• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis

Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara

(Quantitative and Qualitative Identification of Spotted Mature Female Domestic Asian Water Buffalo Bubalus Bubalis in Bolu Animal Market - North Toraja, South Sulawesi – Indonesia)

Ihsan A.*, M. Fatah**, Dudi**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21 Sumedang 45363 * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015

** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Univeristas Padjadjaran

Email: ihsanfadhlillah93@gmail.com

Abstrak

Penelitian mengenai “Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalus bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara”, telah dilaksanakan di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara pada tanggal 9 Maret 2015 sampai dengan 9 April 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari besarnya bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh serta karakteristik sifat kualitatif kerbau belang betina dewasa di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Ternak yang diamati adalah kerbau belang betina dewasa yang berumur ≥ 4 tahun sebanyak 32 ekor. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif analitik dengan menggunakan program excel. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata bobot badan 434,62 ± 13,22 kg, tinggi pundak 125,78 ± 2,07 cm, panjang badan 141,38 ± 5,76 cm, lingkar dada 186,45 ± 3,16 cm, dalam dada 70,88 ± 1,39 cm, tinggi pinggul 127,58 ± 2,04 cm, dan lebar tulang pinggul 53,23 ± 2,83 cm serta diperoleh karakteristik gambaran umum kerbau belang betina dewasa sebagai berikut : warna kulit pola belang bonga (59,38 %), bentuk tanduk melingkar ke belakang (84,38 %), garis punggung melengkung (96,88%), unyeng-unyeng pada kepala 1 buah (81,25 %), unyeng-unyeng pada pundak 2 buah (93,75 %), unyeng-unyeng pada pinggul 2 buah (81,25 %), garis kalung putih tunggal (65,63 %).

Kata Kunci: sifat kuantitatif, sifat kualitatif, kerbau belang betina dewasa

Abstract

The research quantitative and qualitative identification of spotted female domestic asian water buffalo bubalus bubalis in Bolu animal market, north toraja Indonesia was performed in Bolu animal market, North Toraja, South Sulawesi from March to April 2015. The purposes of this research is to study and identify all characteristics of the animal. Thus including body weight and body measurement of qualitative spotted female domestic asian water buffalo bubalus

bubalis, at Bolu animal market, North Toraja, South Sulawesi. The method used to research the

animal was survey method with sampling by purposive sampling. The survey included a group of 32 water buffalo with an average age of 4 years old. The data result was analyzed using computer program Microsoft Excel. The generic result for 32 water buffalo showed that body weight 434.62 kg average was ± 13.22 kg, height of withers 125.78cm average was ± 2.07 cm, body length 141.38 cm average was ± 5.76 cm, circumference chest 186.45 average was ± 3.16 cm, depth of chest 70.88cm average was ± 1.39 cm, height at rumps 127.58 average was ± 2.04

(2)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. cm, width across hips 53.23 average was ± 2.83 cm, and the general descriptions of the characteristic spotted mature female water buffalo as follows: skin color striped spotted bonga (59.38 %), back to the form of a circular horn (84.38 %), curved back line (96.88%), one whorl hair on head (81.25 %), two whorl hair on front (93.75 %), two whorl hair on behind (81.25 %), single chevron (65.63 %).

Key Word: quantitative, qualitative traits, spotted mature female water buffalo

Pendahuluan

Kerbau merupakan salah satu komoditas ternak yang masih banyak dipelihara secara tradisional di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Kerbau mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekonomi peternakan sebagai penghasil susu, daging, dan tenaga kerja. Potensi kerbau sebagai penghasil daging memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk yang berbanding lurus dengan kebutuhan akan daging masyarakat Indonesia.

Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki populasi kerbau lumpur yang cukup tinggi yaitu 48.557 ekor atau 40% dari populasi kerbau di Propinsi Sulawesi Selatan yakni pada tahun 2011 mencapai 88.102 ekor. Populasi tersebut mengalami penurunan sebesar 42,66% dibanding tahun 2010 yakni 125.689 ekor. Permintaan akan ternak kerbau meningkat pada saat akan dilaksanakan upacara adat masyarakat Toraja, khususnya acara Rambu Solo (Anshar, 2013).

Kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai sumber pendapatan bagi peternak dengan menghasilkan kulit dan daging serta kotorannya yang dijadikan pupuk. Kerbau belang termasuk jenis kerbau rawa yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, hal ini berkaitan dengan adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan khususnya masyarakat Tana Toraja, dimana kerbau telah menjadi sarana ritual dan status sosial bagi masyarakat. Kerbau belang betina mempunyai potensi untuk menghasilkan anak, dimana kerbau belang betina yang digunakan sebagai induk, idealnya memiliki ukuran tubuh yang standar, sehingga semakin baik kondisi seekor kerbau belang betina, maka dapat diperkirakan menghasilkan anak yang baik pula.

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam upaya menggali, mempertahankan dan mengembangkan potensi sumber daya kerbau belang antara lain dengan menghimpun informasi dan karakterisasi yang berkaitan dengan sejumlah sifat kuantitatif dan kualitatif. Data awal sifat

(3)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. kuantitatif dan kualitatif kerbau tersebut berguna bagi penetuan kebijakan selanjutnya dalam kegiatan pemuliaan dan budidaya kerbau sehingga mampu menjadi sumber pangan hewani yang potensial bagi masyarakat Indonesia.

Bahan dan Metode 1. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah kerbau belang betina dewasa yaitu berumur ≥ 4 tahun. Kerbau yang diteliti adalah milik peternak yang terdapat di pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan jumlah ternak yang diteliti sebanyak 32 ekor kerbau belang betina dewasa tidak bunting.

2. Peubah yang diamati

1. Bobot Badan (BB), diukur dengan menggunakan rumus perhitungan pendugaan bobot badan Schoorl dengan rumus sebagai berikut: Bobot badan (Kg)

) )

2. Tinggi Pundak (TP), diukur dari permukaan tanah sampai titik tertinggi pundak dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

3. Panjang Badan (PB), diukur secara lurus dengan menggunakan tongkat ukur mulai dari tepi tulang processus spinocus pada tulang scapula sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii).

4. Lingkar Dada (LD), diukur dengan melingkarkan pita ukur pada rongga dada dibelakang sendi bahu (os scapula) dalam satuan cm.

5. Dalam Dada (DD), diukur dari pundak tertinggi sampai tulang dada dengan menggunakan caliper dalam satuan cm.

6. Tinggi Pinggul (TiP), diukur dari titik tertinggi pinggul sampai permukaan tanah dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

7. Lebar Tulang Pinggul (LTP), diukur antara sisi tulang pinggul kiri dan kanan dengan menggunakan caliper dalam satuan cm.

8. Warna kulit dilihat dari sebaran pola warna belang pada tubuh kerbau dan diklasifikasikan kedalam enam pola warna belang, yaitu saleko, bonga, lotong boko,

(4)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. 9. Bentuk tanduk, dilihat dari depan dan diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk,

melingkar ke belakang, melingkar ke atas, dan melingkar ke bawah.

10. Bentuk garis punggung, dilihat dari arah samping posisi kerbau dan diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu garis punggung lurus dan melengkung.

11. Garis kalung putih (chevron), tanda putih dalam bentuk garis-garis dibawah leher dekat pangkal atau sekitar dada dan diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu tidak ada, garis kalung putih tunggal, dan garis kalung putih ganda.

12. Unyeng-unyeng, jumlah unyeng-unyeng terdiri atas 0 (tanpa unyeng-unyeng), 1, dan 2 buah dilihat dan dihitung pada tubuh kerbau bagian kepala, pundak (kanan-kiri), dan pinggul (kanan-kiri).

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan data primer. Data primer diperoleh dengan pengamatan dan pengukuran langsung terhadap sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria kerbau belang betina dewasa tidak bunting dengan umur ≥ 4 tahun di Pasar Bolu yang merupakan pasar hewan dengan jumlah populasi terbesar di Kabupaten Toraja Utara (Sudjana, 2005).

4. Analisis Statistik

Data sifat kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Nilai Minimum

Nilai minimum adalah nilai terendah dari suatu sampel. 2. Nilai Maksimum

3. Nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu sampel 4. Rata-rata/Mean ( ̅)

Rata-rata hitung untuk data yang terdapat dalam sebuah sampel dihitung dengan cara membagi jumlah nilai data oleh banyaknya data.

