• Tidak ada hasil yang ditemukan

S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

IKLIM KOMUNIKASI DAN PRODUKTIVITAS KERJA LPP RADIO REPUBLIK INDONESIA ( RRI ) SURAKARTA

(Studi Korelasi Iklim Komunikasi Organisasi, Produktivitas Kerja Karyawan dan Status Karyawan LPP Radio Republik Indonesia Surakarta)

Tunjung Agam Bintoro Widodo Muktiyo

S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Abstract

The climate of the Organization contained in the communication of an organizationcan affect the behavior of individuals in organizations, of course, each individual has a different background. When the communication climate organization that occurs is the climate of good communication, then in the fulfillment of the needs of the individual in the Organization related to the satisfaction of a conversation can befulfilled, and ultimately the productivity of individuals and organizations can increase.

In this study, the problems examined are: the extent to which the relationship between organisational communication climate and employee work productivity in the LPP RRI Surakarta where there are employees who have the status of civil servants and employees are not civil servants. This research uses a quantitative approach to the measurement method, using the technique of questionnaires, interviews and a library. Data analyzed by partial correlation rank kendall. In this study involved a sample of 59 people from a population of 297 people.

The results of this research are: there is a correlation between independent variables (X) and variables the dependent (Y) where the value of the correlation coefficient of 0.22, the relationship between organizational communication climate and employee productivity is low in a relationship. There is a correlation between variables (Z) and the dependent variable (Y) with a correlation coefficient of 0.34, the relationship between the status of employee and employee productivity is low in a relationship but definitely. There is a correlation between independent variables (X) and the controls variables (Z) with the value of the correlation coefficient of-0.25, the relationship between organizational climate and employee status communication is in a relationship but definitely low. Results from the third correlation variable, independent variable, dependent, and the control has a value of 0.23 so strong and tend to control variables have an influence weakens the relationship between the dependent variable and independent variable

(2)

2 Latar Belakang Masalah

Pembentukan sebuah organisasi tentu diawali dengan sebuah komitmen bersama oleh para anggotanya yang memiliki kesamaan cita-cita.Melalui media komunikasi, cita-cita masing-masing individu dapat disatukan dan dilebur yang pada nantinya menjadi akar dari terbentuknya organisasi. Pada perkembangannya pengejawantahan cita-cita bersama ini akan dituangkan pada visi dan misi organisasi. Hal ini bertujuan sebagai pengingat dan sebagai patokan dasar bagi setiap anggota dalam menjalankan kehidupan organisasi.

Setiap organisasi tentu memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan minat dan kemampuan para anggotanya.Pada dasarnya kegiatan berorganisasi terdapat dua tujuan, yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa materi dan bertujuan untuk melayani kebutuhan umum tanpa memandang materi.Organisasi yang pada kehidupannya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan materi adalah organisasi perusahaan.Pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Partai politik merupakan organisasi yang berorientasi pada pelayanan masyarakat tanpa melihat sisi keuntungan berupa materi.

Secara tidak langsung, apabila seorang individu sudah masuk dalam sebuah perusahaan, tentu apa yang menjadi prioritas perusahaan juga menjadi prioritas individu tersebut. Dengan kata lain, selain kita mencoba meraih tujuan pribadi, tujuan perusahaan mutlak untuk dijalakan. Untuk mencapai tujuan perusahaan maka individu dituntut untuk produktiv dalam perannya didalam organisasi.

Dalam usaha mempermudah pencapaian tujuan organisasi, sebuah perusahaan dalam pelaksanaannya menerapkan fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang diterapkan adalah pembagian wewenang, tugas, dan tanggungjawab, selain itu beberapa unsur penunjang kelancaran pencapaian tujuan perusahaan juga menjadi perhatian utama, misalnya saja alat-alat produksi perusahaan, lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik, iklim komunikasi organisasi, dan lain-lain. Dari beberapa faktor penunjang pencapaian keberhasilan sebuah perusahaan tersebut, kiranya terdapat salah satu

(3)

3

aspek yang menjadi perhatian khusus bagi manajemen perusahaan, yaitu penciptaan iklim komunikasi organisasi yang kondusif.

Salah satu perusahaan yang menaruh perhatian lebih pada penciptaan iklim komunikasi yang kondusif adalah perusahaan media massa. Dalam menjalankan kehidupan organisasinya, perusahaan yang berkencimpung dalam dunia media massa melibatkan banyak pekerja. Mayoritas dari mereka yang berkerja dalam dunia media massa dituntut secara tidak langsung memiliki sifat kreatif, integritas tinggi, dan up to date. Untuk mempermudah dan melancarkan kinerja karyawan yang terlibat maka dibentuk sebuah manajemen. Konsekuensi dari pembagian tugas ini adalah akan terjadi pengelopokan-pengelompokan berdasarkan konsentrasi kerja masing-masing individu. Hal ini memang dapat mempermudah perusahaan untuk memaksimalkan potensi masing-masing karyawan, disisi lain penerapan pembagian tugas ini terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, yaitu koordinasi dan integrasi antar bagian untuk menjalankan kehidupan perusahaan. Komunikasi organisasi berperan sangat penting dalam hal ini.

