra

Cendikia Press, pp:43-44,47.

Jnc VII.2003. Prevention,Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U . S . Department Of Health and Human Services.

Kaplan, N. M, Stamler J. 1996. Penyakit Pencegahan Jantung Koroner. Alih Bahasa Handali, S. Editor Andrianto P. Jakarta: EGC.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51.MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja. 1999. Jakarta :Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Kertohoesodo, S. 1987. Pengantar Kardiologi. UI Press.

Kozier B. 1995. Fundamentals Of Nursing. Buffer Wors Publisher. New Jersey.

Kurniawan A. 2007. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Bagian Moulding Perum perhutani Unit 1 Jawa Tengah. [Tesis]. Semarang.

(16)

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Undang-Undang No. 13 tahun 2003.

Mutalazimah. 2002. Metode penelitian. Surakarta. UMS

Nurmianto, E. 2003. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya. Pearce, E. 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Utama. Santosa, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya: Prestasi

pustaka.

Suma’mur P. K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Suma’mur P. K. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Sunyoto D. 2012. Statistik Non Parametrik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Suswardany, D. L. 2004. Higene keselamatan dan kesehatan kerja. Surakarta: UMS.

Tambayong, Jan.1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Kedokteran. EGC.

Tarwaka, Bakri, S., dan Sudiajen, L., 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.l.

Tarwaka. 2008. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Pres. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press.

Gambar

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Tenaga Kerja  Bagian Pengecoran dan Produksi
Tabel 7. Uji Statistik Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bagian Produksi Mann-Whitney Test  Test Statistics b Sistol  Diastol  Mann-Whitney U  110.000  112.500  Wilcoxon W  230.000  232.500  Z  -.106  .000
Tabel  8.  Uji  Statistik  Sistolik  Sesudah  Kerja  dan  Diastolik  Sesudah  Kerja  Pada  Bagian Pengecoran dan Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right

return on asset Bank Sumsel Babel periode 2008-2015 adalah tinggi tapi jika dibandingkan dengan return on asset perbankan secara nasional adalah rendah, (2)inflasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X MIA SMAN 1 Margahayu setelah diterapkan

Sebagian besar siswa SMP Negeri 3 Minasatene masih menganggap bahwa pelajaran matematika susah, membosankan sehingga beberapa diantara mereka hanya datang, duduk

Tanpa pengetahuan yang cukup semua yang dilakukan tidak akan mempunyai dasar ilmu yang benar, selain itu bila seorang bidan tidak mempunyai keterampilan yang

Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan/ treatment (kelas yang mendapatkan penerapan multimedia interaktif berbasis Game Puzzle pada mata pelajaran jaringan

Dan berdasarkan prosentasenya hanya 17,6% saja Kegiatan Pengajian Rutin pada Majelis Ta’lim Miftahul Huda d terhadap akhlak beragama Remaja usia 13-19 tahun di Desa

Menurut Garrison dan Noreen (2001) untuk menghitung Earning Per Share (EPS) atau Laba Per Lembar Saham suatu perusahaan adalah dengan membagi Laba Bersih