ABSTRAK
Jenny Resty Harjanti. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw II Dalam
Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hukum II Termodinamika di Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar siswa SMA Negeri 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II; (2) peningkatan minat belajar siswa SMA Negeri 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II.
Sampel penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5. Kleas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang diberi treatment dengan model pembelajaran Jigsaw II, sedangkan XI IPA 5 sebagai kelas control yang diberi
pembelajaran dengan metode ceramah. Instrumen yang digunakan berupa pre-test
dan post-test serta angket. Hasil prestasi belajar berdasarkan pre-test dan post-test
sedangkan hasil minat belajar berdasarkan angket yang dianalisis secara statistik yang dibantu oleh program SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw II lebih efektif untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri 7Cirebon daripada menggunakan metode ceramah.
ABSTRACT
Jenny Resty Harjanti. 2015. Application of The Learning Model of Jigsaw II In
Effort to Improve Interest and Student Achievement about Second Law of Thermodynamics in Class XI IPA of SMA Negeri 7 Cirebon. Thesis. Yogyakarta : Physical Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to know : (1) the development of student achievement of SMA Negeri 7 Cirebon in physics learning process with a model Jigsaw II; (2) the development of student interest of SMA Negeri 7 Cirebon in the learning process of physics with models Jigsaw II.
Samples were students in XI IPA 4 and XI IPA 5. Class XI IPA 4 as an experimental class by treatment with learning model Jigsaw II, while XI IPA 5 as the control class by learning by lecture method. Instruments used are the form of
pre-test , post-test and questionnaire. The result of student achievement based on
pre-test and post-test while the result of student interest based on questionnaire have been stastically analyzed using SPSS 17.
The result showed that the application of the learning model Jigsaw II more effectively to improve student learing achievement and interest in class XI of SMA Negeri 7 Cirebon than the lecture method.
i
BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
HALAMAN JUDUL
oleh
JENNY RESTY HARJANTI NIM : 111424020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW II DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7
CIREBON
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
oleh:
Jenny Resty Harjanti NIM: 111424020
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing Tanggal: 18 Agustus 2015
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW II DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7
CIREBON
oleh:
Jenny Resty Harjanti NIM: 111424020
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 31 Agustus 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki
Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
(1 Tesalonika 5 : 18)
“Obstacles don’t have to stop you. If you run into a wall, don’t turn
around and give up. Figure out how to climb it, go through it, or work
around it”
-Michael Jordan-
Karya ini saya persembahkan kepada:
1) Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2) Keluarga yaitu Yohanes Suminta.S.IP, dan Sri Suharni, S.Pd Kedua kakak saya, Yohan Hari Santi, S.E, dan Nopi Hary Sumyat, A.Md.Akt serta adik saya, Mega Yuniar
Cristanti.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, ………
Penulis
vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Jenny Resty Harjanti
NIM : 111424020
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW II DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II TERMODINAMIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 7
CIREBON
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: ……….. Yang menyatakan
vii
Jenny Resty Harjanti. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw II Dalam Upaya
Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hukum II Termodinamika di Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan prestasi belajar siswa SMA N 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II; (2) peningkatan minat belajar siswa SMA N 7 Cirebon dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II.
Sampel penelitian ini adalah siswa/i kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5. Kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen yang diberi treatment dengan model pembelajaran Jigsaw II, sedangkan XI IPA 5 sebagai kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan metode ceramah. Instrumen yang digunakan berupa pre-test dan post-test serta angket. Hasil prestasi belajar
berdasarkan pre-test dan post-test sedangkan hasil minat belajar berdasarkan angket yang
dianalisis secara statistik yang dibantu oleh program SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw II lebih efektif untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon daripada menggunakan metode ceramah.
viii
Jenny Resty Harjanti. 2015. Application of The Learning Model of Jigsaw II In Effort to
Improve Interests and Student Achievement about Second Law of Thermodynamics in Class XI IPA of SMAN 7 Cirebon. Thesis. Yogyakarta: Physical Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research aims to know: (1) the development of student achievement of SMA N 7 Cirebon in physics learning process with a model Jigsaw II; (2) the development of student interest of SMA N 7 Cirebon in the learning process of physics with models Jigsaw II.
Samples were students in XI IPA 4 and 5. Class XI IPA 4 as an experimental class by treatment with a learning model Jigsaw II, while XI IPA 5 as the control class by learning by lecture method. Instruments used are the form of pre-test, post-test and questionnaire. The result of student achievement based on pre-test and post-test while the result of student interest based on questionnaire have been stastically analyzed using SPSS 17.
The results showed that the application of the learning model of Jigsaw II more effectively to improve student learning achievement and interest in class XI of SMAN 7 Cirebon than the lecture method.
ix
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw II Dalam Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Hukum II Termodinamika di Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Cirebon”. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan
Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Pendidikan Fisika yang telah memberikan semangat, saran, arahan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
3. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., sebagai dosen pembimbing yang dengan
pengertian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, motivasi, serta berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
4. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dalam
memperlancar surat perizinan penelitian.
5. Bapak Nendi, S.Pd. MM, selaku kepala SMAN 7 Cirebon yang telah memberikan izin
penelitian.
6. Ibu Farikoh, S.Pd., sebagai guru pembimbing yang telah membantu dan memberikan
masukan selama penelitian dan sebagai validator yang bersedia memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam pembuatan instrumen soal, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 SMAN 7 Cirebon yang telah bersedia menjadi
x
dan Nopi Hary Sumyat, A.Md.Akt serta adik saya, Mega Yuniar Cristanti, yang selalu mendorong penulis untuk maju.
