GANGGUAN KESEHATAN AKUT PETANI PEKERJA AKIBAT PESTISIDA DI DESA KEDUNG REJO KECAMATAN MEGALUH
KABUPATEN JOMBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
ambang Universitas Sanata Dh (Diameter 5 cm)
Diajukan oleh: Galuh Paramita NIM : 958114122
Oleh:
Siska Christina Dewi Sulistyoningrum NIM : 038114048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Persetujuan Skripsi
GANGGUAN KESEHATAI{ AKUT PETANI PEKERJA AKIBAT
PESTISIDA DI DESA KEDT]NG REJO KECAMATAN MEGALUH
KABUPATEN JOMBANG
Yang diajukan oleh.
Siska Christina Dewi Sulistyoningrum
N I M : 0 3 8 1 1 4 0 4 8
telah disetujui oleh
Pembimbing Utama
Pengesahan Skripsi Berjudul
GAI{GGUAI\ KESEHATAN AKUT PETAI\U PEKERJA AKIBAT
PESTISIDA DI DESA KEDI]NG REJO KECAMATAI\ MEGALT'H
KABT]PATEN JOMBAF{G
Oleh:
Siska Christina Dewi Sulistyoningrum N I M : 0 3 8 1 1 4 0 4 8
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma padatanggal : Januari 2008
Mengetahui Fakultas Farmasi
Sanata Dharma
M.Si., Apt.
Pembimbing Utama:
Drs. A. Tri Priantoro M. For.Sc.
Panitia Penguji:
1. Drs. A. Tri Priantoro M. For.Sc.
Ipang Djunarko S.Si., Apt.
Drs. Mulyono, Apt.
B
B
B
a
a
a
g
g
g
i
i
i
M
M
M
u
u
u
p
p
p
u
u
u
j
j
j
i
i
i
a
a
a
n
n
n
h
h
h
o
o
o
r
r
r
m
m
m
a
a
a
t
t
t
k
k
k
e
e
e
m
m
m
u
u
u
l
l
l
i
i
i
a
a
a
n
n
n
K
K
K
a
a
a
u
u
u
l
l
l
a
a
a
h
h
h
s
s
s
e
e
e
g
g
g
a
a
a
l
l
l
a
a
a
n
n
n
y
y
y
a
a
a
d
d
d
i
i
i
d
d
d
a
a
a
l
l
l
a
a
a
m
m
m
h
h
h
i
i
i
d
d
d
u
u
u
p
p
p
k
k
k
u
u
u
J
J
J
a
a
a
n
n
n
j
j
j
i
i
i
M
M
M
u
u
u
b
b
b
e
e
e
r
r
r
s
s
s
i
i
i
n
n
n
a
a
a
r
r
r
b
b
b
u
u
u
k
k
k
t
t
t
i
i
i
k
k
k
a
a
a
n
n
n
K
K
K
a
a
a
u
u
u
b
b
b
e
e
e
s
s
s
a
a
a
r
r
r
T
T
T
i
i
i
a
a
a
d
d
d
a
a
a
y
y
y
a
a
a
n
n
n
g
g
g
s
s
s
e
e
e
p
p
p
e
e
e
r
r
r
t
t
t
i
i
i
M
M
M
u
u
u
Y
Y
Y
e
e
e
s
s
s
u
u
u
s
s
s
T
T
T
u
u
u
h
h
h
a
a
a
n
n
n
k
k
k
u
u
u
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(
(
(
b
b
b
y
y
y
:
:
:
S
S
S
.
.
.
S
S
S
i
i
i
m
m
m
o
o
o
r
r
r
a
a
a
n
n
n
g
g
g
k
k
k
i
i
i
r
r
r
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
)
)
)
T
T
T
h
h
h
e
e
e
p
p
p
u
u
u
r
r
r
p
p
p
o
o
o
s
s
s
e
e
e
o
o
o
f
f
f
y
y
y
o
o
o
u
u
u
r
r
r
l
l
l
i
i
i
f
f
f
e
e
e
i
i
i
s
s
s
f
f
f
a
a
a
r
r
r
g
g
g
r
r
r
e
e
e
t
t
t
h
h
h
e
e
e
r
r
r
t
t
t
h
h
h
a
a
a
n
n
n
y
y
y
o
o
o
u
u
u
r
r
r
o
o
o
w
w
w
n
n
n
p
p
p
e
e
e
r
r
r
s
s
s
o
o
o
n
n
n
a
a
a
l
l
l
f
f
f
u
ul
u
l
lf
f
f
i
il
i
l
ll
l
l
m
m
m
e
e
e
n
n
n
t
t
t
.
.
.
.
..
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
o
o
o
r
r
r
e
e
e
v
v
v
e
e
e
n
n
n
y
y
y
o
ou
o
u
ur
r
r
h
ha
h
a
a
p
pp
p
p
p
i
in
i
n
ne
e
e
s
s
s
s
s
s
.
.
.
(
(
(
b
b
b
y
y
y
R
R
R
i
i
i
c
c
c
k
k
k
W
W
W
a
a
a
r
r
r
r
r
r
e
e
e
n
n
n
)
)
)
P
PPrrreeessseeennnttteeedddbbbyyy:::
M
MMyyySSSaaavvviiiooorrr”””JJJeeesssuuusssCCChhhrrriiisssttt”””
O
OOrrraaannngggtttuuuaaayyyaaannngggttteeerrrkkkaaasssiiihhhBBBaaapppaaakkkdddaaannnMMMaaammmaaa
M
MMyyyBBBrrrooottthhheeerrrsssMMMaaasssDDDoooddddddyyydddaaannnAAAdddeeekkkkkkuuuIIIwwwaaannn
A
PERI.IYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yalg saya tulis ini tidak memuat karya atau bagran karya orang latq kucuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah
LEMBAR PERI\-YATAAII PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH TJNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Siska Christina Dewi Sulistyoningrum
Nomor Mahasiswa : 03 8114 048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Gangguan Kesehatan Akut Petani Peke{a Akibat Pestisida di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, fle-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Februari 2008
PRAKATA
Puji syukur atas anugrah dan kemurahan Tuhan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gangguan Kesehatan Akut Petani Pekerja Akibat Pestisida Di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang ”. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Bpk. Drs. A. Tri Priantoro M. For.Sc. selaku pembimbing utama yang selalu memberi dukungan, pengetahuan, kritik, dan saran yang membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bpk. Ipang Djunarko S.Si., Apt. selaku Dosen Penguji atas masukan, dukungan dan saran yang sangat berarti..
4. Bpk. Drs. Mulyono, Apt. selaku Dosen Penguji atas masukan, pengetahuan dan saran yang sangat berharga..
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Kaprodi Fakultas Farmasi atas dukungan dalam kelancaran pengerjaan skripsi ini.
6. Bpk. Gitari sekeluaga, Bpk. Subani sekeluarga serta seluruh responden atas segala dukungan, bantuan dan waktu yang telah diluangkan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
8. Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, dan Kantor Kecamatan Megaluh atas segala informasi, saran dan pengetahuan yang sangat membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
9. Mas Doddy dan Iwan my brothers yang luar biasa, terima kasih karena dukungan, cinta kasih kalian aku bisa selesaikan ini.
10.Untuk anak-anak Lion of Judah family : Donald, Agus, Henny, Gita, Anis, Elvie, Anie, Sabet, Kristian, Kak Ayu, Mbak Link, Mbak Nink, Anie, Nana, Ester, Dokman, Jemsner, Kaka, Deephe, Tatik, Rheni buat setiap doa, bantuan, persaudaraan dan pengertian kalian yang membuat penulis bersemangat dan terus berjuang.
11.Untuk sahabat baikku Oliph (mou-mou) dan Vivi (miaw), Jeffry, Mas Anto, Mas Yusak, Welly, dan anak-anak PMK Apostolos atas dukungan, doa, bantuan, dan pengertian kalian sangat berarti bagi penulis.
