• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN OPTIK TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA PGSD – UT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN OPTIK TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA PGSD – UT."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

viii DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... . viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II. MODUL TERINTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA PGSD-UT PADA MATERI OPTIK ... 12

A. Sistem Belajar Mandiri ... 12

B. Modul Terintegrasi ... 15

C. Media Terintegrasi sebagai Media Pembelajaran dalam PTJJ ... 19

D. Penguasaan Konsep ... 19

E. Keterampilan Generik Sains... 22

F. Analisis Hubungan ... 26

G. Deskrifsi Materi Optik ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN... 40

A. Metode ... 40

(2)

ix

C. Populasi dan Sampel ... 43

D. Prosedur Penelitian ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Analisis Tes ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 53

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Optik... 60

a. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep ... 60

b. Pengujian Statistik Peningkatan Penguasaan Konsep ... 62

c. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan Aspek Penguasaan Konsep ... 63

d. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan Label Konsep ... 64

2. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 65

a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 65

b. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Generik Sains .. 67

c. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Generik Sains Berdasarkan Indikator ... 68

3. Tanggapan Mahasiswa Terhadap Penggunaan Modul Terintegrasi pada Pembelajaran Optik ... 69

4. Deskripsi Pembelajaran ... 71

B. Pembahasan ... 72

1. Karakteristik Modul Terintegrasi ... 72

2. Penguasaan Konsep Optik ... 73

3. Keterampilan Generik Sains ... 75

4. Tanggapan Mahasiswa tentang Penggunaan Modul Terintegrasi 77

(3)

x

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran... 81

(4)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perjanjian tanda untuk cermin cekung dan cermin cekung... 33

Tabel 2.2. Perjanjian tanda untuk lensa cembung dan lensa cekung ... 38

Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal ... 47

Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Tes ... 49

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kesukaran ... 50

Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Pembeda ... 51

Tabel 3.5. Kategori Tingkat N-gain ... 54

Tabel 3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 59

(5)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. (a) Pemantulan Baur; (b) Pemantulan Teratur ... 29

Gambar 2.2. Hukum pemantulan cahaya ... 30

Gambar 2.3. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung ... 30

Gambar 2.4. Lukisan bayangan pada cermin cekung ... 31

Gambar 2.5. Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung ... 32

Gambar 2.6. Lukisan bayangan pada cermin cembung ... 32

Gambar 2.7. Pembiasan cahaya. ... 34

Gambar 2.8. Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung ... 36

Gambar 2.9. Pembentukan bayangan pada lensa cembung ... 37

Gambar 2.10. Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung... 37

Gambar 2.11. Pembentukan bayangan pada lensa cekung ... 38

Gambar 3.1. Desain penelitian ... 41

Gambar 3.2. Diagram Alur Proses Penelitian ... 42

Gambar 3.2. Skala garis besar tingkat persetujuan responden ... 58

Gambar 4.1. Diagram BatangPerbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 61

Gambar 4.2. Diagram Batang Perbandingan N-gain Penguasaan Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.3. Diagram Batang Perbandingan N-gain untuk Setiap Label Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain Keterampilan Generik Sains Kelas Eksperimen Dandan Kelas Kontrol... 66

(6)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ... 85

Lampiran B: Instrumen Penelitian ... 97

Lampiran C: Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 129

Lampiran D: Data Penelitian ... 149

Lampiran E: Pengolahan Data ... 160

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan formal yang boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih tinggi. Di sekolah dasar inilah awal dibentuknya pengetahuan siswa mengenai suatu ilmu. Untuk menanamkan hal mendasar pada anak didik di usia dini ini, dituntut SDM lebih handal. Salah satu kunci untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD adalah meningkatkan mutu guru SD agar mampu menyesuaikan kemampuan dengan tuntutan masyarakat. Guna meningkatkan mutu guru SD pemerintah mengeluarkan aturan baru soal pengangkatan guru sekolah dasar. Dengan aturan baru itu, peluang menjadi guru sekolah dasar terbuka bagi mereka yang memiliki kualifikasi akademik lulusan D-IV atau S1.

