• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA MEI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA MEI 2017"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No. 40/06/71/Th.XI, 2 Juni 2017

NILAI TUKAR PETANI (NTP) SULAWESI UTARA MEI 2017

A. PERKEMBANGAN NTP

Sejak Agustus 2013 hingga saat ini, NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah 100, keadaan ini menunjukan daya beli maupun kesejahteraan petani belum membaik dibanding kondisi pada tahun 2012 (tahun dasar).

Perkembangan Nilai Tukar Petani (YoY) Mei 2016 – Mei 2017

Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada Mei 2017 meningkat 0,30 persen, dari nilai 92,15 pada bulan April menjadi 92,43 di bulan Mei. Secara umum, meningkatnya harga-harga komoditi yang dihasilkan petani serta menurunnya harga barang untuk konsumsi rumah tangga menjadi alasan membaiknya nilai NTP. NTP secara YoY (tahun ke tahun) mengalami penurunan 4,35 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga mengalami kenaikan 0,04 persen dari 102,31 pada bulan April naik menjadi 102,35 di bulan Mei 2017.

Secara umum di wilayah perdesaan Sulawesi Utara mengalami deflasi 0,06 persen. Deflasi hanya terjadi pada kelompok bahan makanan dan sandang, sementara kelompok lainnya, yakni kelompok Makanan Jadi, Rokok & Tembakau Perumahan; Kesehatan; Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga; Transportasi dan Komunikasi mengalami inflasi.

Mei'16 Jun'16 Jul'16 Agt'16 Sept'16 Okt'16 Nov'16 Des'16 Jan'17 Feb'17 Mar'17 Apr'17 Mei'17 96,63 97,00 97,00 96,93

95,82

94,54 94,44 93,94

92,86 92,47

(2)

Tabel 1. NTP SULAWESI UTARA DAN PERUBAHANNYA APRIL – MEI 2017

(2012 = 100) Rincian

NTP Perubahan (%)

April Mei April-

Mei

Tahun

Kalender YoY

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Indeks Harga yang Diterima Petani 116,05 116,44 0,34 0,15 -1,97

Indeks Harga yang Dibayar Petani 125,93 125,97 0,03 0,60 2,48

Konsumsi Rumah Tangga 130,67 130,59 -0,06 0,54 2,62

Bahan Makanan 141,55 140,75 -0,57 0,08 1,94

Makanan Jadi,Minuman, Rokok,

dan Tembakau 126,38 126,84 0,37 0,59 5,20

Perumahan 121,83 122,13 0,24 1,49 2,36

Sandang 115,41 115,18 -0,20 0,37 2,59

Kesehatan 119,73 121,08 1,13 1,68 4,19

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 108,30 108,68 0,35 0,60 1,35 Transportasi dan Komunikasi 127,45 128,18 0,57 0,80 2,20

BPPBM 113,43 113,76 0,30 0,95 2,26

Bibit 111,49 111,28 -0,19 0,08 1,07

Obat-obatan & Pupuk 109,35 109,34 -0,01 -0,05 0,74

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 109,38 109,32 -0,05 0,52 0,65

Transportasi 122,65 123,44 0,64 1,14 2,19

Penambahan Barang Modal 110,46 110,81 0,31 0,87 2,36

Upah Buruh Tani 118,31 118,99 0,57 2,15 4,52

Nilai Tukar Petani1 92,15 92,43 0,30 -0,46 -4,35

Nilai Tukar Usaha Pertanian2 102,31 102,35 0,04 -0,80 -4,15

BPPBM=Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

Data diatas diperoleh dari pemantauan harga komoditi di perdesaan, secara umum dapat digambarkan membaiknya nilai NTP karena perbaikan beberapa harga komoditi yang dihasilkan petani, seperti wortel, pepaya, nenas, kakao, cengkih dan komoditi lainnya. Ini dapat dilihat dari index harga yang diterima petani mengalami kenaikan 0,34 persen. Kenaikan harga komoditi ini, setidaknya dapat menaikan kesejahteraan petani. Sementara deflasi yang terjadi pada harga bahan untuk konsumsi rumah tangga juga turut andil dalam menaikan nilai NTP. Sementara Biaya produksi dan penambahan barang

modal dalam usaha pertanian mengalami peningkatan 0,30 persen dari bulan sebelumnya, kenaikan ini

berdampak pada Index harga yang dibayar petani mengalami kenaikan dengan porsi lebih kecil.