12.Buat anak-anak kos Valent House : Anis, Inke, Ema, Acied, Juleha atas bantuan dan dukungan kalian dalam kerjasama, dan kebersamaan kita.
13. Semua pihak yang idak dapat penulis sebutkan satu pesatu.
Dalam kesempatan ini, tak lupa penulis memohon maaf kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun.
INTISARI
Sebagian besar wilayah Jombang penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Untuk meningkatkan mutu dan produksi digunakan pestisida terutama pada tanaman hortikultura. Pestisida merupakan bahan kimia yang berguna tetapi juga dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan para pekerja/pengguna pestisida, karena penggunaan yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai gangguan kesehatan akut petani pekerja akibat pestisida di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan survei deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non random probability
dengan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang disebar pada petani pekerja. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan tabel dan grafik.
ABSTRACT
Jombang region consist largely of farmland and farming is the primary activity of its people. In order to increase the quality and quantity of horticultural production pesticides are used. Besides its usefulness, pesticides with its chemical essence may cause some negative effect for the user’s health if it is not use properly. The research’s main objective is to give a descriptive explanation on the acute health problems that caused by the improper use of pesticides in Desa Kedung Rejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
This research is an observational research that uses descriptive survey methods. The samples were non random and taken purposively. Data was collected by using questionnaire from farmers who use pesticides. The data was analyze statistically in percentage and presented in tables and graphics.
All of respondent were male (100%), and most them (31%) were 31-40. They live as farmer (57%), and most of them 43% graduates of elementary school. The results of research were showed that most of respondents (87%) did not have the knowledge about active substance in pesticides, 63% understood generally the negative effect of pesticides. Most respondents (87%) used pesticides as its doses, 98% used tools to mix pesticides, and 52% were or used protection equipment. Most respondents (44,78%) applied Insecticides which is mixed with more than one other pesticides (59%). 39% respondents showed acute symptoms of the health problems because of using pesticides, including dizziness (14,46%), headache (12,05%), general weakness (7,83%), vomiting (6,63%), and irritation (6,63%).
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
PRAKATA... vi
INTISARI... viii
ABSTRACT... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I. PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
1. Perumusan masalah... 2
2. Keaslian penelitian... 3
3. Manfaat penelitian... 3
B. Tujuan Penelitian... 3
1. Tujuan umum... 3
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 5
A. Pestisida... 5
B. Penggolongan Pestisida... 7
1. Insektisida... 7
2. Herbisida... 9
3. Fungisida... 10
4. Rodentisida... 10
C. Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian... 10
1. Risiko bagi keselamatan pengguna... 10
2. Risiko bagi konsumen... 16
3. Risiko bagi lingkungan... 16
D. Keterangan Empiris... 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 18
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 18
B. Definisi Operasional... 18
C. Subyek Penelitian... 19
D. Instrumen Penelitian... 19
E. Tata Cara Penelitian... 20
1. Prasuvei responden... 20
2. Pembuatan kuisioner... 20
3. Uji validitas... 21
4. Teknik pengambilan sampel... 22
6. Analisis data... 23
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 24
A. Deskripsi Wilayah dan Jumlah Penduduk... 24
B. Karakteristik Responden... 27
1. Jenis kelamin... 27
2. Umur... 27
3. Jenis pekerjaan... 28
4. Tingkat pendidikan... 29
C. Pengetahuan Responden Terhadap Pestisida... 30
1. Pengetahuan responden tentang bahan aktif dalam pestisida... 30
2. Pengetahuan responden mengenai dampak negatif pestisida... 31
3. Keikutsertaan responden dalam pelatihan tentang pestisida... 31
D. Praktek Penggunaan Pestisida oleh Responden... 33
1. Penggunaan dosis pestisida oleh responden... 34
2. Frekuensi penggunaan... 35
3. Alat bantu waktu mencampur pestisida... 36
4. Cara penyimpanan pestisida... 37
5. Penggunaan perlengkapan pelindung saat kontak dengan pestisida... 38
6. Penggunaan pestisida... 40
E. Gangguan kesehatan akibat penggunaan pestisida... 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 50
B. Saran... 51
DAFTAR PUSTAKA... 53
LAMPIRAN... 55
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I Tanda dan gejala keracunan pestisida organofosfat... 13 Tabel II Gejala-gejala keracunan akut dan kronis akibat
organokorin... 15 Tabel III Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo Juli 2007 menurut
jenis kelamin... 24 Tabel IV Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo Juli 2007 menurut
tingkat pendidikan... 25 Tabel V Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo Juli 2007 menurut
mata pencaharian... 25 Tabel VI Frekuensi pelatihan penggunaan pestisida yang diikuti
responden dalam 1 tahun... 32 Tabel VII Alat bantu yang digunakan responden untuk mencampur.. 36 Tabel VIII Cara responden menyimpan pestisida... 37 Tabel IX Macam perlengkapan pelindung yang digunakan
responden... 39 Tabel X Alasan responden mengenai penggunaan pestisida... 39 Tabel XI Jenis pestisida yang digunakan responden... 41 Tabel XII Gejala-gejala klinis yang dialami responden saat/setelah
kontak dengan pestisida... 43 Tabel XIII Jenis pestisida yang digunakan responden berdasarkan
Tabel XIV Banyaknya perlengkapan pelindung yang digunakan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Struktur kimia organofosfat... 7
Gambar 2 Struktur kimia karbamat... 8
Gambar 3 Struktur umum siklodin... 9
Gambar 4 Struktur umum diklorofeniletan... 9
Gambar 5 Struktur umum benzen siklohekxan terklorinasi... 9
Gambar 6 Mekanisme kerja masing-masing insektisida... 15
Gambar 7 Umur responden sebagai pengguna pestsida... 28
Gambar 8 Jenis pekerjaan responden sebagai pengguna pestsida... 29
Gambar 9 Tingkat pendidikan terakhir pengguna pestisida... 29
Gambar 10 Tingkat kepedulian responden terhadap bahan aktif dalam pestisida... 30
Gambar 11 Pengetahuan responden tentang dampak negatif pestisida... 31
Gambar 12 Keikutsertaan responden dalam pelatihan tentang pestisida... 32
Gambar 13 Penggunaan pestisida sesuai dosis... 34
Gambar 14 Frekuensi penggunaan pestisida oleh responden dalam sehari... 35
Gambar 16 Penggunaan alat bantu waktu responden mencampur
pestisida ... 36 Gambar 17 Penggunaan perlengkapan pelindung... 38 Gambar 18 Penggunaan pestisida oleh responden... 41 Gambar 19 Kebiasaan merokok responden selama menggunakan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat ijin penelitian dari BAPPEDA... 53
Lampiran 2 Peraturan tentang pestisida... 54
Lampiran 3 Kuisioner penelitian... 56
Lampiran 4 Pengolahan data... 61
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Bidang pertanian memiliki angkatan kerja terbesar di Indonesia. Menurut data hasil sensus pertanian tahun 2003, sekitar 25,6 juta kepala keluarga bertumpu dan bermata pencaharian pertanian. Di daerah Jombang, Jawa Timur sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Permasalahan yang sering di hadapi para petani salah satunya adalah gangguan atau dirusaknya tanaman pertanian mereka
oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman/tumbuhan ini dikenal sebagai hama tanaman,
penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Dalam upaya meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian, penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman sering tidak dihindarkan (Djojosumarto, 2000).
Pengendalian organisme pengganggu pada tanaman dengan pestisida banyak digunakan oleh masyarakat pada tanaman hortikultura, baik tanaman buah-buahan ataupun tanaman sayuran seperti kubis, tomat, semangka, cabai, bawang merah dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan tuntutan masyarakat akan mutu produksi hortikultura yang mengutamakan penampakan luar.
pestisida cukup tinggi, sehingga dilakukan penelitian di daerah ini mengenai penggunaan pestisida yang menyebabkan ganggunan kesehatan pada petani pekerja.
Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama tanaman yang penggunaannya relatif mudah, mempunyai daya kerja yang cepat, dapat diaplikasikan dalam setiap tempat dan waktu pada areal yang luas serta waktu yang singkat. Pestisida mempunyai berbagai macam jenis, yang penggunaannya dipilih tergantung dari sasarannya. Menurut Departemen Kesehatan 1998, persentase penggunaan pestisida di Indonesia adalah sebagai berikut insektisida 55,42%, herbisida 12,25%, fungisida 12,05%, repelen 3,61%, bahan pengawet kayu 3,61%, zat pengatur pertumbuhan 3,21%, rodentisida 2,81%, bahan perata/perekat 2,41%, akarisida 1,4%, moluskisida 0,4%, nematisida 0,44%, dan 0,40% ajuvan serta lain-lain berjumlah 1,4%.
Di satu sisi penggunaan pestisida memberikan keuntungan bagi produktivitas pertanian, di sisi lain pestisida memberikan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan karena penggunaan yang sering tidak terkendali dan berlebihan atau tidak tepat. Untuk memberikan gambaran pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani maka dilakukan penelitian mengenai gangguan kesehatan akibat pestisida pada petani semangka di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.
1. Perumusan masalah
b. Seberapa jauh pangetahuan petani pekerja sebagai pengguna pestisida mengenai bahan aktif, dan dampak negatif pestisida?
c. Bagaimana praktek penggunaan pestisida oleh responden meliputi dosis pemakaian, frekuensi penggunaan, jenis pestisida dan cara pencegahan? d. Apa gangguan kesehatan akut petani pekerja akibat penggunaan pestisida? 2. Keaslian penelitian
Sejauh ini, belum pernah dilakukan penelitian mengenai gangguan kesehatan akut petani pekerja akibat penggunaan pestisida di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai gangguan kesehatan akut penggunaan pestisida di kalangan petani pekerja. b. Manfaat praktis.
1) Meningkatkan perilaku penggunaan pestisida secara tepat dan benar.
2) Memberikan pengetahuan mengenai gangguan kesehatan akibat penggunaan pestisida.
B. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik petani pekerja di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang.
b. Mengetahui pangetahuan petani pekerja sebagai pengguna pestisida mengenai bahan aktif, dan dampak negatif pestisida.
c. Mengetahui praktek penggunaan pestisida oleh responden meliputi dosis pemakaian, frekuensi penggunaan, jenis pestisida, dan cara pencegahan. d. Mengetahui gangguan kesehatan akut akibat penggunaan pestisida di
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Pestisida
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO, 1986) pestisida adalah
campuran bahan yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan
hewan/tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat termasuk serangga
penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan manusia (Soemirat, 2003).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 7/1973 (Anonim, 1973), pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
2. Memberantas rerumputan;
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
tidak termasuk pupuk;
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan
ternak;
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air;
7. Memberantas atau mencegah binatang binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan;
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air. dengan penggunaan pada tanaman,
tanah, dan air.
Dari batasan tersebut pestisida memiliki pengertian yang sangat luas yakni
meliputi produk–produk yang digunakan di bidang pertanian, kehutanan,
perkebunan, peternakan/kesehatan hewan, perikanan, dan kesehatan masyarakat.
Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering disebut
produk perlindungan tanaman (crops protection products) untuk membedakannya
dari produk-produk yang digunakan di bidang lain (Djojosumarto, 2000).
Penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara disemprot, ditabur,
dioles, dan lain-lain. Umumnya pestisida digunakan secara disemprot. Setelah
dilakukan penyemprotan pestisida akan berada di lingkungan udara, tanah, air,
tumbuhan dan manusia (Soemirat, 2003).
Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama (Sudarmo, 1991), pestisida
berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya
adalah :
1. harus kompaktibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen
hayati
2. efisien untuk mengendalikan hama tertentu
3. meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
4. tidak boleh persisten, jadi harus mudah terurai
5. dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus
memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
7. sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan tersebut
8. sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
9. relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
10. harga terjangkau bagi petani
B. Penggolongan Pestisida
Pestisida dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan sifat fisika
kimianya. Kelompok utama pestisida adalah sebagai berikut :
1. Insektisida
Insektisida secara umum merupakan senyawa hidrokarbon terklorinisasi,
atau organoklor, serta senyawa-senyawa organofosfor yang digunakan untuk
memberantas golongan serangga. Insektisida merupakan kelompok pestisida yang
terbesar dan terdiri atas beberapa subkelompok kimia yang berbeda yaitu:
a. Insektisida organofosfat
Insektisida ini adalah ester asam fosfat atau asam tiofosfat, masing-masing
diawali oleh diklorvos atau parathion. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.
Senyawa organofosfor memilki sifat yang berbeda dari Insektisida hidrokarbon
terklorinasi yaitu persisten yang terbatas dalam lingkungan alamiah, larut dalam
air, tidak mengalami bioakumulasi, dan tidak mengalami biomagnifasi dalam
rantai makanan (Connell, dan Miller, 1995).
Keterangan: Y : alkil, alkoxi, amida
Z : aril, alkil, aloxi
R : aril, alkil
P R
Y
Z O atau S
b. Insektisida karbamat
Kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat (Lu, 1995).
Insektisida karbamat memilki sifat yang sama dengan insektisida organofosfat
seperti telah dijelaskan sebelumnya yaitu persisten yang terbatas dalam
lingkungan alamiah, larut dalam air, tidak mengalami bioakumulasi, dan tidak
mengalami biomagnifasi dalam rantai makanan (Connell, dan Miller, 1995).
Walaupun memiliki struktur kimia yang berbeda dengan organofosfat seperti
tampak pada gambar 2, namun mempunyai efek yang sama dalam sistem saraf
(perifer dan pusat) sebagai insektisida antikolinesterase. Misalnya carbofuran,
carbaryl, pirimicarb dan propoxur. (Soemirat, 2003)
O C
R
O N H
CH3
Keterangan : R : aril, alkil
Gambar 2. Struktur kimia karbamat (Soemirat, 2003)
c. Insektisida organoklorin
Insektisida organoklorin meliputi turunan etana berklor, siklodien, dan
heksaklorosikloheksana. Misalnya DDT. Insektisida hidrokarbon terklorinasi
memperlihatkan beberapa kemiripan umum dalam sifatnya. Insektisida ini
memiliki kelarutan dalam air yang rendah, lipofilisitas yang tinggi, dan mencakup
persisten dalam lingkungan alamiah, mengalami bioakumulasi dalam makhluk
hidup dan dapat mengalami biomagnifasi dalam rantai makanan metilkarbamat
Klasifikasi struktur organoklorin dibagi menjadi tiga struktur, yaitu:
1) Siklodin, contohnya: Aldrin, Dildrin, Heptaklor, Klordan, Endosulfan
Cl
CH C
Cl
Gambar 3. Struktur umum siklodin menurut Ecobichon dalam Ruchirawat (cit
Soemirat, 2003)
2) Diklorofeniletan, contohnya: DDT, Pertan, Metoksiklor, Metioklor
Cl
Cl
Gambar 4. Struktur umum diklorofeniletan menurut Ecobichon dalam Ruchirawat (cit Soemirat, 2003)
3) Benzen siklohexan terklorinasi, contohnya: lindan
Cl
Cl
Cl
Cl Cl Cl
Gambar 5. Struktur umum benzen siklohexan terklorinasi menurut Ecobichon dalam Ruchirawat (cit Soemirat, 2003)
2. Herbisida
Pestisida ini digunakan untuk memberantas tumbuhan pengganggu gulma
kelompok ini adalah asam fenoksi, termasuk zat-zat seperti 2,4- diklorofenoksi
asam asetat (2,4-D) dan 2,4,5- triklorofenoksi asam asetat (2,4,5-T). Sebagai
hukum umum, asam fenoksi memiliki persistensi yang terbatas dalam lingkungan
alamiah, adalah larut sedang dalam air, nonbioakumulatif, dan tidak mengalami
biomagnifikasi (Connell, dan Miller, 1995).