Didalam komunikasi antar karyawan dan antar jenjang jabatan dalam perusahaan, kemampuan berkomunikasi bukan satu-satunya syarat yang harus dipenuhi untuk menghantarkan perusahaan mencapai kesuksesan, akan tetapi pembentukan iklim komunikasi lah yang menjadi konsentrasi utama. Seperti yang sudah diungkapkan oleh Redding (1972) menyatakan bahwa iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada ketrampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.

Iklim komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.Menurut Littlejohn dan Foss (2009) terdapat tiga faktor yang berhubungan dalam membentuk sebuah iklim organisasi yaitu susunan organisasi, aparat atau anggota yang terlibat dalam penghasil iklim, dan karakteristik anggota organisasi yang terwujut dalam kemampuan dan

(4)

4

pengetahuan anggota.1Apabila meruntut dari penjelasan diatas makagaya kepemimpinan pemimpin perusahaan atau kepala bagian divisi dapat mempengaruhi iklim komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan yang notabennya merupakan salah satu unsur dari pembentuk iklim organisasi.

Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dapat mempengaruhi komunikasi organisasi kita dapat melihat komunikasi organisasi pada Tempo Inti Media yang dibahas dalam penelitian skripsi oleh Fitri Susilawati (2010).Dalam penelitian tersebut terbukti bahwa hubungan antara atasan dengan karyawan dapat menentukan iklim komunikasi organisasi yang terjadi didalam perusahaan dengan memperhatikan dimensi iklim komunikasi organisasi.2Iklim komunikasi organisasi yang baik terbentuk karena terjadinya komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kepentingan terbesar akan organisasi, atasan berusaha menerapkan beberapa cara untuk melakukan komunikasi dengan bawahan secara efektif agar terbentuk iklim komunikasi yang baik. Akan tetapi iklim komunikasi yang baik belum tentu membuat komunikasi dari karyawan kepada atasan berjalan lancar, tetap terjadi beberapa hambatan seperti kurang percaya dirinya para karyawan dalam menyampaikan pendapat, ide, serta keluhan yang dialami.

Terlepas dari gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi iklim komunikasi, hubungan antar rekan kerja dan lingkungan kerja juga memiliki andil yang besar dalam penciptaan iklim komunikasi. Seperti yang terjadi pada perusahaan surat kabar harian Jawa Pos. Dalam penelitian skripsi oleh Yanuarika Dwi S S (2010) yang membahas mengenai iklim komunikasi organisasi di surat kabar harian Jawa Pos pada bagian redaksional, terungkap bahwa hubungan antar karyawan dapat menentukan iklim komunikasi organisasi. Pada perusahaan surat kabar tersebut terjadi gabatau jarak antara karyawan senior dengan junior yang pada jarak tersebut membentuk karyawan

1

Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss.Theories of Human Communication, edisi 9. 2009. Salemba Humanika : Jakarta ( hal. 377 )

2

Dikutip dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21861/ 1/FITRI%20SUSILAWATI-FDK.PDF

(5)

5

dalam dua kelompok. Hubungan komunikasi antar karyawan senior dan junior pun tidak berlangsung dengan baik, tidak ada keterusterangan dan kejujuran sepenuhnya diantara sesama karyawan, selain hubungan yang kurang harmonis antar karyawan, hubungan antar karyawan junior dengan atasannya pun terjalin kurang baik.3

Kepemimpinan, relasi antar rekan kerja, dan lingkungan kerja memang memiliki andil yang krusial untuk penciptaan iklim komunikasi pada

sebuah organisasi yang pada nantinya dapat mendorong produktivitas para pekerja. Akan tetapi dibalik unsur-unsur tersebut terdapat hal yang tidak kalah penting dalam pembentukan iklim organisasi yang mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu mengenai organisasi itu sendiri, tentang manajemen organisasi.