9. Teman-teman kelompok penelitian, Yoana Maria Vianey, S.Pd, Ginanjar Alvi Mubaroq
dan Ign. Mayo Aquino Pang, terima kasih atas dukungannya.
10. Kekasih saya yang tercinta, Johan Pamungkas, S.Pd yang senantiasa memberikan
semangat dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi.
11. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma yang telah
berjuang dalam kebersamaan guna menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas pengalaman-pengalaman indah yang selama ini kita bangun bersama.
Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon masukan, kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Yogyakarta, Agustus 2015
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
A. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II ... 8
1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 8
2. Model Pembelajaran Jigsaw II ... 10
3. Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw II ... 12
B. Minat Belajar ... 15
1. Minat Belajar ... 15
2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ... 19
3. Fungsi Minat Dalam Belajar ... 21
C. Prestasi Belajar ... 23
1. Belajar ... 23
2. Prestasi Belajar ... 24
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Populasi dan Sampel ... 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
D. Treatment ... 40
E. Instrumen ... 42
F. Metode Analisis Data ... 47
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA ... 55
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 55
1. Pelaksanaan di kelas eksperimen (Jigsaw II) ... 56
a. Jumat, 15 Mei 2015 ... 56
b. Rabu, 20 Mei 2015 ... 58
c. Jumat, 22 Mei 2015 ... 62
2. Pelaksanaan di kelas kontrol (Ceramah Aktif)... 63
B. Data dan Analisis ... 68
C. Pembahasan ... 90
D. Keterbatasan Penelitian ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 96
xiii
Tabel 3. 1 Kisi-kisi soal pre-test dan post-test ... 44
Tabel 3. 2 Kisi-kisi angket minat belajar ... 46
Tabel 3. 3 Skoring soal nomor 1 ... 47
Tabel 3. 4 Skoring soal nomor 2 ... 48
Tabel 3. 5 Skoring soal nomor 3 dan 4 ... 48
Tabel 3. 6 Skoring soal nomor 5 ... 49
Tabel 3. 7 Kategori Minat Belajar Siswa ... 53
Tabel 4. 1 Pelaksanaan Penelitian ... 55
Tabel 4. 2 Nilai Pre-test Kedua Kelas ... 68
Tabel 4. 3 Perbandingan Tes Pre-test Siswa Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 70
Tabel 4. 4 Data Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ... 71
Tabel 4. 5 Perbandingan nilai pre-test dan post-test kelas kontrol ... 73
Tabel 4. 6 Data Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ... 73
Tabel 4. 7 Perbandingan nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen ... 75
Tabel 4. 8 Nilai Post-test Kedua Kelas ... 76
Tabel 4. 9 Perbandingan Post-test Siswa Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 77
Tabel 4. 10 Skor Minat Belajar AwalKedua Kelas ... 79
Tabel 4. 11 Perbandingan Minat Belajar Awal Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 80
Tabel 4. 12 Minat Belajar Awal dan Minat Belajar Akhir Kelas Kontrol ... 81
Tabel 4. 13 Perbandingan minat belajar awal dan minat belajar akhir kelas kontrol... 83
Tabel 4. 14 Data Minat Belajar Awal dan Minat Belajar Akhir Kelas Eksperimen ... 84
Tabel 4. 15 Perbandingan minat belajar awal dan minat belajar akhir siswa kelas eksperimen ... 85
Tabel 4. 16 Minat Belajar AkhirKedua Kelas ... 86
Tabel 4. 17 Perbandingan Minat Belajar Siswa Antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 88
Tabel 4. 18 Kategori Minat Belajar Awal Siswa ... 89
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema mesin kalor. ... 29
Gambar 2. 2 Siklus Carnot ... 30
Gambar 4. 1 Aktivitas siswa mengerjakan pre-test ... 57
Gambar 4. 2 Aktivitas siswa dalam kelompok homogen ... 59
Gambar 4. 3 Aktivitas siswa dalam kelompok heterogen ... 60
Gambar 4. 4 Aktivitas siswa mengerjakan latihan soal ... 61
Gambar 4. 5 Aktivitas siswa mengerjakan post-test dan angket minat belajar ... 63
Gambar 4. 6 Aktivitas siswa mengerjakan pre-test ... 64
Gambar 4. 7 Aktivitas siswa mengerjakan latihan soal ... 65
Gambar 4. 8 Aktivitas siswa mengerjakan post-test dan angket minat belajar...68
xv
Lampiran 1. Surat Perijinan Penelitian ... 99
Lampiran 2. RPP untuk Metode Ceramah Aktif ... 101
Lampiran 3. RPP untuk Model Pembelajaran Jigsaw II ... 105
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa ... 109
Lampiran 5.Soal Pre-test dan Post-test ... 110
Lampiran 6. Angket Minat Belajar Siswa ... 116
Lampiran 7. Rincian Nilai Pretest dan Posttest ... 119
Lampiran 8. Rincian Skor Minat Belajar Siswa ... 123
Lampiran 9. Contoh hasil pre-test dan post-test kelas kontrol ... 131
Lampiran 10. Contoh hasil pre-test dan post-test kelas eksprimen ... 134
Lampiran 11. Contoh hasil angket minat belajar siswa kelas kontrol ... 137
Lampiran 12. Contoh hasil angekt minat belajar siswa kelas eksperimen ... 139
Lampiran 13. Lembar Validitas Soal ... 141
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan sudah tidak asing lagi dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau akrab disebut Kurikulum 2006. Persoalan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing (Mulyasa, 2009 : 178).