3. Fungisida
Pestisida yang digunakan untuk membunuh atau menghentikan
perkembangan jamur (Sudarmo, 1991). Contoh senyawa-senyawa yang digunakan
sebagai fungisid adalah dikarboksimida, derifat ftalimida, senyawa aromatik
misalnya pentaklorofenol (PCP), senyawa N- heterosiklik tertentu misalnya
binomil dan tiabendazol (Lu, 1995).
4. Rodentisida
Pestisida ini digunakan untuk membunuh binatang pengerat (Sudarmo,
1991). Contoh senyawa-senyawa rodentisida adalah warfarin, tiorea misalnya α
-naftiltiurea, natrium fluoroasetat, fluoroasetinamid, zink fosfid, talium sulfat,
arsenik trioksid, dan alkaloid strikin (Lu, 1995).
C. Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian
Efek atau risiko penggunaan pestisida dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
1. Risiko bagi keselamatan pengguna
Risiko pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat
menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah dan sebagainya. Pestisida
masuk kedalam tubuh melalui saluran napas dan absorbsi kulit, tetapi sejumlah
kecil memasuki gastrointestinal (GI) akibat makanan menggunakan tangan atau
alat-alat yang tercemar (Lu, 1995). Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi
kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan (Sudarmo, 1991).
Risiko penggunaan pestisida dapat menimbulkan keracunan atau
intoksikasi yang artinya keadaan tidak normal akibat efek racun atau perubahan
morfologi, fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, atau pengurangan
usia hidup suatu organisme dan mengakibatkan kerusakan kapasitas fungsi atau
gangguan kemampuan bertahan terhadap racun ataupun meningkatnya kerentanan
organisme terhadap racun zat beracun berasalkan lingkungan. Keracunan pestisida
dapat dikelompokkan menjadi dua yang terdiri dari:
a. Keracunan akut adalah keracunan sebagai akibat pemejanan terhadap
suatu zat dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang
relatif tinggi, misalnya sakit kepala, pusing, mual, muntah, iritasi kulit,
diare, dan lain sebagainya (Ariens dan Mutschler, 1986).
b. Keracunan kronis ditandai oleh munculnya simptom keracunan baru
sesudah periode pemejanan yang lama, mulai dari berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Ini menunjukkan bahwa zat itu selama periode itu
menimbulkan kerusakan yang reversibel pada organ atau proses tertentu
(Ariens dan Mutschler, 1986). Keracunan kronis yang disebabkan
gangguan pernapasan, keguguran, cacat pada bayi, dan sebagainya
(Sudarmo, 1991).
Tanda dan gejala keracunan yang disebabkan oleh pestisida memiliki
tanda, gejala dan mekanisme toksisitas yang berbeda-beda tergantung jenis
pestisidanya. Dibawah ini dijelaskan dari kelompok utama pestisida mengenai
mekanisme, tanda dan gejala keracunan sebagai berikut :
1) Insektisida
a). Insektisida organofosfat
Mekanisme kerja dari insektisida organofosfat adalah dengan menghambat
asetilkolinesterase (AchE), mengakibatkan akumulasi asetilkolin (ACh). ACh
yang berlebihan menyebabkan berbagai jenis simptom dan tanda-tanda (Lu,
1995). Dengan adanya akumulasi ACh bebas yang tidak terikat pada bagian akhir
saraf pada semua saraf kolinergik akan menimbulkan stimulasi aktifitas elektrikal.
Tanda toksik yang berasal dari stimulasi receptor muskarinik pada sistem saraf
autonom parasimpatik menyebabkan meningkatnya sekresi, bronkokonstriksi,
miosis, bradikardi, kram pada gastrointestinal, diare, urinasi, sedangkan yang
berasal dari sistem saraf parasimpatik yang menghubungkan saraf dan otot dapat
menyebabkan takikardi, hipertensi, tremor, kelelahan otot (Curtis, 2001).
Organofosfat diabsorpsi baik pada paru, saluran gastrointestinal, membran
mukosa, dan konjungtiva mengikuti proses inhalasi, ingesti atau kontak topikal.
(Goldfrank’s.dkk, 2002). Secara ringkas tanda dan gejala keracunan pestisida
Tabel I.Tanda dan Gejala Keracunan Pestisida Organofosfat (Soemirat, 2003)
Reseptor dan Jaringan saraf
Sasaran Manifestasi
Parasimpatik dan otonom (reseptor muskarinik) paska ganglionik neuron
Kelenjar exocrine mata
Saluran pencernaan
Saluran penafasan
Sistem kardiovaskular
Ginjal
Peningkatan kelenjar ludah, kelenjar air mata, berkeringat, miosis, ptosis, penglihatan kabur, konjunctiva merah, air mata berdarah.
Mual, muntah, sakit tulang belakang, diare, buang air tidak menentu, pembengkakan dan kram, tenesmus.
Excessive bronchial secretion,
rhinorrhea, wheezing,
pembengkakan, dada tertekan, bronckospasms,
bronkokontriksi, batuk, bradypnea, dyspnea
Detak jantung menurun, penurunan tekanan darah, kekejangan otot bronkus, bronkokontriksi, batuk, bradypnea, dyspnea.
Frekuensi pengeluaran urin tidak kontinyu
Saraf otonom parasimpatetik dan simpatetik nikotinik,
Saraf somatik/motorik
nerve fibers nikotinik
Sistem kardiovaskular
Otot rangka
Takikardi, pallor, tekanan darah meningkat.
Fasikulasi otot (kelopak mata wajah yang kaku) kram, penurunan reflek pada tendon, kelemahan pada otot, pada perifer dan paralisis otot pernafasan, kaku dan lemas, tidak tenang, reaksi motorik secara umum pada stimuli akustik tremor, emosi labil, dan atakxia
Otak (reseptor asetilkoline)
b). Insektisida Karbamat
Zat ini juga bekerja menghambat AchE dengan mekanisme seperti pada
insektisida organofosfat, tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih
reversibel dari pada efek insektisida organofosfat. Selain itu toksisitas karbamat
muncul lebih cepat, juga rentang dosis yang menyebabkan efek toksik minor dan
efek letal cukup besar (Lu, 1995).
Insektisida karbamat diabsorpsi pada kulit dan membran mukosa, serta
baik diabsorbsi pada inhalasi dan ingesti (Goldfrank’s. dkk, 2002).
c). Insektisida organoklorin
Insektisida ini memberikan rangsangan reflek secara lengkap serta
konsisten mengenai neuron perifer pada interneuron dalam spinal cord, dengan
mengikuti percabangan dan hubungan antar atas dan bawah CNS dan interaksi
dengan saraf motorik (Curtis, 2001). Gejala-gejala yang dapat muncul akibat
pemaparan insektisida organklorin dijelaskan pada tabel II.
Tabel II. Gejala-gejala keracunan akut dan kronis akibat organoklorin menurut Echobichon dalam Ruchirawat dan Shank (cit Soemirat, 2003)
Kelas Insektisida Gejala Akut Gejala Kronis Diklorodifenilaten Paresthesia, ataksia,
berjalan tidak normal, pusing, sakit kepala, mual, lemah, letargi, tremor
Kehilangan berat badan, napsu makan berkurang, kurang darah, tremor, otot lemah,
hipereksitabilitas, cemas tekanan saraf
Heksaklorosiklohexane Siklodin
Pusing, mual, sakit kepala, motor hipereksitabilitas, hiperreflexia, kejang otot, rasa sakit menyeluruh, kejang-kejang, umumnya sawan
Toksisitas organoklorin dan piretroid terfokus pada neurotoksin di otak.
Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan
target toksisitas tersebut.
d). Piretroid
Insektisida ini dibedakan menjadi dua golongan yaitu piretroid alam atau
insektisida alami dan piretriod sintetik yang merupakan sintesis ester. Piretroid
merupakan racun saraf dan gejala yang ditimbulkan akibat piretroid adalah
parestesia (kebal, kesemutan pada kulit), eksitasi saraf, tremor, konvulsi, paralisis,
dan kematian (Soemirat, 2003).
Gambar 6. Mekanisme kerja masing-masing insektisida (Soemirat, 2003).
2) Herbisida
Prinsip kerja dari pestisida ini adalah bahwa tanaman dibasmi oleh suatu
dislokasi menyeluruh pada proses pertumbuhannya, umumnya bekerja secara
sistemik menghambat perkembangan sel (Curtis, 2001). Pada umumnya herbisida
menunjukkan toksisitas yang rendah pada vertebrata. Herbisida berupa asam kuat,
amin ester atau fenol yang dapat menimbulkkan iritasi pada kulit, bentuk merah
3) Fungisida
Fungisida biasanya menyebabakan efek akut terhadap manusia dengan
LD50 : 800 – 1000 mg/kg berat badan. Bila terpapar oleh fungisida melalui kulit,
maka akan terjadi iritasi dan dermatitis. Kebanyakan fungisida dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, selaput lendir, membran mata, dan
hidung. Semua fungisida bersifat sitotoksik, dan karena mutagenik, maka dapat
menyebabkan mutasi, kanker dan teratogenik (Soemirat, 2003).
2. Risiko bagi konsumen
Risiko konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang
terdapat dalam produk pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa keracunan
langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar pestisida lewat rantai
makanan (Sudarmo, 1991).
3. Risiko bagi lingkungan
Digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut :
a. Risiko bagi orang, hewan, tumbuhan yang berada ditempat, atau disekitar
tempat pestisida digunakan.
b. Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
(tanah, udara, dan air) dengan segala akibatnya.
c. Bagi lingkungan pertanian, yang dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
menurunnya kepekaan hama, penyebab penyakit, dan gulma terhadap
pestisida tertentu, resurjensi hama yakni meningkatnya fenomena hama
D. Keterangan Empiris
Penelitian ini bersifat eksploratif untuk mengetahui gangguan kesehatan
akut akibat penggunaan pestisida terhadap pekerja di lahan pertanian semangka
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancanngan Penelitian
Berdasarkan bagaimana variabel penelitian diamati, penelitian ini termasuk penelitian observasional. Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
B. Definisi Operasional
1. Pestisida adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia serta bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganime, dan sebagainya) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
2. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pemahaman dari petani pekerja mengenai
a. bahan aktif yaitu bahan utama yang terkandung dalam pestisida.
b. dampak negatif pestisida adalah efek negatif dari pestisida yang mengganggu kesehatan para pengguna pestisida.
3. Gangguan kesehatan kesehatan akut pestisida yaitu akibat dari penggunaan pestisida yang merugikan bagi kesehatan pekerja terdiri dari gejala-gejala klinis yang dirasakan pekerja pada saat dan setelah penggunaan dalam 1 hari. 4. Responden adalah para pengguna pestisida yang bekerja di lahan pertanian
5. Penggunaan adalah gambaran mengenai penggunaan pestisida oleh responden meliputi:
a. frekuensi penggunaan yaitu jangka waktu penggunaan pestisida dalam sehari.
b. macam pestisida yaitu nama merek pestisida yang digunakan oleh responden.
c. jenis pestisida yaitu kelompok pestisida yang digunakan responden berdasarkan senyawa kimia dan penggunaannya.
d. cara pencegahan yaitu suatu cara/tindakan yang dilakukan responden dalam pencampuran, penyimpanan pestisida dan penggunaan perlengkapan pelindung.
C. Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan para pekerja sebagai subyek penelitian di lahan pertanian semangka di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang yang menggunakan pestisida untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
D. Instrumen Penelitian
pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden, dalam hal ini informasi sesuai dengan permintaan peneliti.
Jumlah pertanyaan pada kuisioner terdiri dari 29 pertanyan dan 24 pertanyaan lanjutan sehingga secara keseluruhan terdapat 53 pertanyan. Pertanyaan dalam kuisioner berupa pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari pertanyaan mengenai karakteristik responden, pengetahuan dan penggunaan pestisida oleh responden serta gangguan kesehatan akibat pestisida yang dialami responden.
E. Tata Cara Penelitian 1. Prasurvei responden
Prasurvei atau observasi awal dilakukan pada tempat penelitian. Lokasi penelitian adalah daerah pertanian semangka di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang. Data sekunder mengenai luas lahan, jumlah penduduk dan karakteristik penduduk diperoleh dari kantor Kecamatan setempat dan informasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Jombang. Kemudian dilakukan observasi terhadap batas wilayah daerah tersebut dan mengenai jam kerja responden di sawah, jam istirahat dan kapan responden menggunakan pestisida. 2. Pembuatan kuisioner
3. Uji validitas
Validitas yang digunakan pada kuisioner penelitian ini untuk memenuhi persyaratan suatu alat ukur penelitian adalah validitas muka dan validitas isi. Validitas muka adalah kesahihan yang menyangkut kemampuan model pertanyaan dalam suatu instrumen (kuesioner atau daftar pertanyaan) untuk merefleksikan variabel yang hendak diukur, dan untuk dapat ditafsirkan responden dengan benar. Validitas isi adalah kesahihan yang menyangkut kemampuan instrumen meliput semua substansi variabel yang hendak diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan penilaian untuk validitas muka ditentukan oleh keputusan terbaik peneliti dengan mengingat masalah penelitian. Validitas isi biasanya tidak cukup ditentukan oleh peneliti, tetapi membutuhkan penilaian panel para pakar untuk memutuskan sejauh mana instrumen pengukuran memenuhi standar yang seharusnya. Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan berdasarkan pertimbangan dan keputusan terbaik dari dosen pembimbing yang merupakan para ahli/pakar sehingga kuisioner ini telah memenuhi standar sebagai instrumen pengukuran dalam mengidentifikasi masalah dan keterangan-keterangan empiris yang diteliti dalam penelitian ini (Machfoedz, 2007).
bahasanya mudah dipahami sehingga nantinya responden tidak mengalami kesulitan dalam mengisi kuisioner (Prawitasari, 1998).
4. Teknik pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan teknik non random probability dengan
purposive sampling.
Dalam penelitian ini, jumlah responden minimal yaitu 96 orang, dihitung berdasarkan rumus (Nawawi, 2005):
2 2
.
.
d
Q
P
Z
N
=
N : ukuran cuplikan terkecil
Z : koefisien keterendahan (reability coeficient) yang besarnya ditentukan oleh tingkat kepercayaan yaitu 95% sehingga Z = 1,96 PQ : variasi atau keanekaragaman individu di populasi, PQ maksimal
bila P = Q = 0,5
d : batas kesalahan maksimal yang ditoleransi, yaitu 10%, karena menurut tabel yang dikutip dari Pagoso Garcia dan Guerrero de Leon (1978) (cit, Sevillia, 1993) batas kesalahan yang dapat digunakan pada penelitian ini dengan jumlah populasi yang tidak diketahui adalah 10%.
Jadi ukuran cuplikan terkecil
subyek N 96 1 , 0 5 , 0 . 5 , 0 . 96 , 1 2 2 = =
5. Penyebaran kuisioner
responden tidak lupa dengan apa yang terjadi selama penggunaan pestisida sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan kontek penggunaan pestisida yang dilakukan responden. Setelah kuisioner dibagikan responden diperkenankan untuk mengisi langsung ditempat dan setelah diisi langsung dikembalikan kepada peneliti. Dalam penyebaran kuisioner ini peneliti juga melakukan wawancara dengan responden untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang variabel-variabel yang diteliti, bahkan sebagian besar responden kuisionernya dilakukan dalam bentuk wawancara oleh peneliti sendiri.
