• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran jigsaw II dalam upaya meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa pada pokok bahasan hukum II termodinamika di kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran jigsaw II dalam upaya meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa pada pokok bahasan hukum II termodinamika di kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon."

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Jenny Resty Harjanti. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw II Dalam

Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hukum II Termodinamika di Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar siswa SMA Negeri 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II; (2) peningkatan minat belajar siswa SMA Negeri 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II.

Sampel penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5. Kleas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang diberi treatment dengan model pembelajaran Jigsaw II, sedangkan XI IPA 5 sebagai kelas control yang diberi

pembelajaran dengan metode ceramah. Instrumen yang digunakan berupa pre-test

dan post-test serta angket. Hasil prestasi belajar berdasarkan pre-test dan post-test

sedangkan hasil minat belajar berdasarkan angket yang dianalisis secara statistik yang dibantu oleh program SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw II lebih efektif untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri 7Cirebon daripada menggunakan metode ceramah.

(2)

ABSTRACT

Jenny Resty Harjanti. 2015. Application of The Learning Model of Jigsaw II In

Effort to Improve Interest and Student Achievement about Second Law of Thermodynamics in Class XI IPA of SMA Negeri 7 Cirebon. Thesis. Yogyakarta : Physical Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aims to know : (1) the development of student achievement of SMA Negeri 7 Cirebon in physics learning process with a model Jigsaw II; (2) the development of student interest of SMA Negeri 7 Cirebon in the learning process of physics with models Jigsaw II.

Samples were students in XI IPA 4 and XI IPA 5. Class XI IPA 4 as an experimental class by treatment with learning model Jigsaw II, while XI IPA 5 as the control class by learning by lecture method. Instruments used are the form of

pre-test , post-test and questionnaire. The result of student achievement based on

pre-test and post-test while the result of student interest based on questionnaire have been stastically analyzed using SPSS 17.

The result showed that the application of the learning model Jigsaw II more effectively to improve student learing achievement and interest in class XI of SMA Negeri 7 Cirebon than the lecture method.

(3)

i

BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

HALAMAN JUDUL

oleh

JENNY RESTY HARJANTI NIM : 111424020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW II DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7

CIREBON

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

oleh:

Jenny Resty Harjanti NIM: 111424020

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Tanggal: 18 Agustus 2015

(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW II DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7

CIREBON

oleh:

Jenny Resty Harjanti NIM: 111424020

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 31 Agustus 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(6)

iv

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki

Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

(1 Tesalonika 5 : 18)

“Obstacles don’t have to stop you. If you run into a wall, don’t turn

around and give up. Figure out how to climb it, go through it, or work

around it”

-Michael Jordan-

Karya ini saya persembahkan kepada:

1) Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2) Keluarga yaitu Yohanes Suminta.S.IP, dan Sri Suharni, S.Pd Kedua kakak saya, Yohan Hari Santi, S.E, dan Nopi Hary Sumyat, A.Md.Akt serta adik saya, Mega Yuniar

Cristanti.

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ………

Penulis

(8)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Jenny Resty Harjanti

NIM : 111424020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW II DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7

CIREBON

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: ……….. Yang menyatakan

(9)

vii

Jenny Resty Harjanti. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw II Dalam Upaya

Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hukum II Termodinamika di Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar siswa SMA N 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II; (2) peningkatan minat belajar siswa SMA N 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II.

Sampel penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5. Kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang diberi treatment dengan model pembelajaran Jigsaw II, sedangkan XI IPA 5 sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah. Instrumen yang digunakan berupa pre-test dan post-test serta angket. Hasil prestasi belajar

berdasarkan pre-test dan post-test sedangkan hasil minat belajar berdasarkan angket yang

dianalisis secara statistik yang dibantu oleh program SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw II lebih efektif untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon daripada menggunakan metode ceramah.

(10)

viii

Jenny Resty Harjanti. 2015. Application of The Learning Model of Jigsaw II In Effort to

Improve Interests and Student Achievement about Second Law of Thermodynamics in Class XI IPA of SMAN 7 Cirebon. Thesis. Yogyakarta: Physical Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aims to know: (1) the development of student achievement of SMA N 7 Cirebon in physics learning process with a model Jigsaw II; (2) the development of student interest of SMA N 7 Cirebon in the learning process of physics with models Jigsaw II.

Samples were students in XI IPA 4 and 5. Class XI IPA 4 as an experimental class by treatment with a learning model Jigsaw II, while XI IPA 5 as the control class by learning by lecture method. Instruments used are the form of pre-test, post-test and questionnaire. The result of student achievement based on pre-test and post-test while the result of student interest based on questionnaire have been stastically analyzed using SPSS 17.

The results showed that the application of the learning model of Jigsaw II more effectively to improve student learning achievement and interest in class XI of SMAN 7 Cirebon than the lecture method.

(11)

ix

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw II Dalam Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada

Pokok Bahasan Hukum II Termodinamika di Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon”. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan

Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Pendidikan Fisika yang telah memberikan semangat, saran, arahan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

3. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., sebagai dosen pembimbing yang dengan

pengertian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, motivasi, serta berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dalam

memperlancar surat perizinan penelitian.

5. Bapak Nendi, S.Pd. MM, selaku kepala SMAN 7 Cirebon yang telah memberikan izin

penelitian.

6. Ibu Farikoh, S.Pd., sebagai guru pembimbing yang telah membantu dan memberikan

masukan selama penelitian dan sebagai validator yang bersedia memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam pembuatan instrumen soal, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 SMAN 7 Cirebon yang telah bersedia menjadi

(12)

x

dan Nopi Hary Sumyat, A.Md.Akt serta adik saya, Mega Yuniar Cristanti, yang selalu mendorong penulis untuk maju.

