726 PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU DIGITAL PADA PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ASAM BASA DI SMK ASSHIDDIQIYAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Retno Asriyani1), Kurnia2), Asep Supriyatna3) 1Retno Asriyani
Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran, SPs IPI email : [email protected]
2Kurnia
Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran, SPs IPI email : [email protected]
3Asep Supriyatna
Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran, SPs IPI email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pencapaian kompetensi siswa kelas XII SMK Asshiddiqiyah dalam mata pelajaran kimia pada pokok bahasan larutan asam basa pada Siswa SMK. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains bila dilakukan dengan penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual, serta bagaimana tanggapan siswa pada penerapan media tersebut. Penelitian ini ditunjang oleh teori-teori dari para ilmuwan berkaitan dengan teknologi pendidikan dan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan one grouppre-test post-test design dengan menggunakan instrumen berupa tes tertulis, angket, dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut disebarkan pada siswa untuk mendapatkan nilai rata-rata N-Gain, baik dari penguasaan konsep maupun keterampilan proses sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai N-Gain secara keseluruhan dari penguasaan konsep dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 62,94 dan ada peningkatan nilai N-Gain secara keseluruhan dari keterampilan proses sains dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 54,59. Maka tanggapan siswa terhadap penggunaan buku digital 94,17% memberikan respon positif dan hanya 5,83% memberikan respon negatif. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata siswa meningkat dengan penggunaan media pembelajaran buku digital, maka disarankan bahwa penggunaan media tersebut sebaiknya diterapkan di setiap sekolah.
Kata kunci : buku digital, penguasaan konsep, keterampilan proses sains, kontekstual, larutan asam asam basa.
ABSTRACT
This research is motivated by the low achievement of the competency of the XII class students of Asshiddiqiyah Vocational School in chemistry subjects on the subject of acid-base solutions to SMK students. Based on this, the purpose of this study was to determine the increase in mastery of concepts and science process skills if carried out by the application of learning media to digital books on contextual learning, and how students responded to the application of the media. This research is supported by theories from scientists relating to education and learning technology. The method used in this study was a quasi-experimental method with one group pre-test post-test design using instruments in the form of written tests, questionnaires, and interview guidelines. The instrument was distributed to students to get an average N-Gain score, both from mastering concepts and science process skills. The results showed that there was an increase in the overall N-Gain value of mastery of the concept with an average N-Gain value of 62.94 and there was an increase in the overall N-Gain value of science process skills with an average N-Gain of 54 , 59. Then students' responses to the use of digital books 94.17% gave a positive response and only 5.83% gave a negative response. Based on this, it can be concluded that the average value of students increases with the use of digital media learning media, it is recommended that the use of these media should be applied in every school.
727 A. PENDAHULUAN
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran kimia pokok bahasan Larutan Asam Basa pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas XII SMK Asshiddiqiyah diketahui beberapa permasalahan. Dari lima indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan setelah mereka selesai menerima pembelajaran dari guru terdapat 16 dari 36 siswa kelas XII SMK Asshiddiqiyah belum dapat menentukan derajat keasaman (pH) dan derajat ionisasi, serta belum dapat menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan pH larutan.
Hal tersebut disebabkan karena ketidakmampuan siswa untuk menghitung pH larutan dengan menggunakan rumus dan ketidakmampuan siswa mengetahui pH larutan berdasarkan hasil pengamatan, padahal Menurut E. Mulyasa (2006: 133– 134), mata pelajaran kimia di SMA dan sederajat bertujuan agar siswa memiliki kemampuan : (a) membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (b) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain; (c) memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis ; (d) meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat ; (e) memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Media Pembelajaran Buku Digital Pada Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Pada Pokok Bahasan Larutan Asam Basa Di Smk Asshiddiqiyah Tahun Ajaran 2018/2019”
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa dalam penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa dalam penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual? Adapun yang merupakan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa dalam penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual. 2. Untuk mengetahui peningkatan
keterampilan proses sains siswa dalam penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual. 3. Untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap penerapan media pembelajaran buku digital pada pembelajaran kontekstual.