6. Analisis data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah dan Penduduk
Desa Kedung Rejo merupakan daerah pedesaan yang terletak di bantaran
anak sungai Brantas dan ditepi jalan raya yang menghubungkan kota Jombang dan
Babat. Desa ini merupakan daerah perbatasan antara dua Kecamatan di
Kabupaten Jombang yaitu Kecamatan Megaluh dan Kecamatan Tembelang.
Sebagian besar wilayahnya berupa areal persawahan dan berdasarkan data yang
diperoleh dari kantor kecamatan setempat daerah ini memiliki luas lahan untuk
tanaman semangka 90 Ha.
Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo pada akhir bulan Juli tahun 2007
yang dirinci berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencaharian
menurut data dari kantor kecamatan setempat, dapat dijelaskan pada tabel III-V di
bawah ini.
Tabel III. Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo Juli 2007 menurut jenis kelamin
No. Jenis kelamin Jumlah penduduk (jiwa) 1 Laki-laki 1,145 2 Perempuan 1,201 Total 2,346
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan masyarakat tercatat SD 900
orang, SLTP 679 orang, SLTA 441 orang, D1 15 orang, D2 24 orang, D3 49
orang, S1 32 orang, belum sekolah 135 orang, usia 7-45 tahun yang tidak pernah
sekolah sebanyak 45 orang, dan penduduk yang pernah sekolah SD tetapi tidak
Tabel IV. Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo Juli 2007 menurut tingkat pendidikan
No. Tingkat pendidikan Jumlah penduduk (jiwa) 1 Belum sekolah 135
2 Usia 7-45 tahun tidak pernah
sekolah 45
3 Pernah sekolah SD tidak
tamat 16
4 SD 900
5 SLTP 679 6 SLTA 441
7 D1 15
8 D2 24
9 D3 49
10 D4 -
11 S1 32
12 S2 -
13 S3 -
Total 2336
Tabel V. Jumlah penduduk Desa Kedung Rejo Juli 2007 menurut mata pencaharian
No. Mata pencaharian Jumlah penduduk (jiwa) 1 Petani 393 2 Buruh tani 425 3 Buruh/swasta 42 4 PNS 51 5 Pengrajin/industri 15 6 Pedagang 93 7 Peternak 15 8 Petani ikan - 9 ABRI/POLRI 7 10 Pengangkutan - 11 Jasa medis 5 12 Pensiunan 38 13 Jasa konsultan - 14 Biro jasa 2 Total 1086
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian sebanyak 393 orang bermata
buruh/swasta, 51 orang sebagai PNS, 15 orang sebagai pengrajin/industri, 93
orang sebagai pedagang, 15 orang sebagai peternak, 7 orang sebagai
ABRI/POLRI, 5 orang sebagai jasa medis, dan 2 orang sebagai biro jasa.
Hasil prasurvei yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus-September
tahun 2007 petani memulai masa penanaman semangka pada bulan Agustus
dilanjutkan dengan intensitas yang tinggi penggunaan pestisida. Menurut Dinas
Pertanian Jombang daerah ini merupakan salah satu daerah yang ditunjuk dinas
setempat sebagai daerah percontohan untuk budidaya tanaman semangka.
Berdasarkan data dari Puskesmas Megaluh, masyarakat Desa Kedung Rejo
memiliki status kesehatan masyarakat dengan kategori sedang yaitu sekitar 80%
masyarakat telah menerapkan pola hidup bersih dilihat dari pola MCK (mandi,
cuci, kakus), pembuangan sampah, cara masyarakat segera melakukan pengobatan
jika mengalami keluhan sakit dan pola hidup bersih lainnya. Beberapa penyakit
ringan yang sering muncul adalah batuk, pilek, diare serta terdapat beberapa
penyakit berat seperti stroke, kanker, hipertensi. Menurut informasi yang
diperoleh dari Puskesmas dan tenaga medis setempat selama ini baru terdapat 1
pasien yang mengeluhkan gejala seperti panas dingin, gatal-gatal pada kulit
sebagai akibat keracuan pestisida. Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap
bahwa gejala-gejala yang mereka alami adalah gejala-gejala biasa yang bukan
disebabkan oleh pestisida.
Dalam prasurvei diidentifikasi jam istirahat responden agar mempermudah
bekerja/menyemprot pestisida sekitar pukul 06.00 sampai 10.00 kemudian
istirahat dan dilanjutkan sekitar pukul 14.00 sampai pukul 16.30.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan
dan tingkat pendidikan. Karakteristik ini merupakan faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam pengetahuan, pola pikir, sikap atau perilaku seseorang terhadap
suatu respon atau stimuli. 1. Jenis kelamin
Responden yang diteliti dari Desa Kedung Rejo 100% responden berjenis
kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan sebagai
penyemprot/pengguna pestisida memiliki beban kerja yang berat secara fisik yaitu
membawa tangki penyemprot yang berisi larutan pestisida, medan yang dilalui
serta keadaan cuaca. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti terdapat kaum
wanita yang juga melakukan pekerjaan sebagai penyemprot/pengguna pestisida
namun sangat jarang ditemui dan biasanya dilakukan oleh wanita yang berusia
masih muda sehingga wanita tidak terambil dalam sampel.
2. Umur
Dari 100 responden yang diambil dari kalangan pengguna pestisida pada
tanaman semangka, umur responden berkisar antara 21 tahun hingga ≥ 60 tahun.
Umur tersebut dianggap sebagai umur yang dikatakan dewasa, karena dianggap
keputusan yang diambilnya. Gambaran mengenai umur responden dapat dilihat
pada gambar 7.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur
31-40 tahun (31%), umur 41-50 tahun sebesar 29%, umur ≥ 60 tahun sebesar 4%
sedangkan umur 21-30 tahun dan umur 51-60 tahun masing-masing sebesar 18%.
18%
31% 29%
18%
4%
21-30 31-40 41-50 51-60 ≥ 60
Umur
Gambar 7. Umur responden sebagai pengguna pestisida
2. Jenis pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang terdiri dari 100 orang
memiliki jenis pekerjaan sebagai petani sebesar 57%, 17% sebagai buruh tani,
22% sebagai wiraswasta, 1% sebagai PNS, 2% sebagai perangkat desa, dan 1%
sebagai guru (gambar 8). Tidak tertutup kemungkinan masyarakat dengan jenis
pekerjaan selain petani memiliki pekerjaan sampingan sebagai penggarap atau
Jenis Pekerjaan
57%
17% 22%
1% 2% 1%
Petani Buruh tani Wiraswasta PNS
Perangkat Desa Guru
Gambar 8. Jenis pekerjaan responden sebagai pengguna pestisida
3. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap daya tangkap responden terhadap informasi, pengetahuan,
sikap dalam menjaga kesehatan dan respon responden terhadap suatu stimuli.
Gambaran mengenai tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada
gambar 9.
Pendidikan Terakhir
1%
28%
21% 43%
7%
Sarjana Strata I
SMU atau Sederajat SMP
SD
Tidak Sekolah
Gambar 9. Tingkat pendidikan terakhir pengguna pestisida
Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada gambar 3 persentase
tingkat pendidikan terakhir dari responden yaitu SD adalah sebesar 43%.
Selanjutnya responden dengan pendidikan terakhir SMU atau sederajat sebesar
Responden dengan pendidikan terakhir Sarjana Strata I sebesar 1% dan responden
yang tidak bersekolah sebesar 7%.
