• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK EVALUASI KESESUAIAN ANTARA LOKASI INDUSTRI DENGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH TEGALLEGA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR PETA ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...10

E. Definisi Operasional ...11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...13

A. Industri ...13

1. Definisi dan Pengertian Industri ...13

2. Jenis Jenis Industri ...14

a. Jenis / Macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku ...14

b. Golongan / Macam Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal ...14

c. Jenis / Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ...14

d. Pembagian Industri Berdasakan Pemilihan Lokasi ...15

(2)

3. Teori Lokasi Industri ...16

a. Teori Lokasi Industri dari Alfred Weber ...17

b. Teori Lokasi Industri Optimal dari Losch ...18

c. Teori Susut dan Ongkos Transport ...19

d. Teori Tempat yang Sentral dari Walter Christaller ...20

4. Syarat Lokasi Industri ...21

a. Menurut Keppres ...21

b. Menurut Griefen ...22

5. Kriteria Lokasi Industri ...22

B. Penginderaan Jauh ...24

C. Penginderaan Jauh Sistem Quickbird Pankromatik ...28

1. Interpretasi Citra ...29

a. Rona atau Warna ...30

b. Bentuk ...30

c. Ukuran ...30

d. Tekstur ...30

e. Pola ...31

f. Bayangan ...31

g. Situs ...31

h. Aosiasi ...31

D. Interpretasi Objek Perkotaan dari Citra Penginderaan Jauh ...32

E. Rencana Tata Ruang Wilayah ...35

(3)

a. Struktur Ruang ...36

b. Pola Ruang ...36

c. Tata Ruang Kota ...36

2. Rencana Tata Ruang Kota ...37

a. Tujuan Penyusunan RTRWK ...37

3. Rencana Tata Ruang Wilayah ...38

F. Penelitian Sebelumnya ...39

G. Kerangka Penelitian ...41

BAB III METODE PENELITIAN ...43

A.Metode Penelitian ...43

B.Variabel Penelitian ...44

C.Populasi dan Sampel ...45

D.Teknik Pengumpulan Data ...45

E. Teknik Pengolahan Data ...47

F. Analisis Data ...49

BAB IV PEMBAHASAN ...53

A.Kondisi Geografis Daerah Penelitian ...53

1. Letak dan Luas ...53

2. Iklim ...54

3. Morfologi ...57

4. Geologi ...57

B.Kondisi Sosial Daerah Penelitian ...60

(4)

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur ...62

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...65

4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...67

C.Hasil Penelitian ...69

1. Penggunaan Lahan ...69

2. Jaringan Jalan ...76

3. Lokasi Pemasaran ...79

4. Lokasi Sumber Tenaga Kerja ...81

5. Rencana Tata Ruang Kota ...83

6. Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Citra ...90

7. Evaluasi Kesesuaian Lokasi Industri ...93

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...97

A.Kesimpulan ...97

B.Rekomendasi ...98

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bandung merupakan kota kecil yang terletak di sebelah selatan Ibu Kota

Jakarta. Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena

terbendungnya sungai citarum oleh lava gunung tangkuban perahu yang lalu

membentuk talaga. Hari ditetapkan berdirinya Kota Bandung yaitu pada tanggal

25 September 1810, kala itu Kota Bandung ditetapkan sebagai kawasan

pemukiman sejak pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda dengan gubernurnya

saat itu adalah Herman Willem Daendels yang mengeluarkan surat keputusan

untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan itu. Sehingga hari itulah

yang dianggap sebagai berdirinya Kota Bandung.

Menurut Raksadjaya (2007), Kota Bandung pada awalnya hanya memiliki

luas sekitar 900 ha pada tahun 1906 dan kemudian semakin meluas hingga pada

tahun 1949 luas Kota Bandung menjadi 8.000 ha, sampai terkahir bertambah

menjadi luas sekitar 16.000 ha.

Dengan perubahan luas wilayah Kota Bandung yang semakin meluas,

berdampak pula pada tatanan tata ruang wilayah yang ada. Sehingga banyaknya

sektor-sektor pembangunan di Kota Bandung mengalami perubahan letak

lokasinya secara langsung. Contohnya saja pada sektor industri yang pada saat

Kota Bandung hanya memiliki luas 8.000 ha letaknya berada di pinggir kota

(6)

leta posisi lokasi industri yang berada di pinggir sebelumnya dengan sendirinya

bergeser dan berada di wilayah tengah-tengah Kota Bandung.

Sektor industri pada umumnya, pertumbuhannya jauh lebih pesat dari

sektor pertanian. Oleh karena itu juga tidak mengherankan bahwa peranan sektor

industri dalam perekonomian dalam suatu negara lambat laun menjadi semakin

penting. Hal ini tercermin pada sumbangan sektor industri, pada Produk Nasional

Bruto yang semakin meningkat.

