• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DIARE

2.1.1 Definisi

Diare adalah suatu kondisi dimana seorang buang air besar dengan konsisten lembek atau cair dengan frekuensi lebih sering lebih tiga kali atau lebih dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

2.1.2 Faktor Resiko

Secara klinis penyakit diare pada Balita lebih sering disebabkan oleh infeksi seperti bakteri, virus, atau parasit, penyakit diare juga dapat disebabkan malabsoipsi, tidak ASI Eksklusif, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan penyakit campak. selain semua faktor tersebut penyakit diare juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan maupun faktor prilaku seorang ibu (Depkes RI, 2011).

2.1.2.1Faktor agent

Faktor agent dapat menyebabkan diare pada bayi pertama kehidupan sampai usia 5 tahun. Sekitar 40% diare diebabkan oleh Rotavirus, 30% diare disebabkan oleh Noroviruses dan Adenovirus, 25% diare disebabkan oleh bakteri patogen seperti Campylobacter jejuni, Yersinia, Salmonella, Shigella, E.coli atau

Clostridium, dan 5% diare disebabkan oleh parasit seperti Lamblia, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica (Koletzko, 2009).

2.1.2.2Faktor pejamu

Faktor pejamu yang dapat menyebabkan diare pada Balita seperti status gizi, Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif, penyakit campak dan imunodefisiensi seperti :

a. Status gizi

Terdapat hubungan timbal balik antara diare dan malnutri seperti pada diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya malnutris pada Balita dan sebalinya kekurangan gizi dapat menyebabkan terjadinya diare yang

(2)

9 berkepanjangan dan dehidrasi. Malnutrisi energi protein menghambat perbaikan epitel usus yang rusak sehingga dapat menyebabkan diare berkepanjangan. Malnutrisi merupakan faktor resiko predisposisi terjadinya infeksi yang disebabkan karena malnutrisi dapat menurunkan pertahanan tubuh dan menganggu fungsi kekebalan tubuh manusia sehingga mudah seorang dengan status gizi yang kurang terserang penyakit infeksi. Infeksi dapat mempengaruhi status gizi melalui penurunan asupan makanan, penurunan absorpsi makanan di usus, meningkatkan katabolisme, dan mengambil nutrisi yang diperlukan tubuh untuk sintesis jaringan dan pertumbuhan (Rosari, dkk,2013 & Patel, et al, 2012). b. Tidak ASI Eksklusif

World Hearlt Organization(WHO) direkomendasikan pada tahun 2011 bahwa semua bayi harus diberi ASI secara esklusif selama enam bulan bukan empat bulan. Beberapa penelitian pada negara maju mengungkapkan bahwa lebih pendek durasi menyusui pada bayi dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi terutama diare yang akan mengakibatkan tingginya insidensi kematian bayi akibat diare yang disebabkan karena kesibukan seorang ibu pekerja dan kesehatan seorang ibu yang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi. Air susu ibu (ASI) merupakan makan yang baik dikonsumsi oleh anak Balita karena ASI mempunyai komposisi nutrisi yang lebih baik, mengandung zat antibodi dan enzim yang berguna untuk kesehatan pada bayi sehingga dapat mengurangi insidensi infeksi, mendukung tumbuh kembang optimal bayi dan meningkatkan ikatan ibu dan anak (Ramadhani, 2013 & Duijth et al, 2010).

c. Penyakit campak

Penyakit campak yang lama dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh sehaingga Balita mudah terserang penyakit infeksi seperti diare (Depkes RI, 2011).

(3)

10 d. Imunodefisiensi

Defesiensi imun sekunder lebih sering terjadi dan disebabkan oleh faktor-faktor sesudah lahir yang dapat juga mengakibatkan defesiensi IgA sehingga mudah untuk terserang penyakit seperti diare, infeksi kronis saluran pernapas, pertumbuhan terganggu dan malnutrisi seperti protein-kalori dan kekurangan elemen enzim tertentu seperti besi, seng atau Zn (FKUI, 2010).

1.2.2.3Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya diare seperti masalah sanitasi lingkungan yang buruk, pembuangan limbah yang tidak tepat, penyalah gunaan jamban atau tidak adanya jamban maupun pompa air (Khantu, et al, 2013).

1.2.2.4Faktor Perilaku

Faktor prilaku yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak seperti kurangnya kepedulian seorang ibu dengan kebersihan anak seperti tidak membiasan anak mencici tangan sebelum makan, kurangnya kesadaran seorang ibu ketika memberi makan anak menggunakan tangannya sendiri tidak dibersihkan terlebih dahulu menggunakan sabun sehingga mempermudah agent

infeksi masuk kedalam tubuh Balita sehingga menyebabkan timbulnya diare pada Balita (Khantu et al, 2013).

2.1.3 Patogenesis

Diare akut terjadi diawali dengan masuknya mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit yang akan masuk kedalam saluran pencernaan setelah berhasil melawan keasaman lambung mikroorganisme berkembang biak di dalam usus halus dengan mengeluarkan toksin (endotoksin) yang akan merangsang usus halus sehingga mengakibatkan hiperperistaltik dan hipercairan usus sehingga timbul diare (Suratmaja, 2010).

Terdapat beberapa patofisologi yang menyebabkan terjadinya diare seperti diare sekretorik yang disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari

(4)

11 usus serta menurunya absopsi sehingga air tidak dapat diserap oleh tubuh yang akan menyebabkan air banyak menumpuk didalam rongga usus sehingga timbul diare dengan volum tinja yang banyak. Diare osmotik yang disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen disus halus yang disebabkan oleh obat-obat / zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek absorpsi mukosa usus misalnya difisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa atau galaktosa. Tingginya tekanan osmotik didalam rongga usus yang akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi yang ada diusus sehingga timbul diare (Octa .D, 2014)

2.1.4 Manifestasi Klinik

Gejala penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi gastrointestinal seperti buang air besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam satu hari dengan bentuk tinja yang cair , kram perut, muntah dan kadang gejala demam. Tinja yang cair mengandung mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan timbul gejala lebih lanjut seperti dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia (Juffrie, 2010). 2.1.5 Penatalaksanaan

Penanganan diare dapat diberikan dengan cara lima langkah tuntas diare (lintas diare) seperti :

1. Pemberian oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit bermanfaat untuk pengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh saat diare. Garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh (Depkes RI, 2011).

Oralit diberikan pada anak menderita diare sampai diare berhenti. Oralit diberikan satu bungkus dimasukan kedalam satu gelas air (200cc). pada anak kurang dari 1 tahun diberikan 50 sampai 100 cc cairan oralit setiap kali buang air

(5)

12 besar, sedangkan anak lebih dari 1 tahun diberikan 100 sampai 200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar (Depkes RI, 2011).

2. Pemberian tablet zinc

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Pada anak menderita diare zinc yang ada dalam tubuh akan menurun untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetep sehat (Depkes RI, 2011).

Manfaat pemberian zinc dalam tubuh penderita diare akan mempercepat penyembuhan diare, karena zinc dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko diare terulang selama 2 sampai 3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis pada Balita umur < 6 bulan diberikan ½ tablet (10mg) per hari, sedangkan Balita umur > 6 bulan diberikan 1 tablet (20mg) per hari. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis selama 10 hari (Depkes RI, 2011).

3. Teruskan pemberian ASI

Asi dapat mencegah diare, bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya dapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Anak yang menderita diare harus diberikan ASI lebih banyak dari biasanya dan apabila anak sudah bias diberi makan maka anak harus diberikan makanan dengan frekuensi lebih sering. Jangan batasi makanan anak karena dengan memberi makan anak lebih banyak akan membantu mempercepat penyembuhan diare dan mencegah malnutrisi (Depkes RI, 2011).

4. Berikan antibiotik

Tidak semua kasus diare diberikan antibiotik, antibiotik hanya diberikan pada penderita diare berdarah atau karena kolera atau diare yang disertai dengan penyakit lain. Pemberian antibiotik pada anak diare akan menyebabkan resistensi

(6)

13 kumam karena pemberian antibiotik yang tidak tepat akan membunuh flora normal yang dibutuhkan didalam tubuh. Efek samping penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menganggu fungsi ginjal dan fungsi hati (Depkes RI, 2011).

Ketika terkena diare maka tubuh akan memberikan reaksi berupa peningkatan motilitas atau pergerakan usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun sehingga perut akan terasa banyak gerak dan berbunyi. Anti diare akan menghambat gerakan sehingga kotoran yang seharusnya dikeluarkan justru dihambat keluar sehingga dapat menyebabkan komplikasi seperti prolapses pada usus (terlipat atau terjepit). Oleh karena itu anti diare seharusnya tidak boleh diberikan (Depkes RI, 2011).

5. Memberikan nasehat pada ibu atau keluarga

Berikan nasehat dan memastikan pemahaman ibu atau pengasuh tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI atau makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang, mengalami rasa haus, makan atau minum sedikit, demam, tinja berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari (Depkes RI, 2011).

2.2 Hubungan Diare dengan Usia Balita

Balita adalah sekelompok penduduk yang berusia < 3 thun atau 12 bulan sampai 35 bulan dan berusia < 5 tahun atau 36 bulan sampai 59 bulan. Penyakit diare masih tetap menjadi masalah kesehatan utama didunia ini terutma pada Balita berusia 5 tahun. Penyakit lebih seringa terjadi pada Balita yang berusia 12 bulan sampampai 35 bulan dibanding dengan usia 36 sampai 59 bulan yang diakibatkan beberapa faktor yang menyebabkan Balita diare seperti tidak diberikan ASI sampai usia 24 bulan yang merupakan masa perubahan fisiologis yang terjadi disemua orang dan masa proses pembentukan kekebalan tubuh sehingga mempermudah Balita untuk terserang penyakit infeksi (Wong, 2009).

Pada masa Balita meupakan masa pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen, sehingga apabila sering terpajan agen asing sehingga antibodi didalam

(7)

14 tubuh tidak mampu menjadi pertahan terhadap infeksi yang masuk. Pada masa Balita setelah usia 24 bulan penting untuk diberikan makan pendamping ASI dan makanan yang bergizi sehingga gizi yang baik dapat mencegah Balita terserang penyakit infeksi seperti diare dan pneumonia (Wong, 2009).

2.3 Hubungan Diare dengan Pekerjaan Orangtua

Status pekerjaan adalah kedudukan seorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan kegiatan. Status pekerjaan dibagi menjadi lima kelompok pertama, berusaha sendiri adalah mereka yang bekerja atas resiko sendiri tanpa bantuan orang lain contohnya tukang becak. Kedua, berusaha dengan dibantu oleh anggota rumah tangga/buruh tidak tetap. Ketiga, berusaha dengan buruh tetap adalah mereka yang berusaha dengan memperkerjakan buruh tetap yang dibayar. Keempat, buruh/karyawan adalah seorang yang menerima gaji/upah, baik berupa uang maupun barang seperti pada petani yang tidak punya majikan tetap digolongkan sebagai buruh. Kelima, pekerja keluarga adalah anggota rumah tangga yang membantu usaha untuk memperoleh penghasilan yang dilakukan oleh salah satu anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa memperoleh penghasilan (Ismanthono, 2006).

Pekerjaan seorang dapat mencerminkan kesibukan, pendapatan, status sosial, dan pendidikan. Orang tua yang memiliki kesibukan yang lebih diluar rumah sehingga membutuhkan waktu lama untuk meninggalkan Balita dirumah dapat menyebabkan kurangnya perhatian akan asupan seorang anak sehingga asupan yang bergizi dan makanan yang dikonsumsi kurang dikontrol kebersihanya sehingga tidak aman untuk dikonsumsi anak sehingga anak mudah untuk terserah penyakit-penyakit infeksi dan status gizi yang kurang (Wong, 2009).

