• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produktivitas Secara Umum 2.1.1 Pengertian produktivitas

Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produksi tersebut (Ravianto 1985). Beberapa pengertian atau definisi-definisi produktivitas secara umum menurut badan-badan internasional dapat diuraikan sebagai berikut (Ravianto 1985):

1) Menurut Organisation for Economic Coorperation and Development (OECD), pada dasarnya produktivitas adalah output dibagi dengan salah satu elemen produksi.

2) Menurut International Labour Organization (ILO) produktivitas merupakan output dari hasil integrasi empat elemen produksi yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan organisasi.

3) Menurut Europe Production Agency (EPA), pada dasarnya produktivitas adalah tingkat efisiensi pemanfaatan setiap elemen produksi.

Menurut Sinungan (2008), doktrin pada Konferensi Oslo 1984 mencantumkan definisi umum produktivitas semesta yaitu produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit.

Secara umum produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang digunakan, atau dalam bentuk formula dapat dinyatakan sebagai berikut (Summanth 1984) :

Diketahuinya nilai produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif proses produksi yang telah didayagunakan untuk meningkatkan output dan seberapa efisiensi pula sumber-sumber input yang telah berhasil dihemat agar

(2)

produktivitas dapat meningkat. Dengan demikian, input produksi dapat memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap kegiatan-kegiatan produksi yang berkaitan dengan nilai tambah dan berusaha meminimalisasi kegiatan-kegiatan yang menghambat proses produksi. Berbagai pernyataan produktivitas di atas pada umumnya juga menyatakan bahwa, produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang meliputi tenaga kerja (man), mesin dan peralatan (machine), bahan baku (material), sistem (method) yang digunakan untuk memanajemen proses produksi, dan modal (Widjaja 1996).

2.1.2 Manfaat pengukuran produktivitas

Pada level perusahaan (company), pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiensi produksi. Pengukuran produktivitas akan meningkatkan kesadaran dan minat pekerja untuk melaksanakan tingkat dan rangkaian produksi (Sinungan 2008).

Produktivitas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan pembangunan suatu negara, industri, maupun perusahaan (company), sehingga dapat digunakan sebagai kontrol agar tetap survive dalam era persaingan dalam perdagangan, bisnis dan perebutan pangsa pasar. “Job description” sangat diperlukan oleh perusahaan untuk pengukuran produktivitas secara cermat serta mengkuantifikasikan data yang dipakai dalam proses produksi (Sunarto 1999). Pada level yang paling kecil pengukuran produktivitas tenaga kerja individual dapat meningkatkan pendapatan (income) yang bermanfaat untuk investasi. Manfaat lain yang didapat adalah meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berprestasi, sehingga akhirnya dapat meningkatkan harkat dan martabat serta pengukuran terhadap potensi individu (Sunarto 1999).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara umum dapat diterangkan berdasarkan level organisasi agar scope pembahasannya jelas dan mudah untuk dipahami (Summanth 1984). Level organisasi tersebut terbagi menjadi beberapa level seperti level internasional, nasional, industri, dan

(3)

perusahaan (company). Pada penelitian yang akan dilaksanakan hanya dibatasi pada level perusahaan (company).

Crismianto (1999) pada level perusahaan (company) produktivitas sangat dipengaruhi faktor-faktor produksi. Hal ini dapat dilihat apabila perusahaan telah berhasil meningkatkan daya guna dan efisiensi dari faktor-faktor produksinya, maka didapat pula peningkatan efisiensi pengunaan input dan peningkatan efektivitas output yang selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas. Faktor produksi terdiri dari dua faktor pokok yaitu input dan sistem. Menurut Iryanto (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan antara lain : 1) Desain (design)

Kapal dibuat berdasarkan rancangan desain, baik yang dibuat oleh pihak galangan maupun pemilik kapal itu sendiri. Desain yang berkualitas mampu memberikan kemudahan dalam proses pembangunan, perawatan, serta kekuatan konstruksi kapal tersebut. Tingkat kemudahan yang tinggi dalam proses pembangunan kapal, maka akan mengurangi kesalahan dalam proses pengerjaan yang mengakibatkan pengulangan pekerjaan. Dengan demikian, dapat meminimaliskan waktu dan jam orang sekaligus biaya pembangunan kapal. Semakin cepat waktu pengerjaan dan minimnya biaya produksi maka galangan tersebut telah memiliki efisiensi dan produktivitas tinggi.

