• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RITUAL ARUNO LAHITOLO MANANOL DALAM KONTEKS MASYARAKAT DI NEGERI AMAHAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III RITUAL ARUNO LAHITOLO MANANOL DALAM KONTEKS MASYARAKAT DI NEGERI AMAHAI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

52

BAB III

RITUAL ARUNO LAHITOLO MANANOL DALAM KONTEKS MASYARAKAT DI NEGERI AMAHAI

Bab ini secara khusus akan menampilkan hasil penelitian tentang aruno lahitolo mananol di Negeri Amahai. Beberapa hal pokok yang tertuang adalah

gambaran umum negeri, tahapan aruno lahitolo mananol dan nilai spiritual dalam ritual tersebut dalam pandangan masyarakat Negeri Amahai.

III. 1. GAMBARAN UMUM NEGERI AMAHAI III. 1.1. Lintasan Sejarah Negeri Amahai1

Lintasan sejarah Negeri Amahai tidak terlepas dari nama Amahai, karena keduanya berkaitan satu sama lain. Secara etimologi kata Amahai terdiri dari dua suku kata yaitu: Ama yang artinya bapak dan Mahai yang artinya hidup. Nama Amahai sendiri telah ada sejak migrasi besar-besaran dari Nunusaku, yaitu kira-kira pada tahun 1400 SZB2. Hal ini berawal dari serombongan besar orang dari

suku wemale rumpun patasiwa3 berpindah atau keluar meninggalkan Nunusaku

mengambil jalan ke arah timur kemudian menyebar ke selatan. Mereka terdiri dari beberapa soa atau hena yang dipimpin oleh seorang Upu. Kumpulan Soa atau

1 Sejarah Negeri Amahai telah buat dalam satu buku bernama Amahai Dalam Lintasan

Sejarah, oleh panitia seminar sejarah Lounusa Maatita pada tahun 1991dan disimpan sebagai arsip negeri.Buku ini tidak untuk diperjualbelikan, tidak dibagikan secara sembarangan, dan hanya disimpan atau dimiliki oleh orang-orang yang punya kepentingan dalam urusan pemerintahan negeri dan atau saniri negeri. Penulis mendapatkan buku ini atas izin dari pemerintah negeri, namun diluar sana ada beberapa buku yang mengisahkan tentang sejarah lahirnya negeri amahai dengan versi yang sedikit berbeda namun kurang lebih mirip atau sama. Namun untuk kepentingan penulisan tesis ini, penulis memakai arsip yang dipegang oleh pemerintah negeri amahai hingga saaat ini.

2 SZB: Sebelum zaman bersama.

3Isitilah patasiwa merupakan istilah untuk menyebutkan pembagian kelompok di daerah seram.

Selain patasiwa dikenal juga patalima. Kedua istilah ini berasal dari dua suku kata yaitu pata yang berasal dari bahasa asli yang seperti juga kata setaraf uli dan keduanya berarti kelompok atau bagian. Siwa berarti sembilan, dan lima berarti lima. Jadi patasiwa adalah kelompok sembilan, dan patalima berarti kelompok lima. Lih, Cooley, Mimbar Dan Takhta,118.

(2)

53

hena yang dipimpin oleh Upu mempunyai seorang pemimpin tertinggi yang

disebut Upu Latu sebagai atau orang yang pertama dan terutama atau orang yang dituakan.

Selanjutnya, rombongan ini menyebar pada suatu daerah yang luas, mulai dari Uwe terus ke Paurita (Kepala Wai Ruata), di teluk Elpaputi sampai Hatumete di teluk Teluti. Maka pendeta adat atau maweng mengucap syukur pada Upu Lanite bahwa orang tua mereka adalah Ama atau bapak masih tetap Mahai atau

hidup. Namun meskipun begitu, ada juga yang melafalkan negeri ini dengan sebutan Amahei yang sesungguhnya berasal dari kalimat Ama Hei Nama Namakala yang berarti bapak sejak dahulu kala, dan ada sebagian orang yang

menganggap bahwa kata Amahei ini berasal dari kata Emhei yang artinya asing rasanya. Hal ini tidak muncul dari sebuah kekosongan melainkan dari sebuah peristiwa pada tahun 1652, tepatnya dua ratus lima puluh tahun setelah migrasi besar-besaran terjadi. Gubernur Arnold de Vlaming van Oudsgorn melancarkan penyerangkan dan menaklukan Kerajaan Iha pada perang Hongi.

Sebenarnya sebelum datang kekuasaan asing di Indonesia dan di Maluku, Amahai belum merupakan sebuah desa seperti saat ini. Amahai pada mulanya merupakan satu Inama (berasal dari kata Ina yang artinya Ibu, dan ama yang artinya bapak). Inama adalah suatu kekuasaan besar yang merupakan lembaga masyarakat adat yang besar. Berdasarkan amarale besar pertama (musyawarah besar pertama), dari saniri besar wae le telu (saniri besar tiga batang air yaitu tala, eto, dan sapalewa), maka Pulau Seram dibagi atas empat Inama Besar, yaitu; (1) Inama Sarimetene. Kepala inama adalah Tuhumetone yang berkedudukan di Eti,

(3)

54 Kepala Inama adalah Hahuinai berkedudukan di Muniali mempunyai kekuasaan dari Sapalewa sampai Wai Makina; (3) Inama Tahisane. Kepala Inamanya adalah Latu Raja berkedudukan di Kaibobou mempunyai daerah kekuasaan dari Kaibobu sampai Wai Tala; (4) Inama Halulupesia, yaitu Amahai dan mempunyai daerah kekuasaan mulai dari Wai Uwe, terus ke Paurita (Kepala Wai Rata) di teluk Elpaputih sampai di Hatumete di Teluk Taluti.

Inama Halulupesia dikepalai oleh seorang Upu Ama atau Upu Latu, yang

membawahi beberapa orang Upu yang memgepalai “Hena”. Inama Halulupesia adalah suku Wemale dari rumpun patasiwa. Pada waktu perpindahan pertama dari Nunusaku mereka mendiami Gunung Lumute dan kemudian menyebar ke Selatan terus ke daerah kekuasaannya. Upu Ama adalah sebagai pimpinan inama ini adalah tokoh sakralmagis dan kharsimatis.

Sesudah meninggalkan Nunusaku Inama Halulupesia dan rakyatnya hampir puluhan tahun mereka mendiami Gunung Lumute dengan sungai-sungai Sune-Marekuti (Kepala Wai Pia), sebelum mereka mengalahkan Kepitan Marihuni dari Patalima yang sejak beliau meninggakan Nunusaku telah membawa lari lambang Patasiwa. Lambang itu bernama Manumeke, yang terdiri dari kus-kus putih (makele puiro), kasturi raja (manu). Setelah kapitan Marihuni di kalahkan, barulah mereka dapat memasuki daerah Patalima dan menempati daerah kekuasaan mereka, menurut pembagian tiap-tiap hena atau soa. Pada waktu itulah mereka bersumpah agar lambang Patasiwa yang mereka rebut itu akan dijaga baik-baik agar tidak hilang pada kali yang kedua.

Sebelum Portugis tiba di Maluku (1512) yang membawa pengaruh bara, maka daerah kekuasaan Inama Halulupesia mengadakan amarale atau Saniri

(4)

55

kecil4 dibawah pimpinan Upu Ama sebagai kepala Inama. Amarele atau Saniri ini

dihadiri oleh para Upu dari berbagai hena/soa dan para maweng. Para Upu ini kemudian bergelar kapitan setelah mendapat pengaruh portugis.

Dalam saniri itu, mauweng mengucapkan doa pada Upu Elo Lanite – Upu kahuresi leha banua (Tuhan Allah Langit Yang Maha Kuasa atas alam semesta),

karena sampai saat ini Upu Ama masih mahai. Maka Inama Halulupesia disebut juga Inama Amahai, yang dipangdang sebagai “Inama cadangan”, biasanya disebut Uli Batai, yang terdiri dari suku latikai, mauwene, matayana, dan suku-suku lainnya. Suku-suku-suku yang sudah membentuk hena atau soa atau juga Amano, turun ke pesisir dan mendiami daerah-daerah pesisir Nusa Ina bagian selatan, yang mudah menerima pengaruh barat/Portugis terutama Agama Kristen yang dibawah oleh padri Portugis, Fransiscus Xaverius sesudah beliau mundur dari Maluku utara. Beliau menanam salib-salib hampir sepanjang pantai mulai dari tanjung kuako daerah kekuasaan Inama Amahai sampai kekuasaan Inama Eti.

Sekitar tahun 1570-an dan 1650-an, yaitu ketika perdagangan rempah-rempah dengan Portugis dan Belanda, maka terjadi perpindahan besar-besaran penduduk di Pulai Seran atau Nusa Ina. Dari Huamoal banyak orang berpisah sebagian besar datang memasuki daerah kekuasaan Amahai dan singgah di Tanjung Kuako. Dari sana barulah mereka diterima memasuki daerah kekuasaan

di Inama Amahai. Sesudah 1605 5 Amahai menerima kekuasaan Belanda,

4

Ini kurang lebih sama dengan sebuah pertemuan atau rapat.