Menurut Prasetyo Utomo (dalam Susilo, 2007 : 96) keuntungan yang bisa diraih guru dengan Kurikulum 2006 ini adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi peserta didik dengan menyediakan aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar. Dalam KTSP terdapat beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi agar peserta didik dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh
tanggung jawab. Salah satu aspek tersebut adalah minat (interest).
menyuruh (Syaiful, 2011 : 191). Minat juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa salah satunya adalah faktor sekolah yaitu meliputi strategi dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Adapun model dan strategi pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada Kurikulum 2006 dan mungkin dapat meningkatkan minat belajar peserta didik, salah satunya model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Cooperative learning identik dengan belajar berkelompok yang tentu bukan hal baru dalam dunia pendidikan. Kelompok belajar kooperatif adalah kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk memaksimalkan belajar antara peserta didik sehingga lebih memusatkan pembelajaran pada peserta didik (student center). Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab mereka terhadap kontribusi dalam usaha mencapai tujuan dan bantuan untuk anggota yang membutuhkan. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw.
mereka terlibat secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara kelompok. Mereka pun dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing sehingga dapat menimbulkan minat belajar. Sementara itu, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam berdiskusi (Hosnan : 248). Adapun tipe Jigsaw yang dikembangkan oleh Slavin yaitu Jigsaw II. Jigsaw II prinsipnya sama seperti Jigsaw orisinal. Dalam Jigsaw orisinal, para peserta didik membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya, sehingga tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Sedangkan dalam Jigsaw II, semua peserta didik membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan tujuan tipe Jigsaw II selain mencapai prestasi belajar peserta didik yang maksimal dapat juga untuk meningkatkan minat belajar peserta didik.
Oleh karena itu peneliti menerapkan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yaitu tipe pembelajaran Jigsaw II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan model Jigsaw II. Keefektifan yang dimaksud mencangkup minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon
pada pokok bahasan hukum II Termodinamika sebelum proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon
sesudah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?
3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMAN
7 Cirebon pada pokok bahasan hukum II Termodinamika dalam proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?
4. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon
antara yang menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika?
5. Bagaimana tingkat minat belajar siswa kelas XI SMAN 7
6. Bagaimana tingkat minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pada pokok bahasan hukum II Termodinamika setelah proses pembelajaran dengan model Jigsaw II?
7. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa kelas XI SMA N 7
Cirebon pada pokok bahasan hukum II Termodinamika dalam proses pembelajaran dengan tipe Jigsaw II ?
8. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon
antara yang menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok
bahasan hukum II Termodinamika sebelum proses
pembelajaran dengan model Jigsaw II.
2. Prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok
bahasan hukum II Termodinamika sesudah proses
pembelajaran dengan model Jigsaw II.
3. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon
4. Prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon antara yang menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika.
5. Minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok bahasan
hukum II Termodinamika sebelum proses pembelajaran dengan model Jigsaw II.
6. Minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon pokok bahasan
hukum II Termodinamika setelah proses pembelajaran dengan model Jigsaw II.
7. Peningkatan minat belajar siswa kelas XI SMA N 7 Cirebon
pokok bahasan hukum II Termodinamika dalam proses pembelajaran fisika dengan model Jigsaw.
8. Minat belajar siswa kelas XI SMAN 7 Cirebon antara yang
menggunakan model Jigsaw II dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum II Termodinamika.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil penelitian menambah wawasan metode
2. Secara praktis :
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dalam mengevaluasi proses pembelajaran di kelas yang telah dilakukan dan hasil belajar yang telah dicapai dalam rangka meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang ada di SMA N 7 Cirebon
b. Bagi Guru
Pembelajaran fisika dengan model Jigsaw II dapat menjadi salah satu referensi metode mengajar oleh guru-guru untuk dapat dikembangkan dalam proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2010:
202).
Nurulhayati (dalam Rusman, 2010: 204) mengemukakan
lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu : (1)
ketergantungan yang positif, (2) pertanggungjawaban
individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka dan (5) evaluasi proses kelompok.
Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerjasama yang sangat erat kaitan antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.
anggota kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain di mana siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja sama yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni : (1)
pembelajaran kooperatif kecuali ada peningkatan prestasi
belajar siswa (student achievement, adadampak lain yaitu sikap
toleransi dan menghargai pendapat orang lain.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki
adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru
menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Sanjaya dalam Rusman, 2010: 206).
2. Model Pembelajaran Jigsaw II
Tipe pembelajaran Jigsaw awalnya dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978). Arti Jigsaw dalam bahasa
Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya puzzle
yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah
gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar
dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2010: 217).
218) “pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja saling bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”.
Pembelajaran kooperatif sendiri adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok. Dalam model kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain (Rusman, 2010: 218).
Tipe Jigsaw Aronson yang orisinal mirip dengan Jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan penting. Dalam Jigsaw orisinal, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para “ahli” menguasai
dengan format Jigsaw. Sedangkan dalam Jigsaw II semua siswa membaca semua materi , yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah.
3. Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw II
Menurut Johnson (Hosnan, 2014: 248) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Adapun langkah-langkah kegiatan Jigsaw sebagai berikut :
a. Persiapan
1) Materi
Untuk membuat materi Jigsaw II, ikuti langkah-langkah berikut :
Pilihlah satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya
2) Membagi siswa ke dalam tim
Membagi para siswa ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima anggota. Tim heterogen yang dimaksud adalah tim yang terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, siswa yang berprestasi sedang dan siswa berprestasi rendah, dan jika memungkinkan dalam tim jumlah siswa laki-laki dan perempuannya seimbang.
3) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli
Setelah siswa membaca materi dan mendapatkan tugasnya masing-masing, maka siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok ahli. Kelompok-kelompok ahli ini terdapat siswa-siswa yang mendapatkan tugas yang sama . b. Jadwal Kegiatan
Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran :
1) Membaca
Mendistribusikan teks materi dan biarkan siswa membacanya, kemudian membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa. Hal ini dapat membantu siswa untuk mendapat “gambaran besar” sebelum mereka membaca
2) Diskusi kelompok ahli
Tunjuklah seorang pemimpin diskusi untuk setiap
kelompok ahli. Pemimpin diskusi tidak harus siswa dengan kemampuan yang baik, dan semua siswa suatu saat harus punya kesempatan untuk mengisi peran ini. Tugas pemimpin ini adalah untuk memoderatori diskusi.
Biarkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik mereka dalam kelompok ahlinya masing-masing. Para siswa harus sudah pernah mencoba menemukan informasi tentang topik mereka dari teks-teks yang didapatkan, dan mereka harus berbagi informasi tersebut dengan kelompoknya. Anggota kelompok harus mencatat semua poin yang didiskusikan.
Sementara kelompok ahli bekerja, guru harus
3) Laporan tim
Para siswa harus kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap untuk mengajari topik mereka kepada teman-teman satu timnya. Mereka harus mengambil waktu sekitar lima menit untuk mengulang kembali semua yang telah mereka pelajari mengenai topik mereka dari bacaan mereka dan dari diskusi dalam kelompok ahli. Apabila dua tim memiliki topik yang sama, maka mereka harus melakukan presentasi bersama.
Tekankan kepada para siswa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab terhadap teman satu tim mereka untuk menjadi guru yang baik sekaligus juga sebagai pendengar yang baik.
4) Tes
Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencangkup semua topik.
5) Rekognisi tim
Perhitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
B. Minat Belajar 1. Minat Belajar
mereka masing-masing. Sebagian dari pandangan tersebut adalah sebagai berikut (Khairani, 2013: 136) :
a) Menurut Kamisa (1997) minat diartikan sebagai kehendak,
keinginan atau kesukaan.
b) Menurut Hurlock (1999), minat merupakan sumber motivasi
yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
c) Menurut Sutjipto (2001) bahwa minat adalah kesadaran
sesorang terhadap suatu objek, orang masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
d) Menurut John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai
perhatian dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi.
Akhirnya berdasarkan beberapa pengertian minat menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan adanya ketertarikan subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu ( Syaiful, 2011: 167).
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, dalam Khairani, 2013: 143).
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, dalam Khairani, 2013: 143).
Minat melahirkan perhatian spontan yang menungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa (Gie dalam Khairani, 2013: 143).
Menurut Safari indikator minat ada empat, yaitu a. perasaan senang, b. ketertarikan siswa, c. perhatian siswa dan d. keterlibatan siswa (Safari, 2003). Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut :
a) Perasaan senang
mempelajari ilmu yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut
b) Ketertarikan siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
c) Perhatian siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa
terhadap pengamatan dan pengertian, dengan
mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
d) Keterlibatan siswa
Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang
mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.
2. Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
yang sama (Crow, 1973, dalam Khairani, 2013: 139). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. The factor inner urge
Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
b. The factor of social motive
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial, misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula.
c. Emosional factor
Menurut Milton (Khairani, 2013: 140) minat dibagi menjadi dua yaitu:
(1) Minat subyektif: perasaan yang menyatakan bahwa
pengalaman –pengalaman tertentu yang bersifat
menyenangkan.
(2) Minat obyektif: reaksi yang merangsang
kegiatan-kegiatan dalam lingkungannya.
Menurut Samsudin (Khairani, 2013: 140) minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri dari 2 macam yaitu :
(1) Minat spontan: minat yang timbul dengan sendirinya
secara langsung
(2) Minat yang disengaja : minat yang dimiliki karena
dibangkitkan atau ditimbulkan.
3. Fungsi Minat Dalam Belajar
Tak bisa dibantah bahwa minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Peranan dan fungsi penting minat dengan pelaksanaan belajar atau studi, antara lain, ialah :
a) Minat memudahkan terciptanya konsentarsi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar
dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang
pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.
b) Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat belajar mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, itu disebabkan karena minat belajarnya kecil.
c) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Daya mengingat bahan pelajaran hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Misalnya, jika kita membaca suatu bacaan dan didukung oleh minat yang kuat maka kita pasti akan bisa mengingatnya dengan baik walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, suatu bahan bacaan yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat.
d) Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri
hanya menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.
C. Prestasi Belajar 1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar dapat didefinisikan secara sederhana sebagai “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan sebagainya.