̅ ∑ Keterangan: ∑ = Jumlah nilai data

(5)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. n = Banyaknya data sampel

i = 1,2,3,…,32 5. Ragam ( )

∑ ∑ ) ) Keterangan: = Peubah ke-i

̅ = Rata-rata sampel n = Banyaknya data sampel i =1,2,3,…32 6. Simpangan Baku (s) √ Keterangan: = Ragam 7. Koevisien Variasi (KV) ̅ Keterangan: s = Simpangan baku

̅ = Rata-rata sampel

Data sifat kualitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: A = Salah satu sifat kualitatif pada kerbau yang diamati.

n = Jumlah sampel kerbau yang diamati Hasil dan Pembahasan

1. Sifat Kuantitatif

Peubah sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kerbau belang betina dewasa tidak bunting dengan umur ≥ 4 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran karateristik sifat kuantitatif pada kerbau belang betina dewasa. Data hasil penelitian disajikan pada Tabel 1.

(6)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Tabel 1. Rataan, simpangan baku dan koefisien veriasi bobot badan dan ukuran tubuh

kerbau belang betina dewasa.

Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Nilai Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Variasi Bobot badan (kg) 434,62±13,22 (3,04%) Ukuran tubuh: Tinggi pundak (cm) 125,78±2,07 (1,64%) Panjang badan (cm) 141,38±5,76 (4,07%) Lingkar dada (cm) 186,45±3,16 (1,70%) Dalam dada (cm) 70,88±1,39 (1,96%) Tinggi pinggul (cm) 127,58±2,04 (1,60%)

Lebar tulang pinggul (cm) 53,23±2,83

(5,32%)

Hasil anaisis statistik deskriptif meliputi nilai rataan, simpangan baku dan koefisien variasi bobot badan dan ukuran tubuh kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukan rataan bobot badan sebesar 434,62 ± 13,22 Kg. Pendugaan bobot badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15 % yaitu sebesar 3,04 % , hal ini sesuai dengan pendapat Nasoetion (1985), yang menyatakan bahwa suatu populasi masih dianggap seragam apabila memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15 %.

Rataan tinggi pundak kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 125,78±2,07 cm dengan nilai koefisien variasi 1,64%, hal ini menunjukan bahwa tinggi pundak kerbau belang betina dewasa dapat dikatakan seragam dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Tinggi pundak merupakan perpaduan antara ukuran tulang kaki dan dalam dada yang dapat diukur mulai dari jarak tertinggi pundak hingga permukaan tanah (Santosa, 2009). Ukuran tinggi pundak dapat dijadikan sebagai informasi mengenai pertumbuhan ternak dan dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan (Ensminger, 1987).

(7)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Rataan panjang badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 141,38±5,76 cm dengan koefisien variasi 4,07%. Menurut Chantalakhana (1992), panjang badan kerbau berkisar antara 121-157 cm. Rataan panjang badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 141,38 cm, hal ini berarti panjang badan kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara masih termasuk kedalam kategori yang disebutkan oleh Chantalakhana dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Rataan lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 186,45±3,16 cm dengan nilai koefisien variasai 1,70%, hal ini menunjukan bahwa lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dapat dikatakan seragam. Lingkar dada merupakan jarak melingkar rongga dada dibelakang sendi bahu (os

scapula) (Santosa, 2009). Lingkar dada memiliki korelasi yang tinggi dengan bobot badan.

Ukuran dada yang besar menunjukan organ respirasi dan sirkulasi yang besar menifestasinya untuk metabolisme energi, sehingga dapat mempengaruhi organ lain terutama untuk pertumbuhan otot (Sasimowski, 1987). Lingkar dada kerbau rawa betina dewasa berkisar antara 180-209 cm (Murti, 2002). Rataan ukuran lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 186,45±3,16 cm, hal ini berarti bahwa lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara masih termasuk kedalam kategori yang disebutkan oleh Murti dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Rataan dalam dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 70,88±1,39 cm dengan koefisien variasi 1,96%, hal ini menunjukan bahwa lingkar dada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dapat dikatakan seragam karena masih dibawah 15%. Ukuran dalam dada sangat penting untuk diketahui karena dapat menunjukan kapasitas tubuh ternak dalam memanfaatkan pakan dan mengkonversinya menjadi daging dan otot (Newham, 1994).