(8)

2

sekaligus keahlian dalam bidang studi yang diajarkan pada siswanya (Depdiknas UT, 2001).

Universitas Terbuka mempunyai karakteristik yang unik, yang membedakannya dari perguruan tinggi biasa (konvensional). Perbedaan tersebut menyangkut berbagai aspek, satu diantaranya adalah dalam sistem pembelajaran. Jika perguruan tinggi konvensional lebih menekankan pembelajaran dalam bentuk tatap muka, maka sesuai dengan hakikatnya, UT melakukan pembelajaran dengan jarak jauh. Sistem pembelajaran jarak jauh didukung oleh berbagai komponen seperti bahan belajar pokok atau utama, bahan belajar pendukung, dan tutorial. Berkaitan dengan hal ini, salah satu kondisi utama yang harus dipenuhi oleh mahasiswa UT adalah kemampuan untuk belajar mandiri.

Definisi belajar mandiri yang paling banyak dikutip oleh mereka yang bergerak pada bidang pendidikan adalah definisi yang dikemukakan oleh Malcolm Knowles. Menurut Knowles (1975), belajar mandiri adalah suatu proses seseorang mengambil inisiatif, baik dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam melakukan diagnosa kebutuhan-kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan-tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai, dan mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri.

(9)

3

bahwa mahasiswa UT memiliki kesiapan belajar mandiri rata-rata. Mahasiswa dengan kesiapan belajar rata-rata ini adalah mahasiswa yang dapat sukses dalam belajar tetapi tidak merasa terlalu aman untuk sepenuhnya bertanggung jawab dalam memutuskan kebutuhan belajar dan juga dalam merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi proses belajar mereka. Tingkat rata-rata kesiapan belajar mandiri mahasiswa UT juga ditemukan dalam penelitian Andriani (2003) yang juga menggunakan SDLRS maupun pada penelitian Ngafiyati (2000) yang mengembangkan sendiri instrumen untuk mengukur tingkat kesiapan belajar mandiri mahasiswa UT. Dalam skala 0-100%, Ngafiyati menemukan bahwa kesiapan belajar mandiri mahasiswa UT rata-rata 62,12 %.

Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulkabir (2005) tentang peningkatan kesiapan belajar mandiri mahasiswa UT, tingkat kesiapan mahasiswa berbanding lurus dengan semester yang dilaluinya. Tingkat kesiapan mahasiswa semester satu 50% mahasiswa mempunyai nilai kesiapan belajar mandiri yang rendah, 45 % mahasiswa mempunyai kesiapan belajar mandiri sedang dan hanya 5% mempunyai nilai kesiapan belajar mandiri yang tinggi. Sedangkan untuk semester tiga 2% mahasiswa mempunyai kesiapan yang rendah, 46% sedang dan 52% tinggi. Terjadi peningkatan kesiapan belajar mandiri setelah menempuh studi 3 semester.

(10)

4

mampu meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa misalnya saja dengan menyediakan media belajar yang bervariasi guna mempermudah mahasiswa dalam belajar. Variasi media untuk membantu belajar mahasiswa ini dapat berupa media cetak dan non-cetak. Media cetak dapat berupa buku teks. Sementara itu media noncetak dapat berupa kaset audio, kaset video, compact disc (CD), video compact disc (VCD), siaran radio, dan akses

internet. Variasi penggunaan media ini diperlukan karena beberapa alasan, misalnya ada mata kuliah tertentu yang sulit untuk dipahami jika hanya mengandalkan materi cetak atau ada mahasiswa yang sulit mendapatkan modul namun akrab dengan komputer sehingga dapat mengakses internet.