Muhibbin (Khairani, 2013: 4) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Menurut Winkel (dalam Khairani, 2013: 4) belajar adalah proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaanatau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan dilakukan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Ngalim Purwanto (dalam Khairani, 2013: 4) menyatakan bahwa belajar memiliki empat unsur :
1) Perubahan dalam tingkah laku
3) Perubahan relative mantap/ permanen
4) Perubahan meliputi fisik dan psikis
Cronbach (dalam Syaiful, 2011: 13) berpendapat bahwa :
“Learning is shown by change in behaviour as a result of experience.”
Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Dengan memperhatikan perumusan-perumusan tentang
pengertian belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan kebiasaan yang bersifat relatif konstan/ tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek (Khairani, 2013: 5).
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Istilah ini sering digunakan untuk sebutan penilaian dari hasil belajar, dimana penilaian ini digunakan oleh guru untuk mengukur seberapa besar siswa mampu menerima materi yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran.
karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43), prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajarnya dalam kurun waktu tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, siswa dikatakan mempunyai prestasi belajar tinggi bila banyak tujuan yang dicapai. Indikator yang menunjukkan bahwa siswa mempunya prestasi belajar tinggi dapat diketahui dari aspek ingatan, aspek penerapan, dan aspek analisis sintesis (Rosalina, 2007: 32).
suatu institusi pendidikan dan indikator daya serap (kecerdasan peserta didik).
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekaliartinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya.
a. Yang tergolong faktor internal adalah :
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat
bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh terdiri atas :
a) Faktor intelektif yang meliputi :
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang
telah dimiliki.
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur
minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Yang tergolong faktor eksternal, ialah :
1) Faktor sosial yang terdiri atas :
a) Lingkungan keluarga;
b) Lingkungan sekolah;
c) Lingkungan masyarakat;
d) Lingkungan kelompok;
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan
teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah,
fasilitas belajar, iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
D. Hukum II Termodinamika 1. Hukum II Termodinamika
Hukum II Termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat berlangsung dan perubahan energi mana yang tidak dapat berlangsung. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Rudolf Clausius (1882-1888) menyatakan rumusan Clausius tentang hukum II termodinamika dengan pernyataan aliran kalor
benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam
arah kebalikannya”
2. Hukum II Termodinamika dinyatakan dalam bentuk entropi :
“Total entropi jagat raya tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel”
3. Kelvin dan Planck menyatakan rumusan yang setara sehingga
dikenal rumusanKelvin-Planck tentang hukum II termodinamika
tentang mesin kalor : “Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata
menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya
menjadi usaha luar”.
a. Mesin Kalor
(Saripudin,2009) Mesin kalor adalah mesin yang mengubah energi panas menjadi energi mekanik. Ide dasar mesin kalor adalah fakta bahwa energi mekanik dapat diperoleh dari energi termal dengan membiarkan sejumlah kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Dalam proses ini, sebagian kalor akan diubah menjadi kerja mekanik.
Mesin kalor bekerja melalui suatu proses siklus meliputi langkah-langkah berikut ini.
Kalor diserap dari reservoir suhu tinggi sehingga
Energi dalam itu dikonversi menjadi usaha mekanik
(menggerakkan piston)
Sisa energi/ kalor dialirkan ke reservoir suhu rendah
Gambar 2. 1 Skema mesin kalor. Mesin menyerap kalor QH dari
reservoir panas (suhu tinggi), menghasilkan kerja W, dan melepas kalor QC ke
reservoir dingin (suhu rendah).
Jika kalor diberikan oleh reservoir suhu tinggi yang bersuhu T1 adalah Q1, kalor yang diterima reservoir suhu rendah pada
suhu T2 adalah Q2; pada mesin kalor berlaku persamaan Q1 =
W + Q2 atau
W = Q1 – Q2 (1) Suatu mesin kalor memiliki efisiensi atau nilai daya guna tertentu. Efisiensi menunjukkan banyaknya porsi kalor yang diserap mesin dari reservoir suhu tinggi (Q1) yang berhasil diubah menjadi kerja mekanik (W).
η =
(2)
Dengan W = Q1– Q2, rumus efesiensi mesin kalor dapat
pula dinyatakan dengan
η = = 1 -
(3)
b. Siklus Carnot
(Foster, 2009: 194-195) Pada tahun 1824, seorang insinyur
Prancis bernama Sadi Carnot (1796-1932) memperkenalkan
metode baru untuk meningkatkan efisiensi suatu mesin. Metode itu menggunakan siklus yang melibatkan dua proses isotermik dan dua proses adiabatik. Siklus semacam itu disebut siklus Carnot dan mesin yang menerapkan siklus itu disebut mesin Carnot.
Perhatikan skema siklus Carnot pada gambar 2.
(1)Proses A-B merupakan pemuaian (ekspansi) secara
isotermal pada T1. Selama proses ini, gas menyerap kalor
Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan uaha WAB.
(2)Proses B-C merupakan pemuaian secara adiabatik. Selama
proses ini, suhu gas turun dari T1 menjadi T2 sambil
melakukan usaha WBC.
(3)Proses C-D adalah merupakan pemampatan (kompresi)
secara isotermal pada suhu T2. Selama proses ini, gas
melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2 dan
melakukan usaha WCD.
(4)Proses D-A merupakan pemampatan secara adiabtik.
Selama proses ini, suhu gas naik dari T2 ke T1 sambil
melakukan usaha WDA.
Proses pemuaian isotermal (A-B) menyerap kalor Q1 dan
proses pemampatan isotermal (C-D) melepas kalor Q1. Usaha
yang dilakukan sama dengan : W = Q1 – Q2.
