• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Umum

Provinsi Jawa Barat

2.1.

Visi dan Misi Provinsi Jawa Barat

2.1.1.

Visi

Permasalahan yang dihadapi Jawa Barat saat ini antara lain kemiskinan, penataan ruang dan lingkungan hidup, pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, pemerataan kesempatan kerja, mitigasi bencana, serta kesenjangan sosial. Sehubungan dengan itu maka arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, pemerataan lapangan kerja, peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi yang hendak dicapai dalam periode kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Propinsi Jawa Barat adalah "Tercapainya Masyarakat Jawa Barat Yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera tahun 2013". Hal ini semua tertuang dalam RPJMD Jawa Barat 2008 - 2013.

(2)

Misi

Rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) Misi.

Pertama, Mewujudkan sumberdaya manusia Jawa Barat yang produktif dan berdaya saing. Tujuan :

1. Mendorong tingkat pendidikan, kesehatan dan kompetensi kerja masyarakat Jawa Barat, 2. Menjadikan Masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedua, Meningkatkan pembangunan ekonomi regional berbasis potensi lokal. Tujuan :

Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.

Ketiga, Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah Tujuan :

Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.

Keempat, Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Tujuan :

Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan. Kelima, Meningkatkan efektifitas pemerintahan daerah dan kualitas demokrasi. Tujuan :

1. Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel,

(3)

2.2.

Kondisi Geografis, Tata Ruang, Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat

2.2.1.

Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik Dasar 2.2.1.1. Kondisi Geografis

Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48 BT. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat Barat pada tahun 2008 adalah 34.816,96 Km2, terdiri atas 16

wilayah kabupaten dan 9 wilayah kota. Secara administrasi batas-batas Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

 Utara : Laut Jawa  Timur : Jawa Tengah  Selatan : Samudra Hindia

 Barat : DKI Jakarta dan Provinsi Banten

Sebagian besar wilayah kabupaten / kota di Jawa Barat berbatasan dengan laut, sehingga Wilayah Jawa Barat memiliki garis pantai cukup panjang, yaitu 755,83 Km.

Jawa Barat memiliki iklim tropis, selama ini suhu terendah tercatat 9oCelcius yaitu di Puncak

Gunung Pangrango dan suhu tertinggi tercatat 34oCelcius di daerah pantai utara. Tetapi pada

bulan Oktober 2008 yang baru saja berlalu, suhu di Jawa Barat sempat mencapai 35oCelcius

selama 3 - 4 pekan lamanya yang hampir merata dialami oleh seluruh daerah di Jawa Barat. Curah hujan rata-rata tahunan di Jawa Barat mencapai 2.000 mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan bisa mencapai 3.000 - 5.000 mm/tahun.

2.2.1.2. Kondisi Fisik Dasar (Kondisi Geologi dan Hidrologi) a. Bentang Alam

Proses geologi yang terjadi jutaan tahun lalu menyebabkan Provinsi Jawa Barat dengan luas 3,7 juta hektar terbagi menjadi sekitar 60 % daerah bergunung dengan ketinggian antara 500 - 3.079 meter dpl dan 40 % daerah dataran yang memiliki variasi tinggi antara 0 - 500 meter dari permukaan laut . Wilayah pegunungan umumnya menempati bagian tengah dan selatan Jawa Barat. Pada bagian tengah dapat ditemukan gunung-gunung api aktif seperti Gunung. Salak (2.211 m), Gede-Pangrango (3.019 m) , Ciremai (3.078 m) dan Tangkuban Perahu (2.076) berpadu dengan deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti Gunung Halimun (1.744 m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn. Cakrabuana (1.721 m). Demikian pula halnya di wilayah selatan, gunung-gunung api masih umum dijumpai

(4)

seperti Gunung Galunggung (2.168 m), Papandayan (2.622 m), dan Guntur (2.249 m); bersama deretan pegunungan yang sudah tidak aktif seperti pegunungan selatan Jawa. Keadaan sebaliknya dijumpai di wilayah utara Jawa Barat yang merupakan daerah dataran sedang hingga rendah dengan didominasi oleh dataran alluvial. Daerah daratan Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi beberapa karakter sebagai berikut:

 daerah pegunungan curam di bagian selatan dengan ketinggian > 1.500 m dpl,  daerah lereng bukit landai di bagian tengah dengan ketinggian 100-1.500 m dpl.  daerah dataran rendah yang luas di bagian utara dengan ketinggian 0-10 m dpl.

Gambar 2.1

Peta Ketinggian Wilayah Jawa Barat

Sumber: Pusat Lingkungan Geologi

b. Geologi

Secara geologis daratan Jawa Barat merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi.

