• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

3

LANDASAN PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum

Pengumpulan data melalui berbagai sumber dilakukan dalam proses untuk mendukung perancangan Tugas Akhir seperti melalui artikel di website, buku literatur dan visual, survei lapangan dan survei melalui media sosial, serta wawancara dengan narasumber yang bergerak di bidangnya. Berbagai literatur digunakan sebagai referensi materi perancangan.

2.1.1 Sumber Data 2.1.1.1 Artikel • http://www.museumindonesia.com/museum/24/1/Museum_Pr angko_Indonesia_Jakarta • http://www.tamanmini.com/museum/museum-prangko-indonesia-2 • http://jalan2.com/city/jakarta/museum-perangko/

• Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol.11, No.1, Januari 2009: 60-66

• Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol.11, No.2, Juli 2009: 67-78

2.1.1.2 Data Literatur

Berikut sumber buku sebagai materi pendukung perancangan identitas visual.

• Mengenal Filateli di Indonesia oleh Richard Susilo.

• Museum di Indonesia : Kendala dan Harapan oleh Ali Akbar. • 47 Museum Jakarta oleh Edi Dimyati.

2.1.1.3 Data Visual

Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler.

(2)

Typographic Design : Form and Communication 5th edition oleh Rob Carter, Ben Day, Philip Meggs.

• Tipografi dalam desain grafis oleh Danton Sihombing. • The Little Know-It-All oleh Die Gestalten Verlag.

Color Harmony Compendium oleh Terry Marks, MINE, Origin, Tina Sutton.

Running a Museum Handbook oleh ICOM (International Council of Museums)

2.1.1.4 Narasumber

1. Pak Tugino sebagai Staff MUPI dan Manajer Marketing.

2. Ibu Elizabeth sebagai Staff MUPI yang bekerja di bagian pelayanan, penjualan dan administrasi.

3. Pak Richard Susilo sebagai Ketua Dewan Penasehat Komunitas Kolektor Prangko Indonesia (KKPI) dan penulis buku “Mengenal Filateli di Indonesia”

2.1.2 Literatur

2.1.2.1 Sejarah Prangko

Diambil dari sumber buku “Mengenal filateli di Indonesia” oleh Richard Susilo, kata Prangko berasal dari kata Franco. Asal kata ini diperkirakan berasal dari seseorang dengan kewarganegaraan Itali yaitu Francesco de Tassis dari keluarga Thurn and Taxis. Rute pengantaran surat pos yang pertama pada tanggal 18 Januari 1505. Pengantaran surat pos hanya terbatas di kalangan bangsawan atau raja saat itu. Pengantaran surat di jarnan dulu dilakukan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan merpati pos, kuda, ataupun hanya dengan berjalan kaki.

Kantor pos mulai dikenal pada abad ke-19. Cara pengiriman maupun sistem pembayaran pun berbeda dibandingkan zaman sekarang. Pada saat itu si penerima suratlah yang harus membayar ongkos kirimnya. Oleh sebab itu sulit ketika seseorang yang tidak punya uang saat itu bila menerima surat. Apalagi jika surat itu merupakan surat penting. Namun kemudian, akhirnya

(3)

diputuskanlah bahwa pengirimlah yang membayar biaya surat. Namun kemudian mulailah muncul kejadian yang merugikan pihak pos. Hal ini menarik perhatian seorang bangsawan Inggris, Sir Rowland Hill. Kemudian beliau mengajukan sebuah tulisan yang berjudul "Post Office Reform. Its Importance and Practicability.” Isinya mengenai pembaharuan sistem pos yang berlaku, yaitu biaya pos yang sama untuk seluruh bagian Inggris sampai dengan kiriman yang beratnya setengah ons. Berikut isi rincian proposal :

1. Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, apabila ongkos pengiriman surat turun, diharapkan terjadi peningkatan arus surat, peningkatan jumlah surat yang dikirim.

2. Untuk lebih mendorong masyarakat agar lebih saling berkirim surat, perlu ditetapkan biaya pos yang seragam dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut.

3. Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, maka biaya pos harus dibayar di muka dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal dengan nama prangko.

Setelah mengalami perdebatan panjang, akhirnya usul ini disetujui parlemen Inggris dan ketetapan itu mulai berlaku resmi mulai tanggal 1 Januari 1840. Pada akhirnya dibuatlah prangko Penny Hitam yang terkenal itu. Rowland Hill mencontohnya dari gambar sebuah medali peringatan yang dibuat oleh William Wyon. Medali berukir gambar Ratu Victoria (hanya bagian kepala). Dari gambar tersebut Rowland Hill merancang prangko Black Penny dengan dibantu Charles serta Frederic Heath (ayah dan anak) untuk pewarnaannya. Sedangkan pencetak prangko pertama ini adalah Perkins, Bacon and Co. Prangko bernilai nominal satu Penny. Berkat usaha keras Sir Rowland Hill, kini ia dijuluki sebagai Bapak Prangko Internasional. Pada tanggal 6 Mei 1840, prangko Black Penny ini resmi dikeluarkan oleh Dinas Pos Inggris dengan jumlah 68.158.080 keping.

Prangko yang dibuat sebelum 6 Mei 1840 bukanlah prangko pertama yang resmi. Hal ini disebabkan prangko sebelum tanggal 6

(4)

Mei 1840 hanya dipakai oleh badan organisasi tertentu saja dan kaum bangsawan atau raja-raja. Jadi tidak berlaku untuk masyarakat umum. Sedangkan prangko Black Penny diresmikan oleh pemerintah saat itu dan dapat dipakai oleh semua orang untuk biaya pengiriman surat serta sesuai dengan tujuan dari prangko itu sendiri.