9. Teman-teman kelompok penelitian, Yoana Maria Vianey, S.Pd, Ginanjar Alvi Mubaroq

dan Ign. Mayo Aquino Pang, terima kasih atas dukungannya.

10. Kekasih saya yang tercinta, Johan Pamungkas, S.Pd yang senantiasa memberikan

semangat dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi.

11. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma yang telah

berjuang dalam kebersamaan guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas pengalaman-pengalaman indah yang selama ini kita bangun bersama.

Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon masukan, kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, Agustus 2015

(13)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

A. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II ... 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

2. Model Pembelajaran Jigsaw II ... 10

3. Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw II ... 12

B. Minat Belajar ... 15

1. Minat Belajar ... 15

2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 19

3. Fungsi Minat Dalam Belajar ... 21

C. Prestasi Belajar ... 23

1. Belajar ... 23

2. Prestasi Belajar ... 24

3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26

(14)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Populasi dan Sampel ... 39

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

D. Treatment ... 40

E. Instrumen ... 42

F. Metode Analisis Data ... 47

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA ... 55

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 55

1. Pelaksanaan di kelas eksperimen (Jigsaw II) ... 56

a. Jumat, 15 Mei 2015 ... 56

b. Rabu, 20 Mei 2015 ... 58

c. Jumat, 22 Mei 2015 ... 62

2. Pelaksanaan di kelas kontrol (Ceramah Aktif)... 63

B. Data dan Analisis ... 68

C. Pembahasan ... 90

D. Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 96

(15)

xiii

Tabel 3. 1 Kisi-kisi soal pre-test dan post-test ... 44

Tabel 3. 2 Kisi-kisi angket minat belajar ... 46

Tabel 3. 3 Skoring soal nomor 1 ... 47

Tabel 3. 4 Skoring soal nomor 2 ... 48

Tabel 3. 5 Skoring soal nomor 3 dan 4 ... 48

Tabel 3. 6 Skoring soal nomor 5 ... 49

Tabel 3. 7 Kategori Minat Belajar Siswa ... 53

Tabel 4. 1 Pelaksanaan Penelitian ... 55

Tabel 4. 2 Nilai Pre-test Kedua Kelas ... 68

Tabel 4. 3 Perbandingan Tes Pre-test Siswa Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 4. 4 Data Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4. 5 Perbandingan nilai pre-test dan post-test kelas kontrol ... 73

Tabel 4. 6 Data Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ... 73

Tabel 4. 7 Perbandingan nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen ... 75

Tabel 4. 8 Nilai Post-test Kedua Kelas ... 76

Tabel 4. 9 Perbandingan Post-test Siswa Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 4. 10 Skor Minat Belajar AwalKedua Kelas ... 79

Tabel 4. 11 Perbandingan Minat Belajar Awal Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 4. 12 Minat Belajar Awal dan Minat Belajar Akhir Kelas Kontrol ... 81

Tabel 4. 13 Perbandingan minat belajar awal dan minat belajar akhir kelas kontrol... 83

Tabel 4. 14 Data Minat Belajar Awal dan Minat Belajar Akhir Kelas Eksperimen ... 84

Tabel 4. 15 Perbandingan minat belajar awal dan minat belajar akhir siswa kelas eksperimen ... 85

Tabel 4. 16 Minat Belajar AkhirKedua Kelas ... 86

Tabel 4. 17 Perbandingan Minat Belajar Siswa Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 88

Tabel 4. 18 Kategori Minat Belajar Awal Siswa ... 89

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema mesin kalor. ... 29

Gambar 2. 2 Siklus Carnot ... 30

Gambar 4. 1 Aktivitas siswa mengerjakan pre-test ... 57

Gambar 4. 2 Aktivitas siswa dalam kelompok homogen ... 59

Gambar 4. 3 Aktivitas siswa dalam kelompok heterogen ... 60

Gambar 4. 4 Aktivitas siswa mengerjakan latihan soal ... 61

Gambar 4. 5 Aktivitas siswa mengerjakan post-test dan angket minat belajar ... 63

Gambar 4. 6 Aktivitas siswa mengerjakan pre-test ... 64

Gambar 4. 7 Aktivitas siswa mengerjakan latihan soal ... 65

Gambar 4. 8 Aktivitas siswa mengerjakan post-test dan angket minat belajar...68

(17)

xv

Lampiran 1. Surat Perijinan Penelitian ... 99

Lampiran 2. RPP untuk Metode Ceramah Aktif ... 101

Lampiran 3. RPP untuk Model Pembelajaran Jigsaw II ... 105

Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa ... 109

Lampiran 5.Soal Pre-test dan Post-test ... 110

Lampiran 6. Angket Minat Belajar Siswa ... 116

Lampiran 7. Rincian Nilai Pretest dan Posttest ... 119

Lampiran 8. Rincian Skor Minat Belajar Siswa ... 123

Lampiran 9. Contoh hasil pre-test dan post-test kelas kontrol ... 131

Lampiran 10. Contoh hasil pre-test dan post-test kelas eksprimen ... 134

Lampiran 11. Contoh hasil angket minat belajar siswa kelas kontrol ... 137

Lampiran 12. Contoh hasil angekt minat belajar siswa kelas eksperimen ... 139

Lampiran 13. Lembar Validitas Soal ... 141

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan sudah tidak asing lagi dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau akrab disebut Kurikulum 2006. Persoalan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing (Mulyasa, 2009 : 178).