C. Pengetahuan Responden Terhadap Pestisida
Pengetahuan responden sangat penting dalam penggunaan pestisida secara
benar. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan/kognitif merupakan dominan
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
1. Pengetahuan responden tentang bahan aktif dalam pestisida
Pengetahuan responden terhadap bahan aktif dalam pestisida dapat dilihat
melalui tingkat kepedulian responden terhadap bahan aktif yang digunakan dalam
pestisida. Selain itu, dengan mengetahui bahan aktif yang digunakan diharapkan
responden mengetahui risikonya bagi kesehatan. Gambaran mengenai
pengetahuan responden terhadap bahan aktif dapat dilihat pada gambar 10.
87%
13%
Tidak mengetahui Mengetahui
Tingkat kepedulian responden terhadap bahan aktif dalam pestisida
Gambar 10. Tingkat kepedulian responden terhadap bahan aktif dalam pestisida
Dari data yang diperoleh dari 100 responden terdapat 13% responden
mengetahui bahan aktif yang digunakan dalam pestisida dan 87% responden
menyatakan tidak mengetahui bahan aktif yang terdapat dalam pestisida yang
memperhatikan tentang komposisi terutama bahan aktif yang terkandung dalam
pestisida.
2. Pengetahuan responden mengenai dampak negatif pestisida
Pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan responden
terhadap dampak negatif pestisida terhadap kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari
gambar 11.
Gambar 11. Pengetahuan responden tentang dampak negatif pestisida
Pengetahuan tentang dampak negatif pestisida
Mengetahui 63% Tidak
mengetahui 37%
Dari data diperoleh sebesar 37% responden tidak mengetahui dampak
negatif pestisida terhadap kesehatan dan sebesar 63% responden mengetahui
dampak negatif pestisida terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara
sebagian besar responden mengetahui dampak negatif dari pestisida yaitu bahwa
pestisida berbahaya bagi kesehatan namun sebagian kecil responden saja yang
mengetahui gejala-gejala klinis yang dapat muncul sebagai dampak negatif dari
pestisida.
3. Keikutsertaan responden dalam pelatihan tentang pestisida
Pelatihan tentang penggunaan pestisida pada masyarakat bermanfaat untuk
memberikan pengetahuan dan informasi mengenai penggunaan, pemilihan yang
Pelatihan yang dilakukan di daerah ini sebagian besar dilakukan oleh
perusahaan-perusahan pestisida disamping mereka memberikan informasi, mereka juga
mempromosikan produknya, selain itu pelatihan juga dilakukan oleh Dinas
Pertanian Jombang. Mengenai keikutsertaan responden dalam pelatihan dapat
dilihat pada gambar 12.
66%
Keikutsertaan responden dalam pelatihan tentang pestisida
Pernah Tidak pernah
34%
Gambar 12. Keikutsertaan responden dalam pelatihan tentang pestisida
Tabel VI. Frekuensi pelatihan pengunaan pestisida yang di ikuti responden dalam 1 tahun
No. Frekuensi pelatihan dalam 1 tahun
Jumlah (n)
Persentase (%) 1 1 kali 21 21 2 2 kali 6 6 3 3 kali 1 1 4 Lebih dari 3 kali 6 6
Total 34 34
Dari data yang diperoleh (gambar 12) sebanyak 34 responden (34%) yang
pernah mengikuti pelatihan dan 66 responden (66%) yang tidak pernah mengikuti
pelatihan. Dari 34 responden ini frekuensi keikutsertaan responden terhadap
pelatihan penggunaan pestisida selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel VI. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sofia (2001) banyak pengguna yang tidak
konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis pestisida yang digunakan.
Hasil ini sesuai dengan rendahnya persentase responden yang mengikuti pelatihan
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelatihan
dalam memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai penggunaan, pemilihan,
dan dampak pestisida. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan informasi responden
mengenai pestisida disebabkan terbatasnya tenaga ahli yang memberikan
informasi dan pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan. Dengan demikian
pengetahuan dan informasi responden mengenai pestisida sebagian besar masih
kurang. Sebagian responden mendapatkan pengetahuan dan informasi berdasarkan
pengalaman, kebiasaan atau informasi dari orang lain. Menurut Slamet (1994),
perubahan perilaku perubahan dapat terjadi apabila terjadi motivasi untuk
berubah. Salah satu cara menimbulkan motivasi pada seseorang ialah dengan
melibatkannya dalam suatu aktivitas yang akan memberi stimulasi, sehingga
terjadi partisipasi. Partisipasi selanjutnya menimbulkan interaksi antar anggota
masyarakat sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya tersebut, atau
terjadi realisasi.
D. Praktek Penggunaan Pestisida oleh Responden
Menurut Uehara, (cit Sofia, 2001) keamanan dari produk-produk pertanian
dapat dijamin bila bahan-bahan kimia pertanian diaplikasikan berdasarkan standar
keamanan untuk pengaplikasian pestisida. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. Bab
pestisida dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilakukan
secara tepat guna dan yang mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja.
1. Penggunaan dosis pestisidaoleh responden
Penggunaan pestisida sesuai dosis yang tepat sangat dianjurkan, karena
penggunaan dosis yang berlebih akan membunuh musuh alam yang seharusnya
dilindungi dan dapat membuat sasaran akan menjadi cepat resisten. Sebaliknya
dengan dosis yang rendah tidak akan diperoleh hasil karena tidak tepat sasaran.
Dosis juga merupakan faktor penentu terjadinya gangguan kesehatan akibat
pestisida terhadap pengguna. Semakin besar dosis yang digunakan maka semakin
besar bahan racun tersebut kontak dengan pengguna dan semakin besar risiko
pengguna terkena dampak dari pestisida.
Penggunaan pestisida sesuai dosis
87% 13%
Ya Tidak
Gambar 13. Penggunaan pestisida sesuai dosis
Dari 100 responden yang diteliti (gambar 13) diperoleh persentase 87%
responden menggunakan dosis sesuai dengan petunjuk yang dicantumkan dalam
label pada kemasan. Sebesar 13% tidak menggunakan pestisida sesuai dosis yang
dicantumkan dalam kemasan dan 12 responden menggunakan pestisida dengan
dosis lebih tinggi.
2. Frekuensi penggunaan pestisida
Frekuensi penggunaan pestisida oleh responden dalam sehari dapat dilihat
pada gambar 14. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 70% responden
menggunakan pestisida 1 kali dalam sehari, 30% responden menggunakan
pestisida 2 kali dalam sehari, dan 1% responden menggunakan pestisida lebih dari
3 kali dalam sehari.
70%
30%
0% 1%
1 kali 2 kali 3 kali Lebih dari 3 kali
Frekuensi penggunaan pestisida oleh responden dalam sehari
Gambar 14. Frekuensi penggunaan pestisida oleh responden dalam sehari
Dalam menyemprot/penggunaan pestisida dalam sehari jangka wakru yang
dibutuhkan responden berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden adalah 1%
responden menyemprot kurang dari 1 jam, 6% responden menyemprot selama 1
jam, 20% responden menyemprot selama 2 jam dan 73% responden menyemprot
Jangka waktu penggunaan pestisida oleh responden dalam sehari
1% 6%
20%
73%
Kurang dari 1 jam 1 jam 2 jam Lebih dari 2 jam
Gambar 15. Jangka waktu penggunaan pestisida oleh responden dalam sehari
3. Alat bantu waktu mencampur pestisida
Pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan alat bantu
pada waktu responden mencampur. Dan untuk mengetahui waktu kontak
responden dengan pestisida. Semakin sering responden kontak langsung dengan
pestisida maka semakain besar pula kemungkinan responden terkena dampak
pestisida.
Gambar 16. Penggunaan alat bantu waktu responden mencampur pestisida
98%
2%
Penggunaan alat bantu waktu mencampur pestisida
Ya
Tidak
Tabel VII. Alat bantu yang digunakan responden untuk mencampur pestisida
No. Alat bantu yang digunakan Jumlah (n)
Persentase (%) 1 Tangan langsung 1 1 2 Pengaduk 91 91 3 Langsung dimasukkkan
dalam alat penyemprot
8 8
Dari hasil penelitian (gambar 16) diperoleh data bahwa sebagian besar
responden menggunakan alat bantu pada waktu mereka mencampur pestisida.
