• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS MANDURO KABUPATEN MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS MANDURO KABUPATEN MOJOKERTO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

NIFAS, NEONATUS DAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS MANDURO KABUPATEN MOJOKERTO

YUNI DWI WIJAYANTI NIM. 1311010045

Subject : Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana DESCRIPTION

Kematian ibu dan bayi masih menjadi prioritas utama yang harus ditanggulangi di Indonesia. Kesehatan ibu merupakan salah satu tolak ukur untuk menentukan kualitas hidup terutama bagi perempuan. Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalinan, nifas, neonatus, dan KB yang dilakukan menggunakan metode SOAP dengan pendekatan managemen asuhan kebidanan.

Studi kasus ini di lakukan di BPM Luluk Tarwiyah di desa Sidorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Subyek dalam studi kasus ini adalah Ny. “S” usia 23 tahun. Asuhan kebidanan ini diselesaikan dengan menggunakan managemen asuhan 5 langkah menurut Kepmenkes RI No.369/tahun 2007.

Hasil asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “S” terdapat kesenjangan pada ukuran tinggi fundus uteri. Proses persalinan berlangsung dengan baik tanpa ada penyulit. Selama masa nifas terdapat kesenjangan yaitu pada involusi uterus, tetapi masalah tersebut tidak membahayakan ibu sehingga tidak memerlukan tindakan khusus. Pemeriksaan pada neonatus didapatkan hasil yang normal, tidak terjadi masalah atau komplikasi selama dilakukan asuhan. Pada kunjungan kontrasepsi klien memilih untuk memakai implan untuk mencegah kehamilan.

Asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. “S” berjalan secara fisiologis, tidak ditemukan tanda bahaya atau komplikasi selama diberikan asuhan. Sikap kooperatif dan kesediaan ibu untuk melakukan semua yang dianjurkan oleh bidan membuat proses kehamilan sampai kontrasepsi berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan, diharapkan ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin untuk memantau kondisi kehamilannya karena sangat berpengaruh pada proses persalinan hingga kontrasepsi ibu, sehingga jika terjadi komplikasi dapat diketahui sedini mungkin dan bisa diberikan penanganan.

(2)

ABSTRACT

Maternal and infant mortality remains a priority that must be overcome in Indonesia. Maternal health is one of the benchmarks for determining the quality of life, especially for women. This case study aimed to provide a comprehensive midwifwery care in pregnancy, parturition, post partum, neonatal, and family planning performed using SOAP method with midwifery care management approach.

This case study was conducted in BPS Luluk Tarwiyah in the Sidorejo, Ngoro, Mojokerto. The subject in this case study was Mrs. “S” age of 23 years. Midwifery care was conducted by using a five step care management by Kepmenkes RI 369/2007.

The result of antenatal care in Mrs. “S” there was found a gap on the size of the fundus height. The parturation process was going well withouth any complications. During the postpartum periode there was a gap in uterine involution, but the issue did not harm the mother so it did not require special action. Examination of the neonatal showed normal, no problems of complications during care. On a family planning visit mother chose to use contraceptive implants to prevent pregnancies.

Comprehensive midwifwery care in Mrs. “S” was running physiologically, found no sign of danger or complications during care given. Mother had cooperatve attitude and willingness to do all that was recommended by midwives made the process of pregnancy until family planning went well.

Based on the result of midwifery care is done, it is expected that mother do antenatal care regulary to monitor the condition of pregnancy because it is very influential in the process of parturation until family planning, so that in case of complications it can be seen as early as possible and can be given treatment. Key words : Pregnancy, parturition, post partum, neonatal, family planning Contributor : 1. Dyah Siwi Hety, M.Kes

2. Ferilia Adiesti,S.ST, MM Date : 08 Mei 2016

Type Material : Laporan Penelitian Identifier :

Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

Kematian ibu menjadi prioritas utama yang harus ditanggulangi oleh pemerintah untuk mengurangi risiko kematian, menjamin reproduksi sehat, dan meningkatkan kualitas hidup ibu. Kematian ibu merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau

(3)

(Pertiwi, dkk., 2012)

Kematian bayi masih merupakan salah satu masalah prioritas bidang kesehatan ibu dan anak di Indonesia (Alamsyah, 2010). Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi dibedakan faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan. Berdasarkan data BPS, AKB Jawa Timur tahun 2005-2010 turun dari 36,65 (tahun 2005) menjadi 29.99 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target MDG’S tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Roifah, 2012).