Organisasi yang memiliki manajemen yang bersifat langsing dinilai memiliki karakteristik yang lebih bagus daripada organisasi yang memiliki manajemen gemuk. Contoh yang sederhana dari pernyataan tersebut adalah dengan memiliki manajemen yang langsing sebuah organisasi dalam mengkoordinasikan perintah dari atasan kepada bawahan akan berlangsung dengan mudah, usaha untuk menciptakan iklim komunikasi juga menjadi lebih mudah. Seperti yang kita ketahui bersama, dalam sebuah organisasi tentu terdapat pengelompokan-pengelompokan konsentrasi kerja yang merupakan efek dari penerapan fungsi manajemen organisasi. Hal ini memang salah satu cara untuk memicu produktivitas organisasi maupun individu dalam organisasi. Akan tetapi dalam pelaksanaanya tidak jarang justru hambatan-hambatan yang terjadi dalam menuju produktivitas organisasi juga berasal dari pengelompokan konsentrasi kerja atau jenjang hierarki yang terlalu banyak.

Penerapan manajemen organisasi yang langsing dalam upaya menuju pembentukan iklim komunikasi dan produktivitas perusahaan dapat kita lihat pada lembaga penyiaran publik NHK (Jepang) dan KBS (Korea Selatan) yang tertulis pada jurnal karya Hendriani Ardiyanti (2012).Pada kedua lembaga penyiaran publik tersebut diterapkan manajemen organisasi yang langsing

3

(6)

6

karena dengan menerapkan manajemen organisasi tersebu dirasa dapat mempermudah dalam upaya pembentukan iklim komunikasi serta meningkatkan produktivitas kerja.

Berdasarkan pemaparan di atas, pembentuk iklim komunikasi berasal dari berbagai elemen yang terdapat di dalam organisasi.Iklim komunikasi yang terbentuk juga pada akhirnya berimplikasi terhadap performa organisasi. Seperti yang sudah diungkapkan Islam M. Ahsanul dalam jurnalnya bahwa Iklim komunikasi secara signifikan mempengaruhi produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi, disisi lain iklim komunikasi juga berkontribusi terhadap efek potensial pada restrukturisasi, reorganisasi, dan revitalisasi elemn dasar organisasi.

Jika Jepang memiliki NHK dan Korea Selatan memiliki KBS, maka Indonesia memiliki RRI sebagai lembaga penyiaran publik. Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai salah satu perusahaan atau organisasi yang berkecimpung di dunia media massa, untuk menjalankan perannya sebagai lembaga penyiaran publik tentu melibatkan banyak pegawai. Seperti yang kita pahami bahwa pegawai LPP RRI merupakan pegawai pemerintahan atau sering kita sebut Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki posisi-posisi sentral di keorganisasian LPP RRI.Selain terdapat pegawai yang memiliki status sebagai PNS RRI juga memiliki pegawai dengan status kontrak yang terdiri dari Pegawai Honorer dan Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil (PBPNS).

Dari sekian banyak cabang LPP RRI di Indonesia, salah satunya berada di kora Surakarta. Saat ini jumlah pegawai di LPP RRI Surakarta berjumlah 297 orang, 268 orang merupakan PNS sedangkan 29 lainnya masih sebagai pegawai PBPNS. Interaksi antar pegawai mutlak terjadi untuk kemajuan sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan melakukan interaksi antar pegawai, maka akan mempermudah pekerjaan yang dilakukan sehingga setiap pegawai akan terpacu untuk bekerja lebih produktiv.

Pada LPP RRI Surakarta kerjasama antar pegawai terjalin cukup baik.Komunikasi yang terjadi sebagai media pengantar interaksi antar pegawai berjalan lancar.Dengan kelancaran komunikasi tersebut maka dalam usaha

(7)

7

penciptaan iklim komunikasi organisasi dapat mencapai hasil yang maksimal.Komunikasi yang terjadi antara pemimpin dengan karyawan terjalin dengan baik.Hal ini ditandai dengan mudahnya pemahaman instruksi dari atasan kepada para pegawai, selain itu komunikasi dari para pegawai kepada atasan berjalan dengan baik.Usulan, masukan, serta keluhan para pegawai diterima dengan baik oleh atasan.Untuk mengkoordinasikan komunikasi atasan dengan para pegawai serta antar pegawai dibuat sebuah wadah rembuk bersama yang dilakukan setiap satu bulan sekali.Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga keharmonisan antar pegawai di LPP RRI Surakarta.

Komunikasi yang terjadi antar karyawan pada LPP RRI Surakarta memiliki karakteristik komunikasi kekeluargaan.Hubungan antar atasan dengan bawahan dan hubungan sesama karyawan berlangsung secara harmonis.Hal ini tidak terlepas dari usaha yang dilakukan oleh pimpinan RRI Surakarta beserta seluruh karyawan yang ada.Dengan memiliki iklim komunikasi yang baik, selain sebagai sarana penjaga hubungan baik antar karyawan juga diharapkan produktivitas kerja para pegawai dapat meningkat.Meningkatnya produktivitas kerja dapat dilihat dari keberhasilan program yang direncanakan oleh organisasi serta kemampuan masing-masing pekerja yang dapat dikeluarkan secara maksimal.Salah satu program yang menjadi tolok ukur keberhasilan kerja para karyawan adalah LPP RRI Surakarta dapat menjalankan organisasi sesuai dengan visi dan misi.

Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang terus bertambah, maka perlu terdapat trobosan-trobosan yang perlu dilakukan terutama dalam hal penyajian bentuk siaran yang sesuai dengan tuntutan pangsa pasar pendengar serta jam siar yang lebih intensif.Hal ini pada nantinya secara tidak langsung memicu produktivitas pegawai LPP RRI dalam upaya menjalankan visi dan misi LPP RRI serta memenuhi kebutuhan pendengar. Sehubungan dengan hal tersebut maka produktivitasan kerja pegawai dituntut untuk mencapai hasil yang maksimal dengan faktor penunjang terciptanya iklim komunikasi yang baik. Tentu koordinasi antar pegawai baik pegawai dengan status PNS dengan pegawai PBPNS harus berkesinambungan.

(8)

8

Program-program siaran radio yang berperan menjadi pengejawantahan visi dan misi perusahaan tentu dilaksanakan oleh seluruh pegawai, baik pekerja PNS maupun PBPNS. Pekerja yang memiliki status PNS dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan (SOP) yang ada, sedangkan pegawai PBPNSselain bekerja sesuai dengan SOP secara tidak langsung harus siap jika diperbantukan dibidang yang bukan menjadi konsentrasi kerjanya dengan pertimbangan situasional. Sehingga bisa dikatakan beban kerja yang diemban pegawai PBPNS yang notabennya para pegawai kontrak lebih banyak daripada pegawai dengan status PNS.

Penugasan diluar divisi juga atas rekomendasi atasan, oleh karena itu hubungan antara atasan yang membawahi pekerja PBPNS harus terjalin dengan baik, terutama dalam hal komunikasi.Hal ini beralasan karena dengan komunikasi yang baik diharapkan produktivitas kerja atasan maupun bawahan tetap terjaga walaupun memiliki tanggung jawab yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara iklim komunikasi dengan produktivitas kerja para pegawai di LPP RRI Surakarta yang memiliki perbedaan status pegawai, yaitu PNS dan pegawai PBPNS. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara unsur-unsur tersebut di dalam organisasi LPP RRI Surakarta.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Sejauhmana hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan produktivitasan kerja pegawai di LPP RRI Surakarta?

(9)

9 Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi Organisasi

Seperti yang kita ketahui bersama dalam sebuah organisasi melibatkan banyak individu dengan masing-masing perbedaan.Oleh karena itu dalam rangka menyamakan persepsi-persepsi tugas yang terdapat di dalam organisasi harus terdapat jalinan komunikasi yang baik.4Komunikasi di dalam organisasi itu lah yang kemudian kita sebut sebagai komunikasi organisasi.Secara Umum Komunikasi Organisasi dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi. Pada proses ini terdapat kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan antar anggota organisasi, sehingga antar anggota organisasi saling bergantung. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.5

Secara fungsional komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang berupa bagian dari suatu organisasi tertentu.6Seperti yang kita pahami, pada setiap organisasi mengandung sebuah tangga pengelompokan pembagian tanggungjawab kerja atau jenjang hirarki.Hal tersebut merujuk pada teori birokrasi yang dikembangkan oleh Max Webber (1947) yang menekankan pada pentingnya bentuk struktur hierarki yang efektif bagi organisasi.7Untuk menghubungkan setiap kelompok kerja tentu membutuhkan sebuah perantara, yaitu komunikasi.Komunikasi yang terjadi dapat berupa komunikasi antar anggota organisasi maupun antar jenjang hirarki yang terdapat didalam organisasi, proses ini terjadi secara natural dan bersifat fleksibel. Definisi komunikasi organisasi secara

4 Widodo Muktiyo. 2010. Menjadi Profesional dan Komunikatif di Kantor. Citra Emas Press :

Surakarta, hal. 103

5

Khomsahria Romli. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap (edisi revisi). PT. Grasindo : Jakarta,hal. 2

6R. Wayne Peace dan Don F. Faules.2002.Komunikasi Organisasi “Stategi Peningkatan Kinerja

Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung, hal. 31

7

Khomsahria Romli. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap (edisi revisi). PT. Grasindo : Jakarta, hal. 28

(10)

10

intepretatif ( subjektif ) adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.8