Sedangkan di Indonesia, dulu bernama Pemerintah Hindia Belanda, pada tanggal 1 April 1864 menerbitkan prangko pertama kali. Prangko tersebut berwarna merah anggur dengan harga nominal 10 sen dan menampilkan gambar Raja Willem III. Pada awalnya prangko hanya memuat gambar Kepala Negara (Raja dan Ratu), Lambang negara atau angka yang menunjukkan harga nominal saja. Perkembangan selanjutnya memunculkan prangko dengan berbagai macam rancangan. (Susilo, 2002: 58-62)

2.1.2.2 Jenis Prangko

Menurut sifat serta kegunaannya, prangko dibagi ke dalam dua golongan yaitu :

1. Prangko Umum : dipakai untuk surat biasa. Contoh : a. Prangko Biasa

b. Prangko Peringatan :

- Prangko Promosi atau Propaganda - Prangko Sambutan

- Prangko Kebudayaan - Prangko Keagamaan - Prangko Kenegaraan - Prangko Penemuan - Prangko Orang Ternama - Prangko Amal

- Prangko Ilmu Pengetahuan - Prangko Sosial

2. Prangko Khusus : dipakai untuk keperluan pengiriman surat atau paket khusus yang sifatnya berkenaan dengan pos. Prangko ini

(5)

memiliki misi khusus dan ada pula yang dipakai khusus oleh kalangan tertentu. Misalnya pegawai pemerintah, militer, dan sebagainya. Ada pula yang dipakai hanya pada jangka waktu tertentu, memiliki sifat sementara. Misalnya prangko cetak tindih.

Contoh : a. Prangko Pos Kilat b. Prangko Pos Udara c. Prangko Dinas

d. Prangko Pengantaran khusus e. Prangko Denda

f. Prangko Tercatat g. Prangko Surat Kabar h. Prangko Militer i. Prangko Pos Paket

j. Prangko Pendudukan atau Prangko Jalanan k. Prangko Model atau Prangko Contoh l. Prangko Cetak Tindih

m. Prangko Pos Wesel n. Prangko Tanda Terima

o. Prangko Pengiriman Pneumatik p. Prangko Pos Laut

q. Prangko Telegraf dan Telepon

Selain jenis prangko di atas, terdapat beberapa model prangko lain seperti Prangko Tanpa Nominal, Prangko Vending Komputer, Prangko Meter, Prangko Revenue atau Fiskal atau Prangko Pajak, Prangko Gulung (Coil Stamps), Prangko Label (Prangko sticker), Prangko Prisma. (Susilo, 2002: 67-80)

2.1.2.3 Sejarah Museum

Dimyati (2010: 6) mengatakan bahwa, “Jika dilihat dari asal katanya, Museum berasal dari bahasa Yunani “Mouseion” yang berarti tempat suci untuk memuja sembilan dewi yang dijadikan simbol dalam dunia ilmu pengetahuan dan kesenian.”

(6)

Council of Museums/ ICOM (ICOM Statutes, adopted by the 22nd General Assembly, Vienna, 2007), pengertian museum adalah :

“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of society and its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and intangible heritage of humanity and its environment for the purposes of education, study, and enjoyment.”

Dimana museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, dimana bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang berwujud barang maupun jasa beserta lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan. Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. (Akbar, 2010: 2)

Museum adalah lembaga non-profit dengan tugas mulia, yakni menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Melalui aktivitas pengumpulan dana, perawatan, penataan dan pameran, museum dapat dijadikan tempat penelitian dan sumber inspirasi. Sebagai salah satu pusat kebudayaan, museum adalah sarana pendidikan dengan nilai edukasi yang tinggi sekaligus objek wisata yang menyenangkan. Hari Museum Internasional diperingati setiap tanggal 18 Mei. Di Indonesia, Hari Museum Internasional baru pertama kali dirayakan pada 18 Mei 2009. (Dimyati, 2010: 6)

2.1.2.4 Perkembangan Museum di Indonesia

Peran pemerintah Republik Indonesia dalam pendirian dan pengembangan museum di Indonesia sejak kemerdekaan sampai masa orde baru sangatlah besar. Pada tahun 1948, pemerintah membentuk jawatan Kebudayaan yang berada di bawah

(7)

Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1957 jawatan tersebut memiliki unit kerja yang disebut Urusan Museum. Pada perkembangan selanjutnya terus mengalami peningkatan dan penyesuaian yakni tahun 1965, Urusan Museum menjadi Lembaga Museum-Museum Nasional. (Asiarto dkk, 2008: 12)

Pemerintah RI terus mengembangkan museum sejak Pembangunan Lima Tahun (PELITA) I sampai V atau dalam waktu 25 tahun. Dengan berbagai proyek, misalnya Proyek Pembinaan Permuseuman, dilakukan pemugaran dan perluasan museum lama dan pembangunan museum baru di setiap provinsi. Selama kurun waktu tersebut tidak kurang dari 262 museum di Indonesia, museum tersebut berada di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah daerah dan swasta. (Asiarto dkk, 2008: 13-14)

Setelah tahun 1998 terjadi perubahan yang cukup berarti dalam pengelolaan organisasi atau lembaga di Indonesia termasuk museum. Pemerintah tetap berperan penting bagi museum, tetapi masyarakat umum juga tidak mau ketinggalan mengambil peran. Perubahan terjadi seiring semangat reformasi yang bermakna perbaikan diri dan salah satu amanat reformasi yakni desentralisasi. Hal lain yang dapat dipetik dari reformasi adalah perubahan yang normal dapat berlangsung secara gradual, tetapi perbaikan yang mendasar juga dapat dikatakan dengan cepat. Hal penting lainnya adalah masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga aspirasi masyarakat patut menjadi pertimbangan utama.

Sejak tahun 2005, berdasarkan tata kelola pemerintahan, terdapat Direktorat Museum yang berada di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala dan merupakan bagian dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Perubahan dari departemen terkait pendidikan ke departemen terkait pariwisata turut mengubah “warna” museum yang awalnya terkait dengan edukasi menuju rekreasi. Pada tahun 2009 terdapat sedikitnya 275 museum di Indonesia. Museum-museum tersebut ada yang berada

(8)

di bawah naungan Direktorat Museum, kementerian atau departemen atau lembaga pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, perusahaan swasta, yayasan dan badan-badan lainnya, serta perorangan atau pribadi. (Akbar, 2010: 10-11)

Berikut beberapa anggapan keliru dari masyarakat luas mengenai pandangan mereka tentang museum:

a. Museum adalah lembaga yang identik dengan masa lalu. b. Museum tidak mempunyai dinamika.

c. Museum merupakan tempat menyimpan benda-benda kuno. d. Masyarakat masih belum merasakan manfaat dari kehadiran museum. (Munandar dkk, 2004:4)

2.1.3 Wawancara

2.1.3.1 Wawancara lisan

Wawancara dengan Ibu Elizabeth dan Bapak Tugino yang bekerja di bagian Staff MUPI yang juga merupakan Manager Marketing di Museum Prangko. Pak Tugino sudah bekerja selama kurang lebih 30 tahun. Selama itu beliau merasa bangga memakai baju berwarna orange lambang PT. Pos Indonesia dan bekerja sebagai insan pos bangsa dengan mengabadikan dirinya pada kesejahteraan masyarakat. Museum Prangko berada di bawah wewenang PT. Pos Indonesia. Tujuan dibentuknya Museum Prangko pertama kali adalah mengadakan pameran yang bersifat lebih tetap. Semua seri prangko yang diterbitkan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan melestarikan budaya nasional serta menjadi bukti sejarah yang otentik untuk dijadikan pedoman bagi generasi muda Indonesia. Hingga sekarang koleksi Museum Prangko sudah mencapai ±37000 keping.