B. KAJIAN PUSTAKA
728 bagi kehidupannya (Sanjaya, 2014). Selain
itu juga memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan pengetahuan yang diperoleh dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai warga masyarakat dan sebagai tenaga kerja nantinya. Sebenarnya konsep pembelajaran kontekstual bukan konsep baru. Konsep ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey, yang mengetengahkan kurikulum dan metodologi pengajaran yang sangat erat hubungannya dengan minat dan pengalaman siswa.
Menurut Johnson (2007)
pembelajaran Contextual Teaching & Learning adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan menurut Komalasari (2010) pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut dalam kehidupan.
2. Penguasaan Konsep
Dalam kamus bahasa indonesia (2000), konsep dapat diartikan sebagai ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit. Dengan demikian, penguasaan konsep merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam menguasai konsep dengan mengetahui dan mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami serta dengan melibatkan kemampuan berfikir berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Konsep dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan siswa tersebut, karena pada dasarnya konsep melibatkan interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan, menurut Bloom (dalam Dahar, 2005) penguasaan konsep adalah kemampuan dalam menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang
sulit dipahami disajkan dalam bentuk yang lebih dipahami, selain itu mampu memberikan interpretasi dan mengaplikasikannya.
Konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 2005) merupakan sesuatu yang abstrak yang memaparkan satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau beberapa hubungan yang memiliki atribut yang sama. Berdasarkan pengertian tersebut, tentunya suatu konsep akan dikuasai oleh setiap individu dengan stimulus yang berbeda-beda, artinya sesuai dengan pengalaman, sehingga konsep yang didapat mungkin akan berbeda pula. Namun, pada intinya konsep tersebut dapat dikomunikasikan bersama karena nama yang menyatakan konsep itu sama. Sagala (dalam Dahar 2005) menyebutkan bahwa konsep sebagai sebuah pemikiran individu atau sekelompok individu yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi pr insip, hukum, dan teori. Konsep ini diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman serta fenomena yang ada. Konsep dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan pengetahuan siswa tersebut, karena pada dasarnya konsep melibatkan interaksi siswa dengan lingkungan.
3. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk sains (Anitah, 2007). Menurut Rustaman (2005), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Demikian juga dalam konteks pembelajaran logika seperti dalam matematika, dalam penelitian ini mengadopsi pendapat dari Nur'aini, IL, et.all (2017).
4. Metode Penelitian
729 eksperimen dengan one group pre-test and
post-test design, (desain kelompok tunggal dengan pretes-postes). Pada desain penelitian ini menggunakan 2 kali pengukuran yaitu sebelum eksperimen (pretes) dan setelah eksperimen (postes) dengan soal yang sama. Desain ini hanya menggunakan satu kelas eksperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol. Perbedaan antara pretes dan postes diasumsikan sebagai hasil dari eksperimen.
C. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah Eksperimen Kuasi (Darmawan, 2013:23). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK Asshiddiqiyah yang terdistribusi dalam satu kelas dengan jumlah peserta didik 36 orang yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Siswa kelas XII dianggap sesuai untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini karena kelas XII telah mempelajari materi kimia pokok bahasan larutan asam basa yang dijadikan sebagai faktor penunjang oleh peneliti.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pembahasan tentang penguasaan
konsep
Hasil penelitian menunjukkan
terdapatnya peningkatan penguasaan
konsep larutan asam basa dengan nilai rata-rata pretes 38,08% dengan kategori kurang menjadi 76,81% dengan kategori baik pada rata-rata nilai postes, sehingga mendapat nilai rata-rata N-Gain sebesar 62,94% dengan kategori sedang.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa buku digital mampu mengangkat motivasi belajar siswa atau membantu mempermudah pemahaman siswa tentang materi ilmu kimia khususnya tentang larutan asam basa. Hal ini disebabkan karena penerapan penggunaan buku digital merupakan metode pembelajaran yang dianggap baru dan cukup menarik bagi siswa. Metode ini mampu meningkatkan penalaran siswa tentang larutan asam basa yang pada umumnya sulit dipahami karena
banyaknya istilah-istilah ilmiah, kode-kode,
dan lambang-lambang yang terdapat
konsep-konsep ilmu kimia yang tidak populer di masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari, ditambah lagi dengan
dibutuhkannya pemahaman dari
berlangsungnya proses dari reaksi-reaksi kimia yang sulit dijelaskan secara konkrit.