2) Proses manufacturing

Proses manufacturing produksi tidak hanya mencangkup pekerjaan dasar (pembuatan badan kapal) tetapi juga pemilihan, sistem pengangkutan material barang yang dihasilkan, penyimpanan, serta sistem perpindahan material dari satu bengkel ke bengkel yang lainnya. Processing, assembly, fabrication, erection, dan instalation sebisa mungkin dilakukan pada kondisi yang paling normal. Pemakaian teknologi dengan fasilitas yang memadai akan membantu meningkatkan produktivitas.

3) Sistem manajemen

Dalam melakukan pekerjaan perlu adanya pengaturan pekerjaan agar hasil akhir yang ingin diperoleh bisa maksimal.

(4)

2.1.4 Ukuran produktivitas

Ada tiga dasar pengukuran produktivitas yang dibedakan menjadi tiga strata faktorial (Summanth 1984) yaitu :

1) Produktivitas parsial (partial productivity)

Produktivitas ini menunjukan perbandingan gross output dengan salah satu input dari faktor produksi. Salah satu input faktor produksi dapat berupa material, tenaga kerja, energi dan capital.

2) Produktivitas faktor-total (factor-total productivity)

Produktivitas total-faktor menunjukan rasio perbandingan keluaran (net output) dengan tenaga kerja dan capital sebagai input faktor produksi.

3) Produktivitas total (total productivity)

Produktivitas total menunjukkan rasio perbandingan total keluaran (total output atau gross output) dengan total masukkan (total input). Total input produksi meliputi material, tenaga kerja, energi, kapital, peralatan dan lain-lain.

Tabel 1 Keuntungan dan batasan pengukuran produktivitas.

Keuntungan-keuntungan Batasan-batasan 1) Produktivitas Parsial

(1) Mudah dimengerti atau dipahami. (2) Mudah untuk mendapat atau

mengumpukan data. (3) Mudah dalam perhitungan.

(4) Memudahkan manajemen karena ketiga keuntungan di atas.

(5) Data dari beberapa indikasi produktivitas parsial (seperti output per jam orang) telah banyak tersedia di berbagai industri.

(6) Sebagai diagnosa yang tepat untuk meningkatkan produktivitas, jika

dibandingkan dengan

produktivitas faktor-total dan produktivitas total.

(1) Jika menggunakan satu parsial tidak dapat dikatakan akurat dan mungkin masih terdapat faktor-faktor yang tidak diketahiui. (2) Tidak dapat menerangkan

jumlah atau banyaknya cost secara keseluruhan.

(3) Dapat menunjukkan

kecenderungan kesalahan shift kerja atau bagian kerja sehingga area kesalahan bisa diperbaiki dengan kontrol manajemen. (4) Kontrol keuntungan, karena

pengukuran produktivitas parsial dapat merupakan pendekatan yang sukses dan sebaliknya.

2) Produktivitas faktor-total

(1) Record data dari perusahaan

relatif mudah untuk di dapat

dibandingkan dengan

produktivitas total.

(1) Tidak dapat menunjukkan faktor langsung dari material dan energi sebagai input.

(5)

(2) Biasanya sangat menarik dari sudut pandang ekonomi.

material yang dicapai perusahaan sebagai output tidak tepat didefinisikan sebagai output karena kesulitan bagi

manajer operasi

menghubungkan tambahan nilai dengan effisiensi produksi. (3) Porsi biaya material yang tidak

tepat merupakan faktor dari total biaya produksi sebagai

input tidak langsung

menunjukkan ukuran

produktivitas.

(4) Data-data untuk perbandingan produktivitas relatif sulit diterangkan, walaupun kadang-kadang pada industri spesifik tertentu dan periode waktu tertentu ukuran ini dipublikasikan.

3) Produktivitas total

(1) Membandingkan semua faktor

output dan input keseluruhan,

lebih akurat dalam

menggambarkan real kemampuan perusahaan.