Berikut kegiatan yang aktif baik diikuti maupun diselenggarakan oleh Museum Prangko :

1. Festival Museum Day dalam rangka memperingati Hari Museum Internasional yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

(9)

yang jatuh pada 8 Mei 2013, PMI dan Pos Indonesia meluncurkan prangko seri peringatan 150 tahun Palang Merah Internasional di Museum Prangko Indonesia.

3. Pameran prangko dalam HUT TMII, HUT Filateli Indonesia, dll. Para staff juga menyampaikan pendapatnya ketika ditanya tentang perkembangan Museum Prangko hingga sekarang, beliau merasa bahwa Museum Prangko semakin berusaha untuk berinovasi mengadakan pameran/ kegiatan agar menarik minat masyarakat untuk datang, namun sulitnya karena tidak didukung oleh sektor finansial sehingga tidak bisa memaksimalkan kinerja dalam mengajak generasi muda, apalagi sekarang museum jarang sekali didatangi kecuali pengunjung memang memiliki tujuan khusus. “Sekarang generasi muda lebih senang datang ke mall, cafe, atau wisata lainnya dibandingkan museum. Saya sebagai staff pekerja disini suka sedih kalau ternyata hari itu tidak ada pengunjung yang datang. Mereka datang cuma lewat saja, tidak lama, lain halnya dengan filatelis, mereka pasti bisa berjam-jam melihat prangko.”, kata Ibu Elizabeth ketika diwawancarai oleh penulis. Beliau juga berharap dapat menarik cakupan target lebih meluas.

2.1.3.2 Wawancara tertulis

Penulis juga melakukan wawancara tertulis melalui e-mail dengan Bpk. Richard Susilo dikarenakan saat ini beliau sedang menetap di Jepang. Beliau adalah penulis buku “Mengenal Filateli di Indonesia” dan Ketua Dewan Penasehat Komunitas Kolektor Prangko Indonesia (KKPI). Beliau juga salah satu pendiri Pusat Filateli tahun 1973, yang kini bernama Kantor Filateli Jakarta sejak tahun 1990. Saat itu beliau adalah Pengurus Seksi Remaja Perkumpulan Filatelis Indonesia. Museum Prangko pun salah satu ide dari beliau bersama Pak Pringgodiprodjo BcAP, yang merupakan Kepala Museum Prangko Indonesia pertama di TMII.

Menurutnya, museum saat pertama kali dibuka dulu sangat terawat dengan baik. Kini hancur tidak terawat dan terpelihara dengan baik. Sekarang dibawah kepengurusan Kantor Filateli

(10)

Jakarta. Dulu berdiri sendiri. Kepala Museum Prangko langsung kepada Manager Filateli di Kantor Pusat Pos di Bandung. Kini berada di bawah Kepala Kantor Filateli Jakarta. Jadi tampaknya tidak terurus dengan baik. Beliau menyampaikan pendapatnya bahwa hal pertama yang harus diurus adalah administrasi. Dikembalikan seperti semula berdiri sendiri, masalahnya mungkin Pos Indonesia tidak mempunyai biaya lagi untuk independensi Museum Prangko. Dulu museum memberikan banyak manfaat karena sangat baik. Kini tak ada manfaat, hanya sebagai toko jual beli prangko biasa. Banyak koleksi di sana sudah tidak terurus dengan baik. Akhirnya pengunjung yang datang melihat pun menjadi kecewa.

Museum pada prinsipnya baik dan harus memberikan manfaat bagi pengarsipan dalam menyimpan berbagai benda di masa lalu. Beliau juga berbagi pandangan mengenai museum di luar negeri. Seperti contoh museum prangko di DenHaag Belanda, yang masih memiliki prangko Indonesia pertama tahun 1864 dan masih terawat dengan baik dan banyak hal yang dapat dipelajari dari museum tersebut. Perawatan memerlukan finansial untuk jangka panjang, dan hal ini yang kurang dicermati oleh Pos Indonesia sehingga Museum Prangko yang sekarang terlihat tidak terawat.

Menurut beliau, Museum Prangko ini seharusnya bisa menarik generasi muda karena prangko memiliki banyak keunikan. Pada prinsipnya mengumpulkan prangko adalah hobi terbaik dari semua hobi. Ini adalah hobi yang dapat membentuk kepribadian manusia menjadi yang lebih baik. Hobi filateli adalah menabung bukan investasi.

2.1.4 Kuesioner

Kuesioner dibagikan kepada 113 responden melalui media sosial dan survei lapangan.

1. Usia

13-17 tahun 18% 25-34 tahun 1%

(11)

2. Jenis Kelamin Laki-laki 33% Perempuan 67% 3. Pekerjaan Pelajar 18% Karyawan 5% Mahasiswa 71% Wirausaha 4% Lainnya 2% 4. Kota Asal Jakarta 76% Luar Jakarta 24%

5. Apakah anda suka mengunjungi museum?

Ya 80%

Tidak tertarik 20%

6. Alasan berkunjung/ tidak berkunjung ke Museum? Alasan berkunjung :

“Seru, banyak hal menarik dan unik.”

“Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah.” “Menyukai benda bersejarah atau sejarah.”

“Salah satu cara untuk time travelling.” Alasan tidak berkunjung:

“Kesannya tua, “belajar” banget, tidak fun.”

“Banyak museum yang terabaikan dan tidak terawat baik.” “Membosankan dan tidak menarik.”

“Kurangnya promosi sehingga tidak tahu kalau ada acara atau kegiatan baru.”