Melihat fenomena yang ada di masyarakat siswa sekolah menengah, pada umumnya materi pembelajaran kimia hanya disukai oleh siswa-siswa yang relatif tekun dan memiliki rasa penasaran yang tinggi, sementara materi ini merupakan materi
yang dianggap penting di sekolah
menengah terutama bagi siswa yang mau melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Oleh karena itu penerapan buku digital diharapkan mampu mempermudah penalaran abstrak siswa, sehingga semua dari semua kategori dapat termotivasi untuk mendalami materi ilmu kimia secara lebih serius..
Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada penyempurnaan media pembelajaran buku digital tentang larutan asam basa.
Setelah media pembelajaran ini
disempurnakan menjadi lebih baik dan mendapatkan hasil positif bagi peningkatan penguasaan konsep siswa, maka dapat dikembangkan lagi kepada materi tentang penguasaan konsep lainnya, sehingga akhirnya seluruh penguasaan konsep kimia diterapkan dengan media ini. Untuk pengembangan media ini dapat dilakukan uji coba kepada salah satu siswa yang kita anggap paling baik daya tangkapnya, dimana siswa tersebut berperan sebagai fasilitator setelah sebelumnya kita latih terlebih dahulu. Bila hasilnya tidak terlalu jauh berbeda, dapat disimpulkan bahwa media ini cukup reliabel atau terandalkan karena dapat digunakan oleh siapapun yang menjadi fasilitator atau pengajarnya.
730 terdiri dari Mendeskripsikan teori-teori
asam basa, Mengidentifikasi sifat larutan asam basa, Menjelaskan sifat larutan asam basa, Menentukan derajat keasaman (pH) dan derajat ionisasi, Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan pH larutan.
Ternyata dari ke 5 indikator tersebut yang menjadi perhatian khusus penulis adalah indikator ke 3 yaitu Menjelaskan sifat larutan asam basa, karena indikator ini memiliki pencapaian nilai N-Gain terendah yaitu sebesar 62,04%. Jadi perbaikan dan pengembangan media pembelajaran dan penyampaian materi sebaiknya dimulai dari yang terendah dahulu.
Tujuan dari indikator ke 3 adalah menuntut siswa untuk memahami konsep kimia secara lebih detail tentang proses kimia, oleh karena itu dosen harus memutar
otak lagi bagaimanakah caranya
menjelaskan sifat larutan asam basa kepada setiap siswa. Indikator ini dianggap sulit oleh siswa karena memorinya hanya disediakan untuk menghafal, sementara kemampuan untuk memahami masih sangat terbatas. Indikator ini sangat penting mengingat larutan asam basa merupakan bahan laboratorium yang memiliki karakter spesifik atau berbeda dengan bahan-bahan kimia lainnya yang lebih netral. Bahan-bahan kimia ini termasuk Bahan-bahan kimia berbahaya karena bersifat korosif pada kulit dan selaput lendir. Semakin kuat derajat
keasaman dan kebasaannya, sifat
korosifnya semakin tinggi.
Pengembangan media pemelajaran berhubungan dengan indikator ke 3 ini dapat dilakukan dengan cara penyampaian materi per oral secara lebih jelas lagi dengan menekankan pada bagian-bagian yang penting untuk diketahui. Bila perlu
bagian-bagian penting tersebut diucapkan
berulang-ulang dalam tempo yang sedikit diperlambat. Media buku digital lebih diperlengkap lagi dengan gambar-gambar hidup dalam menjelaskan sifat-sifat larutan asam basa.
Bila indikator ke 3 telah berhasil, dimana nilai rata-rata N-Gainnya naik ke
kategori baik atau sebesar 71% ke atas,
pengembangan media pembelajaran
dilanjutkan pada indikator ke 5 yaitu Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan pH larutan yang memiliki nilai rata-rata N-Gain sebesar 62,55%. Indikator inipun harus segera disempurnakan karena nilai rata-rata N-Gainnya tidak jauh berbeda dengan indikator ke 3.
Bila indikator ke 5 telah berhasil, maka dilanjutkan pada penyempurnaan indikator ke 1 yaitu Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan nilai rata-rata
N-Gain sebesar 65,74%. Kemudian
dilanjutkan lagi ke indikator ke 4 yaitu Menentukan derajat keasaman (pH) dan derajat ionisasi dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 68,29%, dan terakhir pada indikator ke 2 yaitu Mengidentifikasi sifat larutan asam basa dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 69,91%. Indikator ke2 menjadi indikator yang paling mudah
karena bisa didapat dengan proses
menghafal dan dibantu dengan proses visualisasi di ruang laboratorium pada saat melakukan praktikum. Menurut Stenbeg (2008), Visualisasi merupakan kerja dari otak kanan berupa long term memory jadi tidak mudah lupa, sedangkan otak kiri merupakan short term memory.