(2) Top manajemen dapat mengontrol profit dengan lebih akurat.

(3) Jika digunakan bersama dengan produktivitas parsial merupakan cara yang efektif.

(4) Lebih mudah untuk melakukan analisa produktivitas.

(5) Berhubungan langsung dengan biaya total (cost)

(1) Data untuk perhitungan produktivitas relatif sulit didapat kecuali data telah dicatat untuk maksud analisa produktivitas total.

(2) Seperti produktivitas parsial dan produktivitas faktor total tidak

dapat benar-benar

membandingkan total output dan total input secara keseluruhan karena faktor-faktor output dan input yang tidak dapat dijangkau.

Sumber : Sumanth 1984

Pendekatan produktivitas parsial lebih banyak digunakan oleh strata perusahaan. Produktivitas parsial dapat diukur dengan menggunakan rasio atau indeks produktivitas tentang tenaga kerja, modal, organisasi, penjualan, produksi, dan produk (Sinungan 2008). Model Objactive Matrix (OMAX pada dasarnya merupakan pengukuran produktivitas total yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas.

(6)

2.1.5 Usaha untuk meningkatkan produktivitas

Crismianto 1997, metode untuk meningkatkan produktivitas perusahaan (company) dapat dikategorikan menjadi empat kemungkinan :

1) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan jumlah produk yang sama;

2) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan jumlah produk yang lebih besar;

3) Metode pemanfaatan sumberdaya yang sama untuk mendapatkan jumlah produk yang lebih besar; dan

4) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih banyak untuk mendapatkan jumlah produk yang jauh lebih besar.

Selain keempat metode di atas, lazim digunakan juga metode yang dapat dengan efektif meningkatkan produktivitas perusahaan, seperti pada Gambar 1. Pada gambar ini tertulis empat jenis metode yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas, keempat metode tersebut adalah :

1) Metode penghematan produktivitas dengan menghemat tenaga kerja;

2) Metode peningkatan produktivitas dengan menerapkan metode kerja yang paling tepat;

3) Metode peningkatan produktivitas dengan memanfaatkan sumber daya manusia dengan lebih efektif, yaitu dengan menyempurnakan manajemen personalia; dan

4) Metode peningkatan produktivitas dengan melenyapkan prektek-praktek yang tidak produktif.

Sumber : Crismianto 1997

Gambar 1 Metode lain untuk meningkatkan produktivitas Kenaikan produktivitas Menyempurnakan metode kerja Melenyapkan praktek ttidak produktif Menghemat tenaga kerja atau SDM Menyempurnakan manajemen personalia

(7)

Metode di atas tidak selamanya menguntungkan, karena upaya memperkenalkan mesin, teknologi, dan metode baru sering kali berarti pengangguran bagi tenaga kerja. Oleh karena itu, kadang-kadang metode ini bertentangan dengan tanggung jawab perusahaan (Sunarto 1999).

2.2 Metode Pengukuran Produktivitas Model Objective Matrix (OMAX) Menurut Mahendra 2007, untuk setiap model pengukuran mempunyai manfaat masing-masing, akan tetapi secara umum manfaat dari pengukuran produktivitas bagi perusahaan dan organisasi adalah :

1) Dalam melakukan pengukuran produktivitas dapat diperoleh informasi keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan secara menyeluruh.

2) Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa.

3) Pengukuran produktivitas dapat berguna untuk perencanaan produksi dan sumber daya, baik untuk jangka panjang atau pendek.

4) Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas saat ini dapat direncanakan sasaran tingkat produktivitas masa mendatang.

5) Strategi peningkatan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat yang diukur.

Pengukuran produktivitas sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Selain itu, dari hasil pengukuran dapat diketahui sampai sejauh mana usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan telah mencapai sasaran (Mahendra 2007).

2.2.1 Alasan pemilihan metode OMAX

Model pengukuran produktivitas OMAX mangatasi masalah–masalah kerumitan dan kesulitan pengukuran produktivitas dengan mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang penting kedalam suatu bentuk yang terpadu dan saling terkait satu sama lain serta mudah untuk dikombinasikan. Model ini mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang terkait dalam operasi–operasi perusahaan, mulai dari pekerja tingkat bawah sampai kepada manajer dalam proses pembentukan dan pelaksanaannya. Model ini pada dasarnya merupakan

(8)

pengukuran produktivitas total yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai dengan derajat kepentingan masing–masing kriteria itu didalam perusahaan (Mahendra 2007).