7. Apakah anda pernah mengunjungi Museum Prangko TMII?

Ya, sekali 18%

Ya, lebih dari 2x 7%

(12)

8. Jika iya, apakah alasan anda berkunjung ke Museum Prangko? “Karena acara study tour sekolah”

“Tertarik ingin tahu dan penasaran”

“Suka ngoleksi perangko dan melihat koleksi prangko yang unik-unik”

9. Jika pernah, apa kesan anda ketika mengunjungi Museum Prangko? Respon positif :

“Seinget saya, saat SD waktu itu, saya kagum bagaimana cara pembuatan gambar-gambarnya”

“Kagum, karena sebelumnya belum pernah melihat koleksi perangko yang bermacam-macam seperti itu.”

“Terkejut, terutama saat melihat koleksi perangko kuno yang tertata sangat rapi.”

Respon negatif :

“Kurang terawat dan sepi pengunjung.” “Kurang interaktif dan kurang menarik.” “Biasa saja.”

10. Menurut anda, hal apa yang paling diingat dari prangko? Bentuk 90%

Nominal 5%

Warna 3%

Lainnya 2%

11. Apakah anda pernah melakukan surat menyurat melalui pos surat?

Ya 73%

Tidak 27%

12. Apakah anda masih melakukan surat menyurat hingga saat ini?

Ya 9%

Tidak 91%

13. Menurut anda penggunaan prangko masih ada dan dipakai hingga sekarang?

(13)

Ya 73%

Tidak 9%

Tidak tahu 18%

14. Apakah anda pernah melihat logo Museum Prangko Indonesia?

Ya 10%

Tidak 90%

15. Jika anda mengenal branding, apakah menurut anda, Museum Prangko membutuhkan re-branding, alasan?

- “Butuh logo yang khas agar mudah diingat, kemudian digunakan sebagai publikasi, promosi, berbagai media, merchandise, dsb. Jadi disimpulkan bahwa branding mereka tidak kuat dan tidak mampu mewakili karakter museum tersebut, karena logo juga dapat menjadi identitas museum.”

- “Agar masyarakat lebih tertarik, karena bisa saja model penggambaran, pewarnaan dan karakter pada saat itu berbeda dengan saat ini, sehingga sebagian orang berpikir bahwa museum terlihat ketinggalan jaman.”

- “Kalau tidak dirancang ulang, bagaimana ia dapat berkompetisi dengan museum-museum lainnya yang lebih maju?”

- “Perlu, supaya lebih bisa menarik pengunjung untuk datang, membuat citra yang lebih baik dari Museum Prangko, bukan hanya sekedar penciptaan visual logo yang baru.”

- “Butuh! Seiring perkembangan jaman, sejarah makin kekubur, masyarakat sudah terlalu nyaman dengan semua yang modern saat ini. kalau tidak mau dilupain, musti coba ngikutin jaman tapi tetap bawa sejarahnya. Masyarakat akan ngelirik saat ada new face.

2.1.5 Observasi

Pengamatan secara langsung survei lapangan dilakukan penulis ketika mengunjungi Museum Prangko di kawasan wilayah TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Setiap lokasi wisata seperti anjungan, museum, taman dan bangunan yang dimiliki oleh TMII, ditandai dengan adanya signage

(14)

penanda dengan nama masing-masing tempat wisata. Terdapat beberapa museum yang memiliki logo tersendiri, walaupun tidak semua.

Gambar 2.1 a. Logo Museum Transportasi b. Logo Akuarium Air Tawar c. Logo Museum Listrik dan Energi Baru

(Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)

Pengaplikasian logo pun tidak terintegrasi dengan baik. Logo yang menjadi identitas visual utama Museum Prangko pun terlihat tidak kuat dan terkesan seadanya saja.

Gambar 2.2 Aplikasi Logo pada Beberapa Media (Sumber: Christie Damayanti, tahun 2012)

Saat mengunjungi Museum Prangko di hari libur, terlihat bahwa pengunjung museum terbilang sedikit, sehingga museum terlihat sepi.

(15)

Intensitas pengunjung yang semakin menurun membuat kondisi museum semakin terlihat sepi. Penulis juga mengunjungi pembanding Museum Prangko Indonesia yaitu Museum Pos Indonesia di Bandung. Museum ini terletak di Jln. Cilaki no.73, Bandung berlokasi di kantor pusat Pos Indonesia dan berdekatan dengan Gedung Sate Bandung yaitu gedung kantor pemerintahan Pemprov Jawa Barat. Museum Prangko Indonesia terletak di Jakarta dan Museum Pos Indonesia terletak di Bandung. Keduanya berada di bawah wewenang PT. Pos Indonesia. Namun Museum Pos Indonesia telah lebih lama didirikan dibanding Museum Prangko Indonesia, dan koleksi serta perlengkapannya pun lebih lengkap. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Museum Prangko adalah jam operasional yang lebih panjang dan efektif sehingga hal ini dapat menjadi poin penting untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung terutama di akhir pekan.

2.1.6 Tinjauan Pustaka 2.1.6.1 Data Perusahaan

2.1.6.1.1 Sejarah

Prangko pertama kali dibuat di Indonesia pada tahun 1864. Pada Juni 1981, dalam acara Jambore Pramuka Asia Pasifik VI di Cibubur, di saat itulah alm. Ibu Tien Soeharto mencetus penyelenggaran Museum Prangko. Terlahir dari impian dan gagasan beliau yang ingin menyelenggarakan pameran prangko secara menetap, didirikanlah Museum Prangko yang diresmikan pada tanggal 29 September 1983. Didirikan sebagai sarana edukasi yang mampu merefleksikan sejarah bangsa dan keelokan budaya Indonesia.

Museum Prangko terletak di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, berdiri di atas tanah seluas 9.590 m². Bangunan museum ini diapit oleh dua bangunan pendukung. Bangunan pada satu sisi berfungsi sebagai tempat penerimaan dan peristirahatan, bangunan pada sisi lain berfungsi sebagai kantor pos. Desain bangunan termasuk

(16)

unik karena memiliki arsitektur khas etnik Jawa dan Bali. Bangunan pendopo dirancang dengan arsitektur khas Jawa sedangkan pagar pintu gerbang dengan gaya arsitektur khas Bali. Di tengah pelataran terdapat tugu berbentuk bola dunia dengan seekor burung merpati yang bertengger di atasnya sedang membawa sepucuk surat yang melambangkan visi dan misi PT Pos Indonesia.

