• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 1. Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).15

BBLR adalah bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2499 gram.16

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.17

2. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR : Menurut harapan hidupnya

a Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.

b Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.

c Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. Menurut masa gestasinya

a Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

b Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).18

3. Etiologi BBLR

Beberapa penyebab dari bayi dengan BBLR: a Faktor ibu

1. Penyakit

Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat,eklamsia, infeksi kandung kemih. Menderita

(2)

penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung. Serta penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2. Ibu

Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun) dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3. Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian BBLR tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini terkait dengan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b) Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin dan kehamilan kembar.

c) Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

d) Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.18

4. Faktor Risiko BBLR a. Sebelum bayi lahir

1) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya 2) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan

3) Pergerakan janin yang pertama (quickning) terjadi agak lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

Apabila ibu mengalami keadaan diatas maka perlu dianamnese apakah ditemui adanya riwayat abortus, partus prematuritas dan lahir mati.

b. Setelah bayi lahir

1) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine secara klasik seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbaatas, verniks kaseosaa sedikit atau tidak ada, kulit kering tipis berlipat-lipat. 2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu verniks kaseosa ada.

(3)

abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, kulit tipis, merah dan transparan.

3) Bayi kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan alat-alat dalam tubuh lebih berkembang di bandingkan dengan bayi premature berat nadan sama, karena hal itu akan mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi di bandingkan matur dengan berat badan normal.19

5. Karakteristik BBLR

Penemuan bayi berat lahir rendah ditujukan untuk perawatan bayi sejak lahir sampai bayi menjadi lebih kuat dan berat badannya bertambah, serta untuk identifikasi faktor risiko pada ibu yang potensial melahirkan bayi berat lahir rendah, yaitu ibu kelompok rawan seperti : ibu dengan kurang energi kronis (KEK), anemia, kerja fisik berat dan lain-lain.19

Adapun gambaran klinis dari BBLR adalah sebagai berikut :

a. Bayi kecil, pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar dari badan, berat badan < 2500 gram.

b. Kulit dan kelamin

Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, rambut halus dan tipis, genetalia belum sempurna.

c. Sistem syaraf

Reflex moro, reflex hisap, menelan, batuk belum sempurna. d. Sistem Muskuloskeletal

Axifikasi tengkorak sedikit, tulang rawan elastis kurang, tungkai abdukasi, otot-otot masih hipotonik.

e. Sistem pernapasan

Pernapasan belum teratur sering apnoe, frekuensi nafas bervariasi. Apabila hal ini sering terjadi dan tiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen.20

(4)

6. Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah.2

Prognosis BBLR ini tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal seperti pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain-lain.21

7. Penatalaksanaan BBLR a. Makanan Bayi

Alat pernapasan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.

b. Pengaturan Suhu Badan Bayi Prematuritas/BBLR

Bayi BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaanbadan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehingga panas badannya mendekati dalam.

c. Menghindari Infeksi

Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna.20

8. Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR

Faktor-faktor dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :22 a Faktor Lingkungan Internal

1) Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita.23 Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.24

Ibu primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menerima kehamilan dan menjaga janin. Ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau

(5)

lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR.21

2) Jarak Kehamilan

Jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan.23

3) Pemeriksaan Kehamilan

Pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu yang tidak menerapkan anjuran dan informasi pada saat pelayanan ANC serta frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap minimal 4 kali berisiko 5 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Kunjungan pemeriksaan kehamilan yang lengkap yaitu apabila ibu sudah melaksanakan pemeriksaan antenatal dengan teratur mulai dari pemeriksaan kala 1 (KI) sampai kala 4 (Kala IV).14

4) Umur

Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.

Semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Kehamilan di atas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul.

(6)

Kesulitan lain kehamilan di atas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti di atas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu serta bayi, maka sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.25

5) Lingkar Lengan Atas ( LiLA)

Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia.26 Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) 23,5 cm yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut.

b Faktor Eksternal

Faktor lingkungan eksternal meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.20 Pada ibu dengan sosial ekonomi rendah maka pemenuhan kebutuhan gizi ibu kurang baik, sehingga menggangu perkembangan dan pertumbuhan janin yang dapat menyebabkan BBLR.

c Faktor Sarana Kesehatan

Faktor sarana kesehatan yaitu penggunaan terhadap sarana kesehatan yang berhubungan dengan fasilitas kesehatan dalam memantau dan memeriksa kesehatan ibu hamil. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung akan mempengaruhi terhambatnya ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

B. Anemia Sebagai Faktor Risiko Kejadian BBLR 1. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin hemotrokit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal.19Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah

(7)

(eritrosit) menurun atau menurunnya haemoglobin, sehingga kapasitas dayaangkut oksigen untuk kebutuhan organ–organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.27