Pembangunan industri merupakan salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan nilai tambah pada suatu barang, menyidakan barang dan jasa

sehingga mutu menjadi meningkat dan bisa bersaing dengan barang yang berada

di pasar dalam dan luar negeri, selain itu juga dapat meningkatkan pertambahan

devisa negara. Akan tetapi untuk itu perlu adanya pendayagunaan dengan

sebaik-baiknya baik dari sumber daya manusia, sumber alam, teknologi maupun sumber

dananya.

Pembangunan dan pengembangan industri di Indonesia tidak hanya cukup

menanamkan modal yang besar begitu saja. Hal ini disebabkan latar belakang

budaya dan kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia yang masih tergantung

pada sektor pertanian, terbukti pada kuartal I tahun 2011 sektor pertanian

berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6.5%

(ArsipBertita.com, 2011). Agar tidak terjadi masalah antara proses industrialisasi

dan pembangunan pertanian, maka kedua sektor tersebut diusahakan agar tumbuh

(7)

Untuk pengembangan suatu kawasan industri diperlukan perencanaan yang tepat dan matang sebagai penentuan lokasi industri, dengan demikian untuk menentukan suatu lokasi yang cocok bagi kawasan industri, diperlukan identifikasi lokasi yang sesuai agar dapat dijadikan sebagai kawasan industri dengan memperhatikan variabel-variabel penentuan lokasi relatif industri. (Waluyo dalam Nugroho, 1996)

Memacu pertumbuhan industri di negara Indonesia ini agaknya memang

sulit. Tapi hal itu bahkan tidak disadari oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah

ingin bidang industri sebagai penopang ekonomi di Indonesia, tapi nyatanya sejak

krisis moneter di indonesia sejak tahun 1996 sampai 1998 lalu, mengakibatkan

Sektor Industri di Indonesia tampak loyo. Meskipun setelah tahun 1998 sektor

industri cukup berkembang sedikit demi sedikit, tapi hal itu belum bisa

mengembalikan sektor industri Indonesia seperti sedia kala. Bahkan di tahun 2008

pemerintah meningkatkan kenaikan pertumbuhan industri hingga 8,6%. (Bayu

Mukti, 2008) Penanaman investasi modal ke Indonesia akhir-akhir ini juga

semakin menurun. Hal itu disebabkan biaya tinggi dalam proses perizinan,

pemasaran produk, stabilitas keamanan di wilayah Indonesia dan kepastian

hukum. Banyaknya barang selundupan juga menjadi momok yang menyebabkan

barang-barang dalam negeri kalah bersaing. Untuk memacu pertumbuhan

perindustrian di Indonesia diperlukan sebuah kerja keras dari semua pihak.

(8)

Seiring dengan berjalannya pembangunan di Kota Bandung, tanpa disadari

Bandung telah menjadi sebuah kota yang meningkatkan pendapatan daerahnya

melalui sektor indutri. Terbukti dari banyaknya sektor indutri yang tumbuh di kota

Bandung, baik itu industri kimia dasar, industri mesin dan logam, industri kecil

dan juga industri aneka industri. Berikut ini merupakan daftar persebaran berbagai

[image:8.595.124.517.248.553.2]

macam industri di Kota Bandung.

Tabel 1.1 Jenis Industri Kota Bandung

No Nama

Wilayah Jenis Industri Total Jumlah Kimia Dasar Mesin & Logam Dasar

Kecil Aneka

Industri

1 Bojonegara 5 33 19 55 112

2 Cibeunying 3 11 15 15 44

3 Tegallega 14 62 33 142 251

4 Karees 21 20 6 85 132

5 Ujungberung 3 11 4 5 23

6 Gedebage 4 21 6 18 49

(Sumber : BPS Kota Bandung, 2009)

Dari tabel jenis industri Kota Bandung dapat terlihat bahwa wilayah

Tegallega merupakan daerah dengan lokasi industri terpadat diantara 5 wilayah

yang lainnya, yaitu wilayah Bojonegara, Cibeunying, Karees, Ujungberung dan

Gedebage. Dengan jumlah total industri yang berada di wilayah Tegallega yaitu

sekitar 251 industri, 14 berupa industri kimia dasar, 62 industri mesin dan logam

dasar, 33 industri kecil dan sisanya 142 industri aneka industri. Diikuti kemudian

oleh wilayah Karees dengan jumlah industri yang ada sebesar 132. Sementara

(9)

adalah wilayah Ujungberung, terbukti wilayah Ujungberung hanya memiliki 23

jumlah industri.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang setiap tahunnya memiliki