(8)

15 2.4 Status Gizi

2.4.1 Pengertian

Gizi dalam bahasa Arab Al Gizzai artinya makanan. Kata “Gizi” dikenal di Indonesia sejak tahun 1950-an dalam bahasa Inggris artinya Nutrisirion. Gizi adalah makan yang digunakan dalam tubuh melalui beberapa proses seperti pemasukan, pencernaan, penyerapan, pengangkutan (transport), metabolisme, interaksi, penyimpanan dan pengeluaran, semuanya termasuk dalam proses pengolahan zat gizi dalam tubuh (Devi, 2010)

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang berkaitan dengan penggunaan asupan pangan yang masuk (Intake) dan keluar (output) untuk mempertahankan kesimbangan, pertumbuhan, mempertahankan fungsi normal tubuh dan produksi energi untuk tubuh (Linder, 2006).

Status gizi anak sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada anak. Status gizi yang kurang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkerkambngan anak serta anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit seperti diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) sehingga dapat menyebabkan kematian pada anak (Notoatmodjo, 2011).

2.4.2 Penyebab yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi pada anak dipengaruhi oleh beberapa penyebab, yang dapat dibedakan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung seperti konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah syarat komposisi zat gizi yang seimbang sepeti beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya pada bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan penyakit infeksi seperti penyakit diare dan ISPA yang dapat menyebabkan gangguan gizi pada anak (Bappenas, 2012).

Penyebab tidak langsung yang mempengaruhu status gizi Balita seperti akses untuk mendapatkan pangan yang kurang, pola asuh anak, pelayanan kesehatan dan lingkungan buruk yang tidak mendukung kesehatan Balita.

(9)

16 Masalah utama terjadinya status gizi buruk pada Balita yaitu faktor sumber daya potensial dan faktor sumber daya manusia. Faktor sumber daya potensial berkaitan dengan politik dan ideologi , suprastruktur, dan struktur ekonomi. Sedangkan, faktor sumber daya manusia berkaitan dengan pendidikan orangtua, sehingga pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan yang sangat penting untuk mengatasi penyebab tidak langsung terjadinya gizi buruk (Aritonang et al, 2006)

2.4.3 Pengukuran

Standar rujukan yang digunakan untuk menentukan status gizi dengan antropometri berdasarkan SK Menkes No. 1995/Menkes/SK/XII/2010. Buku rujukan yang digunakan untuk penilaian status gizi ialah dengan menggunakan buku rujukan antropometri dari World Health Organization – National Center for Health Statistics (WHO-NCHS) dengan melihat nilai Z-score.

1. Pengukuran berat badan

Berat badan diukur dengan timbangan yang sesuai yang mengukur berat badan sampai nilai yang terdekat dengan 10 gr atau 15 gr untuk bayi dan 100gr atau 125 gr untuk anak-anak. Sebelum anak ditimbang, lakukan pengukuran berat badan dengan cara melepaskan pakaian bayi, tidurkan bayi pada meja timbangan dacin. Sebelum dilakukan penimbangan, lakukan terlebih dahulu pengaturan timbangan dari angka nol dan jarum timbangan tepat berada dibagian tengah anda dan meletakan tangan anda sedikit atas perut bayi untuk mencegah anak jatuh secara tidak sengaja dari timbangan. Lakukan pengukuran dalam ruangan yang hangat dan nyaman. (Wong, 2009).

Lakukan pengukuran dalam ruangan yang hangat dan nyaman. Ketika grafik pertumbuhan dari waktu lahir sampai usia 36 bulan lakukan penimbangan anak tanpa pakaian, sedangkan anak yang lebih tua biasanya ditimbang dengan menggunakan celana dalam atau pakaian yang tipis. Walaupun demikian, hormatilah selalu privasi semua anak (Wong,2009).

(10)

17 Tabel 1: Pengukuran atropometri status gizi berat badan menurut umur

Indikator Status gizi Keterangan Berat badan menurut

umur (BB/U)

Gizi lebih >2 SD

Gizi baik -2 SD sampai 2 SD Gizi kurang -3 SD sampai -2 SD Gizi buruk <-3 SD

Sumber : Kemenkes RI, 2011 2. Pengukuran tinggi badan

Istilah pengukuran panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak terlentang atau berbaring. Pengukuran ini dialakukan pada anak usia 24 bulan sampai 36 bulan. Pengukuran panjang bayi dengan cara ekstensikan tubuh bayi secara penuh dengan dengan cara pegang kepala bayi pada garis tengah, pegang kedua lutut dengan lembut dan tekan lutut kebawah sampai kaki betul-betul ekstensi serta rata dengan meja (Wong, 2009).

Istilah pengukuran tinggi badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak berdiri tegak. Tinggi diukur dengan cara meminta anak dengan melepas sepatu berdiri tegak dengan kepala pada garis tengah dan garis pandang sejajar dengan langit-langit atau lantai (Wong, 2009).

Tabel 2: Pengukuran atropometri status gizi panjang badan menurut umur Indikator Status gizi Keterangan

Panjang badan menurut umur (PB/U) Normal -2 SD sampai 2 SD Pendek -3 SD sampai <-2 SD Tinggi >-2 SD

(11)

18 Tabel 3: Pengukuran atropometri status gizi berat badan menurut

tinggi badan Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Gemuk >2 SD Normal >-2 SD sampai 2 SD Kurus <-2 SD sampai -3 SD Sangat kurus <-3 SD

(12)

19 2.5 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori (Koletzko: 2009, Khantu: 2013,Bappenas: 2012) Diare

Status gizi

- Penurunan asupan makanan

- Penurunan absobsi makan

- Meningkatkan katabolisme - Pengambilan nutrisi - Menurunkan pertahanan tubuh - Menganggu fungsi kekebalan tubuh manusia Faktor Resiko Faktor agent 40%Rotavirus,30% Noroviruses & Adenovirus,25% Campylobacter jejuni, Yersinia, Salmonella,

Shigella, E.coli atau

Clostridium dan 5% Lamblia, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica Faktor pejamu - Status gizi - Bayi tidak ASI

- Penyakit campak - imunodefisiensi Faktor lingkungan - sanitasi lingkungan yang buruk, - pembuangan

limbah yang tidak tepat

- penyalah gunaan jamban atau tidak adanya jamban maupun pompa air

Faktor prilaku - Kurang kepedulian seorang ibu - Kurang kesadaran seoarng ibu Faktor Resiko Faktor langsung 1. Penyebab pertama  Konsumsi makanan yg tdk memenuhi jumlah  Bayi tdk ASI 2. Penyebab kedua

 Penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Faktor tidak langsung

1. ketahanan pangan dikeluarga 2. Pola asuh anak

3. Pelayanan kesehatan 4. Kesehatan lingkungan 5. Pendidikan dan pengetahuan

(13)

20

2.6 KERANGKA KONSEP

\

Gambar 2. Kerangka Konsep Variable bebas :

status gizi, usia Balita dan pekerjaan Ibu

Variabel terikat: Diare

Variabel terganggu : - Bayi tidak ASI - Penyakit campak - Imunodefisiensi

- sanitasi lingkungan yang buruk

- pembuangan limbah yang tidak tepat - faktor prilaku Ibu

(14)

21 2.7 Hipotesis

Terdapat hubungan status gizi dan determinanya dengan kejadian diare pada Balita umur 12-60 bulan periode Januari sampai Desember tahun 2015 di RS KIA Rachmi Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2: Pengukuran atropometri status gizi panjang badan menurut umur
Gambar 1. Kerangka Teori (Koletzko: 2009, Khantu: 2013,Bappenas: 2012) Diare
Gambar 2. Kerangka Konsep Variable bebas :

Referensi

Dokumen terkait

dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja. Puskesmas

Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat melahirkan. Usia 20 – 35 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik,

Yang termasuk status reproduksi antara lain usia ibu hamil (usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia berisiko tinggi untuk hamil dan melahirkan), jumlah

Penyakit infeksi rentan terjadi dan sering dialami pada balita, karena balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, dan salah satu masalah yang

Pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat

Stroke atau serebrovaskuler ( CVA ) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler

2017 ‘Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang , Surabaya The Relations Between

3.8 Kerangka Operasional Populasi Seluruh balita berusia 36-59 bulan di Desa Wonorejo wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari Pengolahan Data Editing, Coding,