Model pengukuran OMAX dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor– faktor yang sangat berpengaruh maupun yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Hal-hal yang dapat dilihat dengan menggunakan model pengukuran ini, antara lain (Mahendra 2007):

1) Model ini memungkinkan dijalankannya aktivitas–aktivitas pengukuran produktivitas, penilaian (evaluasi) produktivitas, peningkatan dan perencanaan produktivitas sekaligus.

2) Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dapat diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan.

3) Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan memberikan motivasi bagi pekerja untuk mencapainya.

4) Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing–masing faktor terhadap peningkatan produktivitas perusahaan yang penentuannya memerlukan persetujuan manajemen.

5) Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas (baik dalam satuan fisik maupun uang) dan nilai kedalam suatu indikator atau indeks.

2.2.2 Bentuk dan susunan model OMAX

Pengukuran pada model OMAX (Objective Matrix) dikembangkan oleh James L. Riggs di Oregon State University. OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan. Kelebihan dari model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain (Anonim 2012):

1) Relatif sederhana dan mudah dipahami.

2) Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus. 3) Datanya mudah diperoleh.

(9)

Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa matrix, yang terdiri dari :

1) Kriteria Produktivitas.

Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan ratio dari produktivitas yang diukur.

2) Performance/nilai pencapaian.

Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada baris performance untuk kriteria yang diukur.

3) Butir-butir matrix

Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian mulai dari tingkat 0 (hasil yang terjelek) smpai dengan tingkat 10 (hasil yang terbaik). Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3.

4) Skor (score)

Hasil dari pengukuran (performance) yang diubah ke dalam skor yang sesuai. 5) Bobot (weight)

Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100% atau 1. 6) Nilai (value)

Nilai merupakan hasil prkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.

7) Performance indicator

Merupakan jumlah nilai (6) dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan.

2.2.3 Penyusunan matrix

Menurut Mahendra 2007, penyusunan dan pelaksanaan matrik ini merupakan suatu proses yang jelas dan langsung yang membutuhkan sedikit keahlian.

1) Menentukan kriteria produktivitas

Langkah pertama ini adalah mengidentifikasikan kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini akan dilaksanakan. Kriteria ini

(10)

harus menyatakan kondisi atau kegiatan yang mendukung produktivitas unit kerja yang diukur dan dapat dikontrol oleh unit kerja tersebut. Kriteria ini menyatakan ukuran efisiensi dari input, efektivitas dari output dan ukuran– ukuran lainnya (inferensial) yang secara tidak langsung mendukung proses kegiatan unjuk kerja yang akan diukur. Supaya efektif, kriteria ini harus sudah dimengerti, mudah diukur, administrasinya dilakukan secara baik dan dapat diterima. Selanjutnya, kriteria ini sebaiknya berdiri sendiri tidak saling bergantung satu sama lain dan merupakan faktor–faktor yang terukur.

2) Menjelaskan data

Setelah seluruh kriteria dapat diidentifikasikan dengan baik, langkah berikutnya adalah mendefinisikan kriteria tersebut secara terperinci. Tiap–tiap kriteria memerlukan penjelasan lebih lanjut, misalnya tingkat ketidakhadiran, harus dijelaskan rasio–rasio yang membentuk kriteria ini. Demikian juga, sumber daya untuk setiap pengukuran tertentu harus pula diidentifikasikan dengan jelas, laporan yang akurat, orang–orang yang bertanggung jawab dan terlibat, atau sumber daya lain, untuk setiap bilangan dalam perhitungan matrik harus dispesifikasikan dengan baik.

3) Penilaian pencapaian mula–mula

Setelah menentukan kriteria yang akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan pengumpulan data dari tiap–tiap kriteria. Langkah berikutnya mengolah data tersebut sehingga layak untuk digunakan. Data pencapaian mula-mula diperoleh dengan cara perhitungan rata–rata dari periode data yang ditentukan. Pencapaian mula–mula diletakkan pada skor 3 dari skala 0 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan dari pada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya tidak diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memberikan kemungkinan terjadinya pertukaran dan memberikan kelonggaran apabila sekali–kali terjadi kemunduran.