Efisiensi mesin Carnot η, seperti pada mesin kalor,
merupakan perbandingan antara kerja yang dilakukan (W) dan
kalor yang diserap mesin Q1.
Menurut Kelvin, perbandingan temperatur dua reservoir akan sama dengan perbandingan kalornya;
=
Dengan demikian, efisiensi mesin Carnot dapat diungkapkan dalam bentuk :
η = 1 - (4)
c. Mesin Pendingin
(Saripudin, 2009) Prinsip kerja mesin pendingin atau lemari es berkebalikan dengan mesin kalor. Mesin pendingin
menyerap kalor dari reservoir dingin (Q2). Kompresor
melakukan usaha mekanik (W) untuk membuang kalor ke reservoir panas. Dalam kasus ini juga berlaku persamaan
Q1 = W + Q2 atau W = Q1 – Q2 (5) Jika mesin kalor menghasilkan kerja positif, pada mesin pendingin terjadi sebaliknya; mesin pendingin menghasilkan kerja negatif. Mesin pendingin dapat berupa refrigerator
maupun AC (air conditioner).
Tujuan setiap mesin pendingin adalah mengambil sebanyak
mungkin kalor dari reservoir dingin (Q2) dengan kerja (W)
Kerja yang diperlukan dapat diperoleh dari energi listrik yang kita bayar setiap bulan. Kita perlu memilih mesin pendingin yang efisien agar kita dapat mengehemat biaya listrik.
Tingkat efektivitas mesin pendingin dinyatakan dengan koefisien kerja (K). Untuk sejumlah kerja W yang diberikan
untuk mengalirkan kalor sebanyak Qc dari reservoir dingin,
koefisien kinerjanya dirumuskan dengan
K =
(6)
atau
K
=
atau
K=
(7)
Pada lemari pendingin (refrigerator), reservoir dinginnya adalah ruang di dalam refrigerator, sedangkan reservoir panasnya adalah ruang di luar refrigerator. Kalor dari reservoir
dingin (Q2) adalah kalor dari bahan makanan atau benda di
dalam lemari pendingin yang akan dikeluarkan. Kalor pada
reservoir panasnya (Q1) adalah kalor yang dilepas ke udara di
luar lemari pendingin. Kerja (W) diperoleh dari energi listrik.
d. Entropi
“Total entropi jagat raya tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika proses ireversibel”
Proses termodinamika yang berlangsung secara alami
seluruhnya adalah proses ireversibel. Proses ireversibel
adalah proses yang berlangsung secara spontan ke satu arah, tetapi tidak ke arah sebaliknya. Aliran kalor dari benda panas ke benda dingin adalah ireversibel. Buku yang meluncur di meja mengubah energi mekanik menjadi kalor melalui gesekan. Proses ini ireversibel karena proses yang sebaliknya tidak pernah terjadi ( buku yang semula diam di meja tiba-tiba meluncur dan buku serta meja menjadi dingin kembali).
Selain proses ireversibel, terdapat juga proses ideal yang
dapat berlangsung secara bolak-balik yang disebut proses
reversibel, yaitu perubahan keadaan apapun yang dapat terjadi
dapat dibalik (dibuat berlangsung pada arah sebaliknya) hanya dengan membuat perubahan sangat kecil pada sistem. Contoh proses reversibel adalah kalor yang mengalir diantara dua benda dengan perbedaan suhu yang sangat kecil. Proses ini dapat dibalik hanya dengan membuat perubahan sangat kecil pada salah satu suhu atau yang lainnya.
termal. Penambahan panas dalam suatu benda akan meningkatkan ketidakteraturannya karena akan menambah kecepatan molekul rata-rata serta keacakan gerakan molekul.
Entropi adalah suatu ukuran kuantitatif dari ketidakteraturan. Untuk mengenal konsep ini, tinjau suatu ekspansi (pemuaian) isotermal yang sangat kecil pada gas
ideal. Kita tambahkan panas dQ dan kita biarkan gas
berekspansi secukupnya untuk menjaga suhu agar konstan. Karena energi dalam suatu gas ideal hanya bergantung pada suhu, maka energi dalam juga akan konstan. Dari hukum
pertama, dW yang dilakukan gas setara dengan panas dQ yang
ditambahkan, yaitu :
dQ = dW = pdV = dV
maka :
=
Gas berada dalam keadaan lebih tidak teratur setelah berekspansi karena molekul bergerak dalam volume yang lebih besar dan memiliki keacakan posisi. Fraksi perubahan volume
dV/Vadalah ukuran naiknya ketidakteraturan dan persamaan di
atas menunjukkan bahwa hal itu berbanding lurus dengan
dQ/T. Kita memakai lambang S untuk entropi sistem dan
proses reversibel yang sangat kecil pada suhu T sebagai berikut
dS = (8)
Jika jumlah panas total Q ditambahkan selama proses isotermal
reversibel pada suhu mutlak T, perubahan entropi total ∆S = S2
– S1dinyatakan dengan
∆S = S2– S1 = (9)
E. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang sudah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini sebagai berikut :
a. Penelitian Cicilia Ari Susanti (2012) yang berjudul
“Peningkatan Pemahaman Materi Pengukuran dengan Metode
Pembelajaran Jigsaw II pada Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta”. Persamaan dari penelitian ini adalah sama
menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan pemahaman mengenai materi Pengukuran. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji t melalui SPSS yang signifikan dimana = .000 <
= 0,5 menunjukkan jika postes lebih baik dari pretes yaitu
ada peningkatan. Dari hasil perhitungan uji t didapatkan trel =
-9,966 dengan df = 32, tcrit = 2,042 dengan level signifikan = 0,05, hasil memperlihatkan bahwa |trel| > tcrit sehingga hasil ini signifikan, artinya 2 kondisi dari kelompok ini berbeda di mana ada peningkatan hasil belajar siswa.