Pada tahun 2014 di Provinsi Jawa Timur Cakupan K1 sebesar 96% dan Cakupan K4 86,66%. Cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 92,45%. Cakupan pelayanan ibu nifas sebesar 91,5%. Cakupan KN1 sebesar 103,44% ini sudah memenuhi target sebesar 90% dan cakupan KN lengkap mencapai 101,29%, capaian ini telah memenuhi target sebesar 80%. Presentase peserta aktif KB sebesar 75,82% (Kemenkes, 2015). Pada Tahun 2013 di Kabupaten Mojokerto cakupan K1 sebesar 89,23% dan cakupan K4 mencapai 81,44%. Cakupan persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan sebesar 87,99%. Cakupan nifas sebesar 85,50%. Cakupan KN lengkap mencapai 97,47% dan peserta KB aktif sebesar 75,46% (Dinkes, 2014).

Kesehatan maternal dan neonatal akan saling terkait satu sama lain. Bayi yang sehat akan lahir dari seorang ibu yang kehamilan dan persalinannya sehat. Ibu hamil dan melahirkan dengan resiko penyakit tertentu, jika tidak disembuhkan sedini mungkin, maka janin yang dikandungnya tidak akan tumbuh dengan baik dan ketika lahir akan berada dalam keadaan resiko tinggi untuk menderita sakit bahkan meninggal (Alamsyah, 2010). Kesehatan ibu saat hamil akan sangat berpengaruh pada persalinan, neonatus, dan masa nifas. Deteksi dini terhadap masalah yang terlambat diketahui dan terlambat diberikan pertolongan akan menyebabkan terjadinya masalah saat persalinan dan nifas dapat menimbulkan komplikasi dan berujung kematian pada ibu. Penggunaan kontrasepsi yang tepat akan membantu untuk meningkatkan kesehatan ibu, tapi penggunaan kontrasepsi yang tidak efektif bagi ibu dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dalam KB yang akhirnya mengakibatkan gangguan reproduksi dan kehamilan yang tidak diinginkan, dimana karena kehamilan tersebut juga ikut menjadi penyebab dari kematian ibu.

Pemecahan masalah kesehatan ibu perlu dilakukan pendekatan upaya kesehatan berkelanjutan atau continuity of care yang dimulai sejak kehamilan, persalinan, dan nifas (Kemenkes, 2014). Asuhan kebidanan secara komprehensif yang di mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB akan membantu untuk mengetahui kesehatan ibu dan bayi, sehingga jika terjadi komplikasi dapat segera di berikan pengobatan.

(4)

Berdasarkan uraian diatas, maka hal ini mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil sampai ber-KB.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di BPM Hj. Luluk Tarwiyah, S.ST M.Kes di Desa Sidorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto dengan menggunakan metode studi kasus dengan subyek Ny. “S”. Responden yang digunakan ibu hamil trimester III samapi dengan kontrasepsi. Teknik yang digunakan adalah wawancara secara langsung, pemeriksaan secara fisik dan observasi secara langsung. Asuhan kebidanan ini dilakukan kunjungan sebanyak 12 kali kunjungan yaitu 3 kali kunjungan kehamilan, 1 kali kunjungan bersalin, 4 kali kunjungan nifas, 3 kali kunjungan neonatus, dan 1 kali kunjungan keluarga berencana. Asuhan kebidanan dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan metode SOAP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pemeriksaan pertama kehamilan trimester III Ny. “S” usia 23 tahun ibu mengeluh sering kencing. Menurut Hutahaean (2013), keluhan yang sering muncul pada trimester III adalah seringnya buang air kecil (BAK). Sering berkemih merupakan akibat dari peningkatan sensivitas kandung kemih. Uterus yang membesar menekan kandung kemih sehingga menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine (Kamariyah, dkk., 2014). Keluhan ibu pada kehamilan ini merupakan hal yang fisiologis sehingga ibu tidak perlu khawatir. Pertambahan besar janin yang diikuti dengan membesarnya uterus mengakibatkan kandung kemih semakin tertekan sehingga ibu sering merasa ingin kencing. Ibu harus mengosongkan kandung kemih setiap kali terasa ingin BAK, minum secukupnya untuk mencegah dehidrasi, dan mengurangi jumlah minum terutama sebelum tidur karena akan menimbulkan ketidaknyamanan saat tidur.