2. Iklim Komunikasi Organisasi

Sebuah organisasi tentu memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan komunikasi.Komunikasi menjadi hal yang menjadi perhatian utama pada setiap organisasi. Dengan menerapkan komunikasi serta sistem organisasi yang baik, sebuah organisasi dapat menjalankan kehidupannya dengan baik. Dalam hal komunikasi, salah satu poin yang menjadi unsur pokok adalah iklim komunikasi.Hal ini seiring dengan pendapat Redding (1972) yang menyatakan bahwa iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting daripada ketrampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.9

Komunikasi terus menerus yang terjadi pada sebuah organisasi akan berpengaruh pada iklim organisasi yang pada nantinya bermuara pada terbentuknya iklim komunikasi organisasi. Seluruh bagian yang terdapat pada organisasi akan mempengaruhi terbentuknya iklim komunikasi organisasi, baik individu, pembagian tanggung jawab kerja, proses kerja, hingga kondisi lingkungan organisasi. Pace dan Faules (1993) beranggapan bahwa :

“Iklim komunikasi sendiri suatu gejala yang terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur yang terdapat pada sebuah organisasi dan pengaruh unsur tersebut terhadap komunikasi, pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan individu, dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi”.10

8R. Wayne Peace dan Don F. Faules.2002.Komunikasi Organisasi “Stategi Peningkatan Kinerja

Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung, hal. 33

9R. Wayne Peace dan Don F. Faules.2002.Komunikasi Organisasi “Stategi Peningkatan Kinerja

Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung, hal. 148

(11)

11

Selanjutnya Dennis (1975) mengemukakan :

“Iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi”.11

Penelitian yang dilakukan Redding menunjukkan bahwa iklim komunikasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada persepsi karyawan atau anggota organisasi terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan, Redding (Goldhaber 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut, yaitu :

i. Supportiveness atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting, ii. Partisipasi membuat keputusan

iii. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia, iv. Keterbukaan dan keterusterangan,

v. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.12

Semakin mendukung komunikasi yang terjadi di dalam lingkungan organisasi maka semakin banyak orang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, memiliki kepercayaan dan keyakinan dalam atasan mereka, bawahan dan rekan kerja, dapat terbuka, dan memahami tujuan organisasi semakin besar, sehingga akan ada sikap kolektif positif tentang iklim komunikasi.13

3. Produktivitas Kerja

Fatah (1996:15) mengungkapkan bahwa produktivitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan, efisiensi dalam penggunaan sumber daya, sedangkan dalam perilaku produktivitas merupakan sikap mental

11M. Arni. 1992. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara : Jakarta, hal. 86 12 M. Arni. 1992. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara : Jakarta, hal.85 13

Rosli Mohammed and Adnan Hussein. 2012.Communication Climate and Organizational Performances :A Comparison Studies Between Two Public Organizations.Faculty of Communication and Modern Languages University Utara Malaysia

(12)

12

yang selalu berusaha berkembang.14Secara sederhana produktivitas menurut ILO dapat diartikan sebagai perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung.15 Aspek produktivitas merupakan suatu budaya kerja yang wajib terdapat di dalam organisasi.

Menurut Robbins (1990) secara tegas menyatakan bahwa produktivitas kerja menggambarkan suatu perilaku kerja yang ditampakkan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan dan dapat dijelaskan melalui sistem evaluasi atau penilaian kerja.16

Menurut Simamora (2004) menyebutkan faktor-faktor yang dapat digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu.17 Sedangkan menurut Khomsahrial Romli (2011) :

“Produktivitas apabila dilihat dari dimensi individu anggota organisasi berkaitan dengan karakteristik kepribadian seseorang antara lain mempunyai kemampuan mengerjakan tugas yang dibebankan, kreatif, tidak putus asa, mempunyai motivasi kerja, dan inovativ.“18

4. Status Pegawai

Status pegawai jika ditilik dari status kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pegawai tetap dan pegawai tidak tetap.Selanjutnya status pegawai juga dapat dikelompokkan dalam pegawai negri sipil dan pegawai honorer.

“Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur yang secara terus

14 Khomsahrial Romli. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap (edisi revisi). PT. Grasindo : Jakarta,

hal. 166

15 Malayu S.P Hasibuan. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara: Jakarta, hal. 127 16

D. Moeljono. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta, hal. 67

17Simamora.2004 Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagian Penerbitan STIE YKPN : Yogyakarta,

hal. 612

18

Khomsahrial Romli. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap (edisi revisi). PT. Grasindo : Jakarta, hal. 172

(13)

13

menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh dalam pekerjaan tersebut”.19

Hipotesis

1. Terdapat hubungan yang kuat antara iklim komunikasi organisasi dengan produktivitas kerja pegawai dan status pegawai mempengaruhi hubungan diatara variabel tersebut.