Jawa Barat didominasi oleh endapan alluvial yang terdapat di bagian utara dan sebagian di selatan. Endapan lainnya yang cukup dominan adalah Elosen yang terdapat di bagian

(5)

tengah - timur, dan alluvial faces gunung api di bagian tengah - barat. Kondisi geologi ini sangat mempengaruhi kegiatan penduduk dalam memanfaatkan sumberdaya alam, khususnya kegiatan penambangan.

Gambar 2.2

Peta Geologi Wilayah Jawa Barat

Sumber: Pusat Lingkungan Geologi

c. Hidrologi

Menurut Balai Dinas Pengelolaan Air Provinsi Jawa Barat, di Jawa Barat terdapat 40 sungai yang berarti ada 40 Daerah Aliran Sungai (DAS), sebagaimana ditampilkan pada gambar berikut. DAS-DAS tersebut dikelompokkan lagi menjadi beberapa kelompok DAS. Kelompok yang memiliki area terluas adalah DAS Citarum disusul kemudian oleh Kelompok DAS Cisadane-Cimandiri.

(6)

Gambar 2.3

Daerah Alirah Sungai (DAS) di Jawa Barat

Sumber: Puslitbang Pengairan

d. Iklim

Aspek iklim menunjukkan Jawa Barat merupakan daerah hampir selalu basah dengan curah hujan berkisar antara 1.000 - 6.000 mm, dengan pengecualian untuk daerah pesisir yang berubah menjadi kering pada musim kemarau. Pada daerah selatan dan tengah, intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah utara (gambar 2.4). Sementara untuk Daerah Aliran Sungai (DAS), bagian utara menjadi muara bagi beberapa sungai besar seperti Citarum, Cimanuk, Ciliwung dan Cisadane. Sedangkan di selatan terdapat lebih sedikit sungai besar yang mengalir ke arah Samudera Hindia, yaitu Citanduy dan Cimandiri. Keadaan berbeda juga ditemukan pada perairan laut yang membatasi Jawa Barat. Daerah utara berbatasan dengan Laut Jawa dengan perairan dangkal sementara di selatan bersebelahan dengan Samudera Hindia yang memiliki perairan dalam.

(7)

Gambar 2.4

Peta Curah Hujan Propinsi Jawa Barat

Sumber: Pusat Lingkungan Geologi

2.2.2.

Tata Ruang

Tata Ruang Jawa Barat saat ini merupakan implementasi dari Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Barat yang disusun berulang kali sejak beberapa dekade yang lalu. Rencana tata ruang Provinsi Jawa Barat yang terbaru disusun tahun 2002 dan dilegalkan menjadi Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 2 tahun 2003 dan memiliki tahun rencana sampai tahun 2010. Ketika dokumen ini disusun, RTRW Jawa Barat tersebut sedang dievaluasi dan direvisi, sebagaimana ketentuan yang berlaku yang menyatakan bahwa produk rencana tata ruang harus dievaluasi dan direvisi setiap 5 tahun.

Pada dasarnya tata ruang bisa ditinjau dari bentuk struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah bentuk dasar ruang. Struktur ruang suatu wilayah terdiri atas simpul-simpul kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan bagi daerah di sekitarnya dan prasarana jalan sebagai pengikat dan penghubung masing-masing simpul. Dalam hal ini yang disebut dengan simpul-simpul kegiatan adalah berbentuk kota. Besaran simpul kegiatan dan prasarana jalan

(8)

yang berlainan membentuk sistem hierarki yang pada akhirnya membentuk struktur ruang. Sedangkan pola ruang merupakan pemanfaatan ruang, baik untuk kegiatan budidaya ataupun untuk tujuan perlindungan.

Muatan RTRW Jawa Barat meliputi hal-hal berikut: A. Struktur ruang

Struktur ruang Jawa Barat dibentuk oleh sistem kota-kota dan sistem prasarana wilayah.  Sistem Kota-kota

RTRW menetapkan sistem kota-kota di Jawa Barat sebagai berikut:  Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Bandung

 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu Bogor, Bekasi, Cianjur, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dll.

 Sistem Prasarana Wilayah  Prasarana Jalan, antara lain:

 Peningkatan ruas jalan arteri primer Bandung - Cirebon;

 Penetapan ruas jalan Ciamis - Cikijing - Kuningan - Cirebon, Cibadak - Cikidang Palabuhanratu, Banjar Pangandaran, Sadang Subang Cikamurang -Jangga, sebagai jaringan jalan arteri primer.