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr/dl pada trimester II.28

2. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil diklasifikasikan menjadi 4,yaitu : a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia dengan ukuran sel darah merah lebih kecil dan normal, terjadi akibat defisiensi zat besi dalam gizi atau hilangnya darah secara lambat dan kronik. Anemia jenis ini merupakan paling banyak dijumpai pada ibu hamil.

b. Anemia Megaloblastik

Anemia jenis ini mempunyai ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal (Makrositik normokronik). Anemia jemis ini disebabkan oleh kekurangan asam folat. Jarang sekali akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya disebabkan malnutrisi dan infeksi kronik.

c. Anemia Hipoblastik

Anemia hipoblastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah baru. Anemia hipoblastik ukuran sel darah merahnya normal dan mempunyai konsentrasi Hb yang normal ( Normositik dan Normokronik). Sumsum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracuanan dan sinar rontgen / sinar radiasi.

d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti dijumpai pada anemia hemolitik herediter, talasemia, anemia sel sabit, haemoglobinopati C, D, G, H, I dan paraksimal nocturnal hemoglobinuria. Disamping itu juga dapat disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler seperti malaria, sepsis, keracunan zat logam dan obat-obatan, leukemia, dan lain-lain.2

(8)

Kriteria anemia yaitu :

a Kadar Hb normal jika kadar Hb 110 gr/l b Anemia ringan jika kadar Hb 100-109 gr/l c Anemia sedang jika kadar HB 70-99 gr/l d Anemia berat jika kadar Hb < 70 gr/l.29

Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut: a. Ringan sekali : Hb 11 g/dl - batas normal

b.Ringan : Hb 8 g/dl - <11 g/dl c. Sedang : Hb 5 g/dl - <8 g/dl d. Berat : Hb <5 g/dl.27 4. Etiologi Anemia Kehamilan

Bentuk anemia yang banyak ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi besi. Secara garis besar penyebab terjadinya anemia defisiensi besi yaitu : a. Terganggunya penyerapan zat makanan akibat fungsi saluran pencernaan yang

terganggu.

b. Kesalahan dalam susunan menu makanan.

c. Intake yang kurang mengandung zat besi dapat diperoleh dari makanan dan suplemen. d. Kebutuhan zat besi yang meningkat dalam masa kehamilan.

e. Kemampuan organ untuk menampung zat besi menurun.

f. Adanya penyakit kronik seperti TBC, cacing usus, malaria dan lain-lain.30 5. Patologi Anemia Kehamilan

Sirkulasi darah ibu hami dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi perkembangan dan pertumbuhan janin.

b. Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter. c. Hormone estrogen dan progesterone semakin meningkat, akibatnya banyak dijumpai

perubahan peredaran darah sehingga terjadi semacam pengenceran darah ( Hemodilusi ).

d. Serum darah semakin meningkat jumlahnya tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat mencapai jumlah sel besar

(9)

10.000/ml, sedangkan fibrinogen meningkat.

Anemia fisiologis dalam kehamilan karena keperluan zat-zat makanan pada masa kehamilan bertambah dan terjadi pola perubahan dalam volume darah, yaitu bertambah banyak. Tetapi pertambahan volume darah tidak disertai dengan pertambahan sel-sel darah, akibatnya terjadi pengenceran darah sehingga kadar Hb turun dan terjadilah anemia, sedangkan anemia ibu hamil yang tidak fisiologis terjadi karena defisiensi besi, yaitu bila terjadi pada ibu dan kebutuhan zat besi dalam kehamilan normal.

Zat besi merupakan salah satu pembentuk haemoglobin bila zat besi kurang dan menyebabkan transportasi oksigen ke jaringan terganggu penyerapan adalah yang masuk ke usus atau faktor lain, misalnya makan bersamaan dengan minum teh, susu, dan kopi. Pada anemia karena banyaknya zat besi yang dikeluarkan dari tubuh, misalnya jumlah sel darah turun, menyebabkan kadar hemoglobin juga turun sehingga terjadi gangguan transportasi oksigen dan hipoksia jaringan, serta timbul gejala dan tanda anemia.30

6. Tanda dan Gejala Anemia Kehamilan

Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil yaitu sebagai berikut : a. Lelah dan mengantuk

b. Pusing dan lemah c. Masuk angin d. Sakit kepala

e. Rasa tidak enak di lidah f. Kulit pucat

g. Mukus membran pucat h. Kuku tangan pucat

i. Pernah mengalami menstruasi berlebihan, khususnya dalam durasi beberapa hari j. Sejarah kehamilan yang berdekatan

k. Sejarah anemia saat hamil l. Hilang nafsu makan m. Mual, dan muntah.31

7. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan Dan Janin

Anemia dapat berpengaruh terhadap kehamilan, baik itu selama kehamilan, dalam masa persalinan, pada masa nifas dan memberikan pengaruh juga pada janin yang ada

(10)

dalam kandungan.

Penyulit yang dapat timbul akibat anemia, seperti: a. Abortus

b. Partus prematurus

c. Partus lama karena inertia uteri

d. Pendarahan post partum karena Antonia uteri e. Syok

f. Infeksi, baik intrapartum maupun post partum

g. Anemia yang sangat berat dengan Hb <4 gr/100 ml.30

Menurut hasil penelitian Trihardiani bahwa anemia memiliki hubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini diperkuat dengan penelitian lain yang memaparkan ibu hamil yang menderita anemia berisiko 2,25 kali untuk melahirkan bayi BBLR.32

C. Umur Ibu Sebagai Faktor Risiko Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) 1. Pengertian Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan.33

2. Klasifikasi umur

Dalam reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu hamil pertama pada umur <20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir belum cukup bulan dan perdarahan dapat terjadi yaitu bayi lahir. Pada ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, terjadi perubahan jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.34

3. Pengaruh umur terhadap kejadian Berat Bayi Lahir Rendah

Kehamilan pada usia muda merupakan faktor risiko, hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan janin yang memudahkan terjadinya BBLR.28 Kehamilan pada usia kurang 20 tahun panggul dan rahim masih kecil dan alat reproduksi yang belum

(11)

matang. Pada usia di atas 35 tahun, kematangan organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan pada saat usia 20-35 tahun. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah - masalah kesehatan pada saat persalinan dan berisiko terjadinya cacat bawan janin serta BBLR.

Masalah yang mempengaruhi reproduksi yang mencakup gizi untuk menjamin pertumbuhan sempurna salah satunya ialah umur saat hamil terlalu muda ( kurang 20 tahun ) atau umur terlalu tua ( diatas 35 tahun ).35

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.36

Hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara usia ibu dengan berat badan bayi lahir rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistiarani bahwa ada perbedaan yang signifikan presentase BBLR antara ibu yang termasuk usia risiko tinggi (35,6%) dengan ibu yang tidak berisiko (64,4%) pada saat hamil dan melahirkan. Dari penelitian Sistiarani disimpulkan bahwa ibu dengan usia risiko tinggi mempunyai peluang melahirkan BBLR 4,28 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak termasuk kategori yang berisiko (usia 20-35 tahun).37

D. Paritas Ibu Sebagai Faktor Risiko BBLR 1. Pengertian Paritas

Paritas yaitu jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.38 Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita.23 Dari hasil pengujian analisis terdapat pengaruh yang signifikan antara paritas ibu dengan BBLR. Penilitian ini sejalan dengan penelitian Trihardiani bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan berat badan lahir.32

(12)

2. Klasifikasi Paritas

Klasifikasi paritas terbagi menjadi : a. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.39

b. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali.24

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali.40

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih.39 c. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.40

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih.38

Dari sudut kematian paritas terbagi atas:

a. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk hamil dan bersalin b. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)

Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Semakin tingg paritas, maka semakin tinggi juga kematian maternal.21

3. Faktor yang Mempengaruhi Paritas a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.

(13)

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

c. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup. d. Latar Belakang Budaya

1) Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

2) Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

3) Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki. e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui.41

4. Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR

Ibu dengan paritas 1 dan lebih dari sama dengan 4 berisiko melahirkan BBLR, pada primipara terkait dengan siapnya fungsi organ dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin, keterampilan ibu untuk melaksanakan perawatan diri dan

(14)

bayinya serta faktor psikologis ibu yang masih belum stabil.34

Ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR.21

E. Lingkar Lengan Atas (LiLA) Ibu Sebagai Faktor Risiko BBLR 1. Pengertian LILA

Penilaian status gizi ibu hamil dapat dilihat dari sebelum hamil dan selama hamil. Status gizi sebelum hamil dapat ditentukan dengan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan status gizi selama hamil dapat ditentukan dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur LiLA dan mengukur kadar hemoglobin.42

Jenis pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) adalah Lingkar Lengan Atas (LILA). Sasaran WUS adalah wanita usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).26

Pemeriksaan antropometrik dapat digunakan untuk menentukan status gizi ibu hamil misalnya dengan cara mengukur berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, dan LILA. Cara tersebut merupakan cara yang paling sederhana dan mudah dikerjakan oleh siapa saja misalnya petugas kesehatan di lapangan, kader kesehatan maupun masyarakat sendiri. Meskipun cara tersebut tidak bisa dipakai untuk memantau status gizi pendek, tetapi cara ini dapat digunakan dalam deteksi dini dan menapis risiko BBLR. Penilaian yang lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil dengan malnutrisi (gizi kurang/lebih) kadang-kadang menunjukkan oedem tetapi ini jarang mengenai lengan atas.43

Menurut hasil penelitian Amalia interpretasi hasil analisis bivariat antara status gizi dengan kejadian BBLR adalah ibu hamil dengan ukuran LILA <23,5 cm berisiko 3,857 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR BBLR dibandingkan ibu dengan ukuran

(15)

LiLA >23,5cm.12

2. Tujuan Pengukuran LILA

Beberapa tujuan pengukuran LiLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum, dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :

a. Mengetahui risiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan Bayi BBLR (BBLR).