5

Penulis menemukan sumber lain yaitu buku Sejarah Negeri Amahai; Lima Negeri Bersaudara. Negeri-Negeri (Desa) Kecamatan Amahei dengan Sistem Adat dan Ulayatnya. Nusa Ina Ambon Lease oleh B. Lokollo, menjelaskan bahwa pemerintahan Negeri Amahai secara resmi terbentuk pada tahun 1605. Dalam buku tersebut juga terlihat ada sebuah perhitungan tentang keberadaan negeri amahai. Bila diperhitungkan dengan rakyat amahai melalui terkumpul selama satu generasi dari tokohnya yang pertama bernama leripatola tamanusa atau yang disebut sebagai moyang pertama “bangsa Watimena Lokollo” – bagi bangsa timur secara ilmiah ditetapkan satu generasi tiga puluh lima tahun, sedangkan bagi bangsa barat 50 tahun. Dengan demikian, Negeri

(5)

56 sehingga terbentuklah di Amahai suatu pemerintahan yang namanya “Regen van Amahai”. Untuk menerima kekuasaan asing ini terjadi berbagai pergantian kekuasaan Inama dari satu Hena kepada Hena yang lain silih berganti, yang pada

akhir berkesudahan dengan suatu restorasi6 atau pembaharuan di Amahai.

III.1.2. Lokasi Negeri Amahai

Negeri Amahai terletak di Provinsi Maluku, Pulau Seram bagian selatan pesisir pulau.

III.1.2.1. Letak Astronomis

Amahai secara astronomis terletak pada: 182,56 derajat bujur timur dan 3,215 derajat lintang selatan. Letak inilah yang menyababkan suhu di Negeri Amahai sama seperti suhu pada negeri-negeri lain di pulau Ambon dan pulau-pulau Lease. Jadi Amahai mengenal dua musim yaitu: Musim Timur pada bulan Mei sampai Agustus, dan musim barat dari bulan Desember sampai bulan Febuary. Kedua musim ini diselingi oleh dua pancaroba, yang pertama dari bulan September sampai November dan yang kedua dari bulan Maret dan April. Pada musim timur hujan cukup deras dan pada musim barat panas cukup terik.

III.1.2.2. Letak Geografis

Secara administrasi, Negeri Amahai memiliki batas-batas wilayah; sebelah Utara berbatasan dengan Negeri/Kelurahan Sehati, kecamatan Amahai; sebelah Selatan berbatasan dengan Negeri Soahuku, kecamatan Amahai; sebelah

Amahai mulai terbentuk kira-kira tahun 1605 dikurangi tiga puluh lima tahun sama dengan seribu lima ratus tujuh puluh. Dengan kata lain, negeri amahai telah ada sejak tahun 1570.

6Restorasi atau pembaharuan yang terjadi berkaitan dengan pihak yang berhak untuk mendapat

(6)

57 Timur berbatasan dengan petuanan Negeri Elpaputih, kecamatan Amahai, sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Elpaputih, Kecamatan Amahai.

III.1.2.3. Kondisi demografi

Dalam konteks masyarakat Amahai, telah terjadi percampuran antara masyarakat asli dengan para pendatang. Percampuran ini terjadi karena perkawinan, tenaga kerja, dan lain-lain. Meskipun begitu, melalui data administratif negeri yang telah terkumpul pada tahun 2017 setidaknya dapat diketahui bahwa jumlah kepala keluarga di Negeri Amahai adalah 578 KK, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.

Gambaran Jumlah Jiwa yang ada di Negeri Amahai Jumlah Laki-laki 1139 Orang

Jumlah Perempuan 1213 Orang

Jumlah Total 2353 Orang

Jumlah Kepala Keluarga 578 KK Sumber data: Statistik Negeri Amahai tahun 2017

III.1.2.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu individu dalam masyarakat tentu dapat mempengaruhi polapikir dan tindakan individu dalam masyarakat. Berikut dipaparkan gambaran tingkat pendidikan masyarakat Negeri Amahai:

Tabel 2.

Tingkat Pendidikan Masyarakat No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Total 1 SD 110 123 233 2 SMP 122 110 232

(7)

58

3 SMU 418 387 805

4 AKADEMI 1 1 2

5 PERGURUAN TINGGI 114 152 266

Total: 765 773 1538

Sumber Data: Statistik Negeri Amahai tahun 2017

Dari pemaparan ini terlihat 52% dari masyarakat Negeri Amahai berijazah SMU dan 17% berijazah S1 sebagai peringkat kedua tertinggi dari tingkat pendidikan di Negeri Amahai. Fakta ini menegaskan bahwa masyarakat sampai tahun 2017 melihat pendidikan sebagai bagian penting danberguna untuk mengembangkan cara berfikir dan bertindak atas segala situasi,serta dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Fakta lain dalam hal ini juga terlihat bahwa banyak anak-anak yang pergi merantau dan menempuh pendidikan diluar Negeri Amahai demi mendapatkan masa depan yang lebih baik.

III.1.2.5. Mata Pencaharian

Mata pencaharian dari masyarakat Negeri Amahai sampai tahun 2017 adalah sebagai berikut;

Tabel 3.

Mata Pencaharian Masyarakat Negeri Amahai

NO Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total

1 Tani 89 9 98 2 Nelayan 7 4 11 3 Guru 9 29 38 4 PNS 70 74 144 5 Pegawai Honorer 26 9 35 6 Penjual Pangan 1 13 14

(8)

59 7 Penjual Eceran 0 1 1 8 Kios 43 2 45 9 Industri Kecil 1 0 1 10 TNI/Polri 39 0 39 11 TKBM 13 0 13 12 Tukang Pijat 16 2 18 13 Koperasi 4 0 4 14 Wiraswasta 99 14 113 15 Supir/Ojek 18 0 18 16 Pendeta 2 1 3 17 Pensiunan 43 13 56 18 DLL 104 28 132

Sumber Data: Statistik Negeri Amahai tahun 2017

Dari semua jenis mata pencaharian diatas, presentasi terbanyak adalah pekerjaan lain-lain memang tidak bisa diprediksikan secara jelas pekerjaan apa yang menjadi mata pencaharian mereka, namun presentase mata pencaharian terbanyak kedua di Negeri Amahai adalah Pegawai Negeri Sipil.Hal ini tentu sangat berpengaruh pada pola pikir individudan masyarakat dimana ia tinggal.

III.1.2.6. Agama

Mayoritas masyarakat Negeri Amahai beragama Kristen Protestan, termasuk warga Gereja Protestan Maluku Jemaat Amahai-Soahuku, dan sebagian lagi menjadi warga gereja denominasi seperti Gereja Sidang Jemaat Allah dan Pentakosta. Meksipun begitu, ada pula penganut agama lain seperti, Islam, Katolik, dan Hindu. Berikut rinciannya;

(9)

60

Tabel 4.

Agama Masyarakat Negeri Amahai

Agama Jumlah (orang)

Islam 8 Kristen 2178 Katolik 160 Hindu 6 Budha - Jumlah 2352

Sumber Data: Statistik Negeri Amahai tahun 2017

Dari tabel diatas,dapat dilihat bahwa 92% persenmasyarakat Negeri Amahai beragama Kristen Protestan. Hal ini tentu turut mempengaruhi pandangan individu tentang apapun yang terjadi dalam masyarakat.

III.1.3. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan di Negeri Amahai pada dasarnya sama dengan sistem kekerabatan yang berlaku di Maluku, khususnya Maluku Tengah. Sistem kekeluargaan yang pertama dan yang paling mendasar adalah keluarga batih yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak namun sepanjang perjalanan hidupnya individu

dalam masyarakat membangun hubungan-hubungan kekeluargaan dan

kekerabatan dengan cara menikah dan lain-lain. Masyarakat Amahai mempraktekan pola patriakhal, termasuk tempat tinggal setelah menikah (harus mengikuti suami/tempat tinggal ayah) dan sistem marga.Marga lasimnya dikenal dengan istilahfam. Di Negeri Amahai, fam mengikuti pola patriakhal dan pengertiannya merujuk pada suatu kesatuan mata-rumah atau klan yang juga merupakan sistem kekeluargaan yang patriakhal. Dalam mata-rumahanggotanya

(10)

61 terdiri dari perempuan dan laki-laki yang belum menikah dan beberapa keluarga

batih.7Masing-masing mata-rumah memiliki teon. Teon adalah sebuah sebutan

yang diberikan dari leluhur berdasarkan kejadian tertentu. Menurut beberapa peneliti yang melakukan penelitian di Maluku Tengah seperi Cooley mencatat bahwa teon dari tiap individu menandai asal leluhur dan keanggotaan dalam klennya. Selain teon, ada juga istilah mara yang oleh masyarakat Amahai

merupakan sebuah gelar bagi seorang laki-laki dalam keluarga.8

Tingkatan yang lebih besar dari mata-rumah adalah soa. Soa biasanya berisi beberapa rumah. Negeri Amahai berisi kurang lebih enam belas mata-rumah dan empat soa. Nama beberapa soa, mata-mata-rumah dan teon-nya adalah

sebagai berikut:

 Soa Loko

- Tupamahu : teono Maata

- Pelletimu : teono Napalesy

- Sopacua : teono Sitania

- Wattimena : teono Hualesy

- Lokollo : teono Hualesy

- Lernaya : teono Mansama

- Latuny : teono simpele

 Soa Nopu

- Kakiay : teono Maata

7Karena latar belakang patriakhal yang dianut oleh masyarakat, semua anggota dari suatu

mata-rumah biasanya mengaku berasal dari satu moyang menurut garis keturunan ayah. Karena itu, meskipun setiap wanita yang telah menikah dan masuk dalam mata-rumah suaminya harus tetap mempertahankan dan memelihara hubungan baik dengan mata-rumahnya. Lih. Cooley, Mimbar dan Takhta, 46.

8Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri) di Kantor Saniri Negeri

(11)

62

- Lewenusa :

- Sahalessy : teono Huamahu

 Soa Latu

- Mainassy : teuno

- Lasamahu : teuno Peunu

- Sopacuaperu: teuno Sanahu

- Wattimury : teuno laturessy

 Soa Lessy

- Hallatu : teuno Maserua Rumahauro (untuk puu

Lesy Rumah Iralo), teuno Maserua (untuk puu lesy

Maweng), teuno Uralessy (untuk puu Pele Saparute)

- Hallatukilang : teuno polomahu - Latarissa

- Sangaji - Titaley

Negeri Amahai juga memiliki ikatan pela gandong dengan beberapa negeri. Gandongmerupakan bentuk kekerabatan yang terjalin antar dua atau lebih negeri adat. Ikatan ini biasanya berasal dari tali persaudaraan para leluhur. Pela merupakan bentuk kekebatan antar dua atau lebih negeri adat yang biasanya terjadi karena sebuah kejadian di masa lalu. Negeri Amahai memiliki empat negeri gandong dan satu pela. Empat negeri gandong dengan Negeri Amahai biasanya dikenal dengan istilah “lima negeri bersaudara”. Lima negeri bersaudara dalam urutannya yaitu Negeri Amahei, Negeri Rutah, Negeri Haruru, Negeri

(12)

63 Makariki, dan Negeri Soahuku. Sedangkan pela negeri Amahai adalah Negeri Ihamahu.

III.1.4. Jenis Pernikahan

Jenis pernikahan yang ada di Negeri Amahai yaitu; jenis kawin minta, kawin lari, dan kawin manoa, yang ketiganya harus berujung berlangsungnya

ritual aruno lahitolo mananol.9 Dari ketiga jenis pernikahan ini, jenis kawin minta

merupakan jenis pernikahan yang sering dilakukan, garis besar tahapan kawin minta yaitu ada sebuah kesepakatan melalui surat untuk keluarga perempuan tentang akan adanya proses pelamaran. Setelah itu akan ada balasan dari pihak perempuan untuk tidak atau disepakatinya tanggal lamaran. Ketika hari H (tanggal lamaran yang ditentukan), bertamu-lah keluarga laki-laki ke rumah si perempuan. Dalam proses lamaran itu pun, mereka berembuk tentang tanggal pernikahan dan beberapa acara adat, termasuk didalamnya kesepakatan harus dilakukannya adat aruno lahitolo mananol10. Khusus bagi anak perempuan yang adalah anak Negeri Amahai, ada acara adat penyerahan harta badan dan harta negeri atau yang lazim disebut dengan istilah “bayar harta”. Setelahnya keluarga perempuan melakukan pengantaran “peti pakaian” milik perempuan ke kediaman laki-laki. Kemudian diadakanlah acara pernikahan secara pemerintah dan gereja, dan lalu dilanjutkan

dengan ritual aruno lahitolo mananol.11

9Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri) di kantor saniri negeri tanggal

22 juni 2018.

10Hal ini berlaku apabila yang pihak pengantin laki-laki adalah anak negeri amahai. Namun

pembicaraan tentang urutan pelaksanaan, dan hal-hal mengenai ritual aruno lahitolo mananol dilakukan sendiri oleh mata-rumah laki-laki.

11Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallau (Staf Pemerintah Negeri) di kantor saniri negeri tanggal

(13)

64 Di sisi lain ada jenis kawin lari dan kawin manoa. Pengertian lari pada hakekatnya sama dengan pengertian kawin lari diberbagai negeri adat di Maluku Tengah. Namun ada sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak keluarga laki-laki, yaitu “bayar harta” pada keluarga perempuan yang ketentuannya harus

diserahkan pada hari itu juga.12 Sedangkan kawin manoa yaitu jenis perkawinan

dimana anak laki-laki pergi dari rumah orang tuanya dan pergi tinggal serumah

bersama dengan anak perempuan di rumah orang tuanya. 13 Ketiga jenis

pernikahan ini pada akhirnya harus melaksanakan ritual aruno lahitolo mananol atau prosesi sarung baju mananol. Jika tidak demikian maka, istri dari si anak

laki-laki ini tidak punya hak sepenuhnya atas mata-rumah suaminya.14Pada point

berikut ini akan dijelaskan dengan detail tentang ritual adat aruno lahitolo mananol.

III.2. Ritual aruno lahitolo mananol dalam pandangan masyarakat Amahai. Ritual aruno lahitolo mananolmerupakan jenis pernikahan adat di Negeri Amahai, Maluku Tengah, artinya adalah prosesi sarung baju mananol yang dikenal masyarakat sebagai ritual perkawinan adat dengan maksud memasukan dan memperkenalkan mempelai perempuan secara resmi dalam mata-rumah laki-laki dan Negeri Amahai (jika pengantin perempuan berasal dari Negeri/desa yang lain).Hal ini terjadi karena hakekat dilaksanakannya ritual ini adalah untuk memasukan dan memperkenalkan mempelai perempuan ke dalam mata-rumah

12Wawancara dengan Sdr. Lisa hallatu (staf pemerintah negeri) di kantor saniri negeri tanggal

22 Juni 2018.

13

Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri) di kantor saniri negeri tanggal 22 Juni 2018.

14Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal

(14)

65 laki-laki, maka para undangan adalah beberapa pihak yang punya hubungan kekeluargaan dan atau kekerabatan dengan mata-rumah.

Diketahui, satu mata-rumah memiliki beberapa kepala keluarga dan beberapa mara. Satu mata-rumah juga terhimpun dalam satu soa, dimana satu soa terdiri

dari beberapa mata-rumah. Dari fakta ini dapat diketahui bahwa satu mata-rumah sudah pasti punya hubungan kekeluargaan dan atau kekerabatan dengan mata-rumah dan soa yang lain, karenanya secara tidak langsung satu mata-mata-rumah

punya hubungan kekeluargaan dan atau kekerabatan dengan hampir semua individu atau masyarakat Amahai. Hal ini juga yang disampaikan oleh informan;

Yang terjadi di Amahai ini, dong samua punya hubungan kekerabatan dan ada hubungan kekeluargaan yang terjadi satu sama lain. Karna itu kalo ada acara bagini bisa saja dari satu-satu keluarga atau mata-rumah di Amahai ni diundang.15

Pengakuan informan ini menegaskan fakta bahwa mayoritas masyarakat Negeri Amahai menjalin hubungan kekeluargaan dengan banyak pihak dalam negeri. Karena itu bukan hal aneh jika dalam setiap proses ritual adat khususnya ritual aruno lahitolo mananol setiap keluarga atau perwakilannya pasti diundang.

Realitas ini telah terjadi bertahun tahun sejak diadakannya ritual aruno lahitolo mananol, kira-kira sejak tahun 1605 tepat ketika soa dan pemerintahan

negeri telah ada. Sebelum masuknya agama dan terbentuknya Negeri, acara pernikahan masyarakat Amahai dilangsungkan dengan cara kawin minta dengan menggunakan tempat siri, seperti yang dituturkan oleh seorang informan:

Sebelum agama masuk acara kaweng seng sama kaya sakarang. Dong biking kaweng masominta, jadi dong bawa tampa siri. Kalau keluarga parampuang ambil tempat siri berarti pihak keluarga parampuang

15Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal

12 Juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat maluku. Kata dong artinya mereka.

(15)

66 stuju par masuk minta. Selesai abis tampa siri itu kalar, keluarga parampuang bicara, Itu ada hari yang dong tentukan, lalu dong keluarga parampuang kaskabar kalo dong bersedia. Lalu keluarga laki-laki pigi ambel. Itu berarti proses perkawinan su jalan. Yang pi ambel pengantin parampuang ini parampuang-parampuang mananol atau dong pung anana mantu parampuang, sedangkan pengantin laki-laki tunggu di rumah. Keluarga laki-laki-laki-laki yang pigi ambel parampuang itu bawa tampa siri yang sama yang dong pigi kasi akang par keluarga parampuang tuh. Lalu ada penghormatan kaya biasa, lalu dong kasmaso di mata rumah, kapala mata rumah disitu untuk sombayang, lalu dong kaspakemempelai parampuang tuh pung baju langsung dia dudu.16

Setelah masuknya agama dan pemerintahan, aruno lahitolo mananol dipisahkan namun tetap dijalankan demi menjaga sistem kekeluargaan masyarakat

Amahai secara keseluruhan.17 Ritual ini dianggap sebagai hal pokok yang harus

dilaksanakan oleh anak adat laki-laki Negeri Amahai. Artinya berbagai bentuk perkawinan yang telah dijelaskan diatas harus berakhir dengan terselenggaranya

ritual adat ini18. Alasannya adalah; (a) Ritual ini merupakan suatu bentuk inisiasi

dalam masyarakat dan keluarga mempelai laki-laki; (b) Dalam ritual ini ada pembelajaran saling menghargai dan beberapa hal tertentu mengenai kehidupan setiap hari yang diatur dan dapat dimaknai dalam ritual ini;19 (c) Ritual ini

16Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal

12 juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat maluku. Kata seng sama kaya sakarangmerujuk pada pengertian “tidak seperti sekarang” seng merujuk pada kata “tidak”; kata kalar merujuk pada pengertian “selesai”; kata penghormatan yang dipakai merujuk pada pengertian “salam” yang biasanya dipakai dalam sebuah acara; kata sombayang biasanya dipakai untuk menjelaskan kegiatan doa baik secara pribadi maupun persekutuan, namun yang dimaksud dalam kalimat ini adalah persekutuan doa (ibadah); sedangkan kaspake merujuk pada sebuah kata kerja aktif yaitu “memakaikan”.

17Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal

12 Juni 2018.

18Kecuali kawin manoa karena dalam bentuk perkawinan ini, pengantin laki-laki yang

mengikuti istrinya. Hal ini disampaikan oleh sdri lisa (staf pemerintah negeri) dalam wawancara yang dilakukan di kantor negeri amahai tanggal 22 Juni 2018.

19Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (kepala saniri Negeri Amahai) di kantor saniri Negeri

(16)

67

berguna untuk memperkenalkan hubungan-hubungan persaudaraan,

mempersatukan keluarga, dan mempererat tali persaudaraan.20

Seiring perkembangan zaman, eksistensi aruno lahitolo mananolserta nilai dan makna yang terkandung didalamnya mulai melemah. Ritual ini mulaidilihat sebagai bentuk kewajiban yang harus dipenuhi sehingga masyarakat terperangkap dalam tradisi tanpa mengenal nilai-nilai penting yang ada didalamnya.21 Hal ini tergambar dalam pernyataan informan yang berstatus perempuan mananol mengungkapkan jika kehadirannya dalam ritual ini (jika diundang) hanya untuk

memenuhi dan menghargai undangan dari pihak yang mengundang.22 Selain itu

beberapa keluarga hanya melihat ritual ini sebagai bentuk kewajiban dan

dilakukan agar tidak mendapat sanksi sosial.23 Mereka “mempraktiskan” ritual ini

dengan mensimbolisasikannya melalui doa bersama pendeta. Keadaan ini diperparah dengan beberapa pandangan tentang ritual aruno lahitolo mananol sebagai bentuk penyembahan pada roh nenek moyang dan tidak sejalan dengan

ajaran agama.24 Pandangan ini tidak lagi menjadi rahasia di kalangan masyarakat.

Meskipun begitu, menurut beberapa informan ritual ini sama sekali tidak mengandung unsur penyembahan kepada nenek moyang. Berikut ada beberapa tanggapan dari beberapa informan terkait hal di maksud;

Sebenarnya ritual ini tidak bertentangan dengan ajaran gereja dan aturan pemerintah. Dalam ritual adat ini tidak ada penyembahan-penyembahan cuma karena memang ritual itu biking akang dengan bahasa tanah makanya orang kira itu penyembahan. Padahal kalo

20

Wawancara dengan Bpk. R.A. Latuny (laumula puuno/penguasa laut), di rumahnya tanggal 15 Juni 2018.

21Wawancara dengan Pdt. M. Patirane (KMJ Jemaat Gpm Amahai-Soahuku) di pastori jemaat

GPM Amahai-Soahuku Tanggal 19 Juni 2018.

22Wawancara dengan mama En Lasamahu (perempuan mananol) di rumahnya tanggal 15 Juni

2018.

23Wawancara dengan Bpk. H. Patiasina (tokoh pemuda) dirumahnya pada tanggal 22 Juni

2019.

(17)

68 katong terjemahkan akang dalam bahasa indonesia itu bukan penyembahan. Ritual itu tetap dipertahankan karena punya tujuan baik.25

Mananol itu bukan penyembahan par tete nene moyang, yang bahasa-bahasa tanah itu cuma kaya penghormatan biasa lalu sebutkan nama teon negeri, teon mata rumah, deng bilang maksud datang. misalnya; hormatenya (yang terhormat)Upu Latu (bapak raja) lounusa maatita (nama teon Negeri Amahai) pu’u lessy rumah iralo (nama mara atau nama gelar laki-laki) teuno maserua rumahauro (nama teon mata-rumah), dan seterusnya.26

Intinya tidak ada penyembahan dalam ritual ini, yang ada hanya simbol untuk sebuah tanggung jawab deng legitimasi sebagai masyarakat Negeri Amahai. Dolo-dolo itu tidak ada pencatatan sipil tapi sifatnya sama dengan ritual mananol. Dalam mananol dikukuhkan sebagai “warga negara” atau menjadi bagian dan mempunyai

tanggung jawab dari mata-rumah laki-laki dan warga masyarakat.27

Penyataan senada juga diungkapkan oleh upu latu (Raja Negeri Amahai), beliau mengatakan bahwa;

Hal ini bukanlah suatu bentuk kepercayaan diluar Tuhan. Sebaliknya ritual ini mengandung nilai-nilai luhur karena itu merupakan suatu tradisi yang baik. Memang benar alasan untuk diwakili dengan berdoa yaitu yang penting untuk diakui dan dilihat oleh Tuhan. Saya sangat menghargai jika keyakinan mereka memang seperti itu, tetapi ada

baiknya dilakukan, jangan sampai hilang.28

25Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (kepala saniri negeri amahai) di kantor saniri negeri

amahai tanggal 13 Juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari maluku. kata biking akang merupakan kata kerja aktif yang berarti mengerjakan, membuat, atau melaksanakan sedangkan akang sama dengan kata “tersebut” yang berarti merujuk pada subjek yang dibicarakan yaitu ritual aruno lahitolo mananol; kata bahasa tana adalah penyebutan kepada bahasa asli negeri amahai.

26

Wawancara dengan Bpk. Emu hallatu (tokoh adat Negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018. Informan memakai bahasa sehari-hari masyarakat ambon. Kata tete nene moyang merujuk pada leluhur. Tete sebagai opa, nene sebagai oma, oyang adalah moyang-moyang. Jadi tete-nene moyang merujuk pada para orang tua yang sudah ada sejak dulu. Kata bahasa tanah diartikan sebagai bahasa asli masyarakat negeri Amahai.

27

Wawancara dengan Bpk. M. Kakiay (kepala soa nopu) di kantor saniri Negeri Amahai, tanggal 13 Juni 2018.

28Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu latu/Raja Negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12

(18)

69 Dari beberapa pernyataan ini, dapat diketahui bahwa mereka yang pada umumnya turut terlibat, mengetahui, dan mengerti rangkaian prosesi ritual ini tidak menemukan sebuah bentuk penyembahan dalam ritual adat ini. Karena alasan keagamaan, maka penulis mencoba menanyakan perihal tersebut pada seorang pendeta;

Ritual adat itu merupakan sebuah tanda persekutuan dalam keluarga. sebaiknya masyarakat harus terbuka dan mencoba untuk menerima

niali-nilai penting dalam masyarakat.29

Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh seorang pendeta senior yang sudah berkali-kali mengikuti ritual adat ini. Beliau mengatakan bahwa;

Itu bukan sebuah bentuk penyembahan, tapi sebuah adat yang baik. Adat ini punya nilai persekutuan dan Yesus juga ingin orang-orang hidup dalam persekutuan dan bisa saling menerima. Mananol bukan hanya sebuah adat melainkan sebuah keharusan sebagai anak-anak adat untuk menjalaninya supaya ada kesadaran untuk tau kalo oh io beta sudah masuk dalam keluarga itu dan beta telah diterima dalam keluarga itu.30

Senada dengan pernyataan Pendeta Sar Latuny, seorang tokoh pemuda menuturkan bahwa;

Aruno lahitolo mananol hanya sebuah jenis ritual untuk kepentingan sistem kekerabatan. Selain itu, dalam ritual ini ada juga unsur doa kepada Tuhan. Jika ditemukan adanya maksud untuk memanggil leluhur, pemanggilan ini hanya merupakan bentuk upaya untuk memperkenalkan dan memasukan mananol dengan semua orang. Memang baik menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, namun berproses bersama sesama manusia juga penting. Bagaimana katong mau mengabaikan manusia dalam proses bersama dengan Tuhan? Apa gunanya berdoa dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan tapi pas

masuk mata-rumahbakubakalai dengan ipar?31

29

Wawancara dengan Pdt. M. Patirane (Ketua majelis jemaat GPM Amahai-Soahuku) di pastori jemaat GPM Amahai-Soahuku tanggal 19 Juni 2018.

30Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny selaku seorang pendeta tua yang sudah berulang kali

mengikuti ritual adat ini. Wawancara dilakuan di rumahnya pada tanggal 20 Juni 2018.

31

Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22 juni 2018. Informan memakai bahasa sehari-hari masyarakat ambon. Kata katong berarti kita; kata pas merujuk pada kata “ketika”; kata bakubakalai identik konflik yang dapat berupa fisik maupun batin seperti perkelahian atau keributan.