Penggunaan alat bantu ini berguna untuk mengurangi kontak pestisida secara
langsung dengan responden sehingga mengurangi risiko keracunan pestisida.
Banyak cara yang dilakukan pada waktu mencampur dan alat bantu yang
digunakan. Berdasarkan data (tabel VII) 91% responden menggunakan pengaduk
untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida, 8% responden memasukkan
pestisida dari kemasan langsung kedalam alat penyemprot dan 1% responden
mengaduk pestisida dengan tangan langsung karena responden menganggap
pestisida tidak berbahaya.
4. Cara penyimpanan pestisida
Pada bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan responden
dalam menyimpan pestisida. Penyimpanan pestisida yang tepat merupakan salah
salah satu faktor untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat pestisida.
Tabel VIII. Cara responden menyimpan pestisida
No. Cara responden
menyimpan pestisida
Jumlah (n)
Persentase (%)
1 Dalam ruang yang ventilasinya
cukup (dalam keadaan kering) 59 22,26
2 Dalam tempat/wadah yang
tertutup rapat 95 35,85
3
Kemasan/wadah diberi label yang berisi keterangan tentang pestisida
12 4,53
4
Jauh dari bahan makanan, miniman, dan jangkauan anak-anak
92 34,72
5 Lain-lain 7 2,64
Total 265 100
Dari tabel VIII diketahui bahwa sebagian besar responden telah
mengetahui dan melakukan cara penyimpanan pestisida yang tepat. Penyimpanan
zat berbahaya/pestisida secara terpisah dengan benar dan aman. Untuk melindungi
keselamatan manusia dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka
penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1973.
5. Penggunaan perlengkapan pelindung saat kontak dengan pestisida
Penggunaan perlengkapan pelindung saat kontak dengan pestisida sangat
penting perannya untuk mencegah keracunan pestisida dan terjadinya gangguan
kesehatan akibat pestisida. Selain itu pada bagian ini juga dimaksudkan untuk
mengetahui tentang pengetahuan responden mengenai penggunaan perlengkapan
pelindung yang dapat dilihat dari alasan responden mengenai perlengkapan
pelindung.
52%
50%
Penggunaan perlengkapan pelindung
Ya Tidak
Gambar 17. Penggunaan perlengkapan pelindung
Dari gambar 17 dapat dilihat bahwa 52% responden telah menggunakan
pelengkapan pelindung dan 50% responden tidak menggunakan perlengkapan
Tabel IX. Macam perlengkapan pelindung yang digunakan responden
No. Perlengkapan pelindung Jumlah (n)
Persentase (%) 1 Baju lengan panjang 85 31,48 2 Celana panjang 83 30,74 3 Sarung tangan 22 8,15 4 Pelindung mata dan wajah 8 2,96 5 Masker 44 16,30 6 Jaket 5 1,85 7 Sepatu boot 22 8,15 8 Lain-lain 1 0,37
Total 270 100
Catatan: Jawaban boleh lebih dari satu
Macam perlengkapan pelindung yang digunakan responden dapat dilihat
dari tabel IX. Berdasarkan tabel IX tersebut dapat dilihat bahwa masih banyak
responden atau pekerja yang tidak menggunakan perlengkapan pelindung secara
lengkap, sehingga masih ada bagian tubuh yang tidak terlindungi. Hal ini
menyebabkan pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan atau saluran
pernafasan. Alasan responden menggunakan atau tidak menggunakan
perlengkapan pelindung dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Alasan responden mengenai penggunaan perlengkapan pelindung
No. Alasan Jumlah (n)
Persentase (%) 1 Tidak terbiasa 26 25 2 Tidak nyaman 4 3,84 3 Ketinggian tanaman masih
rendah 2 1,92 4 Pestisida tidak berbahaya 6 5,77
5 Pemakaian tergantung arah angin 8 7,69 6 Pemakaian tergantung jenis
pestisida yang digunakan 4 3,84 7 Mencegah keracunan pestisida 34 32,69
8 Supaya aman 3 2,88 9 Tidak punya 3 2,88
10 Tidak memberi alasan 14 13,49
Total 104 100
Terbilang penggunaan perlengkapan pelindung, 34 responden menyatakan
untuk mencegah keracunan pestisida dan 3 responden memberikan alasan agar
aman bagi mereka saat kontak dengan pestisida karena mereka mengetahui
gangguan kesehatan yang akan mereka alami jika tidak menggunakan
perlengkapan pelindung.
Responden yang tidak menggunakan perlengkapan pelindung dengan
alasan tidak terbiasa menggunakan perlengkapan pelindung sebanyak 26
responden, 4 responden tidak nyaman menggunakan perlengkapan pelindung, 6
responden mengangap bahwa pestisida tidak berbahaya. Responden yang
menyatakan mereka tidak menggunakan perlengkapan pelindung karena tanaman
masih rendah sehingga pestisida tidak berbahaya bagi mereka sebanyak 2
responden. Hal ini berarti bahwa meskipun responden mengetahui bahaya dari
pestisida bagi kesehatan mereka tidak menggunakan perlengkapan pelindung
secara lengkap atau sesuai dengan standar keamanan.
5. Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida oleh responden dapat di kelompokkan berdasarkan
pemakaiannya secara tunggal atau campuran dan berdasarkan jenis pestisidanya.
Dari hasil penelitian diperoleh persentase penggunaan pestisida seperti pada
gambar 18. Sebesar 59% responden menggunakan pestisida dengan di campur
lebih dari 1 pestisida bahkan beberapa responden mencampur pestisida dengan zat
pengatur tumbuh atau pupuk tanaman. Hal ini menurut responden dikarenakan
hama yang menyerang tanaman semangka lebih dari 1 jenis sehingga untuk sekali
mereka memuaskan. Selain itu dengan dicampur dapat mengurangi tenaga dan
waktu penyemprotan. Sedangkan 41% responden menggunakan pestisida secara
tunggal.
Tunggal, 41%
Campuran, 59%
Penggunaan pestisida
Gambar 18. Penggunaan pestisida oleh responden
Jenis pestisida yang digunakan oleh responden di Desa Kedung Rejo di
peroleh dari merek pestisida yang digunakan, kemudian oleh peneliti dilakukan
penelusuran tiap kemasan untuk mengetahui jenis pestisida tersebut. Selain itu
diperoleh juga berdasarkan hasil wawancara mengenai organisme target atau
hama yang dibasmi. Hal ini dikarenakan tidak semua pengguna mengetahui jenis
pestisida yang mereka gunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel XI.
Tabel XI. Jenis pestisida yang digunakan responden
No. Jenis pestisida
Jumlah (n)
Persentase (%)
1 Insektisida 64 48,12 2 Fungisida 50 37,59
3 Herbisida 19 14,29
Total 134 100
Catatan : Jawaban lebih dari satu
Menyangkut jenis pestisida yang digunakan baik dengan di campur
responden yang menggunakan fungisida sebanyak 50 responden (37,59%) dan 19
responden (14,29%) menggunakan pestisida jenis herbisida. Berdasarkan hasil
penelitian ini juga 100% responden menggunakan pestisida sintetik yaitu pestisida
yang diperoleh dari sintesis senyawa-senyawa kimia. Selain itu dilihat dari hasil
penelitian ini sebagian besar responden menggunakan pestisida tidak hanya
berdasar pada hama yang saat itu menyerang tetapi juga dicampur dengan
pestisida lain dengan alasan sebagai pencegahan. Penggunaan pestisida yang tidak
tepat ini dapat menyebabkan tingginya risiko dampak pestisida pada pekerja
maupun lingkungan.
Berdasarkan jenis pestisida, insektisida yang paling banyak digunakan
responden. Insektisida terdiri dari beberapa golongan dengan mekanisme aksi
yang