Menurut Prasetyo Utomo (dalam Susilo, 2007 : 96) keuntungan yang bisa diraih guru dengan Kurikulum 2006 ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi peserta didik dengan menyediakan aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar. Dalam KTSP terdapat beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi agar peserta didik dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh

tanggung jawab. Salah satu aspek tersebut adalah minat (interest).

(19)

menyuruh (Syaiful, 2011 : 191). Minat juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa salah satunya adalah faktor sekolah yaitu meliputi strategi dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Adapun model dan strategi pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada Kurikulum 2006 dan mungkin dapat meningkatkan minat belajar peserta didik, salah satunya model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Cooperative learning identik dengan belajar berkelompok yang tentu bukan hal baru dalam dunia pendidikan. Kelompok belajar kooperatif adalah kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk memaksimalkan belajar antara peserta didik sehingga lebih memusatkan pembelajaran pada peserta didik (student center). Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab mereka terhadap kontribusi dalam usaha mencapai tujuan dan bantuan untuk anggota yang membutuhkan. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw.

(20)

mereka terlibat secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara kelompok. Mereka pun dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing sehingga dapat menimbulkan minat belajar. Sementara itu, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam berdiskusi (Hosnan : 248). Adapun tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Slavin yaitu Jigsaw II. Jigsaw II prinsipnya sama seperti Jigsaw orisinal. Dalam Jigsaw orisinal, para peserta didik membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya, sehingga tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Sedangkan dalam Jigsaw II, semua peserta didik membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan tujuan tipe Jigsaw II selain mencapai prestasi belajar peserta didik yang maksimal dapat juga untuk meningkatkan minat belajar peserta didik.

(21)

Oleh karena itu peneliti menerapkan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yaitu tipe pembelajaran Jigsaw II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan model Jigsaw II. Keefektifan yang dimaksud mencangkup minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon

pada pokok bahasan hukum II Termodinamika sebelum proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon

sesudah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMAN

7 Cirebon pada pokok bahasan hukum II Termodinamika dalam proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?

4. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon

antara yang menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika?

5. Bagaimana tingkat minat belajar siswa kelas XI SMAN 7

(22)

6. Bagaimana tingkat minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pada pokok bahasan hukum II Termodinamika setelah proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?

7. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kelas XI SMA N 7

Cirebon pada pokok bahasan hukum II Termodinamika dalam proses pembelajaran dengan tipe Jigsaw II ?

8. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon

antara yang menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok

bahasan hukum II Termodinamika sebelum proses

pembelajaran dengan model Jigsaw II.

2. Prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok

bahasan hukum II Termodinamika sesudah proses

pembelajaran dengan model Jigsaw II.

3. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon

(23)

4. Prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon antara yang menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika.

5. Minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok bahasan

hukum II Termodinamika sebelum proses pembelajaran dengan model Jigsaw II.

6. Minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok bahasan

hukum II Termodinamika setelah proses pembelajaran dengan model Jigsaw II.

7. Peningkatan minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon

pokok bahasan hukum II Termodinamika dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw.

8. Minat belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon antara yang

menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, hasil penelitian menambah wawasan metode

(24)

2. Secara praktis :

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam mengevaluasi proses pembelajaran di kelas yang telah dilakukan dan hasil belajar yang telah dicapai dalam rangka meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang ada di SMA N 7 Cirebon

b. Bagi Guru

Pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II dapat menjadi salah satu referensi metode mengajar oleh guru-guru untuk dapat dikembangkan dalam proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

c. Bagi Penelitian

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2010:

202).

Nurulhayati (dalam Rusman, 2010: 204) mengemukakan

lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu : (1)

ketergantungan yang positif, (2) pertanggungjawaban

individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka dan (5) evaluasi proses kelompok.

Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerjasama yang sangat erat kaitan antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

(26)

anggota kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain di mana siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja sama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni : (1)

(27)

pembelajaran kooperatif kecuali ada peningkatan prestasi

belajar siswa (student achievement, adadampak lain yaitu sikap

toleransi dan menghargai pendapat orang lain.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki

adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru

menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Sanjaya dalam Rusman, 2010: 206).

2. Model Pembelajaran Jigsaw II

Tipe pembelajaran Jigsaw awalnya dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978). Arti Jigsaw dalam bahasa

Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya puzzle

yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah

gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar

dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2010: 217).

(28)

218) “pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model

belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja saling bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”.

Pembelajaran kooperatif sendiri adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok. Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain (Rusman, 2010: 218).

Tipe Jigsaw Aronson yang orisinal mirip dengan Jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan penting. Dalam Jigsaw orisinal, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para “ahli” menguasai

(29)

dengan format Jigsaw. Sedangkan dalam Jigsaw II semua siswa membaca semua materi , yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah.

3. Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw II

Menurut Johnson (Hosnan, 2014: 248) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Adapun langkah-langkah kegiatan Jigsaw sebagai berikut :

a. Persiapan

1) Materi

Untuk membuat materi Jigsaw II, ikuti langkah-langkah berikut :

Pilihlah satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya

(30)

2) Membagi siswa ke dalam tim

Membagi para siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota. Tim heterogen yang dimaksud adalah tim yang terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, siswa yang berprestasi sedang dan siswa berprestasi rendah, dan jika memungkinkan dalam tim jumlah siswa laki-laki dan perempuannya seimbang.

3) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli

Setelah siswa membaca materi dan mendapatkan tugasnya masing-masing, maka siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok ahli. Kelompok-kelompok ahli ini terdapat siswa-siswa yang mendapatkan tugas yang sama . b. Jadwal Kegiatan

Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran :

1) Membaca

Mendistribusikan teks materi dan biarkan siswa membacanya, kemudian membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa. Hal ini dapat membantu siswa untuk mendapat “gambaran besar” sebelum mereka membaca

(31)

2) Diskusi kelompok ahli

Tunjuklah seorang pemimpin diskusi untuk setiap

kelompok ahli. Pemimpin diskusi tidak harus siswa dengan kemampuan yang baik, dan semua siswa suatu saat harus punya kesempatan untuk mengisi peran ini. Tugas pemimpin ini adalah untuk memoderatori diskusi.

Biarkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik mereka dalam kelompok ahlinya masing-masing. Para siswa harus sudah pernah mencoba menemukan informasi tentang topik mereka dari teks-teks yang didapatkan, dan mereka harus berbagi informasi tersebut dengan kelompoknya. Anggota kelompok harus mencatat semua poin yang didiskusikan.

Sementara kelompok ahli bekerja, guru harus

(32)

3) Laporan tim

Para siswa harus kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap untuk mengajari topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Mereka harus mengambil waktu sekitar lima menit untuk mengulang kembali semua yang telah mereka pelajari mengenai topik mereka dari bacaan mereka dan dari diskusi dalam kelompok ahli. Apabila dua tim memiliki topik yang sama, maka mereka harus melakukan presentasi bersama.

Tekankan kepada para siswa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga sebagai pendengar yang baik.

4) Tes

Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencangkup semua topik.

5) Rekognisi tim

Perhitungan skor kelompok dan menentukan

penghargaan kelompok.

B. Minat Belajar 1. Minat Belajar

(33)

mereka masing-masing. Sebagian dari pandangan tersebut adalah sebagai berikut (Khairani, 2013: 136) :

a) Menurut Kamisa (1997) minat diartikan sebagai kehendak,

keinginan atau kesukaan.

b) Menurut Hurlock (1999), minat merupakan sumber motivasi

yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

c) Menurut Sutjipto (2001) bahwa minat adalah kesadaran

sesorang terhadap suatu objek, orang masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

d) Menurut John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai

(34)

perhatian dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi.

Akhirnya berdasarkan beberapa pengertian minat menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan adanya ketertarikan subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu ( Syaiful, 2011: 167).

(35)

Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, dalam Khairani, 2013: 143).

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, dalam Khairani, 2013: 143).

Minat melahirkan perhatian spontan yang menungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie dalam Khairani, 2013: 143).

Menurut Safari indikator minat ada empat, yaitu a. perasaan senang, b. ketertarikan siswa, c. perhatian siswa dan d. keterlibatan siswa (Safari, 2003). Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut :

a) Perasaan senang

(36)

mempelajari ilmu yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut

b) Ketertarikan siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

c) Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa

terhadap pengamatan dan pengertian, dengan

mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

d) Keterlibatan siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang

mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

(37)

yang sama (Crow, 1973, dalam Khairani, 2013: 139). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. The factor inner urge

Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

b. The factor of social motive

Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula.

c. Emosional factor

(38)

Menurut Milton (Khairani, 2013: 140) minat dibagi menjadi dua yaitu:

(1) Minat subyektif: perasaan yang menyatakan bahwa

pengalaman –pengalaman tertentu yang bersifat

menyenangkan.

(2) Minat obyektif: reaksi yang merangsang

kegiatan-kegiatan dalam lingkungannya.

Menurut Samsudin (Khairani, 2013: 140) minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri dari 2 macam yaitu :

(1) Minat spontan: minat yang timbul dengan sendirinya

secara langsung

(2) Minat yang disengaja : minat yang dimiliki karena

dibangkitkan atau ditimbulkan.

3. Fungsi Minat Dalam Belajar

Tak bisa dibantah bahwa minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Peranan dan fungsi penting minat dengan pelaksanaan belajar atau studi, antara lain, ialah :

a) Minat memudahkan terciptanya konsentarsi

Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar

dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang

(39)

pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.

b) Minat mencegah gangguan perhatian di luar

Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, itu disebabkan karena minat belajarnya kecil.

c) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Misalnya, jika kita membaca suatu bacaan dan didukung oleh minat yang kuat maka kita pasti akan bisa mengingatnya dengan baik walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, suatu bahan bacaan yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat.

d) Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri

(40)

hanya menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.

C. Prestasi Belajar 1. Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar dapat didefinisikan secara sederhana sebagai “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan

perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan sebagainya.

Muhibbin (Khairani, 2013: 4) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Winkel (dalam Khairani, 2013: 4) belajar adalah proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaanatau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan dilakukan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Ngalim Purwanto (dalam Khairani, 2013: 4) menyatakan bahwa belajar memiliki empat unsur :

1) Perubahan dalam tingkah laku

(41)

3) Perubahan relative mantap/ permanen

4) Perubahan meliputi fisik dan psikis

Cronbach (dalam Syaiful, 2011: 13) berpendapat bahwa :

“Learning is shown by change in behaviour as a result of experience.”

Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Dengan memperhatikan perumusan-perumusan tentang

pengertian belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan kebiasaan yang bersifat relatif konstan/ tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek (Khairani, 2013: 5).