Kunjungan kedua ibu mengeluh pegal-pegal. Menurut Hutahaean (2013) pada trimester III pegal-pegal biasanya disebabkan karena kurang kalsium, ketegangan otot, ibu membawa beban yang berlebih seiring peningkatan berat badan janin, dan otot tubuh mengalami pengenduran sehingga mudah lelah. Keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang fisiologis sehingga ibu tidak perlu khawatir. Olah raga ringan seperti jalan-jalan di pagi hari dapat membantu meringankan keluhan dan membuat ibu menjadi semakin sehat serta mengkonsumsi makanan yang banayk mengandung kalsium (sayuran susu, kedelai, yogurt, keju, sayuran hijau, dan buah) akan membantu memenuhi kebutuhan kalsium selama hamil.

Kunjungan ketiga ibu mengeluh terkadang perutnya nyeri tapi hanya sebentar kemudain hilang. Menurut Sumarah, dkk. (2009), terjadi his permulaan yang disebabkan perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Kedua hormon tersebut semakin berkurang dan oksitosin semakin banyak yang dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagi his palsu. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan hal yang normal terjadi pada kehamilan trimester tiga dan memang seharusnya terjadi. Rasa nyeri tersebut

(5)

atas panggul sebagai awal dimulainya proses persalinan. Mengambil posisi yang nyaman atau miring kiri akan membantu ibu lebih nyaman dan menjaga suplai oksigen janin. Relaksasi setelah terasa nyeri perut juga bisa membuat ibu menjadi lebih tenang.

Berat badan ibu sebelum hamil 42 kg, hamil usia kehamilan 33 minggu menjadi 50 kg, kunjungan kedua usia kehamilan 35 minggu naik sebanyak 1 kg menjadi 51, kunjungan ketiga usia kehamilan 37 naik 2 kg menjadi 53 kg, dan kenaikan berat badan ibu sampai akhir kehamilan sebanyak 12 kg. Pertambahan berat badan yang lebih dari ½ kg perminggu pada trimester III harus diwaspadai mengalami kemungkinan mengalami preeklamsi hingga akhir kehamilan, pertambahan berat badan normal sekitar 9-13,5 kg, jika berat badan melebihi batas normal kemungkinan bayi besar atau gemeli. Perubahan berat badan dapat dipengaruhi pola makan ibu setiap hari. Ibu makan nasi secara rutin setiap hari, konsumsi camilan disamping makan nasi juga mempengaruhi berat badan. Ibu harus menjaga pola makan supaya tidak terjadi penambahan berat badan yang berlebih atau bahkan berat badannya menurun supaya tidak terjadi komplikasi selama kehamilan yang juga akan menyebabkan masalah pada janin.

Tekanan darah pada pemeriksaan pertama 110/70mmHg, kunjungan kedua 110/70 mmHg, dan kunjungan ketiga 120/70 mmHg. Menurut Baety (2012) tekanan darah harus diukur setiap kali pemeriksaan kehamilan, adanya kenaikan sistolik yang melebihi 30 mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah melebihi 140/90 mmHg harus diwaspadai sebab keadaan itu merupakan salah satu gejala preeklamsi. Pemeriksaan tekanan darah pada ibu selama hamil tidak ada masalah. Tekanan darah normal pada ibu hamil dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk menilai kesehatan kehamilan ibu. Tekanan darah ibu akan tetap normal selama ibu mampu untuk menjaga kondisi fisik (menjaga pola makan, tidur, dan kebersihan diri) dan psikis (menjaga untuk tetap tenang dan rileks) selama hamil.