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan KEK.

c. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.26

3. Cara Mengukur LiLA

Pengukuran LiLA dilakukan melalui urut-urutan yang telah ditetapkan. Ada & urutan pengukuran LiLA, yaitu:

a. Tetapkan posisi bahu dan siku b. Letakkan pita antara bahu dan siku c. Tentukan titik tengah lengan

d. Lingkarkan pita LiLA pada tengah lengan e. Pita jangan terlalu ketat

f. Pita jangan terlalu longgar

g. Cara pembacaan sesuai skala yang benar h. Catat hasil pengukuran LiLA.26

4. Ambang Batas

Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR. BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangakn apabila hasil pengukuran ≥23,5 cm berarti wanita tersebut tidak mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR (BBLR).26

(16)

F. Antenatal Care (ANC) Sebagai Faktor Risiko BBLR ( BBLR) 1. Pengertian

Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.44

Pelayanan atau asuhan merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.45

Antenatal Care ( ANC ) adalah pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.40

2. Tujuan Antenatal Care

a. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin

c. Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan mengurangi sekecil mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi

e. Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi eksklusif

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.40

3. Manfaat Antenatal Care

Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan.Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:

a. Bagi ibu

1) Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.

(17)

2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi persalinan.

3) Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.

4) Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi b. Bagi janin

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia.40

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan. Yaitu :

a. Satu kali pada triwulan pertama b. Satu kali pada triwulan kedua c. Dua kali pada triwulan ketiga d. Standar Pelayanan ANC.46

Berdasarkan hasil tabel 2x2 menggunakan SPSS diperoleh hasil yang menunjukkan terdapat hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan kejadian BBLR (OR = 4,6). Risiko melahirkan BBLR pada responden dengan ANC < 4 empat koma enam kali lebih besar dibandingkan responden dengan ANC ≥ 4. Simpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi antenatal care dengan angka kejadian BBLR di RSUD Pandan Arang Boyolali (OR = 4,6).

(18)

G. Kerangka Teori

Mengacu pada Tinjauan Pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut :

Sumber : 9, 14, 22, 26, 33, 41 Asupan Gizi Absorbsi Zat Gizi Status Gizi : LiLA Kadar Haemoglobin Pertumbuhan Janin Anemia BBLR Paritas Penyakit Infeksi Kelainan Darah Umur Ibu Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Jarak Kehamilan Kondisi Lingkungan Faktor Sarana Kesehatan Sosial Ekonomi Ibu Faktor Eksternal

(19)

A. Kerangka Konsep

B. Hipotesis Hipotesis :

1. Ada hubungan antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR 2. Ada hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian BBLR

3. Ada hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan kejadian BBLR 4. Ada hubungan antara LILA ibu hamil dengan kejadian BBLR 5. Ada hubungan antara ANC pada ibu hamil dengan kejadian BBLR

Variabel Bebas Variabel Terikat Umur Ibu Paritas Kejadian Anemia Kejadian BBLR LILA ANC

Referensi

Dokumen terkait

Pada kisaran tersebut produksi pucuk daun teh optimal tercapai pada saat tanaman berumur tujuh tahun, sedangkan jika ketinggian permukaan lebih dari 1 200 m dpl produksi pucuk daun

Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin positif perceived quality, maka akan berdampak pada seberapa besar pengaruh perceived quality dapat memediasi hubungan antara brand

• MOLEKUL LAKTOSA YANG TIDAK DAPAT DISERAP TUBUH KEMUDIAN MASUK KE DALAM USUS BESAR DAN. DIHIDROLISIS OLEH BAKTERI YANG MEMPRODUKSI

Water Sampler berfungsi untuk pengambilan sampel air pada kedalaman tertentu dengan sistem pengambilan air Vertical dengan kapasitas botol 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt. Grab

Setelah melaksanakan pengamatan dan diskusi kelompok dengan panduan LKPD peserta didik mampu menganalisa ciri-ciri morfologi yang membedakan tumbuhan berbiji

vii Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 29 Julai 2011 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Siti Aisah bt Yusoff bagi menilai tesis

Dari hasil pra survey yang dilakukan di UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro, untuk ketersediaan sarana penyelamatan masih kurang.Dari hasil wawancara dengan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada kedua lengan (kanan dan kiri) responden, kemudian menganalisa sejauhmana