F. Kaitan Teori dengan Permasalahannya
Untuk melaksanakan penelitian ini dengan baik, penulis menggunakan berbagai macam dasar teori yang terkait dengan penelitian ini. Oleh karena penelitian ini berkaitan dengan minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Jigsaw II dan topik pembelajaran, maka penulis menggunakan dasar/ landasan teori yang relevan dengan hal-hal tersebut. Teori-teori tersebut dapat dilihat di subbab sebelum ini. Berdasarkan teori-teori yang telah dibaca penulis, maka penulis dapat merangkum atau mengambil kesimpulan yang dapat dikaitkan dengan hal-hal yang akan diteliti.
Apabila kedua model pembelajaran terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, maka nilai prestasi belajar siswa harus diuji lagi untuk melihat model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Teori-teori yang disajikan di depan merupakan teori untuk mendukung penelitian. Teori-teori tersebut mendasari dalam pembuatan instrumen, treatment, analisis data, dan kesimpulan.
Teori tentang minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran Jigsaw II dan pokok bahasan Hukum II Termodinamika mendasari tentang penerapan model pembelajaran Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Hukum II Termodinamika di kelas XI SMA Negeri 7 Cirebon.
Teori minat belajar juga mendasari pembuatan angket minat belajar siswa.
39 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
eksperimental kuantitatif. Penelitian eksperimental merupakan
penelitian dengan memberikan perlakuan pada partisipan. Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran dengan model Jigsaw II. Setelah diberi perlakuan, variabel kemudian diukur dengan instrumen yang telah dibuat. Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti menggunakan kelas kontrol supaya dapat mengetahui pengaruh penggunaan model Jigsaw II terhadap kelas eksperimen. Pada kelas kontrol, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran ceramah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk skor atau angka yang diberikan penjelasan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kelompok yang lebih besar dimana hasil penelitian diharapkan berlaku, semua anggota grup yang akan diteliti (Suparno, 2010: 43). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMAN 7 Cirebon.
2. Sampel
yang berjumlah 30 siswa dan XI IPA 5 SMAN 7 Cirebon yang berjumlah 29 siswa.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Cirebon, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan antara minggu 5 bulan April s/d minggu ke-4 bulan Mei 2015.
D. Treatment
Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51). Pada penelitian ini treatment diberikan kepada kelas eksperimen atau kelas yang akan diuji. Kelas kontrol akan belajar menggunakan metode ceramah aktif dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Jigsaw II sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran Jigsaw II
Di kelas eksperimen, diterapkan model pembelajaran Jigsaw II dan materi yang akan diajarkan adalah Termodinamika. Proses pembelajarannya adalah :
a. Persiapan
1) Materi yang digunakan berupa buku teks dan sumber
2) Penempatan siswa ke dalam tim
Prosedur penempatan siswa ke dalam tim harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: setiap tim terdiri dari 4-5 siswa yang terbagi atas siswa yang memiliki intelegensi tinggi, sedang dan rendah.
b. Kegiatan
1) Peneliti membagi siswa ke dalam kelompok heterogen dan
mendistribusikan teks materi dan membiarkan siswa membacanya, kemudian membagikan tiap topik kepada masing-masing siswa.
2) Siswa berkumpul dengan tim ahli atau kelompok homogen
kemudian menunjuk seorang pemimpin diskusi untuk
setiap kelompok ahli. Para siswa mendiskusikan topik-topik mereka dalam kelompok ahlinya masing-masing.
3) Setelah selesai berdiskusi dengan tim ahli, para siswa
4) Tes
Para siswa mengerjakan latihan soal yang mencangkup semua topik.
5) Rekognisi tim
Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
2. Metode Ceramah
Metode ceramah digunakan pada kelas kontrol. Pada kelas metode ceramah proses pembelajarannya yaitu berupa penjelasan materi oleh guru, tanya jawab dan latihan soal. Oleh karena kelas metode ceramah sebagai pembanding (kelas kontrol), maka instrumen penelitian dan metode analisis yang digunakan sama dengan kelas model pembelajaran Jigsaw II.
E. Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno, 2010: 56). Penelitian ini terdapat 2 jenis instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Pembelajaran
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data penelitian. RPP yang dibuat dibedakan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. RPP kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 2 dan RPP kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 3.
b) Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa ini dibuat untuk membantu memahami materi yang dipelajari. Lembar kegiatan diberikan setelah siswa mempelajari materi agar mempermudah siswa dalam memahami materi. Lembar kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test
dan (2) kuisioner minat belajar.
a) Tes tertulis (pre-test dan post-test)
Pre-test dan post-test diberikan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa. Pre-test diberikan sebelum
Post-test diberikan setelah pembelajaran kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Jumlah dan bobot soal pre-test sama dengan post-test,
dimana soal-soalnya mencangkup aspek hafalan, pemahaman
dan aplikasi. Adapun soal-soal pre-test dan post-test dapat
dilihat pada lampiran 4. Pembuatan soal pre-test dan post-test
memerlukan kisi-kisi soal yang terdapat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 3. 1 Kisi-kisi soal pre-test dan post-test
b) Angket minat belajar
Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010: 61). Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia. Ada empat (4) pilihan jawaban yang disediakan oleh peneliti, yaitu Sangat Benar (SB) = 5, Benar (B) = 4, Cukup Benar (CB) = 3, Kurang Benar (KB) = 2, Tidak Benar (TB) = 1.