4) Menetapkan sasaran (skor 10)

Apabila skala skor 3 merupakan pencapaian mula–mula, maka skor 10 merupakan pencapaian yang akan kita tuju nantinya. Skala skor 10 ini berkenaan dengan sasaran–sasaran yang ingin dicapai dalam waktu

(11)

mendatang, dan karenanya harus berkesan optimis. Sasaran yang diambil harus merupakan gambaran yang realistis dan diperhitungkan pula faktor– faktor yang realistis. Hali ini dikarenakan beberapa waktu mendatang telah terjadi perubahan atau kemungkinan telah ada peralatan baru.

5) Menetapkan sasaran jangka pendek

Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matrik dapat dilakukan langsung setelah butir skala skor 0, skor 3 dan skor 10 telah ditetapkan. Butir–butir yang tersisa yaitu skor 1, 2, 4 sampai dengan 9 merupakan suatu sasaran antara (intermediate) sebelum tingkat pencapaian akhir dipenuhi. Biasanya skala linier digunakan untuk pengisian antara pencapaian saat ini dengan sasaran yang ingin dicapai pada setiap kriteria produktivitas. Oleh sebab itu, jarak bilangan dari setiap tingkat skor 3 ke skor 0 juga dilakukan seperti pengskoran di atas. Jadi tidak ada syarat yang baku mengenai hal ini dan tergantung pada kesepakatan saja, karena pokok perhatian mengenai struktur skala ini adalah seberapa baik pengskoran ini dimengerti oleh orang–orang yang unjuk kerjanya diukur. Dengan demikian, ada sebelas tingkat pencapaian untuk setiap kriteria. Satu kriteria menempati satu kolom dari atas ke bawah dari badan matrik. Penempatan dari hasil yang diharapkan pada setiap tingkat merupakan bagian yang penting dari pengskalaan, karena hasil– hasil tersebut membentuk suatu rintangan khusus yang harus di atasi untuk maju dari satu sasaran jangka pendek ke sasaran jangka pendek berikutnya. 6) Menentukan derajat kepentingan

Semua kriteria tidaklah mempunyai pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria diberi bobot. Pembobotan memberikan suatu kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan– kegiatan yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan biasanya dilakukan oleh manajer atau dewan produksi yang dimiliki galangan. Total pembobotan untuk semua kriteria harus sama dengan 100 %. Bila pembobotan telah selesai, maka matrik ini secara teknis dapat digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas dan dapat diketahui bagaimana cara meningkatkan produktivitas.

(12)

2.2.4 Pengoperasian matrix

Setelah seluruh badan matrik dan perlengkapannya terisi, maka matrik dapat dioperasikan. Pengoperasian matrik dilakukan dengan cara :

1) Pencapaian sekarang

Langkah awal pada tahap ini adalah mengumpulkan data dari tiap–tiap kriteria atau rasio selama periode pengukuran akan dilakukan dan menetapkan pencapaian sebenarnya untuk setiap kriteria atau rasio tersebut. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam kolom pencapaian pada bagian atas badan matrik.

2) Lingkari bilangan pencapaian (No.1) pada badan matrik.

Pada badan matrik lingkari bilangan yang sesuai dengan bilangan „pencapaian‟ yang didapat. Apabila tidak ada bilangan yang tepat sama dengan bilangan „pencapaian‟, maka yang dilingkari adalah bilangan yang berada dibawahnya. Perlu diingat bahwa setiap kotak dalam badan matrik merupakan suatu rintangan yang harus diatasi untuk mencapai skor tertentu. Setiap pencapaian yang lebih kecil dari tingkat pencapaian terburuk yang masih diperbolehkan (level terbawah) akan tetap menerima skor 0 untuk periode tersebut.

3) Penentuan skor

Dari bilangan yang telah dilingkari, dapat ditentukan tingkat skor yang dicapai. Tingkat skor tersebut diletakkan pada kolom „skor‟ yang berada pada bagian bawah badan matrik.

