• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran. docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. Judul

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Problem Based Learning pada siswa kelas IV SDN Kandri 01 Semarang

2. Bidang Kajian

Strategi Pembelajaran dan Model pembelajaran Problem Based Learning 3. Pendahuluan

3.1 Latar Belakang Masalah

(2)

bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Menurut Treffers (dalam Shoimin, 2014 : 147-148) ada dua jenis matematisasi, yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Dalam matematika horisontal siswa menggunakan matematika untuk mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata. Sementara matematisasi vertikal berkaitan dengan proses pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah diproses dalam simbol matematika yang lebih abstrak.

Pendapat mengenai sifat abstrak matematika dikuatkan oleh Marti (dalam Sundayana, 2013 : 3), obyek matematika yang bersifat abstrak tersebut merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi peserta didik dalam mempelajari matematika. Tidak hanya peserta didik, guru pun juga mengalami kendala dalam mengajarkan matematika yang sifatnya abstrak tersebut. Konsep-konsep matematika dapat dipahami dengan mudah bila bersifat konkrit. Karenanya pengajaran matematika harus dilakukan secara bertahap. Pembelajaran matematika harus dimulai dari tahapan konkrit. Lalu diarahkan pada tahapan semi konkrit, dan pada akhirnya siswa dapat berfikir dan memahami matematika secara abstrak.

Pembelajaran yang mampu mengembangkan konsep di atas, akan meningkatkan kualitas dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Sehingga kualitas pembelajaran inilah yang nanti menjadi inti dari kualitas mutu pendidikan.

(3)

dengan langsung mengarahkan siswa untuk membuka buku paket tanpa diawali dengan apersepsi dan pengenalan masalah sebelum masuk ke pembelajaran termasuk memperkenalkan siswa pada hal yang sifatnya nyata. Selanjutnya, guru menjelaskan materi dengan ceramah tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, memberikan contoh soal dari buku paket dan menjelaskannya di papan tulis, seolah-olah gurulah yang menjadi pusat dari pembelajaran dan menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran. Terlebih permasalahan akan terlihat dari pembelajaran matematika yang menuntut siswa untuk menghafalkan berbagai rumus hitungan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini akan berdampak ketika siswa menemui permasalahan lain walaupun dalam konteks pembelajaran yang sama. Beberapa waktu kemudian, sebagian besar siswa mulai terlihat jenuh dan mereka mengalihkan perhatian pada hal lain seperti bermain-main alat tulis, bergurau, mengganggu temannya yang lain, mengantuk, keluar dari kelas, berlari-larian, dan tidak mau bertanya apabila belum mengerti. Di akhir pembelajaran, guru meminta siswa mengerjakan soal latihan dibuku paket, saat mengerjakan soal siswa terlihat ada yang mencontek pekerjaan temannya, ada pula yang hanya memandangi soal dan tidak segera mengerjakan, ada pula yang langsung mengerjakan dengan cepat, namun ada pula yang selalu mengeluh pada guru karena tidak bisa mengerjakan soal.

(4)

nilai tes yang diperoleh siswa yaitu nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 100 dengan tingkat ketidak tuntasan sebesar 64,7% (22 siswa) dan yang tuntas hanya 35,3% (12 siswa) dari 34 siswa, sehingga rerata kelas yang diperoleh adalah 63,82. Ini sangat jauh dari KKM untuk mata pelajaran Matematika yaitu 66.

Berdasarkan diskusi bersama tim kolaborasi, maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan diatas dengan menerapkan pembelajaran yang lebih inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yakni dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah didasarkan atas

teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme). Menurut teori konstruktivisme, siswa belajar mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem). (Sani 2014 : 127)

Menurut Hosnan (2014 : 295) Model Problem Based Learning ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi, dalam situai berorientasi pada masalah.

(5)

masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi dan demokratis.

Lebih lanjut Shoimin (2014 : 132) menjelaskan beberapa keunggulan Problem Based Learning diantaranya :

1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata

2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar

3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi

(6)

Menurut Abdur Razaq (dalam Sukiman 2012 : 213) Microsoft powerpoint merupakan salah satu produk unggulan Microsoft Corporation dalam program aplikasi presentasi yang paling banyak digunakan saat ini. Hal ini dikarenakan banyak kelebihan di dalamnya dengan kemudahan yang disediakan. Dengan microsoft powerpoint ini kita dapat merancang dan membuat presentasi yang lebih menarik dan profesional.