 Penetapan ruas jalan penghubung antar PKW, yaitu ruas jalan horizontal Jawa Barat bagian selatan Surade Tegalbuleud Agrabinta Sindangbarang Cidaun Rancabuaya Pameungpeuk Cipatujah Kalapagenep -Pangandaran sebagai jaringan jalan kolektor primer.

 Pembangunan jalan tol Cikampek Purwakarta Padalarang, Cileunyi -Sumedang - Dawuan - Palimanan, Cikarang - Tanjungpriok.

 Peningkatan rel ganda Cikampek - Haurgeulis, Cikampek - Padalarang, pembangunan jalur pintas Cibungur - Tanjungrasa, jalur baru lintas Cangkring.  Prasarana Sumberdaya Air dan Irigasi, antara lain meliputi:

 Pembangunan waduk di Sungai Cimandiri (Kabupaten Sukabumi), Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang), Tandon Air di Sungai Cikapundung (Kabupaten Bandung), Waduk di Sungai Ciwidey (Kabupaten Bandung), Waduk Santosa (Kabupaten Bandung), Waduk Genteng (Kabupaten Bogor), Waduk Tegalluar (Kabupaten Bandung), waduk-waduk lapangan di Kabupaten

(9)

Indramayu, Waduk Sadawarna (Kabupaten Majalengka), Sodetan Cibatarua (Kabupaten Bandung), peninggian Bendungan Cirata (Kabupaten Purwakarta), dan pembangunan jaringan air baku di Cipamatuh (Cikuray-Papandayan-Malabar-Patuha, Kabupaten Garut).

 Peningkatan pengelolaan situ-situ, embung, bendung dan waduk.

 Pembangunan prasarana pengendali banjir di Sungai Citanduy (Kabupaten Ciamis), Sungai Cimanuk (Kabupaten Majalengka), Sungai Citarum dan anak-anaknya (Kabupaten Bandung), Sungai Cipunegara (Kabupaten Subang), Sungai Kumpulkwista (Kabupaten Cirebon), Sungai Ciliwung (Kabupaten Bogor) dan Sungai Cisadane (Kabupaten Bogor).

 Optimalisasi pemanfaatan air yang tertampung pada Kawah Galunggung dan Situ Gede.

 Pembangunan jaringan irigasi pada Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong di Kabupaten Garut.

 Rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi pada daerah-daerah irigasi (DI).  Prasarana Energi dan Telekomunikasi antara lain meliputi:

Energi:

 Pembangunan instalasi baru, yaitu Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Tasikmalaya - Depok, Interbus Transformer (IBT) Jatibarang (Kabupaten Garut), Gardu Induk (GI) Cibeureum (Kabupaten Tasikmalaya), Trafo Distribusi Cianjur, Saluran Udara .

 Tegangan Tinggi (SUTT) Ciganea (Kabupaten Purwakarta), Konduktor SUTT Cirata (Kabupaten Purwakarta), dan IBT Purwakarta.

 Pengoperasian instalasi penyaluran, yaitu : Bengkok Incommer, Double Phi GI Lagadar, Double Phi Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Mandirancan (Kabupaten Cirebon), Reconductoring SUTT Rancaekek, Ujungberung (Kabupaten Bandung), GITET Tasikmalaya, Trafo Distribusi Sumedang, Cigereleng (Kota Bandung), Kadipaten (Kabupaten Majalengka), Rengasdengklok (Kabupaten Karawang), Padalarang (Kabupaten Bandung), dan GI Malangbong (Kabupaten Garut).

(10)

Telekomunikasi:

 Pembangunan sistem jaringan telekomunikasi di seluruh ibukota kecamatan dan desa.

 Menciptakan keanekaragaman model telekomunikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

 Prasarana Perumahan dan Permukiman, meliputi:

 Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.  Penyediaan air bersih lintas wilayah.

 Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah/Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPAL/IPLT).

B. Pemanfaatan Ruang:

RTRW Prov. Jawa Barat menetapkan bahwa ruang di Jawa Barat perlu disisihkan sebesar 45% untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung, baik berupa hutan (hutan lindung, hutan konservasi), maupun kawasan non hutan (sempadan sungai, sempadan pantai, daerah sekitar mata air, dll). Sedangkan sisanya boleh dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Gambar berikut menampilkan arahan pemanfaatan kawasan lindung yang harus dicapai oleh Jawa Barat pada tahun 2010.

RTRW Jawa Barat juga menetapkan 8 Kawasan Andalan berikut sektor unggulannya untuk mendukung pembangunan guna mencapai visi dan misi Jawa Barat yang telah ditetapkan.