perkembangan, pemanfaatan penginderaan jauh sebagai salah satu sumber

informasi telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Beberapa alasan

mengapa pemanfaatan penginderaan jauh mengalami peningkatan yaitu, melalui

penggunaan citra akan diperoleh gambaran objek permukaan bumi dengan wujud

dan posisi yang mirip dengan kenyataannya, relatif lengkap, dan dapat meliput

wilayah yang luas. Dengan adanya teknologi, objek yang terekam dalam foto

udara memiliki kesan 3 dimensi. Seperti yang dikatakan Lillesand dan Kiefer,

(1994) Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi

seperti kandungan sumber daya mineral suatu daerah, jenis batuan, dan lain-lain

dengan cepat, yaitu melalui citra yang menggunakan sinar infra merah. Citra dapat

dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan

langsung (lapangan). Contohnya satu lembar foto udara meliputi luas 132 km2

direkam dalam waktu kurang 1 detik. Dapat menggambarkan atau memetakan

daerah bencana alam dalam waktu yang cepat seperti daerah yang terkena gempa,

wilayah banjir, dan sebagainya. Melalui penginderaan jauh dapat diperoleh data

atau informasi yang cepat, tepat dan akurat.

Tujuan utama dalam penginderaan jauh yaitu untuk mengumpulkan data

sumber daya alam dan lingkungannya. Penginderaan jauh makin sering digunakan

karena memiliki kelebihan-kelebihan seperti, citra dapat dibuat dengan singkat

(10)

tempuh, seperti yang dikatakan Mudhofir, (2010) teknik ini menghasilkan

beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna

membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi,

kehutanan, geografi dan perencanaan.

Penginderaan jauh memiliki peranan yang sangat besar dalam sistem

informasi data dan pengelolaannya. Peran tersebut antara lain yaitu untuk

mendeteksi perubahan data dan pengembangan model di berbagai kepentingan,

salah satu contohnya yaitu untuk kepentingan sektor industri.

Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan dalam penyajian data-data

yang diperlukan dalam mengevaluasi lokasi industri, contohnya saja dengan

penginderaan jauh dapat diperoleh peta kesesuian lahan untuk kawasan industri.

Penginderaan jauh merupakan teknologi yang sangat penting dalam pengelolaan

kawasan industri. Sehingga pembangunan wilayah-wilayah industri tidak berada

di wilayah sembarang lahan, yang mungkin disebabkan masih kurangnya

pengetahuan yang berkaitan dengan evaluasi penentuan lokasi industri. Dengan

begitu diharapkan dapat memberikan informasi bagi para investor-investor

tentang penggunaan lahan yang potensial untuk kawasan industri di Kota

Bandung, khususnya wilayah Tegallega.

Perkembangan teknologi penginderaan jauh memiliki kemajuan yang

signifikan, diantaranya perkembangan resolusi citra baik resolusi spasial maupun

resolusi spektralnya. Menurut Sudarsono (2006), salah satu citra penginderaan

jauh dengan resolusi spasial yang tinggi adalah citra QuickBird mempunyai

(11)

rinci. Resolusinya yang tinggi menampakan obyek-obyek permukaan yang jelas,

seperti jaringan jalan, kepadatan bangunan, pola permukiman, dan sebagainya.

Kemampuan Penginderaan jauh yang menyediakan data spasial berupa

citra beresolusi tinggi yaitu Quickbird dan analisis sistem informasi geografi yang

akurat dapat digunakan untuk kajian perkotaan. Sehingga dalam proses evaluasi

industri di wilayah Tegallega dapat dilakukan dengan baik menggunakan cara

tersebut. Pembatasan analisis perkotaan yang akan dilakukan adalah pada

permasalahan lokasi industri Kota Bandung dengan memanfaatkan data spasial

pada citra Quickbird Kota Bandung tahun 2008. Pengolahan data akan dilakukan

dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran

industri di Kota Bandung yang ada pada citra Quickbird tersebut sehingga

diperoleh data akurat mengenai evaluasi pola persebaran industri di wilayah

Tegallega.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat

pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah

Kabupaten/Kota. Selain berkedudukan sebagai dasar bagi kebijakan pemanfaatan

ruang, RTRW juga memiliki kedudukan sebagai penyelaras strategi serta arahan

kebijakan penataan ruang wilayah propinsi dengan kebijakan penataan ruang

wilayah kota ke dalam struktur dan pola tata ruang wilayah kota. Dan juga sebagai

pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

Selain memiliki kedudukan, RTRW juga memiliki berbagai macam fungsi,

(12)

pemanfaatan ruang, Pengarahan dan penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan

pemerintah dan masyarakat. Penerbitan perijinan pembangunan, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk wilayah yang belum diatur

dalam rencana yang lebih rinci, serta sebagai pelaksana pembanguna dalam

memanfaatkan ruang dalam kegiatan pembangunan.