Di tengah pendopo juga terdapat sebuah patung hanoman. Dalam dunia pewayangan, ia dikenal sebagai duta dharma yang bertugas sebagai pembawa berita. Disebelah kiri dan kanan pintu masuk, pengunjung dapat melihat dua lukisan karya pelukis Drs. Wayan Sutha. S. yaitu lukisan yang menggambarkan kisah pewayangan dalam kerajaan Majapahit yang menceritakan penyampaian berita berbentuk naskah yang masih diantar oleh pengantar khusus kerajaan. Memasuki gedung Museum Prangko Indonesia, di tengah-tengah ruangan pameran, atas bangunan tersebut terdapat roset yang mengambil bentuk dasar matahari dengan cahayanya yang menyinari ke delapan arah.

Museum ini terbagi ke dalam 7 ruang penyajian : 1. Ruang Penyajian I. Sejarah Prangko Indonesia.

Ruang ini menyajikan tentang hal-hal yang terkait dengan budaya menulis surat, sejarah prangko di Indonesia dan internasional. Terdapat berbagai hal menarik seperti foto-foto yang menggambarkan bahan dan alat yang dipergunakan untuk menulis pada daun lontar, serta patung seorang laki-laki yang sedang menulis pada daun lontar.

Hal-hal penting yang terjadi antara tahun 1602-1864, yang disajikan berupa :

a. Foto Sir Rowland Hill, pencetus gagasan pemakaian perangko di dunia.

b. Foto prangko pertama di dunia ‘The Penny Black’ terbit di Inggris tahun 1840.

(17)

c. Foto Kantor Pos Batavia, yakni kantor pos pertama yang didirikan tahun 1746.

d. Foto prangko pertama Belanda diterbitkan tahun 1852.

e. Foto prangko pertama di Hindia Belanda diterbitkan tahun 1864.

f. Miniatur kapal perang VOC, kuda pos, kereta pos, dan pedati pos.

Tidak hanya itu, juga terdapat teraan-teraan cap sebagai pernyataan biaya pengiriman surat dan beberapa koleksi prangko hibahan Ibu. Dit Harjanto Danutirto (istri Menteri Perhubungan Haryanto Danutirto) dan foto lukisan pembuatan Jalan Pos tahun 1808 dari Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 km.

2. Ruang Penyajian II. Proses Pembuatan Prangko.

Menampilkan lembaran tahap cetak, pembuatan desain prangko, silinder cetak prangko, pelat cetak prangko semasa revolusi, positif film, dan mesin cetak prangko lima warna dalam bentuk penampang yang pernah digunakan oleh Perum Peruri. Gambaran proses percetakan prangko di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1945, dirancang dengan gambar dan warna yang masih sederhana dan dicetak menggunakan kertas merang.

3. Ruang Penyajian III. Prangko Berdasarkan Periode Penerbitan (I)

Menyajikan berbagai macam prangko yang telah digunakan di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan tahun 1864 hingga masa perang kemerdekaan dalam beberapa periode penerbitan, yaitu masa pemerintahan Hindia Belanda 1864-1941, NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) 1945-1950, masa pendudukan Jepang 1942-1943, masa perang kemerdekaan 1945-1949.

(18)

Penerbitan (II)

Menampilkan keindahan koleksi prangko periode sesudah kemerdekaan. Penerbitan tahun 1950-1990.

5. Ruang Penyajian V. Koleksi Prangko Tematik (I)

Dalam ruang penyajian ini terdapat koleksi prangko dengan tema menarik menampilkan masalah sosial budaya, pariwisata, flora, fauna, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.

6. Ruang Penyajian VI. Koleksi Prangko Tematik (II)

Dalam ruang penyajian ini terdapat diorama yang menggambarkan kegiatan pramuka di alam bebas. Disajikan pula beberapa koleksi prangko dengan tema olahraga dan kepramukaan. Beberapa slide bergambar Ibu Tien Soeharto dalam pakaian pramuka ketika membubuhkan tanda tangan Sampul Hari Pertama prangko Jambore Internasional ke-4 di Cibubur, Juni 1981.

7. Ruang Penyajian VII. Filateli

Menampilkan diorama kegiatan filateli. Kegiatan filateli ini merupakan salah satu kegiatan positif yang bersifat universal dan memiliki manfaat seperti:

a. Menanamkan sikap positif berupa ketekunan, kecermatan, ketelitian, kreativitas dan disiplin. b. Kegiatan tukar-menukar prangko membangun sikap

kejujuran, saling pengertian dan tangung jawab yang baik.

c. Menjalin persaudaraan, persahabatan, sekaligus untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing.

d. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan karena dapat mempelajari berbagai aspek dari prangko yang diketahuinya.

e. Memberikan ketenangan jiwa di tengah kesibukan aktivitas.

(19)

g. Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan. Di Museum Prangko juga terdapat koleksi langka yang tidak dimiliki oleh kolektor lain dan merupakan satu-satunya di Museum Prangko yaitu sampul otograph, sampul ini ditandatangani oleh pejabat tinggi negara yang menjadi aset negara kebanggaan Indonesia, dimana sampul tersebut ditandatangani oleh Presiden seluruh dunia. Ada satu ketentuan yang menyebutkan prangko hanya boleh dibuat oleh Negara yang berdaulat, merdeka penuh dan diakui di dunia internasional. Oleh karena itu, prangko hanya diterbitkan oleh negara dan bukan swasta.

2.1.6.1.2 Karakteristik

Badan Usaha : Museum Prangko Indonesia dibawah wewenang Badan Usaha Milik Negara namun dikelola secara Persero oleh PT. Pos Indonesia

Lokasi : Jln. Raya Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur 13560 Biaya tiket masuk : Rp 5000,-

Jam operasional : Selasa - Sabtu (08.00-16.00 WIB) Minggu - Libur (08.00-17.00 WIB)

2.1.6.1.3 Visi dan Misi

Visi : Sebagai sarana edukasi yang mampu merefleksikan sejarah bangsa dan keelokan budaya Indonesia.

Misi : 1. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pengunjung.

2. Mewujudkan Museum Prangko Indonesia yang mampu berperan sebagai sarana edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.

3. Mengutamakan seni dan budaya Indonesia dalam setiap peranan.

(20)

2.1.6.1.4 Logo

Gambar 2.3 Logo Museum Prangko Indonesia (Sumber: Museum Prangko Indonesia)

Berikut logo Museum Prangko Indonesia. Logo Museum Prangko yang sekarang belum mempunyai identitas yang kuat, berkarakter dan dikenal oleh masyarakat. Penggunaan logo juga tidak konsisten dalam penerapan pada setiap media. Museum Prangko perlu membutuhkan perancangan ulang dengan melakukan rejuvenasi pada logo. Rejuvenasi ini bertujuan untuk melahirkan kembali museum sehingga dapat mengubah persepsi, citra maupun penilaian ke arah yang lebih positif. Tujuannya untuk menghilangkan kesan buruk masyarakat.