Tabel 2.1

Arahan Kawasan Andalan Jawa Barat 2010

No Kawasan Sektor Unggulan

1 Bodebek dsk.  Industri

 Pariwisata

 Perdagangan dan jasa  Pendidikan dan pengetahuan 2 Bopunjur dsk.  Pertanian tanaman pangan

 Pariwisata  Perkebunan  Perikanan darat

3 Sukabumi dsk.  Perikanan laut

 Peternakan  Pariwisata  Perkebunan

(11)

No Kawasan Sektor Unggulan  Industri (agro)

 Pertanian tanaman pangan 4 Ciayumajakuning dsk.  Industri

 Perdagangan dan jasa  Perikanan laut dan darat  Pertanian tanaman pangan  Kehutanan

 Perkebunan  Peternakan 5 Cekungan Bandung dsk.  Industri

 Perdagangan dan jasa  Pertanian holtikultura  Pariwisata

 Perkebunan  Perikanan  Peternakan

 Pendidikan dan pengetahuan 6 Priangan Timur dsk.  Pertanian tanaman pangan

 Perkebunan  Peternakan

 Perikanan laut dan darat  Kehutanan  Pariwisata 7 Pangandaran dsk.  Pariwisata  Perikanan laut 8 Purwasuka dsk*)  Industri  Pariwisata  Perkebunan

 Pertanian tanaman pangan  Perikanan darat

 Peternakan  Bisnis kelautan

6 Priangan Timur dsk.  Pertanian tanaman pangan  Perkebunan

 Peternakan

 Perikanan laut dan darat  Kehutanan  Pariwisata 7 Pangandaran dsk.  Pariwisata  Perikanan laut 8 Purwasuka dsk*)  Industri  Pariwisata  Perkebunan

 Pertanian tanaman pangan  Perikanan darat

 Peternakan  Bisnis kelautan Sumber: RTRW Prov. Jawa Barat 2001 - 2010

(12)

Gambar 2.5 Peta Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 - 2010

(13)

2.2.3.

Kependudukan dan Tingkat Kepadatan Masyarakat

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 adalah sebesar 41.483.729 jiwa. Pertumbuhan penduduk Jawa Barat termasuk tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Dalam kurun waktu 2003 - 2007 telah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,13% / tahun. Tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi di Kab. Bogor dan Kab. Tasikmalaya. Sebetulnya pertumbuhan penduduk di daerah sekitar Kota Bandung (tadinya termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung) termasuk dalam kategori tinggi, namun karena adanya pemecahan wilayah Kabupaten Bandung menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, maka secara numerik tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bandung menjadi kecil.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2008

Ditinjau dari tingkat kepadatannya, kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Bekasi, yaitu mencapai 36.433 jiwa/Ha dan Kota Cimahi sebesar 33.750 jiwa/Ha. Sedangkan kepadatan penduduk tinggi terdapat di Kota Depok, Bandung, Cirebon, Bogor, yaitu mencapai 12 sampai 22 ribu jiwa/Ha. Daerah dengan kepadatan penduduk relatif rendah adalah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan.

(14)

Tabel 2.2

Jumlah, Kepadatan, dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat Tahun 2007

No Kabupaten / Kota Jumlah Penduduk Jiwa / HaKepadatan rata-rata / tahunPertumbuhan

2003-2007 2003 2007 Kabupaten 1 Bogor 3711885 4316236 9897.15 3.85 2 Sukabumi 2201258 2258253 6533.24 0.64 3 Cianjur 2057911 2149121 6106.39 1.09 4 Bandung 4002290 3038038 9998.02 -5.31 5 Garut 2181962 2429167 5669.99 2.72 6 Tasikmalaya 1569292 1792092 4966.74 3.41 7 Ciamis 1671654 1586076 4536.58 -1.20 8 Kuningan 1025970 1140777 2983.40 2.69 9 Cirebon 2058114 2162644 5034.57 1.25 10 Majalengka 1181677 1204379 3619.32 0.48 11 Sumedang 1019334 1112336 4051.63 2.21 12 Indramayu 1747467 1795372 5736.76 0.68 13 Subang 1385531 1459077 5719.01 1.30 14 Purwakarta 731584 798272 4087.48 2.21 15 Karawang 1892275 2073356 6753.23 2.31 16 Bekasi 1876928 2032008 10648.29 2.00 17 Bandung Barat - 1493225 Kota 18 Bogor 811307 866034 12585.97 1.65 19 Sukabumi 270131 300694 8928.67 2.72 20 Bandung 2248758 2364312 16839.02 1.26 21 Cirebon 272821 290450 12971.05 1.58 22 Bekasi 1864421 2084831 36433.18 2.83 23 Depok 1325087 1412772 22120.13 1.62 24 Cimahi 473290 518985 33750.00 2.33 25 Tasikmalaya 551409 624478 8847.19 3.17 26 Banjar - 180744 8050.82 -Jawa Barat 38132356 41483729 256867.83 2.13

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dan hasil perhitungan.