(19)

70 Berbagai pernyataan diatas memberikan pemahaman bahwa serangkaian ritual adat seperti aruno lahitolo mananol yang tetap dipertahankan bukan merupakan bentuk penyembahan kepada berhala melainkan sebuah doa yang dinaikan secara kontekstual. Selebihnya hanya merupakan suatu upaya positif untuk individu dan masyarakat. Seperti pengakuan perempuan mananol berikut;

Acara kasi pake baju itu bagus karena memumpuk kekeluargaan, kebersamaan dalam keluarga, sesoa, semarga dan senegeri, ketika

pake baju disitu adat sudah mengikat kita.32

Konon ini menjadi latar belakang diselenggarakan kembali ritual-ritual adat pada zaman dulu pasca peperangan. Tokoh adat pada zaman itu tidak peduli dengan banyaknya makanan atau materi yang disiapkan, melainkan tentang konsep anak adat yang harus menggunakan dan melestarikan kebiasaan baik

dalam Negeri Amahai.33Hal ini dilihatUpu Latu sebagai sebuah cara mewujudkan

keharmonisan masyarakat karena dalam ritual ini individu dan masyarakat

berusaha menjaga dan mewujudkannya.34Hal ini juga dilihat oleh salah satu tokoh

adat;

Nilai adat istiadat lebih banyak positif daripada negatif, tatanan adat istiadat sudah dilakukan oleh nenek-moyang, mereka telah

memberikan nilai positif dan nilai hidup yang baik.35

Selain itu, ritual aruno lahitolo mananolyang telah dipraktekan sejak dulu, memiliki beberapa konsekuensi jika hal ini tidak dilakukan, antara lain; mempelai perempuan tidak mendapat hak dan menjadi bagian dari mata-rumah suaminya. Hak perempuan mananol yang dimaksudkan adalah mendapat gelar dari

32

Wawancara dengan mama En Lasamahu (perempuan mananol) di rumahnya tanggal 15 Juni 2018.

33Wawancara dengan Opa Toppo Soparue (tokoh adat Negeri Amahai), di rumahnya tanggal

12 Juni 2018.

34

Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (upu latu/Raja Negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.

35Wawancara dengan Bpk. R.H. Latuny (laumuala puuno/penguasa laut), di rumahnya tanggal

(20)

71

rumah.36 Penjelasan ini muncul dari informan yang menjelaskan fakta pada waktu

dulu;

Untuk orang tua dulu-dulu ketika sudah ikuti mananol mereka tidak lagi memanggil nama asli wanita itu, namun dipanggil dengan sebutan ina atau nona (ditujukan pada perempuan) dan disambung dengan

gelar mata-rumah suami yang di sandang, itu satu kehormatan.37

Jika tidak mendapat gelar mata-rumah suaminya, mempelai perempuan tidak di perkenankan terlibat dalam acara adat yang dilaksanakan oleh mata-rumah suami apalagi naik baileu dari pintu soa suami.38 Selain itu, mempelai perempuan juga tidak diperbolehkan untuk makan diatas meja makan bersama keluarga suami. Sedangkan pada beberapa kasus, keluarga besar dalam hal ini mata-rumah dan soa dengan mempelai perempuan tidak saling kenal, dan tidak mengerti hubungan

seperti apa yang terjalin diantara mereka.

Ritual aruno lahitolo mananoljuga mempunyai beberapa aturan penting. Pertama, harus dilaksanakan pada hari kamis. Hal ini dilakukan karena baju

mananol harus dipakai oleh mempelai perempuan selama tiga hari dan dibuka

tepat pada hari ke tiga yaitu hari minggu karena mempelai perempuan dan suaminya harus masuk gereja dan memberikan natzar sebagai bentuk pengucapan syukur atas terselenggaranya ritual dan kehidupan mereka kedepan. Diberlakukannya aturan tiga hari merupakan pengaruh masuknya kekristenan di Negeri Amahai yang berkaitan dengan konsep ketritunggalan, kematian,

36Gelar mata rumah adalah sebuah nama teon mata rumah tersebut.

37Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (Kepala saniri Negeri Amahai) di kantor saniri

Negeri Amahai tanggal 13 Juni 2018.

38Pada baileu Negeri Amahai terdapat empat pintu yang mewakili empat soa yang berada

dalam negeri amahai. semua anggota mata-rumah dan soa diharapkan naik melalui pintu soa-nya masing-masing.

(21)

72 kebangkitan dan kenaikan Yesus. Hal ini terkandung dalam argumen informan yang mengatakan bahwa;

Orang tua dolo-dolo tu,dong mempergunakan angka tiga yang berhubungan dengan kematian sampe kebangkitan karena dong lihat

Yesus dinobatkan sebagai kepala adat yang diagungkan.39

Sedangkan pemaknaan natzar yang harus dimasukan di gereja melambangkan sebuah pengucapan syukur keluarga kepada Tuhan Yang Maha Esa karena lancarnya ritual ini.

Kedua, ritual ini dipraktekan oleh anak adat laki-laki, baik yang menikah

dengan sesama anak Negeri Amahai, maupun yang tidak. Jika mempelai perempuan merupakan sesama anak Negeri Amahai, maka ritual hanya sampai pada prosesi duduk lesa mananol, tetapi jika mempelai perempuan berasal dari negeri lain, maka ia harus digiring ke baileu sebagai bentuk inisiasi.

Pernikahan adat ini harus terjadi atas sepengetahuan dan kehadiran keluarga besar, Lembaga adat, dan Badan Saniri Negeri. Komposisi keluarga besar itu adalah mereka yang punya hubungan dengan mata-rumah, soa, dan hubungan kekeluargaan atau kekerabatan yang terjalin. Hubungan-hubungan ini bersifat patrilineal. Meskipun begitu, pihak keluarga ibu dari mempelai laki-laki pun turut ambil bagian dalam ritual ini. Hal ini dijelaskan oleh informan;

Orang yang datang itu pasti keluarga, yang punya keterikatan darah juga hadir. Tapi kebiasaan orang Amahai juga selain yang punya hubungan keluarga deng kerabat, lingkungan juga diundang dan yang terjadi sekarang memang bagitu. Jadi kalo undang samua berarti bukan satu soa saja tetapi ada banyak soa disitu, karena undang satu

lingkungan itu, tetap diperkenalkan.40

Berikut ini adalah beberapa tahapan ritul aruno lahitolo mananol;

39Wawancara dengan Bpk. Ben Lasamahu (tokoh adat) dirumahnya tanggal 12 Juni 2018. 40Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (Staf Pemerintah Negeri Amahai) di kantor Saniri

(22)

73 1. Nok

Nok adalah cara mengundang yang disampaikan secara langsung.41

Sebelum prosesi diselenggarakan, pihak mata-rumah laki-laki mengadakan pertemuan dengan anggota mata-rumah. Berita tentang pertemuan ini tidak diberikan menggunakan undangan tertulis namun disampaikan secara lisan. Tindakan ini sering disebut dengan buang suara atau nok. Hal ini telah dilakukan sejak dulu karena pada zaman itu belum mengenal undangan tertulis. Namun hingga kini masyarakat masih mempraktekannya. Dengan datang mengunjungi dan mengundang secara lisan, individu dalam masyarakat (orang yang diundang) merasa dihormati, diakui, dan diingini untuk dapat menghadiri undangan tersebut.Nok dilakukan untuk mengundang beberapa orang yang dituakan untuk ada dalam rapat rapat mata-rumah dan keseluruhan orang basudara untuk menghadiri ritual aruno lahitolo mananol.

2. Rapat mata-rumah

Mereka yang datang dalam rapat rumah itu adalah anggota mata-rumah, orang yang dituakan dalam mata-mata-rumah, dan saniri soa. Ketika mereka

datang, percakapan yang terbangun dalam pertemuan ini dilihat sebagai percakapan antar orang basudara. Mereka mengatur jalannya ritual, membagi tugas kepada para mananolmata-rumah; siapa yang menggandeng mempelai perempuan, siapa yang berdoa, dan segala hal yang berkaitan dengan ritual ini, termasuk beberapa tanggung jawab anggota mata-rumah dalam hal materi, seperti si A membawa singkong, si B membawa ikan, dll. Setelah semua hal

41Penyebutan untuk cara mengundang orang ini di beberapa negeri adat berbeda-beda tetapi

(23)

74 telah diatur, mereka memberitahukan hasilnya kepada keluarga besar mempelai

perempuan.42

Pada hari rabu (H-1 ritual) malam, satu pasangan yang telah ditentukan dalam pertemuan dan bertugas sebagai kepala mata-rumah menyiapkan segala

sesuatu yang berhubungan dengan apapua.43Apapua biasanya terdiri dari siri,

pinang, kapur, tabaku, sopi dan sageru. Apapua ini biasanya di letakan didalam atiting atau keranjang berukuran sedang dan ditutup dengan kain merah. Setelah

itu, keluarga mata-rumah, mempelai perempuan, dan keluarganya berkumpul untuk berdoa bersama pendeta untuk melandasi pelaksanaan ritual di esok hari. Setelah itu, mempelai kembali ke rumahnya karena ketika ritual ini dilakukan mempelai perempuan tidak boleh ada didalam rumah mempelai laki-laki.