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah ini sering digunakan untuk sebutan penilaian dari hasil belajar, dimana penilaian ini digunakan oleh guru untuk mengukur seberapa besar siswa mampu menerima materi yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(42)

karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43), prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajarnya dalam kurun waktu tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, siswa dikatakan mempunyai prestasi belajar tinggi bila banyak tujuan yang dicapai. Indikator yang menunjukkan bahwa siswa mempunya prestasi belajar tinggi dapat diketahui dari aspek ingatan, aspek penerapan, dan aspek analisis sintesis (Rosalina, 2007: 32).

(43)

suatu institusi pendidikan dan indikator daya serap (kecerdasan peserta didik).

3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekaliartinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya.

a. Yang tergolong faktor internal adalah :

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat

bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh terdiri atas :

a) Faktor intelektif yang meliputi :

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang

telah dimiliki.

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur

(44)

minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Yang tergolong faktor eksternal, ialah :

1) Faktor sosial yang terdiri atas :

a) Lingkungan keluarga;

b) Lingkungan sekolah;

c) Lingkungan masyarakat;

d) Lingkungan kelompok;

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan

teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah,

fasilitas belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

D. Hukum II Termodinamika 1. Hukum II Termodinamika

Hukum II Termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat berlangsung dan perubahan energi mana yang tidak dapat berlangsung. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Rudolf Clausius (1882-1888) menyatakan rumusan Clausius tentang hukum II termodinamika dengan pernyataan aliran kalor

(45)

benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam

arah kebalikannya”

2. Hukum II Termodinamika dinyatakan dalam bentuk entropi :

“Total entropi jagat raya tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel”

3. Kelvin dan Planck menyatakan rumusan yang setara sehingga

dikenal rumusanKelvin-Planck tentang hukum II termodinamika

tentang mesin kalor : “Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata

menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya

menjadi usaha luar”.

a. Mesin Kalor

(Saripudin,2009) Mesin kalor adalah mesin yang mengubah energi panas menjadi energi mekanik. Ide dasar mesin kalor adalah fakta bahwa energi mekanik dapat diperoleh dari energi termal dengan membiarkan sejumlah kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Dalam proses ini, sebagian kalor akan diubah menjadi kerja mekanik.

Mesin kalor bekerja melalui suatu proses siklus meliputi langkah-langkah berikut ini.

 Kalor diserap dari reservoir suhu tinggi sehingga

(46)

 Energi dalam itu dikonversi menjadi usaha mekanik

(menggerakkan piston)

 Sisa energi/ kalor dialirkan ke reservoir suhu rendah

Gambar 2. 1 Skema mesin kalor. Mesin menyerap kalor QH dari

reservoir panas (suhu tinggi), menghasilkan kerja W, dan melepas kalor QC ke

reservoir dingin (suhu rendah).

Jika kalor diberikan oleh reservoir suhu tinggi yang bersuhu T1 adalah Q1, kalor yang diterima reservoir suhu rendah pada

suhu T2 adalah Q2; pada mesin kalor berlaku persamaan Q1 =

W + Q2 atau

W = Q1 – Q2 (1) Suatu mesin kalor memiliki efisiensi atau nilai daya guna tertentu. Efisiensi menunjukkan banyaknya porsi kalor yang diserap mesin dari reservoir suhu tinggi (Q1) yang berhasil diubah menjadi kerja mekanik (W).

(47)

η =

(2)

Dengan W = Q1– Q2, rumus efesiensi mesin kalor dapat

pula dinyatakan dengan

η = = 1 -

(3)

b. Siklus Carnot

(Foster, 2009: 194-195) Pada tahun 1824, seorang insinyur

Prancis bernama Sadi Carnot (1796-1932) memperkenalkan

metode baru untuk meningkatkan efisiensi suatu mesin. Metode itu menggunakan siklus yang melibatkan dua proses isotermik dan dua proses adiabatik. Siklus semacam itu disebut siklus Carnot dan mesin yang menerapkan siklus itu disebut mesin Carnot.

Perhatikan skema siklus Carnot pada gambar 2.

(48)

(1)Proses A-B merupakan pemuaian (ekspansi) secara

isotermal pada T1. Selama proses ini, gas menyerap kalor

Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan uaha WAB.

(2)Proses B-C merupakan pemuaian secara adiabatik. Selama

proses ini, suhu gas turun dari T1 menjadi T2 sambil

melakukan usaha WBC.

(3)Proses C-D adalah merupakan pemampatan (kompresi)

secara isotermal pada suhu T2. Selama proses ini, gas

melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2 dan

melakukan usaha WCD.

(4)Proses D-A merupakan pemampatan secara adiabtik.

Selama proses ini, suhu gas naik dari T2 ke T1 sambil

melakukan usaha WDA.

Proses pemuaian isotermal (A-B) menyerap kalor Q1 dan

proses pemampatan isotermal (C-D) melepas kalor Q1. Usaha

yang dilakukan sama dengan : W = Q1 – Q2.

Efisiensi mesin Carnot η, seperti pada mesin kalor,

merupakan perbandingan antara kerja yang dilakukan (W) dan

kalor yang diserap mesin Q1.

(49)

Menurut Kelvin, perbandingan temperatur dua reservoir akan sama dengan perbandingan kalornya;

=

Dengan demikian, efisiensi mesin Carnot dapat diungkapkan dalam bentuk :

η = 1 - (4)

c. Mesin Pendingin

(Saripudin, 2009) Prinsip kerja mesin pendingin atau lemari es berkebalikan dengan mesin kalor. Mesin pendingin

menyerap kalor dari reservoir dingin (Q2). Kompresor

melakukan usaha mekanik (W) untuk membuang kalor ke reservoir panas. Dalam kasus ini juga berlaku persamaan

Q1 = W + Q2 atau W = Q1 – Q2 (5) Jika mesin kalor menghasilkan kerja positif, pada mesin pendingin terjadi sebaliknya; mesin pendingin menghasilkan kerja negatif. Mesin pendingin dapat berupa refrigerator

maupun AC (air conditioner).

