PENGARUH KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KECEPATAN
PERGANTIAN KULIT KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain)
YANG DIPELIHARA SECARA MASSAL DALAM KARAMBA
S K R I P S I
Oleh :
MUCHAMMAD HASANUDDIN
PASURUAN – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
PENGARUH KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KECEPATAN
PERGANTIAN KULIT KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain)
YANG DIPELIHARA SECARA MASSAL DALAM KARAMBA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
MUCHAMMAD HASANUDDIN
NIM. 060510237P
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M.P.
Dr. Kusnoto, drh., M.Si.
NIP. 19690912 199702 2001
NIP. 19631003 199702 1001
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti B.S., DEA.,drh.
NIP. 19520517 197803 2 001
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat
bahwa Skripsi ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.
Tanggal Ujian : 24 Agustus 2010
Menyetujui,
Panitia Penguji,
Ketua
A.Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si.
NIP. 19731101 200112 1 002
Sekretaris
Anggota
Dr. Ir. Kismiyati, M.Si.
Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
NIP. 19590808 198603 2 002
NIP. 19800517 200312 1 004
Anggota
Anggota
Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M.P.
Dr. Kusnoto, drh., M.Si.
NIP. 19690912 199702 2 001
NIP. 19631003 199702 1 001
Surabaya, 27 Agustus 2010
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti B.S., DEA.,drh.
NIP. 19520517 197803 2 001
RINGKASAN
MUCHAMMAD HASANUDDIN. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda terhadap Kecepatan Pergantian Kulit Kepiting Bakau (Scylla paramamosain) yang Dipelihara Secara Massal dalam Karamba. Dosen Pembimbing Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M.P. dan Dr. Kusnoto, drh., M.Si.
Kepiting bakau merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting. Guna lebih meningkatkan nilai ekonomis kepiting bakau, produsen berusaha memproduksi kondisi khusus seperti kepiting bertelur dan kepiting cangkang lunak. Kepiting cangkang lunak, memungkinkan persen bagian tubuh yang dapat dimakan menjadi meningkat, disamping kemudahan untuk menikmatinya. Harga kepiting cangkang lunak di pasaran cukup tinggi, sekitar Rp50.000-Rp75.000/kg tergantung ukurannya. Semakin besar ukurannya semakin tinggi pula harganya. Produksi kepiting cangkang lunak sebagian besar masih menggunakan budidaya sistem baterai. Hal ini terjadi karena budidaya kepiting cangkang lunak sistem massal belum diketahui berapa kepadatan optimal dalam pemeliharaannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap kecepatan pergantian kulit kepiting bakau (Scylla paramamosain) yang dipelihara secara massal dalam karamba. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) empat ulangan dan enam perlakuan. Perlakuan yang digunakan adalah : kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 6 ekor (B), kepadatan 8 ekor (C), kepadatan 10 ekor (D), kepadatan 12 ekor (E) dan karamba baterai sebagai pembanding (K). Parameter utama yang diamati adalah kecepatan moulting, tingkat kelulushidupan dan pertumbuhan. Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air (salinitas, suhu, oksigen terlarut dan amoniak). Analisis data menggunakan Analisis of Varian (Anova) dan jika terdapat perbedaan dalam perlakuan, maka menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan kepadatan yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap kecepatan moulting, tingkat kelulushidupan, pertumbuhan volume tubuh dan persentase moulting. Tetapi memberikan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan berat spesifik harian dan kegemukan kepiting bakau. Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan, tingkat kecepatan moulting kepiting bakau tercepat pada kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 8 ekor
(C), kepadatan 6 ekor (B), kepadatan 12 ekor (E) dan kecepatan moulting terlambat pada perlakuan pembanding (K). Tingkat kelulushidupan tertinggi didapat pada kepadatan 8 ekor (C), kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 12 ekor (E), kepadatan 6 ekor (B) dan terendah diperoleh kepadatan 10 ekor (D). Pertumbuhan berat spesifik harian kepiting bakau tertinggi diperoleh kepadatan 10 ekor (D), kepadatan 8 ekor (C), kepadatan 12 ekor (E), kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 4 ekor (A) dan terendah pada pembanding (K). Pertumbuhan volume spesifik harian kepiting bakau tertinggi diperoleh kepadatan 12 ekor (E), kepadatan 6 ekor (B), kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 8 ekor (C), kepadatan 10 ekor (D) dan terendah pada pembanding (K). Kegemukan kepiting bakau tertinggi diperoleh kepadatan 8 ekor (C), kepadatan 10 ekor (D), kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 6 ekor (B), kepadatan 12 ekor (E) dan terendah pada pembanding (K). Persentase moulting kepiting bakau tertinggi diperoleh kepadatan 4 ekor (A), kepadatan 8 ekor (C), kepadatan 6 ekor (B), kepadatan 12 ekor (E) dan terendah pada kepadatan 10 ekor (D).