Keesokan harinya, keluarga laki-laki berkumpul bersama undangan lain, staf pemerintah negeri, saniri negeri dan pendeta. “Undangan lain” yang dimaksudkan adalah mereka yang mempunya hubungan kekeluargaan dan kekerabatan dengan mempelai laki-laki dan mata-rumah-nya. Mereka semua diundang dengan menggunakan cara nok. Dalam ritual ini dikenal istilah kurhaji atau yang dikenal dengan juru bicara tetapi menggunakan bahasa adat. Kurhaji dalam ritual ini berjumlah tiga orang. Penulis mengandaikan ketiga kurhaji ini dengan kurhaji A, B, dan C, karena memiliki tugas masing-masing. Kurhaji A adalah bapak kepala rumahyang bertanggung jawab penuh dengan mata-rumah, kurhaji B adalah orang yang pergi menjemput dan mengantar mempelai

42Wawancara dengan opa Toppo Soparue (tokoh adat), di rumahnyanya tanggal 12 juni 2018. 43 Wawancara dengan Sdri. I. Sopacuaperu (perempuan mananol) tanggal 14 Juni 2018 di

(24)

75 perempuan ke rumah mempelai laki-laki dan baileu, sedangkan kurhaji C adalah kurhaji yang berasal dari mata-rumah perempuan.

3. Penjemputan Mempelai perempuan

Setelah semua terkumpul dan keluarga mempelai perempuan telah siap,ritual dimulai di rumah mempelai laki-laki. Hal ini ditandai dengan penghormatan adat yang disampaikan oleh kurhaji B kepada para tamu undangan. Penghomatan ini bersifat umum, seperti ungkapan selamat datang para tamu sekalian, dll namun diucapkan menggunakan bahasa adat Negeri Amahai. Setelah penghormatan, kurhaji B menjelaskan bahwa ia ingin pergi untuk mengambil

calon mananol. Setelah itu, kurhaji B bersama paramananolmata-rumah44pergi

ke rumah mempelai perempuan. Biasanya ada beberapa orang dari pihak mempelai laki-laki mengikuti rombongan ini ke rumah mempelai perempuan. Mananolmata-rumah adalah perempuan yang menikah dengan laki-laki dari mata

rumahyang dimaksud dan telah lebih dulu memakai baju mananol. Sebagai

sesama perempuan yang masuk dalam satu mata-rumah yang sama, perempuan mananol mata-rumah diwajibkan untuk pergi menjemput calon mananol atau

yang lebih dikenal dengan sebutan uru mananol.

Selanjutnya, prosesi ini dilanjutkan di rumah mempelai perempuan. Ketika rombongan dari rumah mempelai laki-laki sampai, kurhaji C dari mata-rumah perempuan telah menunggu didepan pintu rumah. Karena itu, kurhaji B juga memberikan penghormatan dan menjelaskan maksud kedatangan mereka.

44 Perlu dipahami bahwa ritual mananol sama dengan ritual sarung baju sebagai bentuk

legitimasi dan integrasi ke dalam mata-rumah atau negeri. Karenanya mereka yang menyandang gelar mananol adalah para istri dari anak laki-laki dari negeri amahai. Dalam paham ini, maka hubungan mananol lama dengan si anak laki-laki adalah tante atau ua dan ipar, yang jika dipasangkan dalam hubungan dengan uru mananol adalah hubungan ua atau tante, mama, ataupun konyadu. Konyadu ini adalah sebutan untuk hubungan antar ipar.

(25)

76 Penghormatan dilakukan dengan menyebut teon mata rumah dan teon negeri. Teon mata rumah diartikan sebagai sebuah nama kebesaran dari mata-rumah,

sedangkan teon negeri adalah nama kebesaran negeri atau nama negeri adat yang diambil berdasarkan bahasa daerah setempat. Penghormatan ini tidak dialamatkan kepada ayah saja melainkan juga teon mata rumah dan negeri dari ibu mempelai

perempuan.45 Setelah kurhaji B memberikan penjelasan, kurhaji C membalas

penghormatan itu dan mempersilahkan rombongan masuk dan menjemput mempelai perempuan. Simbol penjemputan perempuan mananol secara khusus pun terjadi. Mempelai perempuan digandeng di sisi kiri dan kanan oleh mananolmata rumah dan dibawa keluar rumah.

Mempelai perempuan pun digiring ke rumah mempelai laki-laki. Sesampainya disana, kurhaji B yang mengambil mempelai perempuan kembali memberikan penghormatan kepada para undangan dan menjelaskan bahwa mempelai perempuan telah sampai. Setelah itu, pasangan suami istri yang merupakan kepala mata-rumah, menjemput mempelai perempuan dari depan pintu dan dibawa masuk ke dalam kamar yang telah disediakan untuk mengenakan baju mananol. Penjemputan pasangan suami-istri yang dipahami sebagai kepala rumah merupakan suatu bentuk penerimaan dari mata-rumah.46

45 Wawancara dengan Bpk. Emu hallatu (tokoh adat) dirumahnya tanggal 12 Juni 2018. 46Pasangan suami istri yang dipandang sebagai kepala mata-rumah biasanya telah dipilih

dalam rapat awal untuk pelaksanaan ritual ini. Si suami biasanya adalah anak mata-rumah dan istrinya adalah seorang perempuan mananol. Pasangan ini biasanya adalah para “tua-tua” yang telah mengetahui dengan pasti hubungan dan relasi antara satu dengan yang lain dalam hubungan kekeluargaan maupun kekerabatan.

(26)

77 4. Penyematan baju mananol

Sebelum penyematan baju mananol terjadi didalam kamar, bapak kepala mata-rumah harus berdoa untuk menyerahkan kelancaran prosesi sarung baju

yang akan berlangsung untukuru mananol dan memohon kepada Tuhan agar mengizinkan mereka berbicara kepada para nenek moyang untuk menyaksikan

dan memperkenalkan perempuan mananol yang baru.47Mereka meminta Tuhan

untuk menjaga dan menolong perempuan mananol baru dalam tugasnya yang

baru.48 Setelah itu, bapak kepala mata-ruma keluar kemudian ibu mata-rumah

mulai menyarungkan baju mananol dengan segala ornamennya. Mengapa ibu kepala mata-rumah? Alasannya adalah; (a) Karena Ibu kepala mata-rumah adalah seorang perempuang mananol yang jugabertanggung jawab kepada uru mananolyang nantinya akan berdampingan dengan dia; (b) Ibu kepala

mata-rumah dilihat sebagai representasi keluarga besar mempelai laki-laki.

Proses ini dimulai dengan membuka kebaya dan menggantikannya dengan

baju mananol berwarna hitam polos, memasangkan mustika mata-rumah49, diikuti

dengan kain salele50 tanpa melepaskan kain sarung si mempelai perempuan.

Setelah penyematan ini dilakukan mempelai perempuan keluar kamar dan statusnya berubah dari uru mananol menjadi perempuan mananolmata-rumah laki-laki. Dengan kata lain, perempuan mananol baru mendapat gelar mata-rumah

47Wawancara dengan Bpk. Emu Hallatu (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018. 48Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018. 49 Mustika mata rumah adalah sebuah kain dengan lambang dan warna dari masing-masing

soa yang telah ditentukan dan dijahit berbentuk bulat atau oval. Biasanya dipakaikan pada bahu perempuan mananol.

50 Kain salele yang dimaksud dalam ritual ini adalah kain sarung dengan corak warna merah,

(27)

78 atau yang biasa disebut teon mata-rumah. Gelar mata-rumah ini merupakan suatu

bentuk penghormatan dari mata-rumah laki-laki kepada perempuan mananol.51

5. Jamuan apapua

Ritual lalu dilanjutkan dengan makan apapua dan minum sopi atau sageru yang dilayani langsung oleh mempelai perempuan. Hal ini perlu dilakukan sebagai sebuah lambang untuk mengikat perempuan mananol yang baru dengan para undangan yang kapasitasnya sebagai bagian integral mata-rumah. Pandangan tersebut dikemukakan oleh informan;

Bage apapua deng sopi sageru itu untuk mengikat, kalau tidak antar apapuaberarti orang seng bisa kanal dia (perempuan mananol yang baru), harus ada jembatan untuk basa-basi untuk bisa berkenalan atau

memperkenalkan dia punya diri kepada orang yang datang.52

Sopi dan sageru itu dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan bersilahturahmi atau duduk bersama, sageru itu bisa katong liat sebagai simbol air susu karena dapat dari alam dan dapat

dipergunakan untuk hal-hal baik.53

Dalam melayani para undangan, si mempelai akan ditemani oleh ibu kepala mata-rumah dan parempuan mananol lama, namun ketika mempelai perempuan

mengantarkan minuman, si mempelai laki-laki harus terlibat. Sambil mempelai perempuan mengantarkan makanan (apapua) yang terdiri dari siri, pinang, dan kapur pada setiap undangan, ibu kepala mata-rumah harus memperkenalkan dan menjelaskan seperti apa hubungan yang terjalin antara mempelai perempuan dengan orang yang sedang dijamu lengkap dengan panggilan atau sapaan yang tepat. Pengetahuan tentang jenis hubungan kekeluargaan apa yang terjalin antara

51 Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018. 52

Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018. Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat Ambon. Kata bage merujuk pada sebuah kata kerja yakni membagikan.