Metodologi Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian jenis correlation research. Penelitian ini juga disebut sebagai penelitian hipotesis, meskipun uraiannya mengandung deskripsi, namun sebagai penelitian relational memiliki fokus pembahasan yang terletak pada penjelasan hubungan antar variabel.20Pada penelitian ini, peneliti memilih LPP Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta sebagai lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini populasinya adalah para pegawai di LPP RRI Regional Surakarta sejumlah 297orang.Dalam menentukan jumlah sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel prosentase menggunakan pedoman tabel Yount (1999) dari populasi sebanyak 297, maka prosentase yang representative untuk digunakan adalah sebesar 10%. Setelah dilakukan perhitungan ditemukan 29,7 sampel atau apabila dibulatkan menjadi 30 sampel. Untuk memperkuat hasil penelitian peneliti melakukan penambahan sampel dalam penelitian, penambahan sampel dilakukan sebanyak satu kali dari hasil perhitungan menggunakan tabel Yount, sehingga dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah sebanyak 60 sampel.

Dalam penelitian data yang akan diperoleh memiliki sifat ordinal. Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara berjenjang menurut besarnya.Analisis Korelasi Parsial Rank

19 Diakses dari http://wibowopajak.com/2012/02/pengetian-pegawai-tetap ( diakses pada tanggal

27/04/2014)

(14)

14

Kendall digunakan untuk menghitung data statistik pada penelitian ini karena cocok untuk mengolah data yang bersifat ordinal.

Pada penelitian ini ingin mengetahui sejauhmana hubungan antara variabel independen dengan dependen.

Menurut Guilford (1956:145), terdapat pedoman untuk mengetahui seberapa tinggi atau rendahnya sebuah korelasi antar variabel, koefisien korelasi diartikan secara kasar sebagai berikut :

Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali 0,20 - 0,40 hubungan rendah tetapi pasti 0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti 0,70 - 0,90 hubungan yang tinggi atau kuat

Lebih dari 0,90 hubungan sangat tinggi atau sangat kuat dan dapat diandalkan21

Variabel kontrol pada penelitian ini dihadirkan guna mengetahui sejauh mana hubungan variabel kontrol dapat mempengaruhi hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

a) Jika nilai rxy lebih besar dari nilai rxy.z

Variabel kontrol cenderung lemah dan hal ini berpengaruh lebih kuat hubungan yang terjadi antara variabel x (iklim komunikasi organisasi) dengan variabel y (produktivitas kerja).

b) Jika nilai rxy lebih kecil dari nilai rxy.z

Hal ini berarti variabel kontrol cenderung kuat dan mempunyai pengaruh memperlemah hubungan yang terjadi antara variabel x (iklim komunikasi organisasi) dengan variabel y (produktivitas kerja).

Sajian dan Analisis Data

Setelah melakukan pengolahan data yang didapatkan dari responden pada setiap indikator pada variabel independen, variabel dependen serta variabel

(15)

15

kontrol, maka peneliti dapat menghitung korelasi antar variabel yang terlibat pada peelitian ini.

1. Hubungan Antara Variabel Independen Iklim Komunikasi Organisasi dan Variabel Dependen Produktivitas Kerja Karyawan

Setelah dilakukan perhitungan pada tabel korelasi antara variabel independen dengan dependen maka nilai S diketahui sebesar 310. Sedangkan hasil dari perhitungan banyaknya nilai kembar pada variadel independen adalah 189 dan pada variabel dependen sebesar 196,5. Maka selanjutnya dapat mencari korelasi pangkat menurut Kendall dengan perhitungan sebagai berikut :

r

xy =

S

√½ N (N–1) –Tx√½ N (N–1) –Ty = 310 ½ 60 (60-1) – 189 . ½ 60(60-1) – 196,5 = 310 1770 – 189 . 1770 – 196,5 = 310 1581 . 1573,5 = 310 39,8 . 39,7 = 310 1580,1 = 0,20

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui ada korelasi antara variabel iklim komunikasi organisasi dengan variabel produktivitas karyawan di LPP RRI Surakarta sebesar 0,20. Berdasarkna hasil tersebut, maka hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengna produktivitas karyawan di LPP RRI Surakarta memiliki korelasi yang positif dengan koefisien korelasi antar variabel memiliki hubungan yang rendah.

(16)

16

2. Hubungan Antara Variabel Kontrol Status Karyawan dan Variabel Dependen Produktivitas Kerja

Setelah dilakukan perhitungan pada tabel korelasi antara variabel independen dengan dependen maka nilai S diketahui sebesar 914. Sedangkan hasil dari perhitungan banyaknya nilai kembar pada variadel kontrol adalah 906 dan pada variabel dependen sebesar 203. Maka selanjutnya dapat mencari korelasi pangkat menurut Kendall dengan perhitungan sebagai berikut :

r

xy =

S

√½ N (N–1) –Tz√½ N (N–1) –Ty = 914 ½ 60 (60-1) – 906 . ½ 60(60-1) – 203 = 914 1770 – 906 . 1770 – 203 = 914 864 . 1567 = 914 29,4 . 39,6 = 914 1164,24 = 0,78

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui ada korelasi antara variabel status karyawan dengan variabel produktivitas karyawan di LPP RRI Surakarta sebesar 0,78. Berdasarkna hasil tersebut, maka hubungan antara status karyawan dengan produktivitas karyawan di LPP RRI Surakarta memiliki hubungan yang positif dengan koefisien korelasi antar variabel memiliki hubungan yang kuat.

3. Hubungan Antara Variabel Independen Iklim Komunikasi Organisasi dan Variabel Kontrol Status Karyawan

Setelah dilakukan perhitungan pada tabel korelasi antara variabel independen dengan dependen maka nilai S diketahui sebesar -258. Sedangkan hasil dari

(17)

17

perhitungan banyaknya nilai kembar pada variadel independen adalah 189 dan pada variabel kontrol sebesar 966. Maka selanjutnya dapat mencari korelasi pangkat menurut Kendall dengan perhitungan sebagai berikut :

r

xz =

S

√½ N (N–1) –Tx√½ N (N–1) –Tz = -258 ½ 60 (60-1) – 189 . ½ 60(60-1) – 966 = -258 1770 – 189 . 1770 – 966 = -258 1581 . 864 = -258 39,76 . 29,39 = -258 1168,5 = - 0,22

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui ada korelasi antara variabel iklim komunikasi organisasi dengan variabel status karyawan di LPP RRI Surakarta sebesar – 0,22. Berdasarkna hasil tersebut, maka hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan status karyawan di LPP RRI Surakarta memiliki hubungan yang bersifat negatif dengan koefisien korelasi antar variabel memiliki hubungan yang rendah tetapi pasti.

Untuk pengujian hipotesis, dari perhitungan perbandingan antara koefisien korelasi tata jenjang kendall pada hubungan antara variabel independen dan dependen dengan melibatkan variabel kontrol (rzy) dengan koefisien korelasi tata jenjang kendall pada hubungan antar kedua variabel tersebut tanpa melibatkan variabel kontrol (rxy. z)diketahui nilai rxy adalah 0,20 sedangkan nilai rxy z adalah 0,90. Maka berdasarkan nilai rxy dan rxy z tersebut nilai rxy lebih kecil daripada nilai rxy z, 0,20< 0,90. Dapat disimpulkan keterkaitan variabel kontrol dalam hubungan antara variabel independen dengan dependen adalah “ variabel kontrol cenderung kuat dan

(18)

18

mempunyai pengaruh memperlemah hubungan yang terjadi antara variabel x (iklim komunikasi organisasi) dengan variabel y (produktivitas kerja) “ .

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi dengan produktivitas karyawan di LPP RRI Surakarta dengan nilai korelasi sebesar 0,20, sehingga koefisien korelasi antar kedua variabel memiliki hubungan yang rendah.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara status pegawai dengan produktivitas karyawan di LPP RRI Surakarta dengan nilai korelasi sebesar 0,78, sehingga koefisien korelasi antar kedua variabel memiliki hubungan yang rendah tetapi pasti.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi organisasi dengan status pegawai di LPP RRI Surakarta dengan nilai korelasi sebesar - 0,22, sehingga koefisien korelasi antar kedua variabel memiliki hubungan yang rendah tetapi pasti.

4. Berdasarkan perhitungan nilai rxy dan rxy z ditemukan bahwa nilai rxy lebih kecil daripada nilai rxy z, yaitu 0,20< 0,90. Sehingga dapat disimpulkan keterkaitan variabel kontrol dalam hubungan antara variabel independen dengan dependen adalah “ variabel kontrol (status pegawai) cenderung kuat dan mempunyai pengaruh memperlemah hubungan yang terjadi antara variabel iklim komunikasi organisasi dengan variabel produktivitas kerja “ .