SUMMARY
MUCHAMMAD HASANUDDIN. Effect Of Different Density On The Rate Of Mangrove Crab (Scylla Paramamosain) Molting Mass-Reared In Cage. Academic Advisor I Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M.P. and Academic Advisor II Dr. Kusnoto, drh., M.Si.
Mangrove crab is one of the coastal fishery resources that have important economic value. In order to further enhance the economic value of mangrove crabs, manufacturers try to produce special conditions such as crabs lay eggs and soft shell crab. Soft shell crab, enabling percent edible parts of the body is increased, as well as convenience to enjoy it. Soft shell crab prices in the market are quite high, around Rp.50.000-Rp75.000/kg depending on size. The bigger size the price is higher. The production of soft shell crabs, most still use the battery farming system. This happens because the soft shell crab mass system is not yet known how the optimal density in the aquaculture.
The purpose of this study was to determine the effect of different density on the rate of molting of mangrove crab (Scylla paramamosain) mass-reared in cage. The research method used is an experimental method with a Completely Randomized Design (CRD) of four replicates and six treatments. The treatments used were: the density of four crabs (A), the density of 6 crabs (B), the density of eight crabs (C), density of 10 crabs (D), the density of 12 crabs (E) and battery cage as a comparator (K). The main parameters measured were the rate of molting, survival and growth rates. Supporting parameters measured were water quality (salinity, temperature, dissolved oxygen and ammonia). Analysis of data using Analysis of Variance (ANOVA) and if there is a difference in treatment, then using Duncan multiple range test.
The results showed that the density of different treatment effect was not significantly different (p> 0.05) to the rate of molting, survival rate, growth of body volume and percentage molting. But it gives a real difference (p <0.05) on the specific growth rate of weight and obesity mangrove crabs daily. Based on the results of Duncan multiple range test, the rate of mangrove crabs molting fastest speed on the density of four crabs (A), the density of eight crabs (C), the density of 6 crabs (B), the density of 12 crabs (E) and late in treatment molting speed comparator (K). The highest survival rate
was obtained in the density of eight crabs (C), the density of four crabs (A), density of 12 crabs (E), density of 6 crabs (B) and obtained the lowest density of 10 crabs (D). Daily specific weight growth of mangrove crab obtained the highest density 10 crabs (D), the density of eight crabs (B), density of 12 crabs (E), the density of 4 crabs (A) and lowest in the comparator (K). Daily specific volume growth of mangrove crabs obtained the highest density 12 crabs (E), density of 6 crabs (B), the density of four crabs (A), the density of eight crabs (C), density of 10 crabs (D) and lowest in the comparator (K). Overweight and obtained the highest density of mud crabs 8 crabs (C), density of 10 crabs (D), the density of four crab (A), the density of 6 crabs (B), the density of 12 crabs (E) and lowest in the comparator (K). The highest percentage of molting of mangrove crab densities obtained four crabs (A), the density of eight crabs (C), the density of 6 crabs (B), the density of 12 crabs (E) and the lowest density of 10 crabs (D).
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang
Pengaruh Kepadatan yang Berbeda terhadap Kecepatan Pergantian Kulit Kepiting
Bakau (Scylla paramamosain) yang Dipelihara secara Massal dalam Karamba ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan dan
kesempurnaan laporan-laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga
karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Surabaya, 10 Agustus 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sholawat dan salam selalu penulis
ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dalam
menjalani kehidupan ini. Serta dengan hormat dan penghargaan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. drh. Hj. Sri Subekti B.S., DEA., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga.
2. Ibu Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M.P. dan Bapak Dr. Kusnoto, drh., M.Si.
selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan
bimbingan selama penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini.
3. Bapak A. Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si., selaku Koordinator skripsi.
4. Bapak A. Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si., Ibu Dr. Ir. Kismiyati, M.Si. dan Bapak
Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan dan bimbingan.
5. Ibu Endah Kristiarini, A.Pi., MT., selaku kepala Pusat Pembenihan Udang
Probolinggo. Atas segala fasilitas dan kesempatannya untuk menimba ilmu di
tempat Ibu.
6. Mas Arif Sisbiantoro, A.Md., Pak Timan dan semua staf PPU Probolinggo atas
arahan, masukan dan pengetahuannya selama kegiatan penelitian.