Akhirnya semua indikator
disempurnakan sampai mendapat nilai rata-rata N-Gain dengan kategori baik. Bila hasil dari penyempurnaan tiap kategori berhasil, maka sebagian besar siswa akan benar-benar menguasai konsep larutan asam basa. Lebih jauh lagi, diharapkan tidak ada lagi siswa yang tidak menyukai setiap materi ilmu kimia yang selalu menuntut siswa untuk berpikir kritis.
2. Pembahasan tentang Keterampilan
Proses Sains
731
sedang). Secara umum keterampilan
mengklasifikasikan pada setiap siswa juga meningkat. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata jawaban LKS siswa sebesar 67,05% dan merupakan kategori baik. Dari data-data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dapat
mengembangkan keterampilan
mengklasifikasikan siswa dengan baik.
Keterampilan menafsirkan
mengalami peningkatan, dimana nilai rata-rata pretes sebesar 36,11% (kategori kurang) sementara skor rata-rata postes sebesar 61,81% (kategori baik). Setelah
dilakukan pembelajaran, terjadi
peningkatan kemampuan siswa dalam menafsirkan yang ditunjukkan dengan pencapaian nilai rata-rata N-Gain sebesar 39,35% (kategori sedang). Namun diantara ke 5 indikator keterampilan proses sains, indikator ini merupakan indikator yang paling rendah peningkatannya. Wahyu (2007) berpendapat bahwa hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Oleh karena itu dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, siswa harus menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu.
Pengertian pengamatn menurut
Poerwadarminta (2003) adalah aktivitas terhadap suatu proses atau obyek dengan
maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan untuk
melanjutkan suatu penelitian.
Dengan demikian, rendahnya
peningkatan tersebut karena siswa
mengalami kesulitan untuk
menghubungkan data hasil pengamatan,
menemukan pola dalam suatu seri
pengamatan kemudian menyimpulkannya pada saat pembelajaran. Sesuai yang dikemukakan oleh Anitah (2007) bahwa untuk menafsirkan siswa harus mencatat setiap pengamatan secara terpisah lalu menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah tersebut. Sehingga ketika dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap
keterampilan menafsirkan tersebut, maka hasilnya pun mengalami peningkatan sebesar 39,35%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
dapat mengembangkan keterampilan
menafsirkan siswa dengan baik.
Artinya siswa tidak mengalami
kesulitan untuk menentukan
alat/bahan/sumber yang akan digunakan, menentukan variabel/ faktor penentu, menetukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat, menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja pada
saat pembelajaran sehingga ketika
dilakukan evaluasi rata-rata siswa tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal keterampilan merencanakan percobaan. Keterampilan proses sains yang paling rendah dibandingkan dengan keterampilan proses sains yang lainnya berdasarkan hasil tes tertulis adalah keterampilan menafsirkan dengan N-Gain sebesar 39,35% (kategori
sedang). Rendahnya keterampilan
menafsirkan disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menemukan pola dalam suatu seri pengamatan serta menyimpulkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustaman (2005) bahwa menafsirkan didasarkan pada keterampilan observasi. Jika kegiatan mengamati tidak dilakukan dengan cermat dan hanya sekedar melihat saja, maka ketika dievaluasi siswa mengalami kesulitan dalam menafsirkan hasil pengamatannya tersebut. Oleh karena itu, keterampilan menafsirkan merupakan KPS siswa yang paling rendah dibandingkan dengan KPS yang lain.