(28)

79

mananol baru dengan para keluarga yang datang harus diketahui oleh mananol

lama. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut;

Mananol lama yang antar mananol baru harus tau parsis, bentuk hubungan seperti apa yang terjalin antar mananol baru dengan orang yang dikenalkan, karena mananol lama itu dia yang nanti kasi kanalmananol baru untuk keluarga yang datang. Par bisa tau jenis hubungannya apa, bisa katong kanal dari sapaan. Contohnya ini ua (saudara perempuan ayah), atau wate (suami dari saudara perempuan ayah), konyadu, ipar, dan lain-lain.54

Dalam acara seperti itu harus memperkenalkan mananol, sehingga mananol tau dia punya keluarga yang mana, mengapa sampai dia ada di acara, kenapa dia harus duduk sama-sama deng beta (dalam lesa mananol), kanapa sampai beta harus panggel ua atau konyadu atau ipar.55

Setelah pembagian makanan selesai, dilanjutkan dengan pembagian sopi dan sageru didampingi mempelai laki-laki. Pada saat prosesi ini, mempelai laki-laki bertugas untuk menuangkan sedangkan mempelai perempuan yang memberikan sopi atau sageru sesuai minat orang yang dijamu.

6. Duduk bersama di lesa mananol.

Sementara kedua mempelai sedang menjamu para undangan, beberapa orang menyiapkan lesa mananol. Mereka bahu membahu membuka tikar, mengatur piring-piring, dan menyajikan makanan. Lesa Mananol dilihat sebagai meja persekutuan, meja diperuntukan bagi para perempuanmananol yang telah ditentukan pada saat pertemuan awal yang rata-rata hubungan mereka adalah

hubungan ber-konyadu.56 Umumnya mata-rumah mengutamakan perempuan yang

dituakan dalam mata-rumah tersebut, ditambah dengan seorang anak perempuan

54 Wawancara dengan Bpk. Toppo Soparue (tokoh adat) di rumahnya tanggal 12 Juni 2018.

Informan menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat ambon. Kata tau parsis merujuk pada kata mengetahui dengan pasti; Kata kasi kanal merujuk pada kata kerja memperkenalkan; kata par berarti “untuk” atau “agar”, jadi kata par bisa tau artinya “agar dapat mengetahui.

55 Wawancara dengan Sdr. Lisa Hallatu (staf pemerintah Negeri Amahai) di kantor saniri

negeri tanggal 22 Juni 2018.

(29)

80 dari adik laki-laki si ibu kandung mempelai laki-laki yang nantinya akan mewarisi baju mananol dari mempelai perempuan.

Di lesa mananol, mempelai perempuan dilayani secara khsusus oleh ibu kepala mata-rumah. Makanan yang disediakan pada lesa mananol merupakan makanan khas masyarakat Maluku, atau yang biasa dikenal dengan istilah makanang hari-hari seperti jenis ubi-ubian, papeda, sayur hijau, beberapa jenis

olahan ikan dan buah-buahan seperti pisang.57 Di meja itu menurut informan,

dapat dijadikan sebagai sarana memberi nasihat;

Kepala mata-rumah dan orang tua yang dituakan yang ada disitu memberi nasihat dan mengingatkan hubungan bersaudara, bakonyadu, dia punya kewajiban untuk menasihatkan dan mengingatkan mananol baru agar tetap menjaga hubungan keluarga yang telah terjalin, intinya pada saat itu, secara tidak langsung ada nasihat-nasihat dan

pengenalan disampaikan.58

Semua jenis makanan ini, harus dicicipi oleh mempelai perempuan tanpa terkecuali. Untuk mensiasati hal tersebut oleh ibu kepala mata-rumah, makanan itu disajikan sedikit-sedikit didalam piring mempelai perempuan. Suasana dalam lesa mananol itu dibuat senyaman mungkin agar si mempelai menjadi terbiasa

dengan perempuan mananol-mananol lain, dan dapat mengerti proses yang sedang berlangsung. Tak jarang ada beberapa perkenalan dan basa-basi untuk mengingatkan ikatan-ikatan yang dibangun pada saat itu.

Duduk bersama dalam lesa mananol adalah tahapan terakhir dari ritual ini apabila mempelai perempuan adalah sesama anak Negeri Amahai. Namun jika mempelai perempuan bukan berasal dari Negeri Amahai, maka ritual ini harus dilanjutkan dengan menggiring mempelai perempuan ke baileu Negeri Amahai

57 Wawancara dengan oma Tet Hallatu (perempuan mananol) dirumahnya tanggal 12 Juni

2018.

(30)

81 yang temani oleh pasangan kepala mata-rumah, perempuan mananol lama yang menggandeng mempelai perempuan, kurhaji B, keluarga mempelai perempuan, dan undangan yang hadir di rumah mempelai laki-laki. Dalam hal ini, staf pemerintahan negeri dan badan saniri negeri telah lebih dulu pergi ke baileu untuk menyiapkan acara disana. Mempelai perempuan harus dibawa ke baileu agar mendapat legitimasi sebagai anak adat Negeri Amahai, dengan kata lain adanya pengakuan dari negeri sebagai anak adat. Hal ini disampaikan oleh informan;

Baileu itu diibaratkan sebagai negeri kecil. Disini ada lembaga adat, saniri negeri, dan masyarakat yang memakai tempat ini untuk

berkumpul.59

Dia harus dibawa ke baileu, karena baileu dilihat sebagai mansifestasi Negeri Amahai secara keseluruhan yang mencerminkan perempuan itu telah diperkenalkan kepada seluruh Negeri Amahai termasuk pada

leluhur. Yah istilahnya negeri kanaldong.60

Ketika sampai di baileu, penjaga baileu atau yang disebut matokeswano telah menunggu mereka di depan pintusoa yang ada di baileu. Baileu Negeri Amahai sesungguhnya memiliki empat pintu yang melambangkan empat soa yang ada dalam Negeri Amahai, jika individu ingin masuk di Baileu pada saat ritual adat berlangung, ia diharuskan naik melalui pintu soanya sendiri. Ketika sampai di depan pintu soa, tanya jawab tentang maksud kedatangan para rombongan terjadi disini antara matokeswano dengan kurhaji B sebagai perwakilan dari rombongan. Setelah mendapat kejelasan dari kurhaji B tentang maksud kedatangan mereka, matokeswano mempersilahkan rombongan untuk naik ke Baileu. Setelah naik, kurhaji B menjelaskan maksud apa yang dibawa oleh

59

Wawancara dengan Bpk. Ben Lasamahu (anggota saniri negeri) tanggal 13 Juni 2018 dikediamannya.

60 Wawancara dengan Bpk. S. N. Lernaya (kepala saniri Negeri Amahai) di kantor saniri

(31)

82 rombongan (dalam hal ini apapua). Setelah itu apapua diletakan di jantung negeri61 atau di tengah-tengah baileu dan rombongan dipersilahkan duduk.Setelah duduk, mempelai perempuan dibantu oleh ibu kepala mata-rumah dan beberapa mananol lain menyipkan siri, pinang, kapor, sopi dan sageru dalam tempat siri

khusus raja dan memberikannya kepada Upu Latu. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembagian apapua tersebut kepada semua orang yang naik di atas baileu. Pengaturan pembagian apapua sama dengan pembagian apapua ketika rombongan masih berada di rumah.

Setelah makan dam minum selesai, kurhaji B memberikan kesempatan kepada Upu Latu untuk memberikan wejangan atau nasihat kepada kedua mempelai. Wejangan yang diberikan ini berupa nasihat dalam menjalani kehidupan pernikahan, mengingat kapasitas diri sebagai bagian dari Negeri Amahai yang juga bertanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai positif dalam negeri, persekutuan dan persaudaraan, dan wejangan khusus yang diberikan kepada si mempelai perempuan yang telah menjadi anggota baru dalam kehidupan satu mata-rumah, semuanya harus diingat agar dapat diketahui oleh generasi-generasi selanjutnya62. Setelah semua itu selesai, akan ada doa penutupan oleh pendeta adat atau maweng dan dilanjutkan dengan kurhaji B yang berpamitan mewakili rombongan dan sekaligus mengundang staf pemerintah negeri dan badan saniri untuk mengambil bagian dalam acara makan bersama yang telah

disiapkan oleh keluarga (hal ini bersifat situasional). Jika ada acara makan

61

Jantung negeri adalah sebuah pahatan berbentuk jantung yang diletakan dan menonjol dibagian bawah sebuah meja yang diletakan tepat di tengah-tengah baileu Negeri Amahai.

62 Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu latu/Raja negeri Amahai) di rumahnya tanggal 12

(32)

83 bersama yang dilakukan oleh keluarga, maka acara tersebut akan dibuka dengan doa oleh pendeta.

Aturan yang harus tetap dijalankan oleh mempelai perempuan setelah ritual ini dilaksanakan adalah ia tidak boleh keluar rumah selama tiga hari dan tidak diizinkan melepaskan pakaian tersebut selama tiga hari. Setelah tiga hari memakai baju itu, tepat pada hari minggu baju hitam yang dipakai mempelai perempuan dilepas oleh ibu mata-rumah dan diberikan kepada sepupu perempuan si mempelai laki-laki dengan cara menggantungkan baju hitam itu dilehernya. Sedangkan kain sarung menjadi milik sendiri dan tidak boleh digunakan oleh siapapun selain mempelai perempuan. Setelah itu, kedua mempelai pergi ke gereja dan memasukan nakzar pengucapan syukur.