2.1.6.1.5 Struktur Organisasi

(21)

2.1.6.2 Data Target

Berikut ini merupakan target sasaran penulis dalam komunikasi visual :

a. Target Primer 1. Psikografis

a. Personality : - Peduli dan berwawasan luas - Rasa ingin tahu besar - Suka bernostalgia

b. Behavior : - Menyukai sejarah, budaya dan seni - Suka mengenalkan anak hal baru - Suka mengoleksi benda unik, antik dan bersejarah

c. Lifestyle : - Senang jalan-jalan/ travelling - Memanfaatkan waktu liburan bersama keluarga

2. Demografis

a. Usia : 26-40 tahun

b. SES : B-C

c. Gender : Laki-laki dan perempuan d. Kewarganegaraan : Indonesia

e. Pekerjaan : Orang tua, guru, kolektor prangko, wisatawan

3. Geografis

a. Wilayah : DKI Jakarta b. Iklim : Tropis

b. Target Sekunder 1. Psikografis

a. Personality : - Peduli dan berwawasan luas - Rasa ingin tahu besar

b. Behavior : - Menyukai sejarah, budaya dan seni - Suka mengoleksi benda unik, antik

(22)

dan bersejarah

c. Lifestyle : - Senang jalan-jalan/ travelling - Aktif media sosial

- Menghabiskan waktu di mall, cafe, dll

2. Demografis

a. Usia : 12-22 tahun

b. SES : B-C

c. Gender : Laki-laki dan perempuan d. Kewarganegaraan : Indonesia

e. Pekerjaan : Pelajar, mahasiswa, kolektor prangko

3. Geografis

a. Wilayah : DKI Jakarta b. Iklim : Tropis

2.1.6.3 Pembanding

Museum Pos Indonesia di Bandung

Gambar 2.4 Logo Museum Pos Indonesia di Bandung (Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)

Museum Pos Indonesia berlokasi di Jalan Cilaki No 73, Bandung 40115. Museum Pos Indonesia telah berdiri sejak masa Hindia Belanda dengan nama Museum PTT (Pos Telegraph dan

(23)

Telepon) pada tahun 1931, yang terletak di bagian sayap kanan bawah Gedung Kantor Pusat PT. Pos Indonesia (Persero). Pada 27 September 1983, bersamaan dengan hari Bhakti Postel ke 38, museum ini secara resmi dibuka untuk umum oleh Menteri Pos dan Telekomunikasi Bapak Ahmad Tahir dan berganti nama menjadi Museum Pos dan Giro. Sejalan dengan perkembangan perusahaan pos, dimana terhitung tanggal 20 Juni 1995, nama dan status Perusahaan Umum Pos dan Giro menjadi PT. Pos Indonesia (Persero), maka terjadi pula perubahan museum ini dari Museum Pos dan Giro menjadi Museum Pos Indonesia, hingga saat ini. Lokasi ini mudah dijangkau dan menjadi alternatif wisata edukasi sejarah bagi wisatawan domestik dan turis asing. Gedung ini dibangun pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur klasik Italia masa Renaissance dengan luas 706 m². Di dalamnya terdapat berbagai benda pos di Indonesia, seperti bis surat, diorama patung-patung, hingga koleksi perangko dunia. Koleksi prangko-prangko berasal dari berbagai negara di dunia dengan jumlah mencapai 131.000 keping perangko dan koleksi peralatannya, yakni berupa timbangan paket, alat cetak perangko, surat-surat berharga, armada pengantar surat, dll.

Selain itu Museum Pos Indonesia dikelola secara swasta dibawah naungan PT. Pos Indonesia Persero. Biaya tiket masuk gratis atau tidak dipungut biaya. Peran dan fungsi yang dijalankan oleh Museum Pos Indonesia selanjutnya adalah disamping sebagai tempat koleksi, juga mencakup fungsi sarana penelitian, pendidikan, dokumentasi, layanan informasi, serta sebagai objek wisata khusus.

Lokasi : Jln Cilaki No 73, Bandung 40115 Biaya tiket masuk : - (tidak dipungut biaya)

Jam operasional : Senin - Jumat (09.00-16.00 WIB) Sabtu (09.00-13.00 WIB)

2.1.6.4 Preposisi

Berikut beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Museum Prangko Indonesia :

(24)

1. Gaya bangunan khas dengan percampuran kebudayaan etnik Jawa dan Bali. Museum Prangko mengutamakan seni dan budaya. 2. Menampilkan koleksi prangko khusus Indonesia dan bukan negara lain.

3. Cukup aktif mengadakan acara pameran dan mengikuti berbagai kegiatan.

2.2 Tinjauan khusus 2.2.1 Landasan Teori

2.2.1.1 Teori Brand

(Wheeler, 2003: 2) mengemukakan pendapatnya mengenai brand sebagai berikut:

“Brand is the promise, the big idea, and expectations that reside in each customers's mind about product, service or company. Branding is about making an emotional connection. People fall in love with brands-they trust them, develop strong loyalties, buy them, and believe in their superiority. The brand is shorthand: it stands for something and demonstrates it.”

Brand adalah janji, big idea, dan harapan yang berada di setiap pikiran pelanggan/ konsumen mengenai produk, pelayanan, atau bahkan perusahaan. Makna branding sendiri adalah tentang bagaimana cara membuat hubungan emosional. Dalam isi buku “Running a Museum” (International Council of Museums, 2004: 173), membangun sebuah brand yang kuat untuk museum bisa dilihat dari 4 tahap. Penjelasan deskripsi di bawah ini berdasarkan Model of Customer-Based Brand Equity yang disusun oleh David Lane Keller (Keller, 2003: 75) dan berikut pedoman proses untuk membangun brand yang kuat berdasarkan pandangan pengunjung : 1. Identification, pertama audiens harus mengetahui tentang

museum, mengenal nama dan jenis museum.