7. Keluargaku tercinta Bapak, Ibu, Mbak Ida, Mas Ayik dan keluarga, Mas
Rohman dan keluarga yang telah memberikan semangat dan doa serta
dukungan moril dan materi.
8. Teman-temanku S-1 Budidaya Perairan Unair angkatan 2005 yang selalu
memberi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Elli Sri Damajanti dan keluarga, semoga sehat selalu.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan maupun laporan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
SUMMARY... ... vi
KATA PENGANTAR... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan ... 4 1.4 Manfaat ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Klasifikasi Kepiting Bakau ... 5
2.2 Morfologi Kepiting Bakau ... 5
2.3 Habitat Kepiting Bakau ... 7
2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan ... 8
2.5 Pertumbuhan ... 8
2.6 Pergantian Kulit (Moulting) ... 9
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Kulit (Moulting) ... 10
2.7.1 Kesehatan benih kepiting ... 10
2.7.3 Lingkungan ... 12
2.7.4 Hubungan kepadatan dan moulting ... 12
2.8 Wadah Pemeliharaan Kepiting ... 13
III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 15
3.1 Kerangka Konseptual ... 15
3.2 Hipotesis ... 18
IV. METODE PENELITIAN ... 19
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 19
4.2 Materi Penelitian ... 19 4.2.1 Alat penelitian ... 19 4.2.2 Bahan Penelitian ... 19 4.3 Metode Penelitian ... 20 4.3.1 Rancangan Penelitian ... 20 4.3.2 Prosedur Kerja ... 20
4.3.3 Diagram Alir Penelitian ... 21
4.3.4 Parameter ... 22
4.3.5 Analisis Data ... 24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
5.1 Hasil ... 25
5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau ... 25
5.1.2 Tingkat kelulushidupan kepiting bakau ... 27
5.1.3 Laju pertumbuhan berat spesifik harian kepiting bakau ... 28
5.1.5 Kegemukan kepiting bakau ... 31
5.1.6 Persentase moulting kepiting bakau ... 33
5.1.7 Kualitas air ... 34
5.2 Pembahasan ... 35
VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 43
6.1 Simpulan ... 43
6.2 Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1 Nilai skoring kecepatan moulting kepiting bakau ... 25 5.2 Data rata-rata skor kecepatan moulting kepiting bakau dengan perlakuan
kepadatan yang berbeda ... 26 5.3 Data rata-rata laju pertumbuhan berat spesifik harian kepiting bakau hasil
perlakuan kepadatan yang berbeda ... 29 5.4 Data rata-rata laju pertumbuhan volume spesifik harian kepiting bakau hasil
perlakuan kepadatan yang berbeda ... 30 5.5 Data rata-rata kegemukan kepiting bakau hasil perlakuan kepadatan yang
berbeda ... 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Morfologi kepiting bakau bagian dorsal ... 6
2.2 Abdomen kepiting jantan (A) dan kepiting betina (B) ... 7
3.1 Kerangka konseptual ... 17
4.1 Diagram alir penelitian ... 21
5.1 Diagram rata-rata skor kecepatan moulting kepting bakau hasil perlakuan kepadatan yang berbeda ... 26
5.2 Diagram rata-rata tingkat kelulushidupan kepiting bakau hasil perlakuan kepadatan yang berbeda ... 28
5.3 Diagram rata-rata laju pertumbuhan berat spesifik harian kepiting bakau hasil perlakuan kepadatan yang berbeda ... 29
5.4 Diagram rata-rata laju pertumbuhan volume spesifik harian kepiting bakau hasil perlakuan kepadatan yang berbeda ... 31
5.5 Diagram rata-rata kegemukan kepiting bakau hasil perlakuan kepadatan yang berbeda ... 32
5.6 Diagram rata-rata persentase moulting kepiting bakau hasil perlakuan kepadatan yang berbeda ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data hasil skoring kecepatan moulting kepiting bakau ... 50
2. Analisis statistik data kecepatan moulting kepiting bakau ... 51
3 Data kelulushidupan dan persentase moulting kepiting bakau ... 52
4. Analisis statistik data kelulushidupan kepiting bakau... 53
5. Data pertumbuhan berat spesifik harian, volume spesifik harian dan kegemukan kepiting bakau ... 55
6. Analisis statistik data laju pertumbuhan berat spesifik harian kepiting bakau ... 56
7. Analisis statistik data laju pertumbuhan volume spesifik harian kepiting bakau ... 57
8. Analisis statistik data kegemukan kepiting bakau ... 58
9. Analisis statistik data persentase moulting kepiting bakau ... 59
10. Data pertumbuhan berat akhir kepiting bakau ... 61
11. Data parameter kualitas air selama pemeliharaan kepiting bakau ... 66