Angket ini diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan setelah mengikuti rangkaian proses pembelajaran bersama peneliti. Pemberian angket ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan penggunaan model Jigsaw II terhadap minat belajar siswa. Angket minat bilajar siswa yang sebelum pembelajaran dan yang sesudah pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 6.
Tabel 3. 2 Kisi-kisi angket minat belajar
Aspek Indikator Pernyataan Nomor
soal
Siswa rajin mengerjakan soal. 10
Siswa menyimak dengan baik
c) Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang diperoleh dengan menguji isi dari instrumen yang digunakan. Apakah item test sungguh mengukur isi dari dominan yang mau diukur (Suparno, 2010: 68).
Pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen tes, argumentasi dari guru pembimbing dan angket minat belajar siswa.
F. Metode Analisis Data 1. Analisis Prestasi Belajar
a. Analisis Penskoran
Soal pre-test dan post test terdiri masing-masing 5 soal. Skor maksimal untuk masing-masing soal disesuaikan dengan bobot soal. Kriteria pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut.
1) Soal nomor 1 mencakup aspek hafalan/ ingatan dengan
bobot soal 5
Tabel 3. 3 Skoring soal nomor 1
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan 0
Siswa memberikan jawaban mendekati benar
3
Siswa menjawab dengan benar 5
2) Soal nomor 2 aspek pemahaman dengan bobot soal 10
3. 4 Skoring soal nomor 2
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan 0
Siswa memberikan jawaban salah 2
Siswa memberikan jawaban kurang benar 3-5
Siswa memberikan jawaban mendekati benar
6-9
Siswa menjawab dengan benar 10
3) Soal nomor 3 dan 4 mencangkup aspek penerapan dengan
bobot soal 20.
Tabel 3. 5 Skoring soal nomor 3 dan 4
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan 0
Siswa memberikan jawaban salah 2-4
Siswa memberikan jawaban kurang benar 5-9
benar
Siswa memberikan jawaban benar 20
4) Soal nomor 5 mencangkup aspek penerapan dengan bobot
soal 25.
Tabel 3. 6 Skoring soal nomor 5
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan 0
Siswa memberikan jawaban salah 2-4
Siswa memberikan jawaban kurang benar 5-14
Siswa memberikan jawaban mendekati benar
15-24
Siswa memberikan jawaban benar 25
Perhitungan skor siswa dapat dihitung dengan cara jumlah skor masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus. Jumlah skor maksimal yaitu 80.
Skor = x 100
b. Analisis Kuantitatif Pre-test dan post-test
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa,
dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun statistik yang digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa terhadap materi termodinamika adalah
menggunakan uji t-test.
1) Untuk menguji apakah sampel kelas kontrol dengan kelas
eksperimen sama dalam pemahaman awal tentang materi
termodinamika dengan menggunakan uji test-t untuk dua
grup yang independen. Adapun rumus perhitungannya yakni sebagai berikut :
t =
(1) Dimana
= skor kelas kontrol = skor kelas eksperimen
= jumlah siswa kelas kontrol
= jumlah siswa kelas eksperimen
= standar deviasi kelas kontrol = standar deviasi kelas eksperimen
tcritical diperoleh dari tabel dengan level signifikan = 0,05; two tailed.
Jika |tobs| > |tcritical| maka signifikan, berarti ada
eksperimen. Jika |tobs| < |tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test.
2) Untuk menguji apakah sampel penelitian meningkat
pemahaman konsepnya tentang materi termodinamika.
Dengan uji-t Dependen untuk:
1. Pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dengan metode ceramah aktif
2. Pre-test dan post test pada kelompok eksperimen/
treatment dengan model pembelajaran Jigsaw II. Tes-T dependen ini biasa digunakan untuk menguji satu kelompok yang diuji dua kali. Adapun rumus perhitungan untuk uji T Dependen adalah sebagai berikut :
t
obs=
(2)
= skor pre-test
= skor post-test
= Perbedaan antara skor tiap subyek
=
-= Jumlah pasangan skor
= N – 1
T
critical diperoleh dari tabel dengan level signifikan =Jika |tobs| > |tcritical| maka signifikan, berarti
adapeningkatan prestasi belajar tentang materi
termdinamika. Jika |tobs| < |tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada peningkatan prestasi belajar tentang materi termodinamika.
3) Untuk mengetahui apakah prestasi belajar kelas eksperimen
pada materi termodinamika lebih baik dari kelas kontrol atau
tidak dengan menggunakan uji-t independen. Adapun
persamaan yang dapat digunakan dalam uji test-t dua grup
yang independen, dapat dilihat pada persamaan (1).
Jika |tobs| > |tcritical| maka signifikan, berarti ada perbedaan
hasil post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Jika |tobs| < |tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak ada
perbedaan hasil post-test pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Untuk analisa uji-t digunakan bantuan SPSS.
Dengan menggunakan empat kali uji t-tes seperti diatas, peneliti dapat mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw II sungguh-sungguh dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi termodinamika.
2. Analisis Minat belajar