Tujuan setiap mesin pendingin adalah mengambil sebanyak

mungkin kalor dari reservoir dingin (Q2) dengan kerja (W)

(50)

Kerja yang diperlukan dapat diperoleh dari energi listrik yang kita bayar setiap bulan. Kita perlu memilih mesin pendingin yang efisien agar kita dapat mengehemat biaya listrik.

Tingkat efektivitas mesin pendingin dinyatakan dengan koefisien kerja (K). Untuk sejumlah kerja W yang diberikan

untuk mengalirkan kalor sebanyak Qc dari reservoir dingin,

koefisien kinerjanya dirumuskan dengan

K =

(6)

atau

K

=

atau

K

=

(7)

Pada lemari pendingin (refrigerator), reservoir dinginnya adalah ruang di dalam refrigerator, sedangkan reservoir panasnya adalah ruang di luar refrigerator. Kalor dari reservoir

dingin (Q2) adalah kalor dari bahan makanan atau benda di

dalam lemari pendingin yang akan dikeluarkan. Kalor pada

reservoir panasnya (Q1) adalah kalor yang dilepas ke udara di

luar lemari pendingin. Kerja (W) diperoleh dari energi listrik.

d. Entropi

(51)

“Total entropi jagat raya tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel”

Proses termodinamika yang berlangsung secara alami

seluruhnya adalah proses ireversibel. Proses ireversibel

adalah proses yang berlangsung secara spontan ke satu arah, tetapi tidak ke arah sebaliknya. Aliran kalor dari benda panas ke benda dingin adalah ireversibel. Buku yang meluncur di meja mengubah energi mekanik menjadi kalor melalui gesekan. Proses ini ireversibel karena proses yang sebaliknya tidak pernah terjadi ( buku yang semula diam di meja tiba-tiba meluncur dan buku serta meja menjadi dingin kembali).

Selain proses ireversibel, terdapat juga proses ideal yang

dapat berlangsung secara bolak-balik yang disebut proses

reversibel, yaitu perubahan keadaan apapun yang dapat terjadi

dapat dibalik (dibuat berlangsung pada arah sebaliknya) hanya dengan membuat perubahan sangat kecil pada sistem. Contoh proses reversibel adalah kalor yang mengalir diantara dua benda dengan perbedaan suhu yang sangat kecil. Proses ini dapat dibalik hanya dengan membuat perubahan sangat kecil pada salah satu suhu atau yang lainnya.

(52)

termal. Penambahan panas dalam suatu benda akan meningkatkan ketidakteraturannya karena akan menambah kecepatan molekul rata-rata serta keacakan gerakan molekul.

Entropi adalah suatu ukuran kuantitatif dari ketidakteraturan. Untuk mengenal konsep ini, tinjau suatu ekspansi (pemuaian) isotermal yang sangat kecil pada gas

ideal. Kita tambahkan panas dQ dan kita biarkan gas

berekspansi secukupnya untuk menjaga suhu agar konstan. Karena energi dalam suatu gas ideal hanya bergantung pada suhu, maka energi dalam juga akan konstan. Dari hukum

pertama, dW yang dilakukan gas setara dengan panas dQ yang

ditambahkan, yaitu :

dQ = dW = pdV = dV

maka :

=

Gas berada dalam keadaan lebih tidak teratur setelah berekspansi karena molekul bergerak dalam volume yang lebih besar dan memiliki keacakan posisi. Fraksi perubahan volume

dV/Vadalah ukuran naiknya ketidakteraturan dan persamaan di

atas menunjukkan bahwa hal itu berbanding lurus dengan

dQ/T. Kita memakai lambang S untuk entropi sistem dan

(53)

proses reversibel yang sangat kecil pada suhu T sebagai berikut

dS = (8)

Jika jumlah panas total Q ditambahkan selama proses isotermal

reversibel pada suhu mutlak T, perubahan entropi total ∆S = S2

– S1dinyatakan dengan

S = S2– S1 = (9)

E. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang sudah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian Cicilia Ari Susanti (2012) yang berjudul

“Peningkatan Pemahaman Materi Pengukuran dengan Metode

Pembelajaran Jigsaw II pada Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta”. Persamaan dari penelitian ini adalah sama

(54)

menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan pemahaman mengenai materi Pengukuran. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t melalui SPSS yang signifikan dimana = .000 <

= 0,5 menunjukkan jika postes lebih baik dari pretes yaitu

ada peningkatan. Dari hasil perhitungan uji t didapatkan trel =

-9,966 dengan df = 32, tcrit = 2,042 dengan level signifikan = 0,05, hasil memperlihatkan bahwa |trel| > tcrit sehingga hasil ini signifikan, artinya 2 kondisi dari kelompok ini berbeda di mana ada peningkatan hasil belajar siswa.

F. Kaitan Teori dengan Permasalahannya

Untuk melaksanakan penelitian ini dengan baik, penulis menggunakan berbagai macam dasar teori yang terkait dengan penelitian ini. Oleh karena penelitian ini berkaitan dengan minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Jigsaw II dan topik pembelajaran, maka penulis menggunakan dasar/ landasan teori yang relevan dengan hal-hal tersebut. Teori-teori tersebut dapat dilihat di subbab sebelum ini. Berdasarkan teori-teori yang telah dibaca penulis, maka penulis dapat merangkum atau mengambil kesimpulan yang dapat dikaitkan dengan hal-hal yang akan diteliti.