Dalam pembangunan kawasan industri, RTRW juga sangat penting peranannya. Dikarenakan agar kawasan industri yang dikembangkan nantinya akan sesuai dengan tata ruang yang ada, sehingga dapat meminimalisasi dampak negatif dan sebaliknya dapat mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Dengan begitu maka sektor industri mampu untuk menarik peluang-peluang investasi yang ada bagi pengembangan industri daerah tersebut. Dengan demikian tujuan yang sebelumnya ditetapkan dalam peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 2009 tentang kawasan industri, seperti mengendalikan pemanfaatan ruang, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri, meningkatkan daya saing investasi, serta memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan pembangunan infrastruktur, yang terkoodinasi antar sektor terkait dapat terlaksana dengan baik dan sebagaimana mestinya yang sudah di tetapkan. (Mohamad, 2010)

Perkembangan suatu kawasan industri terkait dengan adanya pemilihan

lokasi kawasan industri yang akan dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh

adanya beberapa faktor yang berada di wilayah lokasi kawasan industri tersebut.

Selain itu juga akan berdampak pada fungsi-fungi kawasan lainnya yang berada di

sekitar lokasi industri tersebut.

Dalam mengembangkan suatu kawasan industri perlu diperhatikan juga

kesesuaian tata ruang, karena dalam pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan

dalam kawasan industri harus sesuai berdasarkan ketetapan rencana tata ruang

wilayah yang ada. sehingga nantinya ada kesesuaian antara rencana tata ruang

(13)

pembangunan kawasan industri terebut menjadi pasti perkembangannya ke arah

yang diinginkan.

Dengan memperhatikan RTRW dalam pengembangan wilayah industri

dapat memberikan efesiensi dalam perkembangannya. Bagi pengguna kaveling

akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang sudah tertata dengan baik

sehingga memiliki beberapa keuntungan seperti adanya bantuan proses perijinan

dan juga tersedianya sarana dan prasarana. Bagi pemerintah sendiri akan menjadi

lebih efesien dalam mengembangkan pembangunan prasarana yang mendukung

untuk pengembangan wilayah industri.

Sehingga kebijakan struktur tata ruang dapat disusun ke dalam susunan

yang dapat menunjang perkembangan kota yang terarah dan juga efesien, serta

memiliki tingkatan pelanan yang baik. Sebagai contoh kebijakan struktur tata

ruang kota dapat diarahkan dalam rangka mengurangi pemusatan wilayah-wilayah

kegiatan di pusat kota.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis mencoba menarik

suatu masalah mengenai : “Pemanfaatan citra quickbird untuk evaluasi lokasi

industri di wilayah Tegallega berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota

Bandung.”

Dari masalah utama tersebut diperinci kembali menjadi pertanyaan

(14)

1. Bagaimana akurasi interpretasi lokasi bangunan industri dari citra Quickbird?

2. Bagaimana mengevaluasi kesesuaian antara lokasi industri di wilayah

Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega?

C. Tujuan Penelitian

Segala hal dilakukan tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai.

Begitupun dengan suatu penelitian yang memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti. Tujuan penelitian merupakan rumusan yang menunjukan adanya suatu

hal yang hendak dicapai setelah penelitian selesai (Arikunto, 1996 : 52)

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis akurasi interpretasi lokasi bangunan industri dari citra

Quickbird.

2. Mengevaluasi kesesuaian antara lokasi industri di wilayah Tegallega

berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang manfaat bagi ilmu

pengetahuan (manfaat teoritis) serta sumbangan pemikiran bagi pembuat

kebijakan untuk bahan kajian dalam pembuatan keputusan-keputusan bagi

perbaikan penggunaan lahan dimasa yang akan datang (manfaat praktis). Secara

terperinci penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

(15)

a. Sebagai pendalaman materi dan memperkaya pengetahuan penulis mengenai

evaluasi lokasi industri.

b. Dapat memberikan sumbangan ilmu dalam proses pembelajaran untuk mata

pelajaran Geografi.

Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat untuk menentukan

kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan lokasi industri.

b. Sebagai informasi bagi perencanaan dan perancang kawasan industri yang

berwawasan lingkungan dan mengeuntungkan.

c. Sebagai Aplikasi Penginderaan Jauh bidang perkotaan khususnya kajian

industri.

d. Sebagai data acuan untuk kepentingan peneliti selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadi kekeliruan makna bagi yang membaca skripsi

ini, maka dari itu penulis membatasi pengertian dari judul yang penulis ambil

yaitu sebagai berikut :

1. Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang

suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau

fenomena tersebut (Lillesand dan Kiefer, 1994). Penginderaan jauh banyak

diminati dan berkembang dengan pesat karena dianggap lebih efektif dan

(16)

2. Industri adalah bagian dari proses produksi, yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat. Perindustrian adalah kegiatan industri secara mekanik ataupun kimia, termasuk reparasi dan asembling atau perakitan. (Wardiatmoko, 2006)

3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Memasuki era otonomi, dimana setiap daerah diberikan kewenangan dalam mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangganya,

RTRW sudah seharusnya menjadi dasar pengambilan kebijakan

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan

bisa berupa data primer maupun sekunder.

Dalam penelitian ini yang digunakan, yaitu metode penginderaan jauh.

Seperti yang diungkapkan Sutanto (1999), metode penginderaan jauh berupa

metode analisis manual, yang terdiri atas dua teknik interpretasi yaitu interpretasi

secara digital dan interpretasi secara visual. Metode penginderaan jauh dilakukan

dengan interpretasi secara visual untuk memperoleh data tentang persebaran

industri wilayah Tegallega.

Metode penginderaan jauh dilakukan dengan interpretasi secara visual

untuk memperoleh data faktor-faktor persebaran industri di wilayah Tegallega, hal

tersebut mempunyai beberapa keunggulan antara lain, data relatif cepat, validitas

dapat dipercaya, dan teknologinya relatif terjangkau sehingga sangat baik

digunakan untuk kajian perkotaan yang dinamis yang perlu dilakukan pemantauan

atau monitoring dan merupakan bagian dari fenomena geografi berbasis spasial

serta diharapkan dapat mengkaji masalah yang berhubungan dengan lokasi

(18)

B. Variabel Penelitian

Menurut (Arikunto, 1998), variabel adalah “objek penelitian yang

bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Selanjutnya menurut (Bambang, 1987), variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa

kategori”.

Jadi variabel penelitian adalah objek kajian yang kita amati berdasarkan

berbagai penilaian sehingga ada pembatasan kajian yang menjadi titik pusat.

Dalam penelitian yang dilakukan titik pusat yang dijadikan batasan adalah

factor-faktor pola persebaran industri di Kota Bandung yang bersumber dari data citra

Quickbird tahun 2008. Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai

unsur atau faktor di dalamnya yang menentukan atau mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor pola persebaran industri

di wilayah Tegallega. Sedangakan untuk variabel terikat adalah variabel yang

[image:18.595.112.510.301.596.2]

diakibatkan oleh variabel bebas, yaitu lokasi industri di Wilayah Tegallega.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pemanfaatan Lahan Jaringan Jalan Lokasi Pemasaran

Lokasi sumber tenaga kerja Rencana Tata Ruang Wilayah

Lokasi Industri

C. Populasi dan Sampel

(19)

Adapun populasi dalam penelitian ini yakni seluruh industri yang ada di

wilayah Tegallega.

2. Sampel

Penarikan sampel pada penelitian ini mengacu kepada peta satuan lahan

yang diperoleh dari hasi Overlay dan sampel yang diambil adalah lokasi industri

yang berada di wilayah Tegallega.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menghimpun data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapu

teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain:

a. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

mengumpulkan data spasial data atribut dari instansi terkait untuk mendapatkan

data yang relevan. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

yang diperoleh melalui sumber tertulis, berasal dari literatur (kepustakaan) dan

studi katalog citra, yang diuraikan sebagai berikut.

b. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mencari teori–teori tentang citra dan pengolahannya dari berbagai sumber baik dari internet, buku, artikel, karya tulis

dan lain – lain.

(20)

Studi Katalog dimaksudkan untuk mempelajari dan memilih data-data citra

yang akan digunakan sebagai data raster dalam pemetaan. Citra yang digunakan

sebagai bahan penelitian dipilih citra yang beresolusi spasial tinggi yaitu citra

Quickbird karena memudahkan interpreter untuk melihat kondisi jalan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran industri yang diteliti dan bisa

dipergunakan untuk pemetaan skala besar.

d. Interpretasi Citra Quickbird

Interpretasi citra Quickbird ini dilakukan dengan melakukan interpretasi

secara visual pada citra Quickbird tahun 2008 yang meliputi: interpretasi

klasifikasi penggunaan lahan dan mengidentifikasi faktor-faktor persebaran

industri di Kecamatan Babakan Ciparay juga menghitungnya. Kegiatan

interpretasi citra dilakukan berdasarkan delapan unsur interpretasi yaitu rona,

bentuk, ukuran, pola, bayangan, tekstur, situs dan asosiasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara interpretasi citra penginderaan

jauh dan kerja lapangan. Pengumpulan data dari citra penginderaan jauh diperoleh

dari interpretasi on screen citra quickbird wilayah Kecamatan Babakan Ciparay.