2.2.4.

Kesehatan Masyarakat.

Tingkat kesehatan penduduk Jawa Barat terkait masalah lingkungan bisa ditinjau dari banyaknya penduduk yang mengalami sakit yang dirinci menurut jenis penyakitnya, khususnya penyakit yang diakibatkan oleh buruknya kualitas udara. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah:

 Penyakit ISPA seperti batuk, pilek, sesak nafas.  Penyakit kulit

(15)

Foto 2.1

Balita paling rentan terhadap penyakita akibat lingkungan yang buruk (kiri)

Wabah DBD akibat nyamuk masih terus menjadi (atas)

Namun demikian data yang tersedia di Biro Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2007 hanya mendata penderita beberapa jenis penyakit saja, yaitu panas, batuk, pilek dan sesak nafas. Sedangkan data mengenai penderita penyakit kulit dan penyakit perut tidak tersedia.

Tabel 2.3

Jumlah Penderita Penyakit di Jawa Barat 2007

No Kabupaten / Kota

Jumlah Penderita Penyakit Prosentase Orang Sakit Panas Batuk Pilek Sesak Napas Total

Kabupaten 1 Bogor 646008 740527 758558 147102 2292195 53.11 2 Sukabumi 377921 368103 387612 75540 1209176 53.54 3 Cianjur 194444 211092 214782 52464 672782 31.30 4 Bandung 259752 323531 316918 53617 953818 31.40 5 Garut 203814 230074 222183 38948 695019 28.61 6 Tasikmalaya 148808 157428 180372 30300 516908 28.84 7 Ciamis 247969 289471 325452 28230 891122 56.18 8 Kuningan 136641 153906 167685 19695 477927 41.89 9 Cirebon 265460 294096 295997 16545 872098 40.33 10 Majalengka 117074 147352 151505 30308 446239 37.05 11 Sumedang 135250 147408 154118 27968 464744 41.78 12 Indramayu 138434 177128 190295 30573 536430 29.88 13 Subang 155808 136332 158513 33001 483654 33.15 14 Purwakarta 123292 150208 156016 21576 451092 56.51 15 Karawang 217821 265065 239163 43061 765110 36.90 16 Bekasi 199224 211096 210536 34856 655712 32.27

(16)

No Kabupaten / Kota

Jumlah Penderita Penyakit Prosentase Orang Sakit Panas Batuk Pilek Sesak Napas Total

17 Bandung Barat 112611 151155 156602 29290 449658 30.11 Kota 18 Bogor 24765 51246 66690 8840 151541 17.50 19 Sukabumi 30625 31848 31681 4622 98776 32.85 20 Bandung 173800 259752 228152 22120 683824 28.92 21 Cirebon 35482 67039 72063 7850 182434 62.81 22 Bekasi 124741 213473 203303 21936 563453 27.03 23 Depok 54432 57344 62024 6448 180248 12.76 24 Cimahi 31977 42750 38817 5814 119358 23.00 25 Tasikmalaya 76197 84602 100025 10189 271013 43.40 26 Banjar 15456 17451 16485 1986 51378 28.43 Jawa Barat 4247806 4979477 5105547 802879 15135709 36.49

Gambar

Gambar berikut menampilkan arahan pemanfaatan kawasan lindung yang harus dicapai oleh Jawa Barat pada tahun 2010.
Gambar 2.5 Peta Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 - 2010

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan kepemimpinan Kepala Desa di Desa Cemba sebesar 48,4% atau dikategorikan Cukup Baik, cara penyelesaian konflik

Anda juga dapat menggunakan Multi-trip Global Travel Insurance untuk perjalanan yang dibayar dengan HSBC Premier MasterCard agar Anda dan anak-anak tercinta

Dalam penelitian kualitatif juga, temuan atau data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan penliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi

Saat ini Target Tahun Strategi Pencapaian Target Pencapaian 2016 2017 2018 4. Sosialisasi jurnal program studi kepada mahasiswa dan akademisi diluar program studi. Memberikan

1 Pasal 26 Ayat 1 yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.. 2 Pasal

 Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk

disajikan tabel mengenai rasio keuangan perusahaan terkait..

Analisis materi merupakan tahap di mana peneliti menganalisis materi-materi apa saja yang perlu dikembangkan, baik itu materi-materi pokok, subbagian dari materi pokok dan