III. 3. Falsafah orang basudara dalam Aruno lahitolo mananol

Falsafah orang basudara lahir dari pengertianya menurut masyarakat Amahai yang tidak terbatas pada keluarga batih melainkan kolektivitas mata-rumah yang punya hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dengan mereka. Hal

ini disampaikan oleh seorang informan bahwa;

Ritual ini dilakukan untuk menjaga sehingga istri tidak hanya memandang keluarga atau orang basudara sebatas laki punya mama dan lain-lain, tetapi dia harus tau bahwa laki punya sepupu, laki punya

sudara-sudara deng yang punya hubungan keluarga.63

Ritual ini penting par keluarga, kalau seng ada ritual sarung baju katong keluarga sandiri dan katong pung bini cuma tau keluarga-keluarga yang dekat atau yang satu fam saja, acara-acara bagini bagus supaya dong tau keluarga tuh yang mana. Karena dari situ bisa saling

bakubantu kalo ada susah, laeng lia laeng.64

63 Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22

juni 2018.

(33)

84 Artinya, mempelai perempuan juga harus mengetahui bahwa hubungan orang basudara tidak hanya berdasar pada hubungan darah atau gen melainkan melebihi

ikatan itu. Pemaknaan ini juga seharusnya tidak hanya dirasakan oleh mempelai perempuan saja melainkan keseluruhan individu yang hadir, yang berarti pemaknaan orang basudara kembali diaktualisasikan lewat setiap rangkaian ritual. Hal ini tertuang juga dalam pernyataan seorang informan bahwa mananol adalah upaya kumpul orang basudara dalam kesadaran sebagai orang basudara

yang saling menghargai satu sama lain, 65 dan menjadi sebuah media

mempersatukan kembali orang basudara.66

Untuk lebih memahami, berikut ini akan dibahas beberapa nilai dan makna yang terkandung dalam ritual aruno lahitolo mananol yang secara tidak langsung akan menjelaskan tentang falsafahorang basudaradi Negeri Amahai:

III.3.1. Nilai-nilai spiritual dalam ritual Aruno Lahitolo Mananol

Rangkaian tahapan aruno lahitolo mananol pada umumnya mengandung faslafah orang basudarayang identik dengan nuansa kumpul dan gayahidop orang basudara yang didasarkan pada hakekat pelaksanaan ritual yakni mengumpullkan

orang basudara untuk memperkenalkan mempelai perempuan. Hakekat

mengandung makna dan nilai spiritualitas orang basudara;

1. Saling memiliki. Nilai ini muncul dalam tahapan pertama ritual yakni

nok. Nokatau buang suara bagi masyarakat Amahai adalah cara

mengundang orang untuk menghadiri suatu acara tertentu, biasanya

65

Wawancara dengan Bpk. H. Pattiasina (tokoh pemuda) dilakukan di rumahnya tanggal 22 juni 2018.

66 Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny selaku seorang pendeta senior yang sudah berulang kali

(34)

85 dilakukan oleh seseorang (dari yang punya hajatan) dengan menggunakan baju cele67. Cara ini dipraktekan oleh masyarakat Maluku sejak dahulu, namun tidak banyak komunitas masyarakat yang tetap mempertahankan cara ini. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan zaman yang membuat orang banyak menggunakan undangan tertulis untuk mengundang orang.

Dalam konteks pelaksanaan ritual aruno lahitolo mananol, nok di pakai untuk mengumpulkan beberapa pihak mata-rumah dalam rapat dan mengundang sanak saudara yang lain untuk hadir dalam ritual aruno lahitolo mananol. Artinya, nok tidak hanya berlaku bagi keluarga inti

mata-rumah melainkan pada komunitas dan atau orang basudara suatu

mata-rumah. Komunitas dan orang basudaramata-rumah tidak terbatas

pada individu yang hanya berhubungan darah, melainkan setiap individu yang punya hubungan kekerabatan dan kekeluargaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam konteksnya, sebelum melakukan nok pihak mata-rumah

harus kembali mengidentifikasidengan jeli hubungan-hubungan

kekerabatan dan kekeluargaan (basudara) yang terjalin dengan individu lain dalam hal ini pihak yang diundang. Tindakan ini memberikan suatu wadah untuk individu dalam mata-rumah mengetahui, mengingat kembali serta punya ingatan bersama sebagai orang basudara. Hal ini tentu saja berpeluang sangat besar utntuk menghindari dan mengantisipasi perpecahan orang basudara yang marak terjadi akibat individualisme.

67 Baju cele adalah baju khas masyarakat Maluku yang identik dengan warna merah bercorak

(35)

86 Pandangan ini juga dituturkan oleh Upu Latu bahwa dengan menggunakan cara memanggil atau mengundang seperti itu maka masyarakat akan saling mengenal dan mengetahui status individu dan keluarga.Selain itu, individu juga memahami dan mengenal diri dalam hubungan antar satu dengan yang lain, ia akan merasa dihargai, dianggap

ada, dimiliki dan memiliki orang basudara.68

2. Bakukele. Kata bakukele yang dipakai dalam nilai ini mengadopsi tindakan ber-tanggung jawab dan perasaan senasib sepenanggungan (solider) yang keduanya berkaitan satu sama lain. Nilai ini muncul ketikamata-rumah mempelai laki-laki mengadakan rapat untuk membahas pelaksanaan ritual itu.

Rapat mata-rumah membicarakan banyak hal terkait kelancaran ritual, mulai dari alur yakni; pembagian tugas kepala mata-rumah; tugas perempuan mananol untuk menjemput dan menggiring mempelai perempuan ke mata-rumah dan ke baileu, untuk membantu menjamu orang basudara yang hadir, sampai hidangan yang nanti akan di sajikan.

Dalam konteks ini muncul sebuah keunikan yakni orang basudara yang hadir bersedia untuk membantu mempelai laki-laki dalam konsumsi dan tenaga dalam pelaksanaan ritual. Hal ini berarti individu yang hadir merasa menjadi bagian dari mata-rumah yang dimaksud dan merasa senasip dan sepananggungan sebagai orang basudara. Seorang informan mengatakan bahwa;

Orang banyak liat ritual ini dari sisi ekonomi sehingga putuskan seng usah biking. Tapi sebenarnya nilai hidop orang basudara tu di

68 Wawancara dengan Bpk. F. Hallatu (Upu Latu/Raja Negeri Amahai), di rumahnya tanggal

(36)

87 situ, orang tatua dolo-dolo biking akang. Karna ritual itu jadi jua atas kesepakatan keluarga. Kalo ada kurang bahan, nanti dong datang bawa sesuai dong kebutuhan. Biar akang patatas saisi tapi dong saling menopang, saling bakutopang supaya ritual itu tetap dijalankan.69

Artinya informan memberikan penegasan pada gaya hidup orang basudara yang telah dipraktekan sejak dulu oleh leluhur Negeri Amahai.

Tindakan mereka di dasarkan pada sebuah pengenalan diri serta perasaan senasip dan sepenanggungan sebagai orang basudara. Dalam pemaknaan ini, setiap individu yang diberikan tanggung jawab akan turut melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Individu dalam bingkai pemaknaan ini diharuskan memaksimalkan potensi dan peran mereka. Artinya, individu dapat menyadari bahwa masing-masing mereka memiliki kemampuan dan dapat berguna bagi diri sendiri dan orang di sekeliling mereka.

Selanjutnya, pembagian tugas yang diberikan dalam rapat mata-rumahadalahtanggung jawab yang harus dilakukan oleh individu, namun

sesungguhnya tidak hanya diberikan kepada individu tertentu dalam mata-rumah melainkan juga kepada totalitas orang basudara yang

menerima mempelai perempuan. Artinyaketika mempelai perempuan masuk dalam mata-rumah laki-laki dan menerima gelar mata-rumah, ada sebuah tanggungjawab baru yang diemban orang basudara yaitu,

69 Wawancara dengan Pdt. Sar Latuny anak negeri amahai yang sudah bertahun-tahun

mengikuti dan melayani dalam ritual aruno lahitolo mananol. Wawancara ini dilakukan di rumahnya tanggal 20 Juni 2018. Wawancara menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat Maluku. Kata orang tatua dolo-dolo merujuk pada para leluhur karena kata orang tatua berarti “orang tua yang terdahulu; Kata patatas dan saisi merupakan dua kata berbeda, patatas adalah jenis ubi-ubian yang ada di Maluku, sedangkan saisi merujuk pada jumlah buah tersebut yang berarti satu buah, atau buah yang sedikit.

Referensi

Dokumen terkait

1) Guru terlihat canggung dan masih kurang menguasai teknis pelaksanaan model pembelajaran Coorperative Learning tipe Examples Non Examples. 2) Siswa masih terlihat

Hasil uji simultan menunjukkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga SBI, pendapatan per kapita dan ekspor memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dan

Tabel 5 menunjukkan bahwa kecamatan yang merupakan daerah basis untuk komoditas ternak ayam buras adalah kecamatan Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Cidolog,

dilanjutkan uji LSD (Least Significance Different). Data sifat fisik es krim dideskripsikan dengan menghitung rerata melting rate dan overrun. Tingkat penerimaan dilakukan dengan

1) Keseimbangan ( Balance ) ditunjukan pada bentuk ikan lumba-lumba yang dibuat melingkar ke tengah, sehingga membentuk keseimbangan terpusat pada tengah bidang

Maka hipotesa dalam penelitian ini diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan metode de lorme terhadap peningkatan kekuatan otot