Interpretasi data penginderaan jauh ini berdasarkan unsur-unsur interpretasi, yairu

rona/warna, pola, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, situs dan asosiasi.

Data yang disadap dari citra quickbird meliputi bentuk lahan, penggunaan

lahan, kerawanan terhadap bahaya banjir, drainase, kedalaman air tanah, tekstur

tanah, jarak terhadap pemukiman, jarak terhadap gardu listrik, jarak terhadap jalan

utama dan jarak terhadap sungai. Data yang diperoleh dari kerja lapangan yaitu

(21)

rupabumi yang kemudian dibuat model elevation digital. Data jaringan sentral

telepon otomatis (STO) dan fasilitas kesehatan diperoleh dari peta tematik.

Dipilihnya parameter tersebut dalam penelitian ini karena berasosiasi dengan

persyaratan kawasan industri yang tertuang dalam Keppres No. 33 Tahun 1990,

Keppres No. 41 Tahun 1996, penelitian Sutanto (1993) dan kriteria industri

menurut Griefen (1975).

E. Teknik Pengolahan Data

Di dalam penelitian ini proses pengolahan dan analisis data terdiri atas

lima tahap, yaitu.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan pengumpulan citra Quickbird Kota

Bandung tahun 2008, data penunjang seperti peta rupa bumi, dan data sekunder.

b. Survey Lapangan dan Pengolahan Data

Survey lapangan diadakan untuk mencocokan hasil interpretasi citra

Quickbird dengan kenyataan langsung di lapangan. Adapun alat yang digunakan

adalah GPS (Global Position System). Lokasi untuk survey diambil berdasarkan

hasil interpretasi citra Quickbird terhadap lokasi persebaran industri di Kota

Bandung yang dilihat dari faktor-faktornya.

c. Reinterpretasi

Berikutnya reinterpretasi (interpretasi ulang) bertujuan untuk menilai

ulang dan memperbaiki data awal yang salah setelah pengecekan lapangan serta

(22)

pengamatan GPS, Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird, interpretasi ulang dan

revisi peta-peta tematik dan penambahan informasi baru dari data lapangan dan

data sekunder.

1) Pengolahan data pengamatan GPS

Pengolahan data pengamatan GPS secara post processing dilakukan

dengan menggunakan perangkat lunak TripWptManager v.4. Prosedur

pengolahannya terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap editing data dan pengolahan.

Tahap editing data dilakukan agar data pengamatan GPS tersebut siap digunakan

untuk proses pengolahan, sedangkan tahap pengolahan digunakan untuk

mendapatkan posisi definitif titik kontrol tanah dalam sistem koordinat UTM.

2) Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird

Uji ketelitian dilakukan dengan membandingkan antara hasil interpretasi

citra Quickbird dengan kenyataan yang diperoleh dari pengamatan dan

pengukuran lapangan. Ketelitian yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu ketelitian

hasil kesesuaian interpretasi dan ketelitian pemetaan dalam penelitian ini

menggunakan ketelitian hasil kesesuaian interpretasi. Dalam hal ini yang diuji

adalah hasil kesesuaian interpretasi citra Quickbird yang didapat dari survey

lapangan dengan alat berupa tabel kesesuaian dan bukan luas unitnya. Tabel

tersebut berisikan titik lokasi hasil interpretasi, lokasi survei dan koordinat.

(23)

Uji hasil ketelitian citra dalam penelitian ini menggunakan metode Short

[image:23.595.110.563.194.578.2]

(Sutanto, 1999) yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.2. Matriks Uji Ketelitian Hasil Interpretasi

Kategori Lapangan

Kategori Hasil

Interpretasi Jumlah Omisi Komisi Ketelitian

Pemetaan

A B C D

A 25 5 10 3 43 18/43=42% 7/43=16% 25/25+18+7=50%

B 2 50 6 5 63 13/63=42% 11/63=17% 50/50+13+11=68

%

C 3 4 60 5 72 12/72=42% 18/72=25% 60/60+12+18=67

%

D 2 2 2 100 106 6/106=42% 13/106=12% 100/100+6+13=84

%

Jumlah 32 61 78 113 284

Sumber : Short dalam Sutanto (1999) dengan perubahan.