Program Powerpoint adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data (data stor-age) (Susilana, 2009:101)

Model Problem Based Learning (PBL) ini juga pernah dimuat dalam jurnal nasional dari http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/2058/1795 yang diambil dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gd. Gunantara, Md Suarjana, Pt. Nanci Riastini (2014) dengan judul “penerapan model pembelajaran problem based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan Masalah matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Sepang” Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V di SD Negeri 2 Sepang dengan perolehan angka rata-rata kemampuan pemecahan masalah secara klasikal pada siklus I sebesar 70% (berada pada kriteria sedang). sedangkan pada siklus II rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebesar 86,42% (berada pada kriteria tinggi). Dengan demikian, dari siklus I ke siklus II untuk kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan sebanyak 16,42%.

(7)

Wonogiri tahun 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV tahun 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada tes awal 49,67, siklus pertama 72,17, dan pada siklus kedua menjadi 86,50. Ketuntasan klasikal pada tes awal 26,67%, pada siklus pertama 73,33%, dan pada siklus kedua menjadi 93,33%.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga dalam setiap pembelajaran sebaiknya dapat menerapkan Problem Based Learning.

Oleh karena latar belakang di atas, maka peneliti menetapkan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika dengan model Problem Based Learning pada siswa kelas IV SDN Kandri 01 Semarang”

3.2 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 3.2.1 Perumusan Masalah

Rumusan masalah umum

Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model Problem Based Learning di kelas IV SDN Kandri 01?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Apakah melalui model Problem Based Learning dapat meningkatakan keterampilan guru dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01?

b. Apakah melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan perilaku belajar dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01?

(8)

d. Apakah melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas materi pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01?

e. Apakah melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas media pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01?

f. Apakah melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01?

3.2.2 Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisis masalah yang telah dilakukan, peneliti menetapkan alternatif tindakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas IV SDN Kandri 01 yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning

Adapun langkah-langkah pembelajaran melalui model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi

(9)

proses pemecahan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

3. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah

4. Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau mempersiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model

5. Guru membatu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan

3.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut: 3.3.1 Tujuan umum

Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model Problem Based Learning di kelas IV SDN Kandri 01.

3.3.2 Tujuan khusus

(10)

b. Mendeskripsikan penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan perilaku belajar siswa dalam pembelajaran mtematika di kelas IV SDN Kandri 01. c. Mendeskripsikan penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan

iklim pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01.

d. Mendeskripsikan penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas materi pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01.

e. Mendeskripsikan penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas media pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01.

f. Mendeskripsikan penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas IV SDN Kandri 01. 3.4 Manfaat Penelitian

3.4.1 Manfaat teoritis

Melalui Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti mendapat pengalaman langsung bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Kandri 01 Semarang

3.4.2 Manfaat praktis 1). Bagi siswa

Siswa dapat memperoleh pembelajaran matematika yang bermakna, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena didasarkan pada masalah kesehariannya, dan berpusat pada siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar yang kemudian berdampak pula pada peningkatan hasil belajar siswa.

2). Bagi guru

(11)

memberikan layanan terbaik bagi siswa yang mengarah pada peningkatan kualitas pembelajaran.

3). Bagi sekolah/lembaga

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan dalam mewujudkan cita-cita haruslah berjalan beriringan, pemerintah menyiapkan langkah strategis dalam mewujudkan itu sedangkan dari sisi masyarakat harus

fluorescens terhadap tanaman kentang serta untuk mendapatkan kultivar yang tepat terhadap aplikasi bakteri PGPR untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

Herman memerlukan 3 liter bensin untuk menempuh jarak 36 km jika herman akan menempuh jarak 60 km, maka banyaknya bensin yang diperukan adalah…liter a.. Suatu keluarga terdiri dari

Apabila para penyusun Rancangan KUHP konsisten dengan pemahaman bahwa yang membahayakan dari pornografi dan pornoaksi adalah perbuatan-perbuatan yang “menyiarkan, mempertunjukkan

[r]

Kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi,

Dalam tugasnya mengaudit laporan keuangan, auditor dituntut bekerja dengan akuntabilitas yang tinggi, menjaga independensi, memiliki etika profesional yang baik, serta

Salah satu indikator untuk mengukur rasio pasar dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Earning Per Share (EPS) merupakan variabel yang dominan memiliki