2. Meaning, kemudian audiens perlu mengetahui tentang info museum seperti pameran, pelayanan pengunjung, harga, dll. Dalam tahap ini, pengunjung akan membuat definisi sendiri

(25)

tentang museum berdasarkan pengalaman dan profil pengunjung. Untuk lingkup keluarga, museum harus mempunyai fasilitas untuk anak-anak. Untuk peneliti informasi, museum harus mempunyai fasilitas untuk penelitian dimana mereka dapat belajar dari koleksi museum. Oleh karena itu target market juga penting dalam membangun suatu brand. 3. Response, pengunjung akan memberikan pendapatnya tentang

apa yang dirasakan tentang museum. Museum yang memberikan pelayanan yang baik akan lebih menarik perhatian pengunjung.

4. Relationship, tahap tertinggi dan yang paling diinginkan dalam membangun suatu brand untuk museum adalah tercipta hubungan relasi antara museum dengan pengunjung.

Proses ini harus diikuti tahap per tahap, museum hanya bisa mencapai tahap tertinggi ketika tahap yang paling rendah mampu dicapainya. Kita tidak bisa berharap mendapatkan pendapat/ masukan dari masyarakat apabila masyarakat sendiri tidak mengetahui keberadaan museum tersebut. Kita juga tidak bisa berharap audiens untuk menjadi pengunjung setia tanpa memberikan pengaruh positif tentang museum.

Teori ini membantu penulis dalam membangun sebuah brand yang kuat dimana brand harus mampu mengekspresikan, mengkomunikasikan serta menvisualisasikan dengan jelas pesan yang ingin disampaikan. Permasalahan Museum Prangko yang saat ini tidak mempunyai identitas yang jelas dan kuat menyebabkan tidak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaaanya. Seperti dari hasil survei yang menunjukan hampir 75% masyarakat tidak pernah berkunjung dan bahkan 90% masyarakat belum pernah melihat logo Museum Prangko. Padahal Museum Prangko memiliki logo dan bahkan digunakan ketika ada kegiatan museum. Pemanfaatan fungsi museum pun menurun akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang museum itu sendiri. Brand tidak hanya sebagai identitas semata namun juga janji, big idea dan harapan dari masyarakat.

(26)

2.2.1.2 Teori Corporate Identity

Corporate Identity merupakan suatu simbol yang merefleksikan gambaran atau citra yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Gambaran tersebut merupakan situasi ideal dan dapat diciptakan (Napoles, 1998: 20). Corporate identity berkembang menjadi salah satu elemen dalam strategi perusahaan, yang mencerminkan rencana perusahaan yang matang. (Cenadi: 1999) mengemukakan pendapatnya bahwa,

Sebuah corporate identity yang baik harus sejalan dengan strategi dan rencana perusahaan tersebut. Selain itu corporate identity juga harus dapat menciptakan image, yaitu cerminan dari perusahaan tersebut; bagaimana perusahaan dilihat oleh publik.

Fungsi utama corporate identity adalah untuk menampilkan kesan pertama yang positif dari image suatu perusahaan kepada masyarakat luas (David E. Carter, 1976).

Aplikasi dari corporate identity sangat banyak bentuknya, tetapi tidak semua aplikasi tersebut efektif untuk digunakan. Untuk memilih aplikasi yang efektif digunakan sesuai dengan perusahaan yang diwakilinya maka seorang desainer harus sering melakukan konsultasi dengan klien dan observasi mengenai perusahan tersebut. Aplikasi yang sering digunakan antara lain:

1. Simbol/ lambang (meliputi: logo, maskot). 2. Komunikasi visual

a. Stationery (meliputi: kop surat, amplop, memo, kartu nama, invoice, dll.

b. Marketing and sales literature (meliputi: annual report, brosur, katalog, direct mail, seragam, dsb).

c. Signage/ sistem penanda d. Kemasan

e. Merchandise f. Sarana transportasi

Corporate identity yang baik berfungsi sebagai media promosi dimana media promosi ini dapat menjadi sarana untuk

(27)

mengkomunikasikan diri kepada masyarakat/ konsumen. (Pujiyanto, 2001:3-4)

Teori ini membantu penulis dalam mengerti pemahaman mengenai fungsi corporate identity yang harus sejalan dengan rencana baik itu visi maupun misi perusahaan tersebut. Selama ini Museum Prangko belum mampu menunjukan kesan positif di mata masyarakat. Yang terpikirkan oleh masyarakat mengenai museum hanyalah kesan tua dan membosankan. Oleh karena itu, Museum Prangko harus melakukan peremajaan/ pembaharuan agar dapat melahirkan citra museum yang lebih positif. Dengan visi dan misi sebagai sarana edukasi maka seharusnya museum dapat menarik lebih banyak generasi muda.

2.2.1.3 Teori Logo

Logo adalah bagian dari pencitraan suatu perusahaan, juga dikenal sebagai visual suatu perusahaan. Dalam buku Designing Brand Identity, (Wheeler, 2003: 7), menjelaskan bahwa urutan otak mengenali visual suatu gambar dimulai dari bentuk (shape), warna (color) dan isi (content). Gambar visual mudah diingat dan dikenali langsung, sedangkan kata-kata harus diterjemahkan menjadi arti terlebih dahulu. Bentuk yang khas akan membekas di ingatan, oleh karena itu penting merancang bentuk yang khas dan berbeda dalam merancang identitas. Yang kedua adalah warna. Warna dapat menjadi pemacu emosi dan membangun brand awareness. Terakhir adalah isi. Ini berarti otak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menerjemahkan bahasa dalam pikiran. (Perry, 2003: 97), menjelaskan visual dasar sebuah logo terdiri dari :

1. The signature, kombinasi ketiga elemen yaitu logomark, logotype, dan tagline. Tidak semua perusahaan menggunakan ketiga elemen tersebut, ada yang menggunakan kombinasi logotype dan logomark, ada juga yang hanya menggunakan permainan tipografi yang telah dimodifikasi agar terlihat berbeda dan khas biasanya disebut wordmark.

(28)

mendefinisikan karakter dan personality dari suatu brand. Yang terpenting dalam membuat logotype adalah visible dan readable. Cepatnya konsumen dapat membaca dan mengerti brand tersebut, maka cepat pula ia akan mudah mengenali dan mengingatnya.

3. The logomark, simbol yang menggunakan kombinasi dengan logotype untuk memberikan identitas visual yang khas dan mudah diingat.