(55)

Apabila kedua model pembelajaran terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, maka nilai prestasi belajar siswa harus diuji lagi untuk melihat model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Teori-teori yang disajikan di depan merupakan teori untuk mendukung penelitian. Teori-teori tersebut mendasari dalam pembuatan instrumen, treatment, analisis data, dan kesimpulan.

Teori tentang minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Jigsaw II dan pokok bahasan Hukum II Termodinamika mendasari tentang penerapan model pembelajaran Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Hukum II Termodinamika di kelas XI SMA Negeri 7 Cirebon.

Teori minat belajar juga mendasari pembuatan angket minat belajar siswa.

(56)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

eksperimental kuantitatif. Penelitian eksperimental merupakan

penelitian dengan memberikan perlakuan pada partisipan. Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran dengan model Jigsaw II. Setelah diberi perlakuan, variabel kemudian diukur dengan instrumen yang telah dibuat. Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti menggunakan kelas kontrol supaya dapat mengetahui pengaruh penggunaan model Jigsaw II terhadap kelas eksperimen. Pada kelas kontrol, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran ceramah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk skor atau angka yang diberikan penjelasan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok yang lebih besar dimana hasil penelitian diharapkan berlaku, semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno, 2010: 43). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMAN 7 Cirebon.

2. Sampel

(57)

yang berjumlah 30 siswa dan XI IPA 5 SMAN 7 Cirebon yang berjumlah 29 siswa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Cirebon, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan antara minggu 5 bulan April s/d minggu ke-4 bulan Mei 2015.

D. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51). Pada penelitian ini treatment diberikan kepada kelas eksperimen atau kelas yang akan diuji. Kelas kontrol akan belajar menggunakan metode ceramah aktif dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Jigsaw II sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Jigsaw II

Di kelas eksperimen, diterapkan model pembelajaran Jigsaw II dan materi yang akan diajarkan adalah Termodinamika. Proses pembelajarannya adalah :

a. Persiapan

1) Materi yang digunakan berupa buku teks dan sumber

(58)

2) Penempatan siswa ke dalam tim

Prosedur penempatan siswa ke dalam tim harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: setiap tim terdiri dari 4-5 siswa yang terbagi atas siswa yang memiliki intelegensi tinggi, sedang dan rendah.

b. Kegiatan

1) Peneliti membagi siswa ke dalam kelompok heterogen dan

mendistribusikan teks materi dan membiarkan siswa membacanya, kemudian membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa.

2) Siswa berkumpul dengan tim ahli atau kelompok homogen

kemudian menunjuk seorang pemimpin diskusi untuk

setiap kelompok ahli. Para siswa mendiskusikan topik-topik mereka dalam kelompok ahlinya masing-masing.

3) Setelah selesai berdiskusi dengan tim ahli, para siswa

(59)

4) Tes

Para siswa mengerjakan latihan soal yang mencangkup semua topik.

5) Rekognisi tim

Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

2. Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan pada kelas kontrol. Pada kelas metode ceramah proses pembelajarannya yaitu berupa penjelasan materi oleh guru, tanya jawab dan latihan soal. Oleh karena kelas metode ceramah sebagai pembanding (kelas kontrol), maka instrumen penelitian dan metode analisis yang digunakan sama dengan kelas model pembelajaran Jigsaw II.

E. Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno, 2010: 56). Penelitian ini terdapat 2 jenis instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

(60)

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data penelitian. RPP yang dibuat dibedakan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. RPP kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 2 dan RPP kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 3.

b) Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan siswa ini dibuat untuk membantu memahami materi yang dipelajari. Lembar kegiatan diberikan setelah siswa mempelajari materi agar mempermudah siswa dalam memahami materi. Lembar kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test

dan (2) kuisioner minat belajar.

a) Tes tertulis (pre-test dan post-test)

Pre-test dan post-test diberikan untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa. Pre-test diberikan sebelum

(61)

Post-test diberikan setelah pembelajaran kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Jumlah dan bobot soal pre-test sama dengan post-test,

dimana soal-soalnya mencangkup aspek hafalan, pemahaman

dan aplikasi. Adapun soal-soal pre-test dan post-test dapat

dilihat pada lampiran 4. Pembuatan soal pre-test dan post-test

memerlukan kisi-kisi soal yang terdapat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 3. 1 Kisi-kisi soal pre-test dan post-test

(62)

b) Angket minat belajar

Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010: 61). Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia. Ada empat (4) pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti, yaitu Sangat Benar (SB) = 5, Benar (B) = 4, Cukup Benar (CB) = 3, Kurang Benar (KB) = 2, Tidak Benar (TB) = 1.

Angket ini diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan setelah mengikuti rangkaian proses pembelajaran bersama peneliti. Pemberian angket ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan penggunaan model Jigsaw II terhadap minat belajar siswa. Angket minat bilajar siswa yang sebelum pembelajaran dan yang sesudah pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 6.

(63)

Tabel 3. 2 Kisi-kisi angket minat belajar

Aspek Indikator Pernyataan Nomor

soal

Siswa rajin mengerjakan soal. 10

Siswa menyimak dengan baik

(64)

c) Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh dengan menguji isi dari instrumen yang digunakan. Apakah item test sungguh mengukur isi dari dominan yang mau diukur (Suparno, 2010: 68).

Pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen tes, argumentasi dari guru pembimbing dan angket minat belajar siswa.

F. Metode Analisis Data 1. Analisis Prestasi Belajar

a. Analisis Penskoran

Soal pre-test dan post test terdiri masing-masing 5 soal. Skor maksimal untuk masing-masing soal disesuaikan dengan bobot soal. Kriteria pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut.

1) Soal nomor 1 mencakup aspek hafalan/ ingatan dengan

bobot soal 5

Tabel 3. 3 Skoring soal nomor 1

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

(65)

Siswa memberikan jawaban mendekati benar

3

Siswa menjawab dengan benar 5

2) Soal nomor 2 aspek pemahaman dengan bobot soal 10

3. 4 Skoring soal nomor 2

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Siswa memberikan jawaban salah 2

Siswa memberikan jawaban kurang benar 3-5

Siswa memberikan jawaban mendekati benar

6-9

Siswa menjawab dengan benar 10

3) Soal nomor 3 dan 4 mencangkup aspek penerapan dengan

bobot soal 20.

Tabel 3. 5 Skoring soal nomor 3 dan 4

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Siswa memberikan jawaban salah 2-4

Siswa memberikan jawaban kurang benar 5-9

(66)

benar

Siswa memberikan jawaban benar 20

4) Soal nomor 5 mencangkup aspek penerapan dengan bobot

soal 25.

Tabel 3. 6 Skoring soal nomor 5

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Siswa memberikan jawaban salah 2-4

Siswa memberikan jawaban kurang benar 5-14

Siswa memberikan jawaban mendekati benar

15-24

Siswa memberikan jawaban benar 25

Perhitungan skor siswa dapat dihitung dengan cara jumlah skor masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus. Jumlah skor maksimal yaitu 80.

Skor = x 100

b. Analisis Kuantitatif Pre-test dan post-test

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa,

(67)

dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun statistik yang digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar siswa terhadap materi termodinamika adalah

menggunakan uji t-test.

1) Untuk menguji apakah sampel kelas kontrol dengan kelas

eksperimen sama dalam pemahaman awal tentang materi

termodinamika dengan menggunakan uji test-t untuk dua

grup yang independen. Adapun rumus perhitungannya yakni sebagai berikut :

t =

(1) Dimana

= skor kelas kontrol = skor kelas eksperimen

= jumlah siswa kelas kontrol

= jumlah siswa kelas eksperimen

= standar deviasi kelas kontrol = standar deviasi kelas eksperimen

tcritical diperoleh dari tabel dengan level signifikan = 0,05; two tailed.

Jika |tobs| > |tcritical| maka signifikan, berarti ada

(68)

eksperimen. Jika |tobs| < |tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test.

2) Untuk menguji apakah sampel penelitian meningkat

pemahaman konsepnya tentang materi termodinamika.

Dengan uji-t Dependen untuk:

1. Pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dengan metode ceramah aktif

2. Pre-test dan post test pada kelompok eksperimen/

treatment dengan model pembelajaran Jigsaw II. Tes-T dependen ini biasa digunakan untuk menguji satu kelompok yang diuji dua kali. Adapun rumus perhitungan untuk uji T Dependen adalah sebagai berikut :

t

obs

=

(2)

= skor pre-test

= skor post-test

= Perbedaan antara skor tiap subyek

=

-

= Jumlah pasangan skor

= N – 1

T

critical diperoleh dari tabel dengan level signifikan =

(69)

Jika |tobs| > |tcritical| maka signifikan, berarti

adapeningkatan prestasi belajar tentang materi

termdinamika. Jika |tobs| < |tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada peningkatan prestasi belajar tentang materi termodinamika.

3) Untuk mengetahui apakah prestasi belajar kelas eksperimen

pada materi termodinamika lebih baik dari kelas kontrol atau

tidak dengan menggunakan uji-t independen. Adapun

persamaan yang dapat digunakan dalam uji test-t dua grup

yang independen, dapat dilihat pada persamaan (1).

Jika |tobs| > |tcritical| maka signifikan, berarti ada perbedaan

hasil post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Jika |tobs| < |tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada

perbedaan hasil post-test pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Untuk analisa uji-t digunakan bantuan SPSS.

Dengan menggunakan empat kali uji t-tes seperti diatas, peneliti dapat mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw II sungguh-sungguh dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi termodinamika.

2. Analisis Minat belajar

Gambar

Gambar 2. 1 Skema mesin kalor. Mesin menyerap kalor QH dari
Gambar 2. 2 Siklus Carnot
Tabel 3. 2 Kisi-kisi angket minat belajar
Tabel 3. 3 Skoring soal nomor 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan tugas akhir yang dibuat yaitu tentang sensor rotary encoder , rangkaian optocoupler yang digunakan,

Menurut William et al dalam Anatan dan Ellitan (2008) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai pengelolaan atau manajemen organisasi yang saling berkaitan dan

adalah beban yang lebih besar daripada standar beban angin untuk bangunan gedung menurut PMI 1983 sehingga diharapkan struktur yang terjadi mempunyai kekuatan maksimum..

5. Telah diterbitkannya surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 461/30/DBB/2015 tentang Pelaksanaan Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

sejarah bangsanya sendiri, sehingga dengan sikap mereka menyebabkan sejarah yang selama ini ada menjadi terlupakan bahkan hilang karena Lampion, kepada masyarakat

Berdasarkan pembahasan dan pengujian dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Simple Additive

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah