STUDI DESKRIPTIF HARGA DIRI PENYANYI WANITA SOLO ORGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Nama : Drian Warih Endro Gunanto NIM : 019114121
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTTO
Or a n g y a n g ber h ar a p k ep a da K u ak a n k u ber k a t i sel a l u (Y er em i a 17 : 7)
Sebab untuk Allah tidak ada yang mustahil (L ukas 1 : 37)
A ku mengasihi engkau dan it u sudah cukup unt ukmu; sebab kuasaKu j ust ru paling kuat kalau kau dalam keadaan lemah
( 2 Korint us 12 : 9)
PERSEMBAHAN
-
Yesus Kristus Juru Selamatk uABSTRACT
Drian Warih Endro Gunanto (2008). The Descriptive Study Self Esteem Woman Vocalist Solo Organ. Yogyakarta : Departement of Psychology ; Sanata Dharma University.
Solo organ is a musical that became popular because of the consumerism need. The essence of the solo organ was the way the singer perform the song on stage. Meanwhile, the self esteem is an individual judgment given to someone that is resulted from interaction with other people and there surroundings, self esteem categorized into two:high self esteem and low self esteem.
The research involves a descriptive study which analysis of Javanese woman’s self esteem who have job as solo organ singers. The population for the study comprised 47 female solo organ singers in Ambarawa who were in the age 18 to 25 years old, the data were collected through scales which consist of 22 valid items in r = 0.796.
ABSTRAK
Drian Warih Endro Gunanto (2008). Studi Deskriptif Harga Diri Penyanyi Wanita Solo Organ. Yogyakarta : Fakultas Psikologi ; Jurusan Psikologi ; Universitas Sanata Dharma.
Solo organ adalah sebuah musik yang menjadi populer karena kebutuhan masyarakat. Dalam solo organ yang menjadi hal terpenting adalah penampilan penyanyi yang menyanyi di atas panggung. Sementara itu harga diri adalah penilaian individu yang diberikan kepada dirinya yang merupakan hasil interaksi individu dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya, harga diri dibagi menjadi dua kategori yaitu harga diri tinggi dan harga diri rendah.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana harga diri wanita jawa yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ. Penelitian dilakukan di lingkungan Ambarawa dengan jumlah subjek 47 penyanyi wanita solo organ dengan batasan usia antara 18-25 tahun, dan berdomisili di Ambarawa. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri yang terdiri dari 22 item valid dengan r = 0.796.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan kasihNya hingga
penulisan Tugas Akhir Sarjana Strata Satu dengan judul “Studi Deskriptif Harga
Diri Penyanyi Wanita Solo Organ” ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini
merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Sarjana Satu (S1), pada
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Banyak sekali bantuan dan dukungan yang diperoleh penulis selama
mengerjakan tugas akhir ini, maka dengan segala kerendahan hati perkenankanlah
penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak dan Ibu Kahono, untuk segala cinta, doa dan pengorbanan yang
telah diberikan dan boleh terima hingga saat ini.
2. Mas Whisnu atas kebersamaan dalam tawa dan sedih selama ini serta
mendukung untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Mas Bayu dan Mbak Desi serta Amrta yang selalu memberiku motivasi
agar aku cepat lulus.
4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku dekan fakulatas Psikologi
Universitas Sanata Dharma serta dosen wali studi yang telah memberikan
saran selama aku belajar di USD.
5. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si., selaku pembimbing utama yang
6. Ibu Agnes Indar Etikawati. S.Psi., M.Si., Psi. dan Ibu Passchedona
Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi. selaku penguji yang telah memberikan saran
maupun kritikan.
7. Karyawan fakultas Psikologi di Sekertariat Psikologi (Bu Nanik, Mas
Gandung, Pak Gik) dan di Lab Fakultas Psikologi (Mas Muji ‘n Mas Doni)
serta karyawan perpustakaan. Terima kasih atas segala bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
8. Kepada segenap penyanyi solo organ yang sudi meluangkan waktu untuk
mengisi angket penelitian ini.
9. My beloved person, Ika Angga Kurniasari. Makasih Chayank buat
perhatian dan kasih sayang yang selama ini aku terima, selalu menemaniku
dalam suka maupun duka. Makasih buat kisah yang sudah terjalin dengan
tulus dan indah.
10. Keluarga basar Eko Rusjanto yang seakan akan sudah menganggap penulis
sebagai keluarga sendiri, memberikan dukungan dan kasih sayang, dan
perhatian dan doa kepada penulis.
11. Sahabat yang sudah aku anggap sebagai kaka sendiri : Nugroho Agung
alias Bang Kebo yang selalu membrikan dukungan untuk menyaelesaikan
skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan psikologi ’01 khususnya ; Wisa, Dian, Teki,
“aku nyusul kalian jadi sarjana oey……”. Shiro “ maturnuwun, bimbingan
skripsi selama ini” Dan teman-teman ’01 yang tidak bias disebutkan
13. Best friend “Olep and Ahonk”, terima kasih buat kebersamaan kita selama
ini dan dukungan untuk menyeleseikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata denagn segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, namun inilah usaha
maksimal yang dapat penulis berikan dengan segala keterbatasan kemampun yang
ada. Semoga tugas akhir ini dapat berguna dan dapat memberikan manfaat bagi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... xi
DAFTAR ISI ... xii
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 15
B. MASA DEWASA AWAL... 17
D. AKTIFITAS PENYANYI SOLO ORGAN... 27
E. HARGA DIRI PENYANYI SOLO ORGAN ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. JENIS PENELITIAN ... 30
B. VARIABEL PENELITIAN ... 30
C. DEFINISI OPERASIONAL ... 31
D. SUBJEK PENELITIAN ... 32
E. PENGEMBANGAN ALAT PENGUMPULAN DATA... 33
F. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ... 38
1. Uji Validitas ... 38
2. Seleksi Item ... 38
3. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 39
G. METODE PENGUMPULAN DATA ... 40
H. ANALISIS DATA... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43
A. ALAT PENELITIAN ... 43
1. Pelaksanaan Uji Coba Penelitan... 43
2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian ... 43
B. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 44
C. ANALISIS DATA STATISTIK ... 46
1. Uji Normalitas ... 46
2. Deskripsi Data Penelitian... 47
3. Data Deskripsi Harga Diri ... 48
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 52
A. KESIMPULAN ... 52
B. SARAN... 52
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Skor item favourabel ... 36
Tabel 2 : Skor item unfavourabel... 36
Tabel 3 : Blueprint skala harga diri sebelumtryout... 37
Tabel 4 : Blueprint skala harga diri sesudahtryout... 37
Tabel 5 : Nomor item yang sahih dan gugur ... 39
Tabel 6 : Nomer item yang sahih dan gugur ... 44
Tabel 7 : Kategori jumlah subjek berdasarkan usia ... 45
Tabel 8 : Deskripsi data penelitian... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket harga diritryout... 56
Lampiran 2 : Angket penelitian harga diri ... 60
Lampiran 3 : Data mentahtryout harga diri ... 63
Lampiran 4 : Uji validitas dan reliabilitastryout harga diri ... 72
Lampiran 5 : Data mentah angket penelitian harga diri ... 76
Lampiran 6 : Uji validitas dan reliabilitas angket harga diri ... 85
Lampiran 7 : Data mentah angket harga diri sesudah valid ... 88
Lampiran 8 : Kategorisasi berdasarkan percentile ... 97
Lampiran 9 : Uji normalitas... 100
Lampiran 10: Uji anova... 102
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang “pria” dan “wanita”, lebih daripada sekedar
perbincangan mengenai konsep sex atau jenis kelamin. Lebih jauh,
pembicaraan tentang “pria” dan “wanita” selalu dikaitkan dengan type-type
yang menyertainya. Misalnya, wanita digambarkan sebagai seorang “ibu”
yang merefleksikan dirinya sebagai “sosok yang memelihara”, sedangkan pria
digambarkan sebagai pekerja keras, penakluk, gemar berekspansi dan
mempunyai sifat agresivitas yang tinggi. Sementara, setiap budaya
mempunyai gagasan, premis, atau konsep yang berbeda tentangtype-type yang
menyertai kedua jenis kelamin itu, terutama berkaitan dengan konsep diri,
orang lain, dan hubungan antara diri dengan orang lain (Matsumoto, 2004).
Di banyak kebudayaan Barat misalnya, ada suatu keyakinan yang kuat
tentang keterpisahan antar individu. Tugas normatif budaya-budaya ini adalah
untuk mempertahankan independensi atau kemandirian individu sebagai
entitas yang terpisah dan self-contained (terbatas pada diri). Dalam hal ini
Matsumoto (2004) memberikan contoh seperti yang terjadi dalam masyarakat
Amerika, di mana orang dibesarkan untuk menjadi unik, dapat
mengekspresikan diri sebebas-bebasnya, serta dapat mewujudkan dan
mengaktualisasikan diri yang sesungguhnya. Kebudayaan Amerika
wanita. Banyak dari tugas kultural yang ada dalam budaya Amerika saat ini
dirancang dan diseleksi, melalui sejarah, untuk mendorong terbentuknya
independensi atau ketidaktergantungan masing-masing diri yang terpisah.
Dengan adanya tugas-tugas kultural seperti ini, pengertian orang Amerika
tentang harga diri atau nilai diri pun mengambil bentuk yang khas. Ketika
seorang pria atau wanita berhasil menjalin tugas-tugas kultural ini, mereka
akan sangat puas terhadap dirinya sendiri. Hal ini berdampak pada
meningkatnya harga diri mereka. Di bawah konsep independen tentang diri
ini, pria dan wanita cenderung memusatkan perhatian pada sifat-sifat diri
untuk selanjutnya diekspresikan dalam ruang publik dengan mendasarkan
serta mengkonfirmasikan sifat-sifat ini secara privat melalui perbandingan
sosial.
Berbeda dengan itu, banyak kebudayaan non-Barat yang tidak
mengasumsikan ataupun menghargai keterpisahan antaraindependensi dengan
self-contained. Sebaliknya, budaya-budaya ini menekankan pada apa yang
barangkali bisa disebut sebagai “kesalingterkaitan” yang mendasar pada
manusia. Tugas normatif utama dalam budaya-budaya semacam ini adalah
melakukan penyesuaian diri untuk menjadi sesuai dan mempertahankan
interdependensi di antara individu. Dengan demikian, banyak individu dalam
budaya-budaya ini dibesarkan untuk menyesuaikan diri dengan orang dalam
Hal-hal ini adalah tugas-tugas kultural yang dirancang dan terseleksi lewat
sejarah suatu kelompok budaya untuk mendorong terjadinya interdependensi
antara diri dengan orang lain (Matsumoto, 2004).
Contoh kebudayaan non-Barat dalam penelitian ini adalah Budaya
Jawa. Tujuan hidup tertinggi orang jawa adalah kesatuan abdi dan Tuhan
(manunggaling kawula Gusti), yang hanya dapat dicapai melalui penaklukan
dunia lahir dan pengembangan dunia batin. Penaklukan ini dapat dicapai oleh
manusia dengan olah roso, penghalusan, dan pendalaman terus-menerus.
Tuhan hanya ditemukan oleh individu yang sudah mampu menaklukan
dirinya, yang artinya memasuki dunia batin. Dunia batin adalah kenyataan
dalam diri manusia yang secara hakiki bersifat halus. Tolak ukur arti
pandangan orang jawa adalah untuk mencapai keharmonisan, ketenangan,
ketentraman,dan keseimbangan batin (Handayani dan Novianto, 2004).
Kondisi tersebut dapat diamati dalam ideologi gender yang terdapat
pada masyarakat feodal-aristokratik Jawa. Peran utama laki-laki adalah
sebagai penguasa utama rumah tangga yang memiliki hak-hak istimewa dan
otoritas terbesar dalam keluarga. Dengan demikian, anggota-anggota keluarga
lain, termasuk isteri harus tunduk kepada penguasa utama tersebut. Laki-laki
dalam posisinya sebagai suami dan ayah merupakan figur sentral dalam
keluarga. Ayah adalah pengayom dan pengambil keputusan utama dalam
keluarga. Karena posisinya yang sangat penting, figur ayah dan suami
memiliki otoritas yang besar dalam keluarga, serta kedudukan laki-laki dalam
dalam masyarakat. Sementara itu, peran utama wanita walaupun telah
mengalami redefinisi dan transformasi, esensi dari sebagian nilai yang
terkandung dalam ideologi tersebut tetap eksis dalam masyarakat Jawa masa
kini. Secara ideal masih terdapat anggapan bahwa peran utama wanita ada di
sekitar rumah tangga atau tugas-tugas domestik. “Kewanitaan” atau
“feminitas” wanita ditentukan oleh peran mereka di sektor-sektor domestik.
Konsep wanita sebagai ibu dan isteri merupakan tema sentral dalam
pembicaraan tentang wanita yang seolah-olah tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan wanita. Aktivitas wanita dalam sektor lain, yaitu peran publik yang
hanya sebatas tugas sekunder. Ideologi tersebut disosialisasikan dan berusaha
diwujudkan dalam setiap kegiatan dan institusi-institusi sosial yang formal.
Dalam hal ini, harga diri wanita tidak dapat dilepaskan dari peranannya
sebagai ibu dan isteri, wanita dianggap sebagai mahluk sosial dan budaya
yang utuh apabila telah memainkan kedua peranan yang disebut oleh Abdullah
(1997) sebagai fenomena “housewifization”. Di mana wanita adalah sebagai
ibu rumah tangga yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi
kepentingan keluarga tanpa boleh mengharapkan imbalan, prestise, serta
kekuasaan.
Meskipun demikian, secara mendasar integrasi sifat dinamika yang
dibingkai oleh sifat keseimbangan yang menjadi paradigma kebudayaan Jawa,
konfigurasi, paradigma dan makna kebudayaan Jawa tersebut maka sosok
wanita Jawa dari tinjauan budaya secara pokok dapat digambarkan sebagai
wanita yang memiliki jati diri, terikat, fungsional dan dinamik (Abdullah,
1997). Sebagai suatu konstruk psikologis, budaya Jawa yang dianut oleh
sekelompok orang yang mengaku dirinya sebagai “orang Jawa” dalam suatu
rangkaian sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku.
Dari uraian tersebut salah satu contoh peran publik yang dijalankan
wanita untuk membantu memenuhi kebutuhan adalah sebagai penyanyi solo
organ. Solo organ merupakan suatu kesenian yang lahir dari suatu kebutuhan
konsumerisme. Pemaknaan kesenian solo organ terletak pada sosok biduan
dalam cara-cara membawakan suatu lagu di atas panggung. Oleh karena
kesenian ini berasal dari kebutuhan konsumerisme, tidak jarang pihak
pimpinan solo organ memberikan batasan usia pada para penyanyinya.
Menurut penuturan pihak manajemen yang berhasil diperoleh dari hasil pra
penelitian, pemberian batasan usia dilakukan untuk menjaga konsistensi
penyanyi maupun penonton, karena umumnya penonton (yang sebagian besar
pria) lebih menyukai penyanyi yang berusia muda. Hal ini menjadi alasan bagi
sejumlah penyanyi yang memiliki bakat, hanya menjadikan solo organ sebagai
batu loncatan. Sementara, bagi penyanyi dengan bakat yang kurang menonjol,
menjadikan aktivitas di solo organ hanya sebagai kegiatan sebelum “akhirnya”
mereka menikah.
Penelitian ini akan menganalisis harga diri wanita Jawa sebagai
menggunakan penyanyi dengan latar belakang budaya Jawa. Dalam hal ini
analisis akan dikaitkan dengan konteks cultural dan histories. Tanpa
pertimbangan terhadap konteks budaya dan sejarah, maka analisis dalam
penelitian ini dapat menyesatkan dan bersifat parsial. Hal ini mengarahkan
penulis untuk melakukan suatu kajian secara komprehensif mengenai ”studi
deskriptif harga diri penyanyi wanita solo organ”.
Uraian sebelumnya terlihat masyarakat di Jawa termasuk dalam tradisi
patriarkat, menurut Field (2003) tradisi masyarakat patriarkat telah
mewariskan banyak pertanyaan dan masalah. Selama berabad-abad, kekuasaan
pribadi kaum wanita telah dikerdilkan dan peran mereka telah dijadikan
marginal dalam suatu kultur yang hanya mengutamakan energi maskulin
(mental dan fisik) serta mengerdilkan energi feminim (emosional dan
spiritual). Pudjijogyanti (1985) menyatakan bahwa perbedaan peran seksual
yang kurang menguntungkan peran wanita mengakibatkan wanita selalu
bersikap negatif terhadap dirinya. Wanita juga kurang percaya diri apabila dia
diminta menunjukkan seluruh kemampuannya. Adanya perasaan kurang
percaya terhadap kemampuan, tingkat aspirasi yang rendah dan locus of
control eksternaltelah menunjukkan bahwa wanita bersikap negatif terhadap
dirinya sendiri. Martono (2000) mengatakan penilaian umum seseorang
mengenai diri, pengalaman dan kemampuannya disebut juga harga diri.
harga diri itu terkait erat dengan kepercayaan diri, hal itu juga akan
berpengaruh pada problem solving atau kemampuannya menyelesaikan
masalah. Hal ini jelas terlihat bahwa harga diri wanita sangat penting.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana harga diri penyanyi wanita solo organ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui tingkat harga diri penyanyi wanita solo organ.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga, baik secara praktis maupun teoritis.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah kajian-kajian ilmiah bagi dunia
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi sosial agar dapat
mengembangkan wilayah keilmuannya terutama yang berkaitan dengan harga
2. Manfaat praktis
Memberikan suatu pandangan dan penilaian bagi masyarakat
khususnya penyanyi solo organ tentang harga diri seorang wanita yang
berprofesi sebagai penyanyi solo organ sehingga seorang wanita yang
memiliki profesi sebagai penyanyi solo organ dapat mengembangkan diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Harga diri
1. Pengertian Harga diri
Coopersmith (dalam Handayani, 2002) mendefinisikan harga diri
sebagai evaluasi yang dibuat individu mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju
dan menunjukkan tingkat keyakinan bahwa dirinya sendiri mampu,
penting, berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan
suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di
dalam sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Walaupun
tampak mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul
dalam perilaku yang dapat diamati.
Branden (2001) mengartikan harga diri sebagai pengalaman intim
yang berada dalam inti kehidupan. Harga diri adalah apa yang dipikirkan
dan rasakan tentang diri sendiri, bukanlah apa yang dipikirkan dan
dirasakan orang lain tentang siapa diri kita sebenarnya.
Menurut Hurlock (1999), harga diri merupakan evaluasi diri yang
dibuat dan dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial
dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan dan penerimaannya dari
orang lain. Selaras dengan pendapat diatas Berne dan Savary (1988)
seseorang dapat membina hubungan yang sehat dengan orang lain, melihat
diri mereka sebagai orang yang berhasil dan memperlakukan orang lain
tanpa kekerasaan.
Calhoun (1990) berpendapat bahwa harga diri merupakan hasil dari
salah satu dimensi dari konsep diri, yang dimaksud adalah penilaian
terhadap diri sendiri melawan apa yang dirasakan dapat dilakukan dan
harus dapat dilakukan. Jadi evaluasi diri merupakan penilaian terhadap diri
yang nyata dan yang dicita-citakan. Hasil dari penilaian ini menunjukkan
tingkat harga diri seseorang. Maslow melihat harga diri sebagai sesuatu
yang merupakan kebutuhan setiap orang dan terasa mulai dari tingkat yang
rendah hingga tinggi. Kebutuhan untuk dihargai ini di dalam kehidupan
bermasyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku
seseorang dan mendorong untuk melakukan bermacam-macam hal demi
mendapatkan penghargaan dari orang lain
Menurut Tambunan (2001) harga diri itu sendiri mengandung arti
suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam
sikap–sikap yang dapat bersifat positif dan negatif. Bagaimana seseorang
menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya
sehari–hari. Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri,
penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa
yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan
menunjukkan tingkat keyakinan bahwa dirinya sendiri mampu, penting,
berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga diri merupakan suatu
penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang diekspresikan di dalam
sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Walaupun tampak
mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul dalam
perilaku yang dapat diamati.
2. Karakteristik Harga Diri
Coopersmith (1976) membedakan dua jenis harga diri menurut
karakteristik individu, yaitu rendah dan tinggi. Karakteristik-karakteristik
tersebut adalah :
a. Karakteristik harga diri tinggi
1. Aktif dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik.
2. Berhasil dalam bidang akademik, terlebih dalam mengadakan
hubungan sosial.
3. Dapat menerima kritik dengan baik.
4. Tidak terpaku pada dirinya atau tidak hanya memikirkan
kesulitannya sendiri.
5. Keyakinan akan dirinya tidak berdasarkan pada fantasinya karena
memang mempunyai kemampuan, kecakapan sosial dan kualitas
6. Tidak terpengaruh pada penilaian dari orang lain tentang sifat atau
kepribadiannya, baik itu positif ataupun negatif.
7. Akan menyesuaikan diri dengan mudah pada suatu lingkungan
yang belum jelas.
8. Akan lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan
dengan kesukaan sehingga tercipta tingkat kecemasan dan perasaan
tidak aman yang rendah serta memiliki daya pertahanan yang
seimbang.
b. Karateristik harga diri rendah
1. Memilki perasaan inferior.
2. Takut dan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan
sosial.
3. Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi.
4. Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan.
5. Kurang dapat mengekspresikan diri.
6. Tidak konsisten.
7. Secara positif akan selalu mengikuti apa yang ada
dilingkungannya.
8. Menggunakan banyak taktik pertahanan diri.
9. Mudah mengakui kesalahan.
a. Harga Diri Tinggi
1. Bertindak mandiri. Ia akan membuat pilihan dan mengambil
keputusan tentang masalah seperti pemanfaatan waktu, uang,
pekerjaan, pikiran, dan lain-lain. Ia akan mencari teman dan
kesenangannya sendiri.
2. Menerima tanggung jawab. Ia akan bertindak dengan segera dan
penuh keyakinan dan kadang-kadang menerima tanggung jawab
untuk tugas atau kebutuhan sehari-hai.
3. Merasa bangga akan prestasinya. Ia akan menerima pengakuan
terhadap prestasi yang dicapainya dengan gembira dan
kadang-kadang memuji dirinya sendiri.
4. Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias. Tugas yang
belum diketahui, belajar dan melakukan aktifitas baru, menarik
perhatiannya dan ia mau melibatkan dirinya dengan penuh percaya
diri.
5. Menunjukkan sederet perasaan dan emosi yang luas. Ia mampu
tertawa, berteriak, menangis, mengungkapkan kasih sayangnya
secara spontan dan secara umum, mengalami berbagai perasaan,
emosi tanpa menyadarinya.
6. Mentolerir prestasi dengan baik. Ia akan mampu menghadapi
frustasi dengan berbagai reaksi seperti menertawakan diri sendiri,
berteriak keras-keras dan sebagainya, dan dapat berbicara tentang
7. Merasa mampu mempengaruhi orang lain. Ia merasa percaya diri
akan kesan yang diperolehnya dan mampu mempengaruhi anggota
keluarga, teman bahkan para pemimpin seperti guru, mentor,
direktur dan lain-lain.
b. Harga Diri Rendah
1. Meremehkan bakatnya sendiri. Ia akan mengatakan “saya tidak
bisa melakukan ini atau itu……..saya tidak tau bagaimana……...,
saya tidak pernah belajar itu”
2. Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Ia akan merasa
tidak yakin dan selalu bersikap negatif terhadap dukungan dan
kasih sayang orang tuanya atau teman.
3. Merasa tidak berdaya. Kurang percaya diri atau bahkan
ketidakberdayaannya akan tampak dalam sikap dan tindakan. Ia
tidak mau berusaha keras menghadapi tantangan atau masalah.
4. Mudah dipengaruhi orang lain. Gagasan dan perilakunya sering
kali berubah mengikuti orang banyak bergaul dengannya.
Seringkali ia dimanipulasi orang yang berkepribadian kuat.
5. Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit. Betapa
emosi yang khas seperti misalnya : tidak sopan, keras kepala,
histeria. Orang tua dapat meramalkan reaksi yang akan
6. Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Toleransi yang
rendah terhadap stess terutama rasa takut, amarah, lingkungan yang
menimbulkan kekacauan.
7. Menjadi defensif dan mudah frustasi.ia akan mudah tersinggung
tidak mempu menerima kritikan atau perintah yang tidak diduga
dan slalu mempunyai dalih mengapa ia tidak dapat
melaksanakannya.
8. Menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri. Ia jaranag
mau mengakui kesalahannya atau kelemahannya dan kerap kali
menyalahkan orang lain atau keadaaan yang tidak menguntungkan
sebagai penyebab kesulitannya.
Karakteristik harga diri mengacu pada teori Coopersmith dimana
hanya dijelaskan dalam dua tingkat harga diri, yaitu harga diri tinggi dan
rendah. Harga diri tinggi misalnya berhasil di bidang akademik, lebih
mampu mengadakan hubungan sosial termasuk dalam hubungan keluarga,
dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik, sedangkan harga diri
rendah misalnya mengalami ketakutan akan kegagalan dalam hubungan
sosial, memiliki tingkat kecemasan tinggi sehingga merasa diasingkan dan
tidak diperhatikan, juga kurang dapat mengkspresikan dirinya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga diri
Menurut Dusek (1996) ada beberapa faktor yang sangat
a. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri mudah terkena
gangguan terhadap bentuk tubuh dibanding dengan kelompok usia
lainnya. Secara khusus harga diri mereka cenderung rendah.
Penyebabnya adalah sangat bermaknanya harga diri fisik agar dapat
diterima oleh kelompoknya.
b. Kelas Sosial
Penelitian menunjukkan bahwa kelas sosial remaja yang ditandai oleh
pekerjaan, pendidikan dan penghasilan orang tua merupakan penentu
yang penting dari harga diri, khususnya individu yang berpindah dari
tahap remaja mengarah keremaja akhir. Pada umumnya, dengan kelas
sosial menengah memiliki harga diri yang lebih tinggi dibanding
kelompok menengah kebawah.
c. Pengasuhan
Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya harga diri adalah
pengasuhan. Dari penelitaian yang dilakukan Coopersmith ditemukan
bahwa individu yang diasuh dengan penerimaan dan kehangatan serta
memiliki suasana rumah yang memahami dan toleran memilki harga
diri yang tinggi dibandingkan dengan yang diasuh dengan orang tua
B. Masa Dewasa Awal
1. Pengertian Dewasa Awal
Istilah adult berasal dari kata kerja latin yang berarti “tumbuh
menjadi kedewasaan”. Akan tetapi kata “adult” berasal dari bentuk lampau
dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan
ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya, masa dewasa muda dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun,
disaat perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya
kemampuan produktif (Hurlock,1999).
Hurlock (1999) berpendapat bahwa individu disebut dewasa bila telah
memiliki kekuatan tubuh secara maksimal, siap bereproduksi dan memilki
kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor serta diharapkan dapat
memainkan perannya bersama dengan individu-individu lain dalam
masyarakat.
Menurut Piaget (dalam Hurlock,1999) secara psikologis masa dewasa
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat luas. Masa
dewasa adalah usia dimana individu mengalami perubahan intelektual
yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berpikir memungkinkan
untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
Salah satu ciri-ciri perkembangan masa dewasa awal menurut
Hurlock (1999) adalah masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri
dengan cara hidup baru dimana seorang pada masa dewasa awal sedang
melakukan penyesuaian terhadap pola peran seks atas dasar persamaan
derajat yang menggantikan pola tradisional serta pola baru dalam
kehidupan keluarga.
2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Havigurst (Hurlock,1999) membagi tugas–tugas sebagai berikut,
mulai bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup dengan tunangan,
mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga,
mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok
sosial yang menyenangkan.
3. Fase-Fase Kognitif Dewasa
Piaget (dalam Santrock, 1995) percaya bahwa seorang remaja dan
seorang dewasa berpikir dengan cara yang sama. Namun beberapa ahli
perkembangan percaya bahwa baru pada saat masa dewasalah individu
mengatur pemikiran operasional formal mereka. Mereka mungkin
merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti
Fase-fase kognitif masa dewasa menurut Schaie (dalam Santrock,
1995) adalah:
a. Fase mencapai prestasi (Achieving Stage)
Fase dimasa dewasa awal yang menurut Schaie (1977), melibatkan
penerapan inteletualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi
besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian
karier dan pengetahuan. Solusi ini harus diintegrasikan dalam
rencana hidup yang mencakup masa depan.
b. Fase tanggung jawab (The Responsibility Stage)
Fase yang terjadi ketika keluarga terbentuk dan perhatian diberikan
kepada keperluan-keperluan pasangan dan keturunan. Fase tanggung
jawab sering dimulai pada masa dewasa awal dan terus berlanjut ke
masa dewasa tengah.
c. Fase eksekutif (The executive Stage)
Fase yang terjadi di masa dewasa tengah dimana seseorang
bertanggung jawab pada sistem kemasyarakatan dan organisasi
sosial.
d. Fase reintegratif (The reintregrative Stage)
Terjadi pada bagian akhir dewasa fase terakir dimana orang dewasa
yang lebih tua memilih untuk memfokuskan tenaga mereka pada
tugas dan kegiatan yang bermakna bagi mereka.
Usia dewasa awal merupakan masa yang paling menentukan pada
bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Karena itu
masa dewasa awal merupakan masa yang sangat penting karena pada masa ini
seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjalin masa depannya.
Pada masa ini seseorang akan menghadapi dilemma antara kerja dan keluarga,
mereka sudah mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat.
Masa dewasa awal disebut juga golden age dimana pada masa ini semangat
hidup seorang wanita tidak dapat ditunggu lagi. Pada usia emas ini hidup
harus diputuskan saat ini demi mewujudkan citi-citanya (Prasetyadi, 2008)
C. Eksistensi Wanita Dalam Budaya Jawa
Menurut Handayani dan Novianto (2004) kata wanita dalam masyarakat
Jawa lebih dipilih daripadaperempuan, sebab berdasarkan pemaknaan, kata
“wanita” lebih dekat dengan kesadaran praktis masyarakat Jawa, dalam artian
‘Wanita” berasal dari kata wani (berani) dan tata (diatur), artinya seorang
wanita adalah sosok yang berani ditata dan diatur.
Analisis terhadap status dan peran wanita Jawa, terutama dalam
hubungannya dengan pola pembagian kerja menghasilkan dua kesimpulan
yang bertolak belakang. Hal tersebut menurut Kusujiarti (dalam Abdullah,
1997) disebabkan adanya perbedaan persepsi dan pendekatan yang digunakan
dalam mencermati hubungan gender dan dinamika interaksi yang terjadi
maupun keluarga. Posisi tersebut dicapai perempuan antara lain karena adanya
struktur keluarga yang bilateral, anggapan umum yang menyatakan bahwa
laki-laki dan perempuan atau suami-istri adalah dua mahluk yang saling
melengkapi, serta sumbangan perempuan yang cukup besar dalam ekonomi
keluarga yang dicapai melalui partisipasi aktif mereka dalam kegiatan
produktif (Handayani dan Novianto, 2004).
Menurut Koentjaraningrat (1984) peranan penting perempuan juga
ditunjukkan dengan adanya kenyataan bahwa di sebagian besar rumah tangga
Jawa, perempuanlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pendapatan
dan pengeluaran rumah tangga. Selain itu, perempuan juga berperan penting
dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan
dan status perempuan di negara-negara berkembang lainnya, seperti
Banglades, India, dan Cina, bahkan di antara kelompok masyarakat lain di
wilayah Indonesia. Faktor-faktor itu menunjukkan bahwa perempuan
mempunyai akses yang cukup besar terhadap berbagai jenis sumber daya, baik
yang ada dalam keluarga maupun masyarakat. Sedangkan kemampuan dan
kesempatan untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi, sosial,
dan kultural merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam menentukan
status dan peranan perempuan
Analisis kedua menyangkal pendapat tersebut. Menurut analisis ini,
peranan penting perempuan dalam sektor ekonomi dan pengelolaan rumah
tangga belum tentu menunjukkan tingginya status dan kekuasaan perempuan.
keluarga dan juga dituntut untuk menyelesaikan sebagian besar pekerjaan
domestik, sehingga mereka harus membagi waktu dan sumber daya untuk
memenuhi kedua kewajiban tersebut secara bersamaan (Murniati, 1998).
Menurut Mukmin (1980) wanita Indonesia memiliki berbagai macam
motivasi yang mendorong mereka untuk bekerja diluar rumah, antara lain
ekonomi material, misalnya untuk menambah penghasilan keluarga, motivasi
mental spiritual, yaitu untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
guna meningkatkan karier dan kepuasan mental atuapun hanya sekedar
keisengan yaitu bekerja sebagai suatu hoby tanpa tujuan tertentu hanya untuk
mengisi waktu luang saja. Pada umumnya motivasi wanita Indonesia bekerja
adalah karena adanya motivasi ekomoni dan spiritual. Wanita memandang
pekerjaan hanya sebagai hal sampingan sedangkan pria memandang pekerjaan
sebagai hal pokok bahkan mereka mengidentifikasikan diri dengan pekerjaan.
Dalam masyarakat Jawa banyak ditemukan wanita Jawa justru dapat
bertindak lebih taktis dan lebih rasional dalam situasi yang penuh tekanan
terutama secara sosial. Hal ini disebabkan karena posisi laki-laki ada di
wilayah publik, biasanya kaum laki-lakilah yang paling merasa terdesak untuk
membawa diri sesuai dengan tuntutan-tuntutan tata karma yang tepat. Dengan
demikian, karena dia berada di posisi publik maka laki-laki Jawa menanggung
beban publik untuk selalu bisa membawakan diri. Oleh karena itu, dalam
mengingat posisinya di wilayah privat sehingga ia cenderung bebas dan lebih
jernih untuk mengemukakan pendapatnya . (Handayani dan Novianto, 2004).
Dari dua analisis tersebut dapat diketahui bahwa kondisi kekuasaan
dan peran perempuan Jawa dalam masyarakat dan keluarga merupakan
kenyataan semu yang masih membutuhkan kajian yang lebih kritis. Para
penganut analisis kedua berpendapat bahwa sistem patriarki merupakan
halangan terbesar bagi perempuan Jawa untuk mendapatkan status dan peran
yang setara dengan laki-laki. Sistem patriarki dengan nilai-nilai yang
mengutamakan laki-laki ini, mempengaruhi cara perempuan dan laki-laki
dalam mempersepsikan status dan peranannya dalam keluarga dan masyarakat
serta menentukan citra masing-masing jenis kelamin dalam tatanan
masyarakat (Budiman, 1985).
Dalam tatanan sosial yang dilandasi pada sistem hubungan yang
patriarkis, walaupun perempuan aktif dalam proses produksi dan tidak
menghadapi hambatan kultural dan sosial yang sangat berarti dalam pola
pembagian kerja secara domestik ataupun publik, namun pada dasarnya segala
aktivitas perempuan dan persepsi masyarakat terhadap status dan posisi
perempuan dilingkupi oleh nilai-nilai patriarkis yang memihak pada laki-laki.
Nilai-nilai yang patriarkis tersebut diinternalisasikan dan dilanggengkan
melalui berbagai institusi sosial seperti lembaga politik, pendidikan, maupun
kepercayaan-kepercayaan, sehingga subordinasi tersebut tidak dirasakan
sebagai suatu sistem yang secara langsung sangat menekan dan memojokkan
Kedua analisis tersebut, meskipun nampaknya sangat berlawanan, namun
sesungguhnya merupakan perspektif yang saling melengkapi. Di satu pihak,
perempuan Jawa, khususnya perempuan Jawa yang berada di pedesaan
menempati posisi yang penting dalam keluarga dan masyarakat. Namun, di
pihak lain perempuan tidak mendapatkan prestise, kesempatan, dan kekuasaan
yang sebanding dengan laki-laki. Ideologi gender yang hegemonis, ideologi
familialisme, yang menekankan peranan perempuan sebagai ibu dan istri,
merasuk dan mempengaruhi cara pandang maupun persepsi perempuan dan
laki-laki terhadap pengalaman kesehariannya. Kedua analisis tersebut berguna
untuk menganalisis status dan peranan perempuan Jawa dalam masyarakat dan
keluarga.
Pendekatan pertama lebih menitikberatkan pada segi positif dan
faktor-faktor yang menguntungkan bagi perempuan Jawa untuk berperan dalam
keluarga dan masyarakat, tanpa melihat secara kritis mekanisme dan struktur
yang memojokkan serta menghambat perempuan. Pendekatan kedua
menitikberatkan pada adanya mekanisme struktural dan kultural, serta ideologi
yang hegemonik yang melahirkan subordinasi terhadap perempuan. Sebagai
akibatnya, perspektif ini kurang melihat perempuan sebagai mahluk yang
aktif, yang tidak begitu saja menyerah pada ketentuan struktur dan kultur.
Cara pandang ini juga kurang melihat hubungan gender sebagai suatu interaksi
konspiratif bersepakat, serempak, dan sadar berusaha menempatkan
perempuan pada posisi yang tidak menguntungkan (Budiman, 1985).
Hubungan gender dan analisis terhadap hubungan tersebut harus
dikaitkan dengan konteks kultural dan historis. Tanpa pertimbangan terhadap
konteks budaya dan sejarah dari hubungan tersebut, analisis hubungan gender
dapat menyesatkan dan bersifat parsial. Kaitan antarbudaya serta
wacana-wacana yang hegemonik serta kenyataan faktual dalam kehidupan sehari-hari
perlu dipandang sebagai dua hal yang saling berinteraksi secara dinamik dan
dialektika. Praktek hubungan gender yang secara nyata dapat diamati
sehari-hari berkaitan dan mempengaruhi wacana dan ideologi yang dominan, begitu
pula sebaliknya (Budiman, 1985).
Ideologi yang menekankan bahwa peran perempuan yang utama
adalah di sekitar rumah tangga, sebagai ibu dan istri, telah lama
disosialisasikan dan diinternalisasikan dalam masyarakat Jawa. Ideologi ini
telah bersatu dan menjadi elemen dalam budaya Jawa. Dalam masyarakat
Jawa, ideologi tersebut dilestarikan dan secara terus menerus diredefinisikan
melalui hukum-hukum adat yang berlaku, kepercayaan-kepercayaan, serta
negara dan pemerintah yang pernah ada dalam sejarah masyarakat Jawa.
Ideologi yang menekankan pada peran rperoduksi dan domestik perempuan
sangat ditekankan pada perempuan kelas atas pada jaman kerajaan-kerajaan
Jawa. Perempuan digambarkan sebagai mahluk yang anggun, halus, rapi,
tetapi tidak memiliki daya pikir yang tinggi dan kurang memiliki kemampuan
jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan dan masyarakat. Dengan
demikian perempuan dianggap sebagai mahluk yang sekunder atau the
second sex, sehingga perempuan dianggap perlu mendapatkan perlindungan
dan pengarahan dari laki-laki (Abdullah, 1997).
Status dan peran perempuan dalam masyarakat Jawa sangat
ditentukan oleh status laki-laki atau suaminya, karena perempuan
mendapatkan perlindungan, pengarahan dan status dari laki-laki maka
sebagai imbalannya perempuan harus tunduk dan memenuhi kebutuhan
laki-laki, serta mendukung keinginan dan kepentingan laki-laki. Dalam
masyarakat feodal yang aristokratik, ideologi ini sangat penting untuk
mendukung kelestarian suatu dinasti. Kesetiaan dan ketundukan perempuan
dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan keturunan dan mendapatkan
kepastian bahwa keturunan yang ada adalah pewaris yang sah dari raja yang
berkuasa (Abdullah, 1997).
Walaupun ideologi gender telah mengalami redefinisi dan modifikasi,
namun esensi sebagian nilai yang terkandung dalam ideologi tersebut tetap
eksis dalam masyarakat Jawa masa kini. Secara ideal masih terdapat
anggapan bahwa peran utama perempuan ada di sekitar rumah tangga dan
tugas-tugas domestik. Aktivitas perempuan dalam sektor lain, seperti sektor
produksi dianggap sebagai tugas sekunder. “Keperempuanan” atau
Konsep perempuan sebagai ibu dan istri merupakan tema sentral dalam
pembicaraan tentang perempuan. Kedua konsep tersebut seolah-olah tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan perempuan. Ideology familialisme (ideology
of familialism) atau ibuisme melingkupi kehidupan sosial, politik, ekonomi,
dan budaya. Ideologi tersebut disosialisasikan dan berusaha diwujudkan
dalam setiap kegiatan dan institusi-institusi yang formal. Kedirian perempuan
tidak dapat dilepaskan dari peranannya sebagai ibu dan istri, perempuan
dianggap sebagai mahluk sosial dan budaya yang utuh apabila telah
memainkan kedua peranan tersebut dengan baik (Abdullah, 1997).
D. Aktivitas Penyanyi Wanita Solo Organ
Solo organ adalah salah satu kesenian yang termasuk dalam budaya
pop. Budaya pop adalah suatu budaya yang diproduksi secara komersial dan
tidak ada alasan untuk berpikir bahwa tampaknya budaya pop akan berubah
dimasa yang akan datang. Namun, dinyatakan bahwa audience pop
menciptakan makna mereka sendiri melalui teks budaya pop dan melahirkan
kompetensi budaya dan sumber daya diskursif mereka sendiri. Budaya pop
dipandang sebagai makna dan praktik yang dihasilkan oleh audien pop pada
saat konsumsi dan studi tentang budaya pop terpusat pada bagaimana dia
digunakan (Barker, 2005).
Hall (2001) memberikan batasan bahwa budaya pop adalah arena
lanjut, dikatakan pula bahwa budaya pop adalah tempat di mana hegemoni
budaya dimapankan atau ditentangkan.
E. Harga Diri Penyanyi Wanita Solo Organ
Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya kita mengenal dua jenis
kelamin yaitu pria dan wanita. Pria digambarkan sebagai sosok pekerja keras
yang memiliki sifat agresifitas yang tinggi, sedangkan wanita digambarkan
sebagai sosok yang memelihara. Secara umum kita juga mengenal dua
budaya yang berbeda yaitu budaya barat dan timur. Wanita jawa termasuk
dalam budaya timur, dalam penelitian ini wanita jawa yang dalam kehidupan
sehari-harinya dipengaruhi oleh adat jawa yang berlaku misalnya wanita jawa
tunduk pada suami, tidak keluar malam, juga berpenampilan yang anggun.
Wanita dikatakan sebagai makluk sosial yang utuh apabila mampu
melakukan kedua perannya yaitu peran domestik dan peran publik. Peran
domestik dalam budaya jawa misalnya peran wanita dalam rumah tangga
seperti memasak, melayani suami, mengatur pendapatan, mengasuh anak.
Namun wanita juga memiliki peran publik yang tidak kalah penting, misalnya
hubungan dengan masyarakat sekitar untuk bersosialisasi (nyumbang,
biasanya dilakukan oleh ibu-ibu) dan bekerja untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup keluarga.
mampu berkomunikasi dan yang lebih penting lagi masih berusia muda,
kebanyakan dari penyanyi solo organ adalah wanita karena wanita secara
umum lebih menarik daripada pria. Tuntutan profesi yang dia geluti
seringkali bertolak belakang dengan budaya timur atau adat jawa yang ada
dilingkungan masyarakat, sehingga hal ini mempengaruhi harga diri wanita
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif. Mardalis (1990), penelitian deskrptif
merupakan penelitian yang bertujuan mendiskripsikan, mencatat, menganalisis
dan mengintepretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Soemanto
(1999) berpendapat penelitian diskriptif berusaha mendiskripsikan dan
mengintepretasikan apa yang ada atau dapat mengenai kondisi yang ada,
pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berlangsung. Penelitian ini
tidak menggunakan hipotesa tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa
adanya sesuai variabel yang diteliti. Penelitian ini berusaha menggambarkan
fenomena yang terjadi tentang masalah harga diri penyanyi wanita solo organ
di Ambarawa.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang,
obyek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh
Bentuk penelitian ini adalah studi deskriptif karena itu tidak ada
kontrol terhadap variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah harga diri
wanita penyanyi solo organ.
C. Definisi Operasional
Pada penelitian ini dirumuskan batasan operasional untuk variabel
yang ada. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pengertian yang jelas mengenai
variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini serta menghindari salah
pengertian dan penafsiran. Harga diri sebagai evaluasi yang dibuat subjek
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu
sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat keyakinan bahwa
dirinya sendiri mampu, penting, berhasil dan berharga. Dengan kata lain harga
diri merupakan suatu penilaian pribadi terhadap perasaan berharga yang
diekspresikan di dalam sikap-sikap yang dipegang oleh subjek tersebut.
Walaupun tampak mengacu pada pengalaman subjektif, harga diri akan
muncul dalam perilaku yang dapat diamati.
Bentuk data harga diri dalam penelitian ini adalah berupa skor total
penelitian yang diperoleh dari pengisian skala harga diri yang diisi oleh
subjek. Subjek penelitian ini adalah wanita yang berprofesi sebagai penyanyi
solo organ. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka akan semakin tinggi
D. Subyek Penelitian
Menurut Hadi (1996) sampel penelitian adalah sebagian atau wakil
dari populasi yang akan diteliti, yang menjadi sumbangan data sebenarnya.
Subjek penelitian ini adalah wanita dewasa awal yang mempunyai profesi
sebagai penyanyi solo organ khususnya yang ada di kota Ambarawa.
Karakteristik subyek yang mejadi sasaran dalam penelitian ini adalah:
1. Penyanyi perempuan solo organ dengan latar belakang budaya Jawa.
2. Penyanyi perempuan solo organ yang masih menjalani profesinya.
3. Penyanyi perempuan solo organ yang berumur antara 18 sampai 25 tahun
(dewasa awal).
4. Penyanyi perempuan solo organ yang bertempat tinggal di Ambarawa.
Subyek yang digunakan pada penelitian ini hanyalah penyanyi
perempuan solo organ yang masih aktif menjalani profesinya dengan usia
antara 18 sampai 25 tahun. Menurut Prasetyadi, 2008 pada usia ini seseorang
sudah memasuki masa dewasa awal dimana masa ini merupakan masa yang
paling menentukan pada sosok wanita. Masa dewasa awal manusia harus
sudah memutuskan untuk bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang
pernikahan. Karena itu masa dewasa awal merupakan masa yang sangat
penting karena pada masa ini seseorang perlu membuat pilihan yang tepat
demi menjalin masa depannya. Selain itu solo organ adalah budaya pop yang
penyanyi perempuan solo organ di Ambarawa cukuplah banyak. Oleh karena
itu, tidak mungkin semua individu penyanyi perempuan solo organ dipakai
sebagai subyek penelitian.
Subjek penelitian dipilih melalui teknik sampling Snowball. Teknik
Snowball yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan dapat
mmberikan data yang diperlukan, kemudian selanjutnya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya, maka peneliti dapat
menetapkan sampel lain, yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
lebih lengkap (Sugiyono, 2002).
E. Pengembangan Alat Pengumpulan Data
Suatu instrumen adalah alat pengungkuran pengetahuan, ketrampilan,
perasaan, kecerdasaan, atau sikap individu dan kelompok. Instrumen dapat
berupa tes, angket, wawancara, dan sebagainya (Soemanto, 1999).
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah skala yang diberikan pada subjek penelitian. Skala yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Skala Harga Diri. Skala ini diadaptasi dari skala
harga diri yang dibuat Coopersmith (dalam Azwar, 1999) yang berisi
item-item yang menyajikan pernyataan-pernyataan harga diri dengan reabilitas
skala versi bahasa Indonesia adalah 0,530.
Dasar anggapan digunakannya metode skala ini, seperti
yang dikemukakan Hadi (2000) yaitu:
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar
dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan
kepadanya sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.
Dalam penelitian ini digunakan skala langsung. Skala langsung
menurut Hadi (2000) yaitu bahwa skala tersebut secara langsung diberikan
kepada orang yang dimintai pendapat atas keyakinannya untuk menceritakan
tentang keadaan dirinya sendiri.
Kelebihan menggunakan metode skala (Suryabrata, 1998) adalah
sebagai berikut:
1. Tidak membutuhkan waktu yang relatif lama
2. Dapat dilakukan terhadap banyak subjek pada waktu yang bersamaan
3. Biaya relatif murah
4. Untuk pelaksanaannya tidak dibutuhkan keahlian mengenai lapangan yang
sedang diselidiki.
Meskipun begitu metode skala ini juga memiliki kelemahan
(Hadi, 2000) antara lain:
1. Unsur-unsur yang tidak disadari kurang bisa terungkap
2. Besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan dipengaruhi oleh
keinginan pribadi, tidak apa adanya
Untuk mengatasi kelemahan tersebut Hadi mengatakan
bahwa perlu mengupayakan penyusunan skala tersebut seperti di bawah ini:
1. Menggunakan bahasa yang sederhana sehingga subjek mengerti hal-hal
yang ditanyakan
2. Subjek tidak diwajibkan menuliskan namanya, sehingga subjek tidak perlu
kuatir dan takut hal-hal yang ada pada dirinya akan diketahui oleh orang
lain
3. Jawaban terdiri dari beberapa pilihan dan subjek tinggal memilih jawaban
yang paling sesuai dengan keadaan dirinya sehingga subjek tidak perlu
merumuskan sendiri jawabanya.
Metode penskalaan yang digunakan adalah metodesummated ratings,
dengan menggunakan skala Likert. Selain itu, skala ini disusun dengan
menggunakan format respon dua pilihan jawaban yakni ya dan tidak. Skor
jawaban ya itemfavorable bernilai 1, dan jawaban tidak bernilai 0. Sedangkan
itemunfavorable jawaban ya bernilai 0 dan jawaban tidak bernilai 1.
Alasan menggunakan respon dua pilihan karena respon dua pilihan
menuntut subyek untuk mampu memberi jawaban definitif atas keadaan
dirinya yang sebenarnya. Dengan kata lain, subyek harus mampu berdisposisi
atas realitas dirinya dan tidak terjebak pada pernyataan ambigu atau ragu-ragu.
Diasumsikan, individu yang sudah berusia 18 sampai 25 tahun yang telah
memasuki usia dewasa awal, subyek mampu berdisposisi dan secara jujur
Dengan adanya kategori pemberian skor tersebut maka
pernyataan-pernyataan yang akan disajikan mendapat skor atau nilai dari 0 sampai 1
berdasarkan kategori pernyataan. Ada dua alternatif jawaban yang disajikan
dalam penelitian ini, yaitu ya dan tidak. Berikut tabel yang akan menjelaskan:
Tabel 1 Skor Item Favorabel Pernyataan Skor
Ya 1
Tidak 0
Tabel 2
Skor Item Unfavorabel Pernyataan Skor
Ya 0
Tidak 1
Skala harga diri dalam penelitian ini mengadaptasi skala harga diri dari
Coopersmith (dalam Azwar, 1999). Definisi harga diri menurut Coopersmith
yaitu harga diri sebagai evaluasi yang dibuat individu mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan dirinya, yang mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak
sikap-sikap yang dipegang oleh individu tersebut. Walaupun tampak mengacu
pada pengalaman subjektif, harga diri akan muncul dalam perilaku yang dapat
diamati.
Distribusi atau penyebaran pada skala Harga Diri tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Blue Print Skala Harga Diri Sebelum Try Out
Pernyataan No. Item Jumlah Prosentase
Favorabel 4,5,8,10,14,19,20,24 8 32
Unfavorabel 1,2,3,6,7,9,11,12,13,15,16,17,
18,21,22,23,25
17 68
25 100 %
Tabel 4
Blue Print Skala Harga Diri Sesudah Try Out
Pernyataan No. Item Jumlah Prosentase
Favorabel 4,5,8,10,13,17,18,21 8 36
Unfavorabel 1,2,3,6,7,9,11,12,14,15,16,
19,20,22
14 64
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas
Validitas merupakan kesahihan suatu alat ukur. Menurut Hadi
(1996) suatu alat pengukuran disebut jitu jika alat ukur tersebut jitu
mengenai sasarannya. Dalam penelitian ini, skala harga diri diadaptasi dari
skala Self Esteem Coopersmith dengan validitas 0,60 (dalam Azwar,
2002).
2. Seleksi Item
Seleksi ini pertama diambil dari data hasil uji coba item pada
obyek yang memiliki karakteristik setara dengan obyek yang akan diteliti.
Item-item tersebut dievaluasi dengan analisis butir menggunakan
parameter daya beda item. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
item-item tersebut bisa membedakan antara individu atau kelompok
individu yang mempunyai dan yang tidak mempunyai atribut yang hendak
diukur (Azwar, 2000). Uji coba (Try Out) dalam penelitian ini dilakukan
pada tanggal 27 sampai 30 Agustus 2007 di kota Ambarawa. Skala setelah
uji coba kemudian diberikan kepada para wanita yang memeiliki profesi
sebagai penyanyi solo organ, yang berumur antara 18 sampai 25 tahun dan
bertempat tinggal di kota Ambarawa yag telah memenuhi kriteria sebagai
subjek penelitian.
terpilih menjadi 22 item yang dianggap baik berdasarkan 0.3 artinya item
diatas 0.3 dianggap baik dan dibawah 0.3 dianggap buruk dan tidak
terpakai. Batasan ini diperoleh dengan melihat table koefisien korelasi
yang berasal dari penghitungan jumlah subjek yaitu 40 orang
menghasilkan batasan untuk mendapatkan item yang baik adalah
berdasarkan taraf signifikasi 5 %.
Berikut ini adalah tabel nomor item yang sahih dan nomor item
yang gugur:
Tabel 5
Tabel Nomor item Yang Sahih dan Gugur Nomor Item
Hasil pengujian terhadap 25 item menunjukkan bahwa terdapat 22 item
yang sahih. 22 item yang sahih tersebut akan digunakan sebagai skala
penelitian.
3. Uji Reliabilitas Alat Ukur
Selain uji validitas, alat ukur dalam penelitian ini juga akan diuji
realibitasnya. Realibilitas yang dimaksud adalah keajegan atau keandalan dari
dariCronbach. Dalam penelitian ini digunakan koefisienAlpha dengan alasan
koefisien dapat mengatasi kelemahan belah dua dan mengestimasi rata-rata
korelasi belah dua dari semua pembagian tes yang mungkin dilakukan. Selain
itu, pendekatan ini juga mempunyai nilai praktis dan efisien yang tinggi,
karena hanya dilakukan sekali pada sekelompok obyek (Azwar, 2000). Nilai
reliabilitas skala dianggap memuaskan bila koefisien Alpha ( ) lebih besar
atau sama dengan 0,90 karena berarti perbedaan (variasi) yang tampak pada
skor tersebut mampu mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor
murni obyek, dan hanya 10% dari perbedaan skor yang tampak disebabkan
oleh variasierror pengukuran (Azwar, 2000).
Reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,796 dalam hal ini nilai
reliabilitas dapat dikatakan baik karena hampir mendekati nilai satu.
G. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan prosedur pengambilan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji Coba (Try Out)
a. Peneliti mempersiapkan uji coba dengan terlebih dahulu menentukan
jumlah dan kriteria item pada skala.
b. Membuat skala harga diri dengan metode summated rating skala
d. Melaksanakan try out
e. Menganalisis data untuk menentukan tingkat kesahihan item (validitas
item). Item yang memenuhi kriteria keasahiahan item yang dibutuhkan
tidak dipakai sebagai item pada penelitian kepada subjek yang
sesungguhnya.
2. Penelitian
a. Menyusun skala penelitian dengan menggunakan item-item penelitian
yang memenuhi kriteria kesahihan item pada uji coba penelitian.
b. Memberikan skala kepada subjek penelitian yang telah ditentukan
c. Menganalisis data dengan analisis diskriptif untuk memberikan gambaran
mengnai subjek penelitian.
d. Membuat kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.
e. Menyajikan kesimpulan dan seluruh hasil penelitian dalam bentuk sajian
diskriptif.
H. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode statistik dengan metode analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif
digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu objek
yang akan diteliti melalui data populasi atau sampel yang telah dikumpulkan
dalam penelitian ini, kemudian dijadikan acuan membuat kesimpulan yang
mean, standar deviasi, nilai maksimum serta nilai minimum, perhitungan
frekuensi dan prosentase.
Penentuan kategori tingkat harga diri didasarkan kategori jenjang.
Tujuan dari kategori jenjang ini adalah menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Pengkategorian dibagi menjadi dua yaitu
tinggi dan rendah berdasarkan penghitungan percentile dengan bantuan
komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Alat Penelitian
1. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan peneliti telah melakukan uji coba
(tryout) kepada 40 orang wanita yang termasuk dalam usia dewasa awal
yaitu berusia antara 18 sampai 25 tahun dengan membagikan angket yang
disebarkan, peneliti melakukan uji coba ini untuk melihat apakah
kalimat-kalimat dalam penyataan setiap angket mampu dipahami dan sesuai
dengan apa yang dimasudkan peneliti.
Beberapa pertimbangan yang mendasari peneliti melakukan uji
coba penelitian di Ambarawa karena lokasi penelitian ini mudah dijangkau
oleh peneliti dan mengenal kondisi tempat penelitian sehingga
memudahkan dalam memberikan keefesienan waktu dalam melakukan
penelitian.
2. Hasil Uji Coba Alat Penelitian
Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for
windows. Standar validitas dalam penelitian ini menggunakan standar
validitas menurut Azwar (2000) yaitu item dikatakan valid jika nilai rix
Seleksi item terhadap 25 item dalam angket Harga Diri
menghasilkan 22 item valid sedangkan untuk item yang gugur berjumlah 3
item. Hal ini dikarenakan 3 item tersebut memiliki koefisien validitas <
0,30 Penjelasan item valid dan gugur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6
Tabel Nomor item Yang Sahih dan Gugur
Nomor Item Total
Pernyataan
Sahih Gugur Sahih Gugur Jumlah
Favorable 4,5,8,10,14,19,20,24 8 8
Unfavorable
1,2,3,6,7,9,11,13,
15,16,17,22,23,25
12,18,21 14 3 17
Total 22 3 22 3 25
Uji reliabilitas dilakukan setelah item-item yang tidak valid
dibuang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dibantu dengan bantuan
komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version 15.0 for
windows.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 4 sampai 16 September 2007,
itu peneliti kembali mendatangi subjek dan kembali meminta skala tersebut.
Dengan cara mendatangi satu per satu subjek peneliti mendapat informasi
tentang teman-teman subjek yang juga berprofesi sebagai penyanyi solo
organ, hal tersebut memudahkan peneliti untuk mencari sampel penelitian.
Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Ambarawa yang
ditujukan kepada penyanyi solo organ dengan batasan usia antara 18
sampai 25 tahun. Jumlah sampel adalah 47 orang, dimana penyanyi solo
organ dengan jenis kelamin wanita yang berdomosili di kota Ambarawa.
Selain pertimbangan waktu pengambilan data dilakukan di Ambarawa
dikarenakan belum pernah diadakan penelitian mengenai tingkat harga diri
penyanyi wanita solo ogan di Ambarawa yang mana sebagian besar
masyarakatnya masih memegang teguh adat jawa yang berlaku.
Tabel 7
Kategori jumlah subjek berdasarkan usia Usia
Keterangan
18 19 20 21 22 23 24 25 Total
Jumlah 6 7 11 2 3 8 8 2 47
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala harga diri
yang terdiri dari 22 item. Sampel diberikan kebebasan untuk
mengembalikan skala penelitian sesuai dengan kesediannya. Beberapa
subjek mengisi skala yang disediakan saat skala dibagikan di tempat dan
yang membawa skala penelitian itu pulang dan mengembalikan kurang
lebih satu sampai dua hari kemudian. Setelah semua skala terkumpul, tidak
terdapat skala yang terlewati atau tidak terisi, jadi jumlah skala yang
dianalisis sebanyak 47 lembar.
C. Analisis Data Statistik 1. Uji Normalitas
Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu
normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari
sebuah distribusi normal. Dalam hal ini uji normalitas dilakukan dengan
teknikKolmogorov-Smirnov yang menyatakan bahwa jika nilai signifikasi
lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal. Normal dalam
arti bahwa sampel atau data berasal dari distribusi normal atau populasi
yang normal sedangkan tidak normal berarti sampel atau data tidak pantas
untuk dijadikan sampel (Yonita, 2004).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer statistical Packages for
Social Sciece (SPSS) version 15.0 for windows diperoleh nilai signifikasi
sebesar 0,184. angka ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
2. Deskripsi Data Penelitian
Berikut ini disajikan tabel yang berisi data penelitian dengan
bantuan komputer statistical Packages for Social Sciece (SPSS) version
15.0for windows.
Tabel 8
Tabel Deskripsi Data Penelitian
N 47
Skor minimum teoritik 0 Skor minimum empiric 1 Skor maksimum teoritik 22 Skor maksimum empiric 22
Mean teoritik 11,5
Mean empiric 15,1277
Median 14
Modus 18
Standart deviasi 4,3967
Keterangan :
N adalah jumlah subjek
Skor minimum teoritik adalah skor paling rendah yang mungkin diperoleh
subjek
Skor minimum empiric adalah skor paling rendah yang diperoleh subjek
dalam penelitian
Skor maksimum empirik adalah skor paling tinggi yang diperoleh subjek
dalam penelitian
Mean teoritik adalah rata-rata teoritik dari skor maksimum dan skor
minimum yang merupakan titik tengah dari range
Mean empirik adalah rata-rata dari skor subjek penelitian, jika mean
empirik menunjukkan lebih besar dari mean teoritik maka dapat dikatakan
bahwa harga diri subjek tergolong tinggi.
Median adalah nilai tengah yang dihasilkan
Modus adalah Skor subjek yang paling sering muncul
Standart deviasi adalah suatu statistic yang digunakan untuk
menggambarkan variabilitas dalam suatu distribusi
3. Data Deskripsi Harga Diri
Tabel 9
Tabel Deskripsi Harga Diri
N Rendah Tinggi
Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 47 wanita yang berprofesi
sebagai penyanyi solo organ. Setelah dilakukan penelitian dihasilkan 27
yang berprofesi sebagai penyanyi solo organ dengan harga diri tinggi
berjumlah 20 orang atau dengan prosentase sebesar 43%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Mengacu pada norma kategorisasi untuk skala Harga Diri dan dari data
yang ada, didapatkan bahwa subjek memiliki harga diri yang rendah sampai
dengan harga diri yang tinggi. Subjek yang termasuk dalam kategori skor
tinggi berjumlah 20 orang dengan prosentase 43%. Harga diri tinggi menurut
Tambunan (2001) mengarah pada rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa
yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya
diperlukan di dunia ini.
Didukung dengan apa yang dikatakan Coopersmith dimana subjek yang
memiliki harga diri tinggi akan mampu mengekspresikan dirinya dengan baik,
keyakinan akan berhasil di bidang akademik maupun sosial karena
kemampuannya dan kualitasnya yang tinggi, dapat menerima kritik dengan
baik, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, dan akhirnya menghasilkan
suasana yang nantinya akan tercipta tingkat kecemasan yang rendah.
Dalam penelitian ini penyanyi solo organ termasuk dalam kategori
rendah karena 27 orang atau dengan prosentase 57% menggambarkan bahwa
dalam menjawab skala harga diri subjek penelitian termasuk ke dalam
kategori rendah. Hasil analisis diatas menjelaskan bahwa jika seorang
penyanyi solo organ memiliki harga diri yang rendah seperti yag dikatakan