Pemeriksaan lepold I usia kehamilan 33 minggu TFU pertengahan pusat dan px (27 cm), usia kehamilan 35 minggu TFU 3 jari dibawah px (30 cm), usia kehamilan 37 minggu TFU 2 jari dibawah px (31 cm). Pengukuran TFU dengan per tiga jari menurut Sulistyawati (2009) pada usia kehamilan 32 minggu TFU pertengahan pusat dan px, usia kehamilan 36 minggu TFU 3 jari dibawah px. Menurut Kamariyah (2014) usia kehamilan 32 minggu TFU 29,5-30 cm diatas simfisis, usia kehamilan 34 minggu TFU 31 cm diatas simfisis, usia kehamilan 36 minggu TFU 32 cm diatas simfisis, dan usia kehamilan 38 minggu TFU 33 cm. TFU setiap ibu hamil berbeda-beda meskipun usia kehamilannya sama. Perbedaan ini terjadi karena dipengaruhi oleh berat badan ibu. Ibu yang mempunyai berat badan lebih maka lemak perutnya juga tebal. Ketebalan lemak perut ibu tersebut dapat mempengaruhi besarnya TFU ibu. Berat janin juga berpengaruh, semakin besar berat janin maka semakin besar pula ukuran TFU. Posisi janin yang tidak normal seperti posisi melintang maka TFU juga rendah.

Pada pemeriksaan kadar Hb ibu trimester III 11 gr%. Kadar Hb dikatakan normal adalah 11 gr%, 9-10 gr% anemia ringan, 7-8 gr% anemia sedang, dan kurang dari 7 gr% anemia berat (Rukiah, 2013). Kurangnya kadar Hb bisa

(6)

disebabkan karena ibu kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Anemia pada ibu hamil menyebabkan gangguan pemenuhan oksigen pada ibu dan janin. Pemenuhan nutrisi supaya kadar Hb ibu tetap dalam batas normal adalah dengan menganjurkan ibu untuk banyak makan-makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran hijau, buah-buahan, dan konsumsi tablet Fe secara rutin.

Hasil pemeriksaan pada Ny. “S” ibu mengeluh perutnya mules dan mengeluarkan cairan dari kemaluan sejak pukul 04.00 WIB. Menurut Sondakh (2013), pada teori oksitosin interna disebutkan bahwa hormon oksitosin dihasilkan oleh hipofisis posterior, keseimbangan antara estrogen dan progesteron mengalami perubahan sehingga mengakibatkan perubahan pada tingkat sensivitas dan menyebabkan timbulnya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks serta kadar estrogen yang menurun karena usia kehamilan yang sudah tua akan menyebabkan meningkatnya aktivitas oksitosin. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan hal yang fisiologis sehingga sehingga ibu tidak perlu khawatir terjadi masalah pada kehamilannya. Asuhan yang bisa diberikan pada ibu adalah menganjurkan ibu untuk menyiapkan persalinan yaitu persiapan fisik seperti nutrisi, pakaian bersih dan persiapan psikis yaitu meyakinkan ibu untuk tetap tenang dan mampu melahirkan dengan normal. Asuhan lainnya adalah berjalan-jalan atau memilih posisi yang nyaman selama ibu masih kuat.

Pada kala I di dapatkan hasil pemeriksaan dalam pada jam 10.30 WIB yaitu pembukaan 3 cm, efficement 50 cm, ketuban (-), presentasi kepala, UUK depan, Hodge II, tidak ada bagian yang menumbung. Evaluasi jam 14.30 WIB hasil pemeriksaan dalam tetap seperti pertama datang dan jam 17.00 pembukaan sudah lengkap. Menurut Sumarah, dkk. (2009) persalinan kala I berlangsung dari pembukaan 0 sampai 10 cm, berdasarkan kurve Fridman bisa diperhitungkan pembukaan 1 cm/jam pada primigravida dan 2 cm/jam pada multigravida. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya kemajuan persalianan dalam pembukaan, seharusnya pada evaluasi 4 jam berikutnya pembukaan sudah 7 cm, hal ini bisa dipengaruhi oleh frekuensi dan lama his, posisi ibu yang mempengaruhi penurunan kepala janin. Tetapi kemajuan persalinan pada 2 ½ jam berikutnya sangat cepat, hal ini dipengaruhi oleh his ibu yang semakin lama semakin kuat dan posisi ibu miring kiri. Asuhan yang diberikan adalah ibu tetap dianjurkan untuk miring kiri untuk menjaga supaya sirkulasi oksigen ke janin tetap baik, makan dan minum disela-sela his agar ibu tidak kehabisan tenaga ketika mengejan.