Rataan tinggi pinggul kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 127,58±2,04 cm dengan koefisien variasi 1,60%, hal ini menunjukan bahwa tinggi pinggul kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dapat diakatakan

(8)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. seragam karena masih dibawah 15% dan menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Rataan lebar tulang pinggul pada kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara sebesar 53,23±2,83 cm. Lebar tulang pinggul kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara dikatakan seragam, karena nilai koefisien variasi berada pada nilai 5,32 %. Hal tersebut merupakan karakteristik kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Lebar tulang pinggul pada ternak betina berpangaruh pada proses kelahiran.

2. Sifat Kualitatif

Sifat kualitatif yang diamati adalah corak kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih (chevron), dan jumlah unyeng-unyeng (Whorls). Berdasarkan pengamatan sifat kualitatif kerbau belang betina dewasa si Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara umumnya seragam dan dapat dijadikan sebagai ciri khas kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara yang disajikan pada Tabel 2.

(9)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Tabel 2. Corak kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih dan jumlah

unyeng-unyeng kerbau belang betina dewasa.

Sifat Kualitatif Jumlah (ekor) Frekuensi Relatif (%)

Corak kulit: Saleko 3 9,38 Bonga 19 59,38 Lotong boko 1 3,13 Sori 5 15,63 Todi 3 9,38 Saleko Bulan 1 3,13 Bentuk tanduk: Melingkar ke belakang 27 84,38 Melingkar ke atas 1 3,13 Melingkar ke bawah 4 12,50 Garis punggung:

Garis punggung melengkung 31 96,88

Garis punggung lurus 1 3,13

Garis kalung putih (chevron):

Tanpa garis kalung putih 9 28,13

Garis kalung putih tunggal 21 65,63

Garis kalung putih ganda 2 6,25

Jumlah unyeng-unyeng (whorls) Kepala: Tanpa unyeng-unyeng 2 6,25 1 buah 26 81,25 2 buah 4 12,50 Pundak: Tanpa unyeng-unyeng 1 3,13 1 buah 1 3,13 2 buah 30 93,75 Pinggul: Tanpa unyeng-unyeng 5 15,63 1 buah 1 3,13 2 buah 26 81,25

(10)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A.

Warna kulit

Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif yang biasa digunakan sebagai kriteria dalam seleksi. Warna kulit merupakan manifestasi antara satu atau beberapa pasang gen (Dudi, dkk, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif corak kulit saleko adalah 9,38 %, bonga 59,38 %, lotong boko 3,13 %, sori 15,63 %, todi 9,38 %, dan saleko bulan 3,13 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada corak kulit bonga yaitu sebesar 59,38 %, sedangkan frekuensi relatif terendah terdapat pada corak kulit lotong boko dan saleko

bulan yaitu sebesar 3,13 %, hal ini menunjukan bahwa corak kulit kerbau belang betina dewasa

di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara didominasi oleh corak kulit bonga.

Bentuk Tanduk

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik bentuk tanduk menlingkar ke belakang kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 84,38 %, bentuk tanduk melingkar ke atas 3,13 %, dan bentuk tanduk melingkar ke bawah 12,50 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik bentuk tanduk melingkar ke belakang yaitu sebesar 84,38 %, sedangkang frekuensi relatif terendah terdapat pada karakteristik bentuk tanduk melingkar ke atas sebesar 3,13 %, hal ini menunjukan bahwa karakteristik bentuk tanduk kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara didominasi oleh bentuk tanduk melingkar ke belakang.

Tanduk pada kerbau digunakan sebagai proteksi dalam mempertahankan dirinya, untuk mengais lumpur di tempat kubangan, menghalau serangga yang ada pada bagian tubuhnya, dan sekaligus digunakan untuk menggaruk. Ukuran besarnya tanduk pada kelompok umur yang sama akan memperlihatkan kesamaan, sehingga tahapan besar dan ukuran tanduk bagi sebagian masyarakat Toraja dijadikan sebagai penduga umur kerbau.