Jika diurutkan, maka persentase peningkatan keterampilan proses sains
siswa untuk mengklasifikasikan,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, dan merencanakan percobaan adalah 59,26%, 39,35%, 59,72%, 62,50%,
dan 57,18%. Berikut dijelaskan
peningkatan keterampilan proses sains siswa pada tiap indikator:
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa
skor rata-rata pretes sebesar 41,67
732 75,00. Setelah dilakukan pembelajaran
kontekstual, terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam
mengklasifikasikan yang ditunjukkan
dengan pencapaian N-Gain sebesar 59,26
(kategori sedang). Keterampilan
mengklasifikasikan ini mengalami
peningkatan cukup baik. Peningkatan
keterampilan mengklasifikasikan
disebabkan siswa tidak mengalami
kesulitan dalam mencatat setiap
pengamatan secara terpisah, mampu
mencari perbedaan dan persamaan asam dengan basa, mampu mengontraskan ciri-ciri asam basa dan membandingkannya karena untuk bisa mengklasifikasikan dituntut kecermatan dalam mengamati (Semiawan, 1990). Sesuai dengan pendapat
Rustaman (2005) bahwa klasifikasi
didasarkan pada keterampilan observasi. Jika kegiatan mengamati dilakukan dengan cermat dan tidak hanya sekedar melihat saja, maka ketika dievaluasi siswa tidak
akan mengalami kesulitan dalam
mengklasifikasikan hasil pengamatannya tersebut. Oleh karena itu, keterampilan mengklasifikasikan merupakan mengalami peningkatan cukup baik.
Pada indikator Meramalkan seperti pada tabel 4.7 tampak bahwa nilai rata-rata pretes sebesar 40,97% (kategori cukup) sementara nilai rata-rata postes sebesar 74,31% (kategori baik). Setelah dilakukan
pembelajaran, terjadi peningkatan
kemampuan siswa dalam keterampilan meramalkan yang ditunjukkan dengan pencapaian nilai rata-rata N-Gain sebesar 59,72% (kategori sedang). Kondisi ini
menunjukkan bahwa siswa memiliki
kemampuan dalam mengemukakan apa yang akan terjadi pada kondisi tertentu tanpa didasarkan pengamatan langsung. Hasil jawaban menunjukkan bahwa siswa
dapat mengembangkan keterampilan
meramalkan sehingga ketika dilakukan evaluasi, rata-rata siswa mampu menjawab pertanyaan keterampilan meramalkan yang terdapat dalam soal tes tertulis. Artinya
pembelajaran kontekstual dapat
mengembangkan keterampilan meramalkan siswa dengan baik.
Keterampilan meramalkan erat
hubungannya dengan keterampilan
mengamati. Hasil observasi mengenai
keterampilan mengamati menunjukkan
bahwa keterampilan ini tergolong baik.
Siswa yang memiliki keterampilan
mengamati yang baik akan mudah
menemukan pola-pola dari hasil
pengamatan, sehingga siswa dapat
meramalkan keadaan dari pola-pola hasil
pengamatan yang tersedia. Menurut
Rustaman (2005), dalam keterampilan mengamati siswa harus menggunakan alat-alat indera untuk memperoleh fakta dari objek atau fenomena yang diteliti. Setelah
mengumpulkan data berdasarkan
observasinya, kemudian siswa
menghubungkan hasil pengamatannya
tersebut sehingga menemukan sebuah pola. Dengan adanya pola tertentu maka siswa akan mampu melakukan suatu prediksi. Berdasarkan hasil penelitian, siswa sudah menemukan pola tersebut, sehingga mereka mampu memperkirakan hal-hal yang belum terjadi berdasarkan pola yang didapat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anitah (2007), yaitu jika siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatan untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati maka siswa telah mempunyai keterampilan proses meramalkan.