Pada kala II pada jam 17.00 WIB pembukaan sudah lengkap, ibu ingin meneran dan bayi lahir jam 17.20 WIB. Menurut Sumarah, dkk. (2009), persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir yang berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Persalinan kala II pada pelaksanaan normal kurang dari 1 jam yaitu 20 menit setelah pembukaan lengkap, tidak terjadi masalah atau komplikasi selama persalinan. Cepat atau lamanya bayi lahir dapat dipengaruhi oleh posisi meneran, cara meneran ibu yang baik dan benar, serta kekuatan ibu saat meneran untuk melahirkan bayi.

(7)

jari dibawah pusat. Menurut Sumarah dkk. (2009), persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat (Sulistyawati, 2009). Persalinan kala III terjadi selama 15 menit, plasenta lahir lengkap dan tidak ada masalah. Plasenta bisa lahir dengan baik dapat disebabkan karena uterus segera berkontraksi dengan baik (keras) sehingga plasenta bisa lepas kurang dari 30 menit setelah bayi lahir.

Pada persalinan kala IV observasi 2 jam post partum didapatkan hasil ttv normal, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, perdarahan 150 cc. Menurut Sondakh (2013) perdarahan dikatakan normal adalah 250 cc, jika perdarahan lebih dari 500 cc maka sudah dianggap tidak normal. Proses persalinan ini berjalan dengan normal dan tidak terjadi masalah atau komplikasi yang menyebabkan ibu mengalami perdarahan yang abnormal. Keadaan ini bisa dipengaruhi oleh sikap ibu yang kooperatif dengan asuhan yang di berikan oleh bidan mulai dari awal persalinan dan kondisi fisik ibu yang kuat selama proses persalinan.

Pemeriksaan pada kunjungan pertama ibu mengelu nyeri pada daerah kemaluan dan kunjungan berikutnya ibu tidak ada keluhan. Menurut Bahiyatun (2009) nyeri perineum merupakan di sebabkan oleh episiotomi, laserasi atau jahitan. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan hal yang fisiologis, sehingga ibu tidak perlu khawatir. Asuhan yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini (miring kanan, miring kiri, duduk, dan berjalan yang bisa membantu mempercepat involusi), menjaga personal hygiene terutama vulva hygiene dengan cara membersihkannya dari luar ke dalam menggunakan sabun dan air, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau setiap kali terasa penuh dan tidak nyaman. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu ibu tidak tarak makan kecuali ibu alergi terhadap makanan tersebut supaya penyembuhan luka jahitan lebih cepat.

Tinggi fundus uteri pada kunjungan pertama (6-8 jam post partum) didapatkan hasil TFU 3 jari dibawah pusat, kunjungan kedua (hari ke-6) TFU 3 jari di atas simpisis, kunjungan ketiga (2 minggu post partum) TFU 2 jari diatas simpisis, dan kunjungan keempat (6-8 minggu post partum) TFU tidak teraba. Menurut Sulistyawati (2009) TFU pada saat bayi lahir setinggi pusat, akhir kala III TFU 2 jari dibawah pusat, 1 minggu post partum TFU pertengahan pusat dan simpisis, 2 minggu post partum TFU teraba di atas simpisis, dan pada 6 minggu post partum TFU tidak teraba serta kontraksi uterus keras. Penurunan TFU pada ibu tidak berjalan dengan baik. Mobilisasi dini atau aktivitas ibu selama masa nifas dapat mempengaruhi involusi uterus, ibu yang sedikit aktivitas atau takut untuk beraktivitas akan memperlambat proses involusi pada uterus. Pemenuhan kebutuhan nutrisi juga berpengaruh, gizi yang tercukupi akan membantu involusi berjalan dengan baik.