4) Penentuan nilai

Setiap skor yang didapat untuk setiap kriteria atau rasio, dikalikan dengan besarnya bobot masing–masing. Hasil perkalian ini diletakkan dalam kolom nilai yang berada pada bagian bawah badan matrik.

5) Indikator pencapaian saat ini

Nilai–nilai yang didapat untuk setiap kriteria dijumlahkan sehingga diperoleh indikator pencapaian saat ini.

6) Indeks

Sebuah indikator produktivitas hanya bermanfaat jika dibandingkan dengan nilai dari periode lain. Satu unit kerja tidak bisa dibandingkan dengan nilai

(13)

unit kerja lainnya berdasarkan nilai skor, sebab kriteria masing–masing unit berbeda dan kondisi operasinya bervariasi. Nilai bobot total dapat diperlakukan sebagai indeks performansi dan digunakan untuk menilai perkembangan dari waktu ke waktu atau indeks produktivitas dapat dihitung untuk menghubungkan performansi satu periode pada periode selanjutnya dengan menggunakan :

Dimana :

V2 = nilai yang dibuat pada periode sekarang V1 = nilai yang dibuat pada periode sebelumnya

2.3 Galangan Kapal

Galangan kapal merupakan tempat pembuatan kapal baru, baik itu kapal ikan atau pun kapal muat dan juga sebagai tempat reparasi kapal. Menurut Storch 1995, galangan kapal merupakan suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan pemerintah). Selain sebagai tempat kegiatan membangun kapal, galangan kapal juga melayani kegiatan reparasi kapal.

Adapun fasilitas-fasilitas pokok yang harus dilengkapi oleh suatu galangan kapal (Pulungan 1986), yaitu :

1) Kantor untuk tempat penyelenggaraan kegiatan manajemen dan administrasi; 2) Landasan pembangunan untuk tempat mengkonstruksi;

3) Lantai gambar untuk tempat menggambar garis-garis kapal; 4) Perairan dan dermaga untuk tempat peluncuran; dan

5) Bengkel perakitan.

Selain fasilitas-fasilitas pokok di atas, galangan kapal juga dilengkapi dengan fasilitas bantu (Pulungan 1986), antara lain :

1) Gudang sebagai tempat penyimpanan material-material; dan

2) Pembangkit tenaga listrik yang memadai untuk menjalankan mesin-mesin dan sebagai penerangan.

(14)

Sistem yang digunakan sebaiknya memperlihatkan ketegasan aktivitasnya dalam bagian dan kelompok pekerja di galangan dan dok, dan menempatkan individu-individu dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Adanya ketegasan aktifitas dan jenis pekerjaan yang sesuai pekerjaan maka penggunaan bahan, mesin dan peralatan serta fasilitas-fasilitas yang ada semakin tepat target dan pada akhirnya produktivitas dari galangan kapal dan dok tersebut berjalan secara lancar (Pulungan 1986).

2.4 Produktivitas Galangan Kapal

Pengukuran produktivitas akan dapat mengetahui kinerja sebagian atau seluruh proses produksi, dan kinerja total dari suatu perusahaan. Mempelajari dan membahas suatu konsep produktivitas galangan kapal tidak hanya mempelajari pengukuran produktivitas saja, tetapi juga meliputi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi produktivitas galangan kapal, manfaat dari pengukuran produktivitas, serta usaha-usaha yang dapat meningkatkan suatu produktivitas dari galangan kapal (Sunarto 1999).

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan

Al-Kattan 1992 diacu dalam Sunarto 1999, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas galangan kapal adalah adanya kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh galangan, kelemahan-kelemahan tersebut dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu :

1) Kelemahan desain.

Kelemahan desain ini terlihat dari kesalahan desain kapal yang dibuat galangan atau desainer, mengakibatkan bangunan kapal baru tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kesalahan desain ini dapat berupa kesalahan sebagian, keseluruhan dari gambar, dan kesalahan dari perhitungan. Kesalahan desain tidak hanya pada kesalahan gambar atau perhitungan tetapi dapat diakibatkan karena pembuatan desain yang tidak rasional dan proporsional, maka akan memperlambat proses penyelesaian sehingga waktu untuk produksi bertambah panjang dan pada akhirnya dapat mengurangi produktivitas. Jadi, secara umum kesalahan desain akan mengakibatkan

(15)

galangan lebih sulit dalam membangun suatu kapal jika dibandingkan dengan galangan lain yang kelemahan desainnya telah dapat diatasi.