4. Wordmark, tipografi yang telah dimodifikasi agar terlihat berbeda dan khas. Wordmark biasanya dibuat sebagai alternatif kombinasi logotype-logomark karena bersifat clean dan sederhana.

Teori ini membantu penulis dalam memahami perancangan logo Museum Prangko yang akan dibuat dengan bentuk dan warna yang khas sehingga dapat dengan mudah membekas di ingatan. Urutan otak mengenali visual suatu gambar pertama kali dimulai dari bentuk. Oleh karena itu logo yang akan dibuat akan mengambil bentuk yang sederhana, dirancang agar mudah dikenali dan dipahami langsung oleh masyarakat tentang isi dari museum, apa yang ingin ditampilkan, dan pesan apa yang ingin disampaikan.

2.2.1.4 Teori Tipografi

Tipografi adalah hal terpenting dari suatu pembangunan identitas yang efektif. Peran tipografi terlihat dalam strategi positioning dan hierarki informasi yang disusun. Penggunaan typeface harus flexible dan mudah digunakan. Kejelasan dan keterbacaan adalah poin terpenting.

Terdapat empat prinsip pokok tipografi yang mempunyai tujuan utama untuk memastikan agar informasi yang ingin disampaikan oleh suatu karya desain komunikasi visual dapat tersampaikan dengan tepat. 4 prinsip tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu :

1. Legibility

(29)

suatu karya desain, dapat terjadi pemotongan, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas suatu huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik. Selain itu, penggunaan huruf yang mempunyai karakter yang sama dalam suatu kata dapat juga menyebabkan kata tersebut tidak terbaca dengan tepat.

2. Readibility

Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Huruf-huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan lancar, maka teks tersebut dapat dikatakan tidak readible.

3. Visibility

Kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Clarity

Kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti adalah hierarki visual, warna, pemilihan type, dll. (Wijaya, 1999: 52-3)

Teori ini membantu penulis dalam memahami penggunaan huruf tipografi yang harus mementingkan readibility dan legibility yang tinggi sehingga dapat mudah dibaca. Penggunaan tipografi dalam perancangan ini akan menggunakan modifikasi typeface dengan typeface dasar yaitu sans serif yang memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Jarak antar huruf juga perlu diperhatikan ketika melakukan modifikasi pada typeface.

(30)

2.2.1.5 Teori Warna

(Wheeler, 2003: 84) dalam bukunya Designing Brand Identity, menjelaskan pemahamannya tentang warna yaitu :

Color is used to evoke emotion, express personality, and stimulate brand association. While some color is used to unify an identity, other colors may be used functionally to clarify brand architecture, through differentiating products or business lines.

Dalam warna digunakan untuk membangkitkan emosi, mengekspresikan personality, dan menstimulasi segala kesan yang muncul di ingatan konsumen tentang suatu brand (brand association). Warna digunakan untuk menyatukan sebuah identitas dan memperjelas brand architecture. Memilih warna untuk identitas baru membutuhkan pehamaman tentang teori warna, penglihatan yang jelas tentang bagaimana brand ingin dirasakan dan terlihat berbeda. Pengaplikasian warna membutuhkan konsistensi dan berperan baik dalam setiap media. Warna adalah faktor paling esensial dan penting dalam dunia desain grafis dan periklanan. Tidak hanya memberikan depth dan emphasis ke dalam desain tetapi juga memberikan feel dan mood.

Teori ini membantu penulis dalam perancangan yang membutuhkan warna dalam sebuah identitas visual. Warna yang akan digunakan dalam perancangan bersifat fun and friendly sesuai dengan target market utama yang menyukai hal-hal yang menyenangkan. Penggunaan warna ini juga bertujuan agar menghilangkan kesan buruk tentang museum yang terlihat tua dan membosankan dari Museum Prangko, sehingga pengunjung terutama yang masih berusia muda akan memiliki perasaan senang untuk belajar sambil bermain dengan suasana menyenangkan.

2.2.2 Analisa S.W.O.T a. Strength

- Satu-satunya Museum Prangko di Jakarta.

(31)

akan sejarah Indonesia.

- Mengutamakan seni dan budaya terlihat dari gaya bangunan yang khas dengan kebudayaan Indonesia.

b. Weakness

- Intensitas pengunjung yang semakin berkurang.

- Interior bangunan yang terlihat semakin tua dan kurang menarik anak untuk berkunjung.

- Pemanfaatan fungsi museum yang semakin menurun oleh masyarakat.

c. Opportunity

- Waktu kunjungan yang efektif karena dibuka hampir setiap harinya kecuali hari senin dan hari libur.

- Harga tiket masuk pun termasuk murah sehingga hampir semua golongan masyarakat dapat masuk dan menikmati keistimewaan museum.

d. Threat

- Kurangnya ketertarikan masyarakat untuk mengunjungi museum. - Masyarakat juga semakin sibuk dengan rutinitas kerja lebih memilih

Gambar

Gambar 2.1 a. Logo Museum Transportasi  b. Logo Akuarium Air Tawar  c. Logo Museum Listrik dan Energi Baru
Gambar 2.3 Logo Museum Prangko Indonesia  (Sumber: Museum Prangko Indonesia)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bangunan yang komersial sebuah stadion sedapat mungkin untuk mudah dicapai dan dikenali olch pengunjung, schingga pemilihan site pada jalur ringroad utara ini

Terbentuknya Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Blora tidak lepas dari dasar hukum pembentukan Organisasi Perangkat Daerah dengan berdasarkan

Implementasi Kebijakan e-budgeting dalam Pemerintah Kota Bandung sudah sesuai dengan SOP yang berlaku, dengan sumber daya manusia yang sudah terbiasa dan mumpuni serta

Keisapan Finansial/ dana pun harus diprioritaskan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu sendiri yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota

Video sama juga seperti film, Azhar Arsyad ( 2009 : 49 ) menyatakan video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara yang alamiah dan suara yang

Upaya yang dilakukan guru ini diwujudkan dengan selalu meminta siswa untuk bertanya saat guru selesai menjelaskan materi, kesempatan yang diberikan ini tidak

Keterikatan karyawan yang tinggi dapat mendorong karyawan memiliki semangat bekerja yang tinggi dan memiliki keterlibatan penuh terhadap pekerjaan yang terkait dengan

Pada akhirnya karyawati yang sudah berkeluarga di Divisi Consumer Service akan merasakan derajat yang tinggi terhadap Time-Based FIW karena mereka tidak dapat memenuhi tuntutan