Pemeriksaan lochea pada kunjungan pertama adalah lochea rubra, kunjungan kedua lochea sanguinolenta, kunjungan ketiga lochea serosa, dan kunjungan keempat lochea alba. Menurut Nurjanah, dkk. (2013) ada beberapa macam lochea, yaitu lochea rubra yang keluar pada hari pertama sampai hari ke-3, lochea

(8)

sanguinolenta yang keluar pada hari ke-4 sampa ke-7, lochea serosa yang keluar pada hari ke-7 sampai ke-14, dan lochea alba yang keluar setelah 2 minggu post partum. Pengeluaran lochea pada ibu berjalan normal. Proses pengeluaran lochea dipengaruhi oleh mobilisasi dini yang dilakukan ibu segera setelah persalinan serta kontraksi uterus yang mempengaruhi jumlah perdarahan, pemberian obat yang merangsang kontraksi uterus agar tetap baik (keras) sehingga tidak terjadi perdarahan yang berlebih, selain itu nutrisi juga sangat berpengaruh karena jika kebutuhan nutrisinya terpenuhi dengan baik, maka kembalinya kesehatan organ kehamilan akan lebih cepat.

Hasil pemeriksaan By. Ny. “S” lahir spontan dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 50 cm, jenis kelamin laki-laki, mengangis kuat, gerak aktif, kulit kemerahan, tidak ada kelainan kongenital, bayi lahir saat usia kehamilan 40 minggu. Bayi baru lair normal merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan syarat berat badan lahir 2500-4000 gram dan tanpa tanda-tanda asfiksia atau penyakit penyerta lain (Wahyuni, 2011). Bayi lahir pada usia cukup bulan yaitu 40 minggu, berat badan dan tinggi badan normal. Selama kehamilan ibu selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin sehingga kesehatan janin bisa dipantau dengan baik dan bayi bisa lahir dengan normal. Asuhan kebidanan pada By. Ny. “S” dilakukan sesuai dengan perawatan bayi baru lahir normal, perawatan tali pusat dengan cara membungkus menggunakan kassa steril dan kering tanpa ditambahkan apapun, menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat dengan cara menggedong dan memakai topi, dan pemberian salep mata untuk mencegah infeksi pada mata yang disebabkan oleh kontaminasi mikroorganisme selama persalinan berlangsung, vit K 1 mg untuk mempercepat proses pembekuan darah dan imunisasi Hb 0 untuk mencegah penyakit Hepatitis.

Tanda-tanda vital pada pemeriksaan pertama yaitu, pernafasan 48 x/menit, nadi 120 x/menit, suhu 36,7 oC. Kunjungan pertama, pernafasan 44 x/menit, nadi 120 x/menit, suhu 36,9 oC, kunjungan kedua, pernafasan 44 x/menit, nadi 118 x/menit, suhu 36,7 oC. kunjungan ketiga pernafasan 42x/menit, nadi 110 x/menit, suhu 37 oC. Bayi mampu minum ASI dengan baik dan tidak ada keluhan. Menurut Sondakh (2013) frekuensi nafas bayi baru lahir sekitar 30-60 x/menit, frekuensi nadi 120-160 x/menit. Pemeriksaan suhu yang normal menggunakan termometer aksila adalah 36,5-37,5 oC (Dewi, 2013). Pemeriksaan TTV pada bayi semuanya dalam keadaan normal. Asuhan yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi (menggedong, memakaikan topi), menjemur bayi di pagi hari untuk mencegah terjadinya ikterus, menjaga personal hygiene supaya bayi terhindar dari bakteri atau kotoran yang dapat memicu penyakit, dan memberikan ASI eksklusif yaitu pemberian air susu ibu selama 6 bulan tanpa tambahan makanan pendamping lain karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dibandingkan dengan susu formula.

Ny. “S” ingin memakai kontrasepsi implan dan sekarang sedang menyusui anaknya yang kedua berusia 42 hari, kondisi fisik ibu normal. Ibu dan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit iskemik seperti hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS. Menurut Kemenkes RI (2011) kondisi pasien yang sesuai untuk menggunakan implan salah satunya adalah ibu sedang menyusi bayinya yang berusia 6 minggu atau lebih dan menginginkan kontrasepsi karena tidak

(9)

masa nifas adalah Metode Amenorea Laktasi, suntikan progestin, pil progestin, kontrasepsi implan, dan kontap (Dewi, 2014). Pilihan kontrasepsi implan sesuai dengan kondisi ibu saat ini dimana ibu sedang menyusui bayi yang berusia 42 hari, jumlah anaknya dua dimana salah satu program pemerintah adalah dua anak cukup. Ibu ingin memakai kontrasepsi yang tidak mengganggu pada ASI dengan tingkat keberhasilan tinggi untuk mencegah kehamilan dan karena jarak anak terlalu dekat yaitu kurang dari dua tahun. jadi untuk lebih aman agar tidak terjadi kehamilan kontrasepsi implan adalah pilihan yang tepat bagi ibu.