Keterampilan menerapkan konsep terjadi peningkatan seperti ditunjukkan oleh tabel 4.8, disana tampak bahwa nilai rata-rata pretes sebesar 38,19% (kategori kurang), sementara nilai rata-rata postes sebesar 72,22% (kategori baik). maka nilai rata-rata N-Gain yang dicapai sebesar
57,18% (kategori sedang). Hal ini
menunjukkan bahwa menerapkan konsep
merupakan suatu kemampuan untuk
menggunakan konsep-konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau
733 Setelah diterapkannya pembelajaran
kontekstual, keterampilan menerapkan
konsep siswa mengalami peningkatan karena setelah pembelajaran siswa memiliki pemahaman mengenai materi larutan asam basa dan mampu menerapkan konsep pada situasi baru. Hal ini didukung oleh jawaban LKS yang mencapai nilai rata-rata sebesar 75% dengan kategori baik. Artinya
pembelajaran kontestual dapat
mengembangkan keterampilan menerapkan konsep siswa dengan baik pada pokok bahasan larutan asam basa. Nurhadi (2005)
bependapat bahwa pembelajaran
konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator merencanakan percobaan juga terjadi peningkatan seperti tampak pada tabel 4.9, dimana nilai rata-rata pretes
sebesar 38,19% (kategori kurang),
sementara skor rata-rata postes sebesar 72,22% (kategori baik) dan pencapaian niai rata-rata N-Gain sebesar 57,18% (kategori sedang). Dalam penelitian ini indikator
merencanakan percobaan mengalami
peningkatan paling tinggi. Terjadinya hal tersebut disebabkan pada waktu kegiatan percobaan, siswa dilatih untuk dapat merencanakan percobaan. Siswa belajar menentukan alat yang akan digunakan dalam percobaan dan menentukan langkah kerja. Hal ini didukung oleh jawaban LKS yang mencapai nilai rata-rata 75,50% dengan kategori baik. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa mampu
merencanakan percobaan tanpa ada
kesulitan. Sehingga ketika dilakukan
evaluasi atau penilaian terhadap
keterampilan merencanakan percobaan tersebut, maka hasilnya pun tinggi dengan peningkatan sebesar 62,50%. Selain itu, berdasarkan pada hasil observasi aktivitas siswa untuk merencanakan percobaan
termasuk kategori baik. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran
kontekstual pada tahap elaborasi dapat
mengembangkan keterampilan
merencanakan percobaan siswa dengan
baik (Fajar, MY.et.,all.2018)..
Berkembangnya tahap elaborasi dapat pula didukung oleh guru seperti yang dikatakan oleh Purwanto (2013), bahwa peran guru pada tahap ini adalah mendorong pesert
didik untuk mendiskusikan dan
menganalisis hasil belajarnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pembelajaran kontekstual pada pokok
bahasan larutan asam basa dapat
mengembangkan keterampilan proses sains siswa sehingga pada saat dilakukan tes
tertulis setelah pembelajaran terjadi
peningkatan. Hal ini membuktikan, bahwa
pembelajaran kontekstual memiliki
kelebihan yaitu mengaitkan antara materi
kimia dengan penerapannya dalam
kehidupan siswa sehari-hari sehingga hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa (Suyanti, 2010). Dengan mengetahui keterkaitan antara materi kimia dengan kehidupan sehari-hari maka siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari materi larutan asam basa. Temuan ini dapat
diajarkan melalui program linier
sebagaimaan ditegaskan oleh Asmara, T,
et,all (2018).
E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan
Setelah kita membahas hasil penelitian yang telah disajikan maka dapat disimpulkan, bahwa :
734 menerapkannya berkaitan dengan
ekonomi, kondisi geografi, tidak populer dan sebagainya,
2. Melalui media pembelajaran buku digital, pencapaian nilai siswa tentang keterampilan proses sains tentang larutan asam basa rata-rata juga meningkat dengan rata-rata nilai N-Gain secara keseluruhan sebesar 54,59% dengan kategori sedang. Hal ini terjadi karena media tersebut sangat menarik perhatian, sehingga konsentrasi siswa terfokus pada media tersebut. Media ini dianggap masih aneh dan merupakan media pembaharuan dalam proses belajar mengajar terutama bagi para pemuda yang mengandrungi teknologi yang semakin canggih.
3. Tanggapan siswa terhadap media pembelajaran buku digital dalam pembelajaran kontekstual sangat baik dan antusias. Media pembelajaran ini disambut oleh siswa secara menyenangkan. Nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 88,6% dengan kategori sangat baik.
2. Rekomendasai
Berkaitan dengan hasil kesimpulan di atas, maka rekomendasai yang diajukan penulis adalah :
1. Dalam menggali ilmu pengetahuan, penguasaan konsep harus sebanyak mungkin, karena penguasaan konsep merupakan langkah awal dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Untuk mencapai hal itu, proses dalam menambah penguasaan konsep harus dipermudah, maka media pembelajaran sangat sesuai untuk digunakan dalan mencapai hal tersebut.
2. Keterampilan proses merupakan bekal yang sangat berguna bagi siswa dalam menghadapi masalah di lapangan. Karena pada dasarnya tujuan akhir dari proses pembelajaran adalah memiliki berbagai keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup dalam konstekstual kehidupan sehari-hari. Dalam media pembelajaran buku digital
diperilihatkan gambar-gambar hidup yang akan membantu pemahaman ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan proses-proses kimia.