2) Kelemahan produksi.

Kelemahan produksi dapat disebabkan karena minimnya teknologi, misalnya adalah penggunaan teknologi yang tidak tepat, hal ini akan menghambat proses produksi sehingga waktu penyelesaian produksi akan bertambah lama, yang berarti akan mengakibatkan biaya produksi bertambah, yang selanjutnya akan mengurangi produktivitas. Kelemahan-kelemahan produksi lainnya dapat terjadi pada kelemahan automatisasi dan perawatan peralatan-peralatan produksi dapat terjadi karena kesalahan penjadwalan perawatan, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan bertambah fatal, sehingga dapat menghambat proses produksi atau bahkan aktivitas produksi dapat berhenti total, sehingga waktu proses produksi akan bertambah lama, sehingga pada akhirnya akan dapat mengurangi produktivitas.

3) Kelemahan sistem manajemen.

Kelemahan sistem manajemen dapat berupa kelemahan training, kualitas, perencanaan, estimasi, kontrol, dan sistem pengawasan. Sistem manajemen adalah salah satu faktor produksi yang tidak secara nyata langsung tampak pada proses produksi tetapi pengaruhnya sangat besar, dan jika terjadi kelemahan sistem manajemen maka seluruh proses produksi akan terhambat. 4) Kelemahan tenaga kerja.

Kelemahan tenaga kerja dapat disebabkan karena kelemahan motivasi, sehingga semangat untuk bekerja keras berkurang dan juga bisa memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan saat proses produksi, yang pada akhirnya dapat mengurangi produktivitas. Kelemahan lain dari tenaga kerja diantaranya disebabkan karena kelemahan kemampuan, kelemahan kesehatan, kemalasan, absent, dan sakit. Pada akhirnya kelemahan-kelemahan tenaga kerja ini akan dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja (labor productivity) dan produktivitas perusahaan (company) secara keseluruhan.

(16)

2.4.2 Pengukuran produktivitas galangan

Input produksi adalah sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki sebagai kekuatan suatu perusahaan atau galangan (Sunarto 1999), secara umum sumberdaya yang dimaksud adalah :

1) Sumberdaya manusia (man);

2) Sumberdaya mesin atau peralatan (machine); 3) Sumberdaya material (material);

4) Sumberdaya manajemen (method); dan 5) Sumberdaya uang (money).

Dalam pengukuran produktivitas perusahan, tolak ukur yang digunakan adalah kuantitas, kualitas, waktu dan harga. Sasongko 1991 diacu dalam Sunarto 1999, produktivitas erat kaitannya dengan efisiensi pemakaian sumberdaya dalam menghasilkan produk yang efektif, dimana efektivitas menunjukkan suatu intensitas kerja. Produktivitas juga berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya secara optimum yang disebut dengan utilitas. Baik efisiensi maupun utilitas mengacu kepada penggunaan kapasitas yang tersedia dalam proses produksi, dimana kapasitas merupakan besar-besaran atau nilai kuantitas dari output yang mampu dihasilkan dalam suatu proses produksi. Dalam pengukuran produktivitas galangan kapasitas dibedakan menjadi dua yaitu kapasitas aktual dan kapasitas maksimum (kapasitas terpasang).

Anugrah 1996 diacu dalam Sunarto 1999, dalam pengukuran produktivitas galangan, pengukuran yang biasa dilakukan adalah pengukuran produktivitas peralatan produksi dengan parameter-paremeter ukuran utilitas, effisiensi, bahan kerja (load factor) dan rasio penggunaan berth (berth occupation ratio). Al-Kattan 1992 diacu dalam Sunarto 1999, ukuran yang digunakan untuk menganalisa produktivitas yang dapat menunjukkan kemampuan galangan secara umum dan global .