SIMPULAN

1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Asuhan kebidanan pada Ny. “D” selama hamil trimester III terdapat kesenjangan pada berat badan dan tinggi fundus uteri. Pemeriksaan secara rutin harus dilakukan untuk memantau kesehatan ibu dan janinnya.

2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Proses persalinan mulai dari kala I sampai kala IV berjalan dengan baik sesuai APN, tidak terjadi masalah atau komplikasi selama persalinan karena ibu sangat kooperatif dengan bidan.

3. Asuhan Kebidanan Pada ibu Nifas

Masa nifas ibu berjalan dengan normal kecuali pada involusi uterus dimana TFU tidak sesuai teori, tetapi tidak menimbulkan masalah atau penyulit selama masa nifas.

4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. “S” lahir spontan, tidak terjadi masalah atau komplikasi selama dan setelah persalinan. Asuhan yang dilakukan sesuai dengan asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir normal dan perkembangan bayi berjalan dengan baik.

5. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Ber-KB

Ibu memilih jenis KB implan untuk mencegah kehamilan. Pemilihan jenis KB ini sangat sesuai karena ibu menyusui bayinya dan ingin memakai kontrasepsi yang tidak berpengaruh pada ASI.

SARAN

1. Bagi Institusi

Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan pembelajaran bagi mahasiswa kebidanan Poltekkes Majapahit Mojokerto.

2. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan bidan mampu mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kebidanan khususnya dalam memberikan asuhan berkelanjutan yang maksimal.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, E. (2014). Analisis Epidemiologi Upaya Kesehatan Maternal Neonatal Di Indonesia Dalam Pencapaian Target Millenium Development Goals (MDGs) 2015.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dewi, V. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Dinas Kesehatan. (2014). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto (Online). (http://dinkes.mojokertokab.go.id, diakses 5 November 2015).

Hutahean, S. (2013). Perawatan Antenatal (Pertama ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Kamariyah, N., Anggasari, Y., & Muflihah, S. (2014). Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehtaan. (2014). Jadilah Kartini Indonesia Yang Tidak Mati

Muda (Pencanangan Kampanye Kesehatan Ibu 2014) (Online).

(http://www.depkes.go.id/article/print/201404/300001/jadilah-kartini- indonesia-yang-tidak-mati-muda--pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html, diakses 5 November 2015).

Nurjanah, S. N., Maemunah, A. S., & Badriah, D. L. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung: PT Refika Aditama.

Sondakh, J. J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Sumarah, Widyastuti, Y., & Wiyati, N. (2009). Perawatan Ibu Bersalin (Ketiga ed.). Yogyakarta: Fitramaya.

Wahyuni, S. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita (Pertama ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

ALAMAT CORESPONDEN

Email : yuniwijaya15@gmail.com

Alamat : Dsn. Balong Sari RT.22 RW. 04 Kebonagung, Porong, Sidoarjo No HP : 085731944360

Referensi

Dokumen terkait

Semakin banyak perusahaan melakukan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan tentunya dengan memilih risiko yang terkecil, hal ini akan bertujuan untuk

Sedangkan triangulasi metode akan dilakukan dengan mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Keputusan

Pengertian Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Pada tahun 2016, Total Assets Turnover Ratio tahun 2012 yang diperoleh perusahaan sebesar 1,00 kali menunjukkan bahwa manajemen mampu memutar aset perusahaan sebanyak 1,00

Selain itu, selama ini PKn masih dianggap sebagai pelajaran yang mementingkan hafalan semata, bukan untuk berpikir kreatif, kritis, dan analitis (Ananda, 2017: 22). Hasil

Namun dalam kondisi seperti ini ( pandemi Covid-19 ) umat Hindu Bongso wetan meyakini bahwa pandemi adalah pringatan agar manusia tidak lagi berbuat kerusakan, dan menjadi

Tahlil : merupakan kalimat yang berbunyi “ la> ila>ha illallah” yang artinya adalah tiada Tuhan selain Allah. Yang mana kalimat tahlil dari kata hallala yang