Saran

1. Untuk LPP RRI Surakarta

a. Hendaknya upaya untuk penciptaan iklim komunikasi yang baik senantiasa dijaga. Hal tersebut penting menjadi perhatian terutama bagi pimpinan LPP RRI Surakarta pada khususnya dan para karyawan pada umumnya. Penciptaan iklim komunikasi yang baik tidak semata-mata

(19)

19

untuk menjaga hubungan baik antar pribadi saja, akan tetapi harapan yang lebih besar adalah dapat berimbas pada produktivitas karyawan. b. Dengan memiliki iklim komunikasi yang baik, alangkah lebih bijak jika

produktivitas kerja juga meningkat. Program kerja yang dirasa kurang sesuai dengan visi, misi, dan slogan LPP RRI Surakarta hendaknya segera diperbaiki dan usaha dalam menciptakan sajian siaran yang inovativ, edukatif, dan menghibur lebih ditingkatkan lagi, begitu juga dengan kinerja individu yang terlinbat di dalam manajemen organisasi. c. Hubungan yang baik antara karyawan dengan status PNS dan PBPNS

agar tetap dijaga demi terciptanya iklim organisasi yang baik terkhusus untuk penciptaan iklim komunikasi organisasi yang dapat berimbas pada produktivitas kerja karyawan.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya

Untukpenelitian berikutnya diharapkan dapat melakkan penelitian yang lebih terbarukan dengan tema yang sejenis ataupun penelitian yang lebih lanjut mengenai iklim komunikasi organisasi dan produktivitas karyawan teruatama diLPP RRI Surakarta dengan pembahasan yang lebih mendalam mengenai unsur-unsur tersebut.Alangkah baiknya jika melakukan pra survey mengenai lokasi penelitian terlebih dahulu untuk memperkaya data yang nantinya dibutuhkan dalam penelitian, baik itu data sebagai acuan dasar melakukan sebuah penelitian maupun sebagai sumber data untuk mencapai hasil penelitian.

Daftar Pustaka

Abdullah Masmuh. (2008). Komunikasi Organisasi Dalam Prespektif Teori dan Praktek. UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang: Malang D. Moeljono. (2003). Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. PT. Elex

Media Komputindo : Jakarta

Dan O’Hair, Gustav W. Friedrich, Lynda Dee Dixon. (2009). Strategic Communication In Business ang The Professions ( Edisi KE-6 ). Kencana : Jakarta

Djoko Purwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Erlangga : Jakarta

Jalaluddin Rakhmat. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosda Karya: Bandung

(20)

20

Khomsahria Romli. (2014). Komunikasi Organisasi Lengkap (edisi revisi). PT. Grasindo : Jakarta

Malayu S.P Hasibuan. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara: Jakarta

M. Arni. (1992). Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara : Jakarta Muchdarsyah Sinungan. (2005). Produktivitas. Bumi Aksara : Jakarta

Payaman J. Simanjutak. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. BPFE UI: Jakarta

R. Wayne Peace dan Don F. Faules. (2002).Komunikasi Organisasi “Stategi Peningkatan Kinerja Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung Simamora. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagian Penerbitan STIE

YKPN : Yogyakarta

Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss. (2009). Theories of Human Communication, edisi 9. Salemba Humanika : Jakarta

Widodo Muktiyo. (2010). Menjadi Profesional dan Komunikatif di Kantor. Citra Emas Press : Surakarta

Rosli Mohammed and Adnan Hussein. (2012). Communication Climate and Organizational Performances : A Comparison Studies Between Two Public Organizations. Faculty of Communication and Modern Languages University Utara Malaysia

http://wikipedia.org http://wibowopajak.com/2012/02/pengetian-pegawai-tetap http://eprints.upnjatim.ac.id/1019/1/FILE_1.pdf http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21861/1/FITRI%20SU SILAWATI-FDK.PDF http://www.ijser.org/researchpaper%5CThe-Role-of-Communication-Climate-in-Organizational-Effectiveness.pd

Referensi

Dokumen terkait

yang tidak dituangkan dalam perjanjian kinerja akan tetapi kegiatan tersebut setiap tahunnya dilaksanakan yaitu “urusan wajib di setiap SKPD” program “Pelayanan

Pada jenjang Magister (S2), seorang mahasiswa harus menyelesaikan beban studi sekurang-kurangnya 36 (tiga puluh enam) SKS dan sebanyak-banyaknya 50 (lima puluh) SKS yang

Maka pada perhitungan diatas, output yang diambil adalah yang memiliki nilai x dari rata-rata terbesar atau MOM, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada jalur

Berdasarkan latar belakang proyek dan permasalahan yang ditulis oleh penulis, yaitu diperlukan lokasi / tempat yang masih memiliki potensi kualitas udara yang

Contoh penggunaan teknik maserasi dan sokletasi dalam ekstraksi fitokimia telah dilakukan antara lain adalah penelitian yang dilakukan Asih (2009), Isolasi dan Identifikasi

Prabowo memang digambarkan mempunyai karakter kuat, tegas, karismatik, nasionalis, menawan, cepat mengambil keputusan sebagai bagian dari elemen keterpercayaan, tetapi sosok

(2008) research which studied about consumers’ confusion effect to their preference and purchase of local and foreign brands and also how brand knowledge took a role as mediator

[r]