B. NTP SUBSEKTOR

1Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani

(Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dan dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani, baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP maka kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

2 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

(3)

Tabel 2.

NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA

APRIL – MEI 2017

(2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok

Bulan

% Perub.

April Mei

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

Nilai Tukar Petani 90,28 90,84 0,62

Nilai Tukar Usaha Pertanian 97,41 97,75 0,34

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 115,72 116,49 0,66

- Padi 115,04 115,09 0,04

- Palawija 116,45 117,99 1,32

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 128,18 128,24 0,04

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,92 130,88 -0,03

- Indeks BPPBM 118,80 119,17 0,32

2. Hortikultura

Nilai Tukar Petani 94,86 94,43 -0,46

Nilai Tukar Usaha Pertanian 106,67 106,45 -0,21

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 120,07 119,57 -0,41

- Sayur-sayuran 120,52 119,95 -0,47

- Buah-buahan 118,42 118,19 -0,19

- Tanaman obat 108,63 110,12 1,37

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 126,57 126,63 0,04

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,63 129,75 0,09

- Indeks BPPBM 112,56 112,33 -0,20

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

Nilai Tukar Petani 86,44 87,19 0,86

Nilai Tukar Usaha Pertanian 96,75 97,12 0,38

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 109,61 110,50 0,81

- TanamanPerkebunanRakyat (TPR) 109,61 110,50 0,81

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 126,80 126,73 -0,05

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,23 130,02 -0,16

- Indeks BPPBM 113,29 113,78 0,43

4. Peternakan

Nilai Tukar Petani 100,22 100,27 0,06

Nilai Tukar Usaha Pertanian 112,02 111,68 -0,31

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 120,05 120,46 0,34

- Ternak Besar 120,77 121,73 0,79

- Ternak Kecil 112,13 111,72 -0,36

- Unggas 125,13 126,43 1,04

- Hasil Ternak 131,28 130,54 -0,57

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 119,79 120,13 0,28

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,74 131,74 0,00

- Indeks BPPBM 107,17 107,87 0,65

5. Perikanan

Nilai Tukar Petani 102,11 101,48 -0,62

Nilai Tukar Usaha Pertanian 114,48 113,46 -0,89

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 128,86 127,92 -0,73

- Tangkap 136,93 135,29 -1,20

- Budidaya 114,29 114,60 0,27

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 126,19 126,04 -0,12

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,48 132,18 -0,23

(4)

Subsektor dan Kelompok

Bulan

% Perub.

April Mei

[1] [2] [3] [4]

5a. Perikanan Tangkap.

Nilai Tukar Petani 108,43 107,28 -1,07

Nilai Tukar Usaha Pertanian 121,90 120,29 -1,32

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 136,93 135,29 -1,20 - Penangkapan Perairan Umum 111,91 110,88 -0,93

- Penangkapan Laut 136,95 135,31 -1,20

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 126,28 126,11 -0,13 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,72 132,41 -0,23

- Indeks BPPBM 112,33 112,47 0,12

5b. Perikanan Budidaya.

Nilai Tukar Petani 90,68 91,01 0,36

Nilai Tukar Usaha Pertanian 101,16 101,21 0,04

a. Indeks Harga yang Diterima (It) 114,29 114,60 0,27

- Budidaya Air Tawar 114,29 114,60 0,27

- Budidaya Air Payau 114,37 115,52 1,00

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 126,04 125,92 -0,09 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,05 131,76 -0,22

- Indeks BPPBM 112,98 113,24 0,23

a. Tanaman Pangan

NTP tanaman pangan (NTPP) pada bulan Mei menguat 0,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dari 90,28 di bulan April menjadi 90,84 di bulan Mei. Naiknya harga gabah, kacang tanah dan jagung di tingkat petani menjadi penolong membaiknya Indeks NTPP disubsektor ini. Naiknya harga gabah pada bulan tersebut karena masa panen raya hampir selesai dan bertepatan dengan memasuki bulan ramadhan, sehingga harga komoditi tersebut mulai merangkak naik.

Sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) di subsektor ini mengalami kenaikan 0,34 persen, dari 97,41 pada bulan April menjadi 97,75 di bulan Mei. Walau NTUP mengalami kenaikan, index ini masih dibawah 100, ini menunjukan kesejahteraan petani disubsektor ini tidak sebaik ketika tahun 2012 (tahun dasar).

b. Hortikultura

NTP Hortikultura (NTPH) dalam dua bulan terakhir ini terus menurun, di bulan Mei turun 0,46 persen. Berkurangnya pendapatan petani akibat penurunan harga jual beberapa komoditi sayur-sayuran; terutama bawang merah, cabe, baik cabe merah maupun cabe rawit, ketimun menjadi salah satu penyebab nilai NTPH di subsektor ini mengalami penurunan.

Begitupun dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) turun 0,21 persen, dari 106,67 di bulan April menjadi 106,45 di bulan Mei. Turunnya biaya produksi dan pembentukan barang modal tidak dapat mendongkrak nilai NTUP, karena pendapatan dari penjualan hasil pertanian mengalami penurunan yang lebih tinggi.

(5)

c. Tanaman Perkebunan Rakyat

Dalam dua bulan terakhir ini,NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) menunjukan perubahan positif. Di bulan Mei menguat 0,86 persen, dari 86,44 di bulan April menjadi 87,19 di bulan Mei. Selain naiknya harga Kakao, Cengkih, Aren dan Kelapa yang turut andil dalam penguatan nilai NTPR, juga ditopang oleh turunnya harga-harga barang konsumsi rumah tangga.

Kondisi ini terjadi juga pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Tanaman Perkebunan Rakyat yang naik 0,38 persen. Dari 96,75 pada bulan April menjadi 97,12 di bulan Mei .

d. Peternakan

Berusaha di subsektor peternakan lebih menjanjikan dibanding subsektor pertanian sebelumnya. Nilai NTP maupun NTUP selalu berada diatas angka 100. Nilai NTP di subsektor Peternakan (NTPT) pada bulan Mei mengalami kenaikan senilai 0,06 persen, sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) mengalami penurunan 0,31 persen, dari 112,02 di bulan April turun menjadi 111,68 di bulan Mei 2017.

e. Perikanan

Nilai NTP di subsektor perikanan (NTNP), masih lebih baik dibandingkan subsektor lain yang ada, karena NTNP di subsektor ini mempunyai nilai tertinggi. Walau di bulan Mei mengalami penurunan 0,62 persen, tapi masih berada di atas angka 100. Sementara Nilai Tukar Usaha Pertanian mengalami penurunan 0,89 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dari 114,48 di bulan April menjadi 113,46 pada bulan Mei.

1). Kelompok Penangkapan Ikan

Cuaca yang tidak menentu di bulan Mei dengan curah hujan yang cukup tinggi, memberi dampak negatif terhadap nelayan; baik pada penangkapan di laut maupun di perairan umum. NTP perikanan tangkap (NTN) mengalami penurunan 1,07 persen. Nilai NTN dari 108,43 bulan April turun menjadi 107,28 di bulan Mei. Untuk Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) juga mengalami penurunan 1,32 persen. Sebelumnya di bulan April 121,90 turun menjadi 120,29 di bulan Mei .

2). Kelompok Budidaya Ikan

Sementara Nilai Tukar Petani budidaya ikan (NTPi) meningkat 0,36 persen. Peningkatan ini selain disebabkan oleh membaiknya penghasilan petani dari naiknya harga komoditi yang dihasilkan petani juga karena biaya konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan.

Pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) mengalami kenaikan 0,04 persen. Naik dari 101,16 di bulan April menjadi 101,21 di bulan Mei.