Keterangan A,B,C,D = Jenis Objek

Omisi = Jumlah semua pixel bukan X pada baris X

Komisi = Jumlah semua pixel bukan X pada lajur X

Rumus ketelitian interpretasi (Kp): (Sutanto,1999)

F. Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara interpretasi citra penginderaan

jauh dan kerja lapangan. Pengumpulan data dari citra penginderaan jauh diperoleh

dari interpretasi on screen citra quickbird wilayah Kota Bandung. Interpretasi data

penginderaan jauh ini berdasarkan unsur-unsur interpretasi, yairu rona/warna,

(24)

Data yang disadap dari citra quickbird meliputi bentuk lahan, penggunaan

lahan, jarak ke pusat kota, jarak terhadap pemukimanm jaringan jalan yang

melayani, jaringan fasilitas dan prasarana, jarak terhadap sungai atau sumber air

bersih, pola tata guna lahan. Data kemiringan lereng melalui digitasi garis kontur

dari peta rupabumi yang kemudian dibuat model elevation digital. Dipilihnya

parameter tersebut dalam penelitian ini karena berasosiasi dengan persyaratan

kawasan industri yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik

indonesia Nomor : 35/M-IND/PER/3/2010, penelitian Sutanto (1993) dan kriteria

industri menurut Griefen (1975).

Guna mencapai tujuan penelitian, maka analisis data yang digunakan

sebagai berikut:

a. Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif merupakan penjabaran atau pemerian dalam arti melakukan

penterjemahan faktual dan akurat tentang masalah-masalah dan potensi yang

dijumpai atau dikenai dari hasil survey, kajian pustaka, observasi lapangan

maupun peta yang tersaji. Data yang terkumpul ini kemudian dituangkan dalam

bentuk tabel frekuensi.

b. Analisa Peta

Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui pola distribusi industri secara

keruangan. Untuk mengetahui pola distribusi sentra – sentra industri baik industri besar maupun sedang di Wilayah Tegallega digunakan analisis tetangga terdekat.

Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa

(25)

mengubah pola persebaran objek dalam peta menjadi pola persebaran acak ; c)

memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara menganalisanya

; d) mengukur jarak yang terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik

dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran

jarak tersebut ; e) menghitung besar parameter tetangga terdekat (T) dengan

menggunakan formula :

�=�� �ℎ

T : indeks penyebaran tetangga terdekat

ju : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat (Km)

jh : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random

= 1

2 �

P : Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi

dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A) sehinga menjadi

Parameter tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pada titik terhadap

pola random. Untuk memperoleh u j digunakan cara dengan menjumlahkan semua

jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.

Parameter tetangga terdekat (T) dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian

kesatuan (continum) untuk mempermudah perbandingan antara pola titik, yaitu :

T = 0 untuk pola mengelompok

(26)

T = 2,15 untuk pola seragam

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Wilayah Tegallega merupakan kawasan perkotaan yang mengalami

perubahan fisik yang cepat, seperti halnya kawasan utama perkotaan. Wilayah

Tegallega mengalami pertumbuhan kepadatan bangunan yang cepat, khususnya

industri. Untuk memantau keberadaan bangunan industri, digunakan data dari

penginderaan jauh Citra Quickbird.

Citra Quickbird digunakan dalam penelitian ini karena resolusi spasial 0,6

meter, citra quickbird dapat menunjang dalam mengekstrak data kepadatan

bangunan industri, selain mengekstrak data kepadatan bangunan, citra Quickbird

juga dapat digunakan dalam mengevaluasi kesesuaian lokasi industri di Wilayah

Tegallega dengan Rencana Tata Ruang Kota Bandung. Berdasarkan hasil

penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang

diambil sebagai berikut :

1. Hasil Uji Ketelitian citra Quickbird dalam meninterpretasi data bangunan

industri didapatkan hasil akurasi yaitu sebesar 98,2%, yang artinya data

sangat akurat.

2. Hasil evaluasi kesesuaian lokasi antara lokasi industri di Wilayah Tegallega

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega adalah menyimpang dari

ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Terbukti dari 114 bangunan

(28)

Rencana Tata Ruang Wilayah. Sisanya sebanyak 65% atau sekitar 74

bangunan menempati lahan yang tidak seharusnya seperti lahan untuk

kawasan Ruang Terbuka Hijau atau lahan untuk kawasan permukiman

B. Rekomendasi

Setelah menganalisis dari hasil penelitian, maka ada beberapa pendapat

yang mungkin bisa dipertimbangkan, yaitu :

1. Data kepadatan bangunan industri dapat diekstrak dari Citra Quickbird,

dengan demikian akan memudahkan pihak terkait dalam halnya Dinas Tata

Ruang Kota dalam memantau perkembangan bangunan industri yang akan

ditempatkan. Sehingga tidak ada penyimpangan dari rencana semula

membangun sebuah wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang

ada.

2. Perlunya peningkatan sumber daya manusia dalam hal pemanfaatan teknologi

penginderaan jauh, seperti perencanaan tata ruang kota, pengevaluasian

kebijakan kebijakan pemerintah setempat. Sehingga masalah yang akan

timbul dapat diminimalisirkan dari akarnya.