Bentuk Garis Punggung

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik bentuk garis punggung melengkung kerbau albino betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 96,88 % dan nilai frekuensi relatif bentuk garis punggung lurus sebesar 3,13 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik bentuk garis punggung melengkung yaitu sebesar 96,88 %. kerbau betina yang telah sering melahirkan anak, terdapat

(11)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. kecenderungan garis punggung melengkung, hal ini menunjukan bahwa karakteristik bentuk garis punggung didominasi oleh bentuk garis punggung melengkung, sehingga menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Garis kalung Putih (Chevron)

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 2, terlihat bahwa frekuensi relatif karakteristik tanpa garis kalung putih kerbau albino betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara adalah 28,13 %, nilai frekuensi relatif garis kalung putih tunggal sebesar 65,63 %, dan nilai frekuensi relatif garis kalung putih ganda sebesar 6,25 %. Frekuensi relatif tertinggi terdapat pada karakteristik garis kalung putih tunggal yaitu sebesar 65,63 % dan nilai frekuensi relatif terendah sebesar 6,25 %, hal ini menunjukan bahwa karakteristik garis kalung putih didominasi oleh garis kalung putih tunggal, sehingga menjadi karakteristik dari kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Menurut Cockrill (1974), penampilan chevron ditunjukan dalam banyak variasi, terkadang chevron bagian atas terlihat atau tidak sama sekali. Chevron merupakan salah satu ciri yang umum ditemukan pada kerbau lumpur, tetapi chevron tidak hanya ditemukan pada kerbau lumpur saja melainkan terdapat juga pada kerbau sungai. Keberadaan chevron pada kerbau lumpur merupakan karakter yang dipertimbangkan dalam seleksi kerbau lumpur (Chantalakhana dan Skunmum, 2002).

Jumlah Unyeng-unyeng (Whorls)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai jumlah unyeng-unyeng kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara yang dilakukan terhadap 32 ekor kerbau belang betina dewasa yang disajikan pada Tabel 2, diperoleh hasil frekuensi relatif pada bagian kepala tanpa unyeng-unyeng adalah 6,25 %, jumlah unyeng-unyeng 1 buah sebesar 81,25 %, dan jumlah

unyeng-unyeng 2 buah sebesar 12,50 %. Bagian pundak, diperoleh hasil frekuensi relatif tanpa unyeng-unyeng sebesar 3,13 %, jumlah unyeng-unyeng 1 buah sebesar 3,13 %, dan jumlah unyeng-unyeng 2 buah sebesar 93,75 %. Bagian pinggul, diperoleh hasil frekuensi relatif tanpa unyeng-unyeng sebesar 15,63%, jumlah unyeng-unyeng 1 buah sebesar 3,13 %, dan jumlah unyeng-unyeng 2 buah sebesar 81,25 %.

(12)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Nilai frekuensi relatif jumlah unyeng-unyeng tertinggi pada bagian kepala adalah 81,25 % dan nilai frekuensi relatif jumlah unyeng-unyeng yang terendah sebesar 6,25 %. Bagian pundak memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi sebesar 93,75 % dan nilai frekuensi jumlah

unyeng-unyeng terendah sebesar 3,13 %. Bagian pinggul memiliki nilai frekuensi jumlah unyeng-unyeng-unyeng-unyeng

tertinggi sebesar 81,25 % dan nilai frekuensi terendah jumlah unyeng-unyeng sebesar 3,13 %, hal ini menunjukan bahwa karakteristik jumlah unyeng-unyeng pada bagian kepala didominasi pada jumlah unyeng-unyeng 1 buah, pada bagian pundak didominasi jumlah unyeng-unyeng 2 buah, dan pada bagian pinggul didominasi jumlah unyeng 2 buah, sehingga jumlah unyeng-unyeng pada setiap lokasi (kepala, pundak, dan pinggul) tersebut menjadi karakteristik jumlah unyeng-unyeng kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Jumlah unyeng-unyeng (whorls) merupakan sifat kualitatif yang paling menonjol pada kerbau. Kerbau rawa mempunyai keseragaman untuk letaknya diseluruh tubuh namun jumlahnya spesifik untuk setiap individu. Jumlah unyeng-unyeng terdiri atas 1, 2, dan 3 buah untuk setiap lokasi pada kepala, pundak, dan pinggul (Dudi, dkk, 2011).