Selain media yang disebutkan di atas, bisa dikembangkan juga media pembelajaran yang terintegrasi. Media pembelajaran terintegrasi merupakan penggabungan satu media pembelajaran yang terintegrasi dengan media pembelajaran yang lain. Misalnya saja media modul cetak yang terintegrasi dengan audio (kaset), modul cetak yang terintegrasi dengan audio visual yang berbentuk VCD, atau modul cetak yang terintegrasi dengan CD interaktif. Dengan media yang terintegrasi ini kita dapat membantu mahasiswa untuk memvisualisasikan suatu peristiwa fisis yang abstrak dan sulit dipraktekkan. Selain itu juga dengan media terintegrasi pembelajaran yang disajikan akan jadi lebih menarik jika dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

(11)

5

optik. Pada program S1 PGSD-UT, materi optik ini diberikan pada semester satu pada mata kuliah Konsep Dasar IPA modul ke 10.

Untuk memahami peristiwa fisis yang abstrak secara umum dibutuhkan kemampuan penalaran yang tinggi. Kemampuan penalaran tingkat tinggi perlu dibiasakan dengan cara belajar yang menuntut peggunaan penalaran. Dengan terlatih menggunakan kemampuan penalarannya maka dalam proses memahami konsep para mahasiswa tidak hanya menggunakan pengalaman empiris, tetapi juga terbiasa memahami konsep melalui penalaran.

Agar para mahasiswa memiliki pengalaman belajar fisika seperti yang diharapkan, diperlukan pengajar yang memahami materi fisika secara baik dan mampu mengaplikasikan teori-teori pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik ilmu fisika. Melalui pembelajaran topik optik dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan generik tertentu, antara lain kemampuan bahasa simbolik, kerangka logika taat azas, inferensi logika, pemahaman hukum sebab-akibat, dan pemodelan matematika. Sementara menurut Heuvelen (Darmadi, 2007), bagi para tamatan fisika yang bekerja di sektor industri, sektor swasta dan pemerintahan membutuhkan ketrampilan yang sesuai dengan dunia kerjanya, dan pengetahuan itu sendiri agak kurang penting bila dibanding pemanfaatannya untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan ketrampilan lain yang diperlukan dalam belajar.

(12)

6

proses yaitu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa tidak hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga mampu berpikir sistematis, obyektif, dan kreatif. Untuk memberikan penekanan lebih besar pada aspek proses, siswa perlu diberikan keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, menafsirkan data, dan bereksperimen secara bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa dan materi perkuliahan yang sesuai dengan kurikulum Sumaji (Gunawan et al., 2009). Kemampuan-kemampuan tersebut sangat diperlukan pada semester dua pada mata kuliah praktikum IPA di SD.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa dengan memvisualisasikan peristiwa fisis yang abstrak dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik pada guru dan calon guru. Penelitian yang dilakukan oleh Riyad (2007) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan keterampilan generik sains pada guru fisika pada materi induksi magnetik setelah mengikuti model pembelajaran hypermedia. Istilah hypermedia dalam ilmu komputer, merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan grafik, bunyi, video dan animasi ke dalam satu dokumen atau file yang dihubungkan oleh suatu sistem yang disebut dengan hyperlinks yang menghubungkannya ke file-file yang terkait. Dengan model pembelajaran hypermedia ini dapat mensimulasikan konsep yang abstrak.

(13)

7

generik sains mahasiswa calon guru pada materi termodinamika setelah mengikuti model pembelajaran berbasis web.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan media berbeda yang terintegrasi terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik pada mahasiswa PGSD-UT. Media terintegrasi yang digunakan adalah modul yang terintegrasi dengan media CD interaktif yang selanjutnya akan disebut dengan modul terintegrasi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan modul terintegrasi pada pembelajaran optik lebih dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa PGSD-UT dibandingkan dengan penggunaan modul konvensional? ”

Berdasarkan permasalahan di atas, pertanyaan penelitian terfokus kepada:

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep materi optik secara umum antara mahasiswa yang menggunakan modul terintegrasi dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan modul konvensional?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains secara umum antara mahasiswa yang menggunakan modul terintegrasi dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan modul konvensional?

(14)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah memperoleh gambaran peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa pada pembelajaran optik yang menggunakan modul terintegrasi dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan modul konvensional.