C. PERBANDINGAN NTP ANTAR PROVINSI

Dari 6 provinsi yang ada di pulau Sulawesi, ada 4 provinsi mengalami penguatan nilai NTP hanya Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang mengalami kontraksi. Sulawesi Utara, Sulawesi

(6)

Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo mengalami penguatan dan cenderung homogen yakni dibawah satu persen; pada interval 0,05 sampai 0,49 persen. Kenaikan tertinggi di Gorontalo 0,49 persen. Nilai NTP Sulawesi Utara masih terendah jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau sulawesi, sedangkan Sulawesi Barat mempunyai nilai NTP tertinggi, baik di pulau Sulawesi maupun di tingkat Nasional. Rendahnya nilai NTP Sulawesi Utara tidak berarti provinsi lain lebih baik dari Sulawesi Utara, karena nilai NTP tidak dapat dibandingkan antar wilayah.

Tabel 3. NTP dari 6 Provinsi di Pulau Sulawesi dan Persentase Perubahannya

Mei 2017 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1. Sulawesi Utara 116,44 0,34 125,97 0,04 92,43 0,30 2. Sulawes Tengah 119,66 -0,74 127,36 0,13 93,96 -0,88 3. Sulawesi Selatan 127,68 0,49 127,16 0,19 100,41 0,30 4. Sulawesi Tenggara 119,05 0,30 125,38 0,26 94,95 0,05 5. Gorontalo 132,34 0,52 125,32 0,04 105,60 0,49 6. Sulawesi Barat 129,24 -0,12 122,35 0,23 105,63 -0,35

D.

INFLASI PERDESAAN

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Mei, di daerah perdesaan Sulawesi Utara telah terjadi deflasi sebesar 0,06 persen. Salah satu penyebab utama terjadinya deflasi adalah menurunnya harga-harga barang dari kelompok bahan makanan dan sandang, dimana kelompok ini mempunyai share yang cukup besar dalam pembentukan inflasi.

Tabel 4. Indeks Harga Konsumen Perdesaan Dan Perubahannya

Provinsi Sulawesi Utara Menurut Kelompok Pengeluaran April – Mei 2017 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran April Mei %

Perubahan

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 130,67 130,59 -0,06

Bahan Makanan 141,55 140,75 -0,56

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 126,38 126,84 0,37

Perumahan 121,83 122,13 0,24

Sandang 115,41 115,18 -0,20

Kesehatan 119,73 121,08 1,13

Pendidikan, Rekreasi, & OR 108,30 108,68 0,34

Transportasi & Komunikasi 127,45 128,18 0,57

PERHATIAN !

Semua data dalam Berita Resmi Statistik ini boleh dikutip

dengan mencantumkan sumber data BPS Provinsi Sulawesi Utara

(7)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Martedhy Mormin Tenggehi, S.Si, MSi.

Kabid. Statistik Distribusi

BPS Provinsi Sulawesi Utara

Telepon: 0431-847044

Fax.: 0431-862204

Email: bps7100@bps.go.id

Homepage: http://sulut.bps.go.id

Gambar

Tabel 1.                                    NTP SULAWESI UTARA DAN PERUBAHANNYA      APRIL – MEI 2017
Tabel 2.         NILAI TUKAR PETANI PER SUB SEKTOR DAN PERUBAHANNYA                               APRIL – MEI 2017
Tabel 4.           Indeks Harga Konsumen Perdesaan Dan Perubahannya  Provinsi Sulawesi Utara Menurut Kelompok Pengeluaran

Referensi

Dokumen terkait

Penyimpangan maksim kebijaksanaan terdapat pada data (1) karena tuturan narasumber menyimpang dari prinsip kesantunan pada indikator 3 karena dalam tuturan mungkin

1) Produk, memiliki produk yang berbeda dari sekolah lainnya yakni kegiatan baca tulis Al-Quran, kegiatan ekstrakurikuler drumband, beladiri, pramuka, futsal, voli, basket. 2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, teknik pengumpulan data

Hubungan antara persepsi tentang perilaku merokok dengan tingkat perilaku merokok pada penelitian ini bersifat negatif, yaitu siswa yang memiliki persepsi negatif atau yang

Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional pada kreativitas karyawan dan peran moderasi dari variabel penugasan pemimpin dan

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

Pentadbir Sistem ICT adalah bertanggungjawab memastikan kawalan keselamatan dilaksana bagi mengelak berlakunya capaian oleh pengguna yang tidak sah, pengubahsuaian,