3. Dalam dunia pendidikan, baiknya setiap penelitian penginderaan jauh

digunakan sebagai materi pengayaan untuk materi mata pelajaran geografi di

SMA. Sehingga semakin cepat ilmu yang diajarkan akan semakin pula dapat

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Teori Lokasi Industri. Bengkulu. http://geografi-geografi.blogspot.com/

diakses tanggal 8 April 2011

Aini, Anisah, 2007. Sistem Informasi Geografis Pengertian Dan Aplikasinya. Yogyakarta

Bahri, Saiful, 2007. Program Pasca Srajana Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro. Evaluasi Lokasi Lahan Industri Di Kota Kragilan

Kabupaten Serang. Semarang

Fahmi, Fikri Zul, 2009. Dampak Perkembangan Industri Kreatif Terhadap Pola

Pembangunan Lahan Di Kota Bandung. http://fikriinformationcenter.wordpress.com/

diakses tanggal 22 Februari 2011

Godam64, 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis Dan Penggolongan Industri Di

Indonesia – Peerekonomian Bisnis. http://organisasi.org/ diakses tanggal 8 April

2011

Hidayat, Mohamad S., 2010. Pedoman Teknis Kawasan Industri. Jakarta

Inkantriani, Betha, P., 2008. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Indusri Genuk

Semarang. Semarang

Kamsori, Erik, 2007. Pengembangan Industri Mebel Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan

Motivasi Berprestasi Masyarakat Paseh Kabupaten Sumedang. GEA Vol. 7, No. 2.

Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS. Bandung

Lillesand dan Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. (Alih Bahasa oleh Dulbahri). Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Meurah, Cut, 2004. Penginderaan Jauh. Modul Geo.I.04

Mukti, Bayu, 2008. Memacu Pertumbuhan Industri Di Indonesia.

http://www.bayumukti.com/ diakses tanggal 22 Februari 2011

Pemerintah Kota Bandung. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2013. Bandung

Pemerintah Kota Bandung. 2006. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung. Bandung

Pemerintah Kota Bandung. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung. Bandung

Prasetyo, Slamet E., 2007. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(30)

Purwanda, Nanda, 2009. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Kajian

Kepadatan Permukiman Di Kota Bandung. Bandung

Puspitosari, Dian, 2007. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Pemanfaatan Citra Satelit SPOT5 Dalam Pemetaan Penggunaan Lahan Kecamatan Pedurung Kota Semarang. Semarang

Sajo, Daud, 2009. Klasifikasi Industri. Medan. http//:geografi-bumi.blogspot.com/ diakses tanggal 8 April 2011

Setyawati, Bernadeta, 2005. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penggunaan Citra Ikonos Dan Sistem Informasi Geografis Dalam Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Di Kota Tasikmalaya. Yogyakarta

Sudarsono, D, Bambang, 2006. Ketelitian Citra Satelit Quickbird Untuk Perancangan

Prasarana Wilayah. Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 1. Jurusan Teknik, Fakultas

Teknik Sipil Unika Soegijapranata

Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Sutanto, 1999. Penginderaan Jauh Jilid II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Somantri, Lili, 2008. Pemanfaatan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Untuk

Zonasi Kerentanan Kebakaran Permukiman (Kasus Di Kota Bandung Bagian Barat).

Tesis, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Undang - Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1984. Tentang Perindustrian. Jakarta DPR RI

Undang - Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang. Jakarta DPR RI

Waluyo, 2009. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kajian Lokasi

Kawasan Industri Besar Dan Persebarannya Di Kota Salatiga. Surakarta

Gambar

Tabel 1.1 Jenis Industri Kota Bandung
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 3.2. Matriks Uji Ketelitian Hasil Interpretasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini mencari hubungan antara panjang ulna dengan jenis kelamin dan tinggi badan didapatkan hubungan yang signifikan sehingga pada pengukuran panjang ulna

[r]

Berdasarkan solusi yang diperoleh dari model, dapat disimpulkan bahwa nilai peluang individu rentan menjadi

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

karakteristik yang dapat diramalkan, f.)terdapat perbedaan individu dalam perkembangan, g) setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial. Faktor-faktor yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh EPS, DPR, struktur modal, profitabilitas, inflasi, suku bunga dan kurs terhadap return saham perusahaan

Apakah instansi Bapak/Ibu pernah menjalin kerjasama yang berbasis kemitraan di luar kemitraan dalam upaya penanggulangan virus flu burung..

Kita ketahui bahwa dua buah vektor dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut vektor resultan. Secara logika kita dapat menganggap setiap vektor