Tujuan umum tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang perbandingan peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang menggunakan modul terintegrasi dengan mahasiswa yang menggunakan modul konvensional.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang perbandingan peningkatan keterampilan generik sains mahasiswa yang menggunakan modul terintegrasi dengan mahasiswa yang menggunakan modul konvensional. 3. Untuk memperoleh gambaran tanggapan mahasiswa mengenai

penggunaan modul terintegrasi pada konsep optik.

D. Manfaat Penelitian

(15)

9

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian yang dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Penggunaan modul terintegrasi pada pembelajaran Optik secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dibandingkan

dengan penggunaan modul konvensional (H1: µA1A2)

2. Penggunaan modul terintegrasi dalam pembelajaran Optik secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains mahasiswa dibandingkan dengan penggunaan modul konvensional (H1:

2

1 A

A µ

µ > ).

(16)

10

lebih melatih keterampilan generik sains menggunakan bahasa simbolik dan membuat pemodelan matematik.

F. Definisi Operasional

Beberapa istilah perlu didefinisikan dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran yang jelas dan tepat, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti:

1. Modul terintegrasi

Modul terintegrasi merupakan bahan ajar yang disusun dari gabungan media cetak yang berupa modul dengan CD interaktif. Modul ini diintegrasikan dengan CD interaktif yang memvisualisasikan peristiwa-peristiwa fisis yang bersifat abstrak yang terdapat pada modul. Modul terintegrasi ini dirancang untuk dapat mengembangkan kemampuan generik sains mahasiswa untuk materi optik.

2. Penguasaan konsep

(17)

11

optik antara sebelum dan sesudah penggunaan modul terintegrasi adalah dengan cara menghitung gain yang dinormalisasi dari tes awal dan tes akhir.

3. Keterampilan Generik Sains

(18)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode

Metode penelitian yang digunakan yakni quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains antara mahasiswa yang belajar mandiri dengan menggunakan media terintegrasi dan mahasiswa yang belajar mandiri dengan hanya menggunakan modul saja. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan mahasiswa terhadap penggunaan media terintegrasi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Penelitian diawali

(19)

41

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen O X O

Kontrol O Y O

Gambar 3.1. Desain penelitian Keterangan:

X = Penggunaan modul terintegrasi. Y = Penggunaan modul konvensional.

O = Tes untuk mengukur penguasaan konsep dan ketrampilan generik sains

(20)

42

Gambar 3.2. Diagram Alur Proses Penelitian Studi Pendahuluan tentang

materi Fisika yang diajarkan di S1 PGSD-UT

Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

Rancangan modul terintegrasi untuk materi optik

Penyusunan, uji coba dan revisi instrumen (tes dan angket)

Pembelajaran dengan menggunaan modul

konvensional Pembelajaran dengan

menggunaan modul terintegrasi

Tes awal

Angket

Tes akhir

Analisa Data

Menarik Kesimpulan observasi

(21)

43

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 PGSD-UT semester satu angkatan tahun 2011 di salah satu kelompok belajar pada Unit Pelaksanaan Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Bogor. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel pada penelitian ini adalah cluster ramdom sampling. Berdasarkan hasil undian maka terpilih kelas A sebagai kelas kontrol dan kelas B sebagai kelas eksperimen. Jumlah mahasiswa untuk kelas kontrol adalah 19 orang dan jumlah mahasiswa kelas eksperimen adalah 21 orang.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) Pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan modul terintegrasi serta pengembangan instrumen penelitian. Untuk menyusun modul terintegrasi maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain, materi pelajaran yang akan dikaji, serta penyusunan modul terintegrasi yang akan diterapkan. Oleh karena itu dilakukan studi literatur tentang : a. Tujuan pembelajaran dan analisis konsep mengenai konsep optik. b. Analisis terhadap indikator keterampilan generik sains, dikaitkan

dengan tujuan pembelajaran.

(22)

44

Sedangkan pengembangan instrumen meliputi: penyusunan instrumen, penimbangan instrumen penelitian oleh pakar, uji coba instrumen, dan