Unyeng-unyeng pada kerbau bervariasi dari besar dan jumlahnya, sehingga akan berbeda antar individu kerbau, dengan demikian unyeng-unyeng dapat dijadikan identitas individu kerbau pada umumnya dan khususnya kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara. Menurut Fahimudin (1975), unyeng-unyeng pada kerbau lumpur memiliki putaran searah jarum jam, sedangkan pada kerbau sungai memiliki putaran unyeng-unyeng terbalik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi sifat kuantitatif bobot badan, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar pinggul, dan tinggi pinggul serta identifikasi sifat kualitatif meliputi corak kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih (chevron), dan jumlah unyeng-unyeng (Whorls) sudah relatif seragam dan merupakan suatu karakteristik kerbau belang betina dewasa di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara.

Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh kerbau betina dewasa diatas rata-rata dapat dikembangkan menjadi bibit kerbau betina dewasa di Kabupaten Toraja Utara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan ternak kerbau di

(13)

Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Kerbau Belang Betina Dewasa... Ihsan A. Kabupaten Toraja Utara dengan memperhatikan pola pewarisan sifat (modus heriditas) kerbau belang dan dapat dijadikan standar ciri khas kerbau belang di Kabupaten Toraja Utara.

Daftar Pustaka

Anshar, M. 2013. Pemetaan Potensi Pengembangan Ternak Kerbau di Selatan. Teknosains UIN Alauddin Makassar. Vol 7 Nomor 1: 33-39.

Chantalakhana, C. 1992. Genetic and Breeding of Swamp Buffaloes in World Anima Science

(Buffalo Production). Editor by N. M Tulloh and J. H. G. Holmes. Elsevier PublishersB.

V. Amsterdam. Netherland.

Chantalakhana, C. dan P. Skunmum. 2002. Sustainable Smallholder Animal System in The

Tropics. Kasetsart University Press. Bangkok.

Cockrill, W. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo: The Buffalo of

Indonesia. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

Dudi, C. Sumantri, H. Martojo, dan A. Anang. 2011. Keragaan Sifat Kualitatif dan Kuantitatif

Kerbau Lokal di Propinsi Banten. Ilmu Peternakan. Vol. 11 Nomor 2: 61-67.

Ensminger, M. E. 1987. Beef Cattle Science (Animal Agriculture Series) Edition. The

Interstate Printers Publishers. Inc. Danville. Illionis. USA. 105- 110.

Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffelo Oxford and IBH Publishing. Co. Gg Joupath, New Delhi.

Murti, T. W. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta.

Nasoetion, A. H. dan Banti. 1985. Metode Statistika untuk Penarikan Kesimpulan. Gramedia. Jakarta.

Newham, L. 1994. Beef Cattle Breeding, Feeding, and Showing. Inkata Press. Australia.

Santosa, Undang. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sasimowski, E. 1987. Animal Breeding and Production An Outline. Elsevier.PWN-Polish Scientific Publishers. Amsterdam. Netherland.

(14)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Ihsan Auliya Fadhlillah S.

NPM : 200110110238

Judul Artikel : Identifikasi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif pada Kerbau Belang Betina Dewasa Jenis Bubalu bubalis di Pasar Bolu Kabupaten Toraja Utara

Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini.

Dibuat di Jatinangor, tanggal 24 Juli 2015

Mengetahui, Penulis,

Pembimbing Utama, Nama lengkap dan Tandatangan

(Dr. Muhamad Fatah Wiyatna, S.Pt., M.Si) (Ihsan Auliya Fadhlillah S.) Pembimbing Anggota,

(Dr. Dudi, S.Pt., M.Si)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu metode pembelajaran yang dilatarbelakangi permainan dalam salah satu situs Depdiknas adalah metode Crush Word (tebak kata )(www.dikmegnum.go.id ). Tebak

Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia: Pendekatan Unbalanced Panel Data.

Pengolahan data yang dilakukan adalah melakukan peramalan permintaan untuk 12 periode ke depan dengan menggunakan 3 metode peramalan yang tediri dari metode Moving

Waktu hasil konversi biaya dibandingkan dengan volume sortimen yang dihasilkan selama waktu tersebut sehingga diperoleh biaya produksi penebangan per satuan unit (Rp/m

Dengan menggunakan signifikansi α sebesar 0,05 (  = 5%) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,221, dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,221 lebih besar dari 0,05, maka

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 111 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 43 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun

Adapun besar hubungan antara dua variabel tersebut adalah sebesar -0,477 (47,7%), artinya bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variabel Profesionalisme Kerja, 47,7%-nya