3. Tanggapan siswa yang baik sangat dibutuhkan untuk mendukung kebeadaan media pembelajaran buku digital, karena siswa merupakan subyek pembelajaran. Dukungan siswa sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan yang serius bagi petugas atau pejabat yang berwewenang dalam membuat kebijakaan berkaitan dengan proses pendidikan.
F. REFERENSI
Anitah, Sri W (2007). Media Pembelajaran. Surakarta. Yuma Pustaka
Arifin, Zainal (1997). Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Asmara, T., Rahmawati, M., Aprilla, M ., Harahap, H., Darmawan, D. (2018). Strategi Pembelajaran Pemrograman Linier Menggunakan Metode Grafik Dan Simpleks, Jurnal Teknologi Pembelajaran Sekolah Pascasarjana IPI Garut, Vol 3, No 1, 2018. pp. 506-514.
Bloom, S. (1979). Taksonomi of Education Objectives The Classification of Education Goals. USA: Logman Inc Darmawan, D. (2011). Inovasi Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Darmawan, D.(2013) Teknologi Informasi
dan Komunikasi Teori dan Aplikasi Bandung : Remaja Rosdakarya. Darmawan, D.(2014). Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya
735 Darmawan, D. (2013). Teknologi
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Darmawan, D., Ruyadi, Y., Abdu, W.J., Hufad, A., (2017). Efforts to Know the Rate at which Students Analyze and Synthesize Information in Science and Social Science Disciplines: A Multidisciplinary Bio-Communication Study, OnLine Journal of Biological Sciences, Volume 17, Number 3 (2017) pp 226-231.
Darmawan, D., Harahap, E. (2016). Communication Strategy For Enhancing Quality of Graduates Nonformal Education Through Computer Based Test (CBT) in West Java Indonesia,
International Journal of Applied
Engineering Research, Volume 11, Number 15 (2016) pp 8641-8645. Darmawan, D., Kartawinata, H., Astorina, W.
(2017). Development of Web-Based Electronic Learning System (WELS) in Improving the Effectiveness of the Study at Vocational High School “Dharma Nusantara. Journal of Computer Science 2018, 14 (4): 562.573. DOI: 10.3844/jcssp.2018. 562.573.
Darmawan, D.,(2012). Biological Communication Behavior through Information Technology Implementation in Learning Accelerated. Int. J. Communications, Network and System
Sciences, 2012, 5,
454-462http://dx.doi.org/10.4236/ijcns.20 12.58056.
Darmawan, D. (2012). Biological
Communication Through ICT
Implementation: New Paradigm in
Communication and Information
Techn ology for Accelerated
Learning. Germany: Lambert
Academic Publishing Germany. Nur'aini, IL. E Harahap, FH Badruzzaman,
D Darmawan, (2017). Pembelajaran Matematika Geometri Secara Realistis Dengan GeoGebra, Jurnal Matematika, Vol 16, No 2, 2017.
Fajar, MY., Harahap, E., Sukarsih, I., Rohaeni, O ., Suhaedi, D . (2017). Implementation of Lesson Study on Integral Calculus Course, Proceedings International Conference on Lesson Study (ICLS 2017), Lombok NTB, Indonesia. 14-16 September 2017.
Firman, H (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA IKIP Bandung
Johnson (2007). Contextual Teaching & Learning, Terjemahan Ibnu Setiawan. Bandung: MLC
Komalasari (2010). Pembelajaran Konstekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Nurhadi (2005). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Sugiyono. (2008). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Bandung: Alfabeta Sundayana. Rostina (2016). Statistika
Penelitian Pendidikan. Garut : STKIP Press
Surya, Muhamad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pendidikan. Bandung: Bani Quraisy
Susiwi, S (2009). Penilaian Organoleptik. Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Suhaedi, D., Harahap, E, (2018).
Membangun Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa melalui Lesson Study: Sebuah Perspektif, Jurnal Matematika, Vol. 17., No. 1., 2018.
Wahyu. (2007). Panduan SPSS 17.0 untuk Mengolah Penelitian. Kuantitatif. Jogjakarta: Garailmu
Yusuf, Syamsu (2006). Psikologi Pendidikan Anak dan Remaja. Bandung: PT Rosdakarya