2.4.3 Usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas galangan

Voughan 1983 diacu dalam Sunarto 1999, usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas galangan kapal yang berhubungan

(17)

dengan elemen-elemen produksi ada empat belas poin penting yang sering disebut Common Core Technology (CCT), yaitu :

1) Strategi pembangunan kapal dan desain produksi (ship building strategy and product design);

2) Strategi membangun (build strategy);

3) Detail teknik produksi (detail production engineering); 4) Definisi keperluan dan daftar material;

5) Estimasi isi pekerjaan;Kontrol biaya tenaga kerja dan waktu registrasi; 6) Kontrol material;

7) Manufacturing control (accuracy control dan quality control); 8) Manajemen proyek;

9) Pengembangan teknologi produksi; 10) Training dan pengembangan organisasi; 11) Sistem kode (coding system);

12) CAD/CAM; dan

13) Aplikasi computer administrasi.

2.5 Kaitan Produktivitas Galangan dengan Perkembangan Perikanan Tangkap

Secara umum jumlah galangan yang beroperasi di Indonesia mencapai 240 galangan. Namun, pemanfaatan kapasitas terpasang industri galangan kapal saat ini hanya mencapai 40%. Peran galangan asing masih mendominasi dalam industri kelautan di Indonesia. Diberlakukannya regulasi asas cabotage, yang mengharuskan muatan di dalam negeri diangkut oleh kapal berbedera merah putih, akan memberikan efek yang signifikan terhadap kebutuhan kapal dalam negeri. Oleh karena itu, industri galangan perlu dikembangkan dan lebih reaktif dalam memenuhi kebutuhan kapal (Kurniawati 2011).

Dalam kaitanya dengan perikanan tangkap, Kementrian Kelautan dan Perikanan 2010, dimana visinya yaitu menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk terbesar di sektor perikanan dan kelautan pada tahun 2015. Salah satu, sasaran strategisnya adalah dengan meningkatkan produktivitas serta daya saing berbasis pengetahuan. Maka, untuk mencapainya diperlukan sarana dan prasarana

(18)

kelautan dan perikanan yang mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi di dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

Saat ini di Indonesia masih mendominasi kapal-kapal berukuran kecil yang kurang dari 30 GT, padahal kapal merupakan salah satu sarana produksi armada penangkapan ikan. Daya jelajah kapal tersebut terbatas, akibatnya sumberdaya ikan di laut lepas belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Restrukturasi kapal merupakan trobosan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap. Program ini merupakan program untuk meningkatkan armada penangkapan agar memiliki kapasitas yang lebih besar serta memiliki daya jelajah lebih jauh. Hal ini akan berpengaruh pada industri galangan sebagai salah satu prasarana industri perikanan tangkap. Lebih jauh, galangan juga memberikan jasa perawatan dan perbaikan kapal, sehingga kapal tetap dalam kondisi baik. Galangan juga menghasilkan armada yang tangguh untuk mendukung keberhasilan operasi penangkapan ikan (Kurniawati 2011).

Gambar

Tabel 1 Keuntungan dan batasan pengukuran produktivitas.
Gambar 1 Metode lain untuk meningkatkan produktivitas Kenaikan produktivitas  Menyempurnakan metode kerja Melenyapkan praktek ttidak produktif Menghemat tenaga kerja atau SDM Menyempurnakan manajemen personalia

Referensi

Dokumen terkait

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

WLD2 Bulak Banteng-Dukuh Kupang PP

rawat inap kelas II terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dari 86 responden secara umum sebagian besar

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Namun pada neonatus dengan gejala klinis TB dan didukung oleh satu atau lebih pemeriksaan penunjang (foto toraks, patologi anatomi plasenta dan mikrobiologis darah v.umbilikalis)

Data hasil observasi dalam penelitian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jajargenjang dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas IV

Dari beberapa meto- de tersebut, metode pemeriksaan kebuntingan melalui palpa- si rektal merupakan met ode yang umum dan praktis digunakan disamping metode pengukuran

Tujuan dari penulisan ini adalah membuat aplikasi yang dapat memberikan rekomendasi pemesanan iklan yang optimal, data yang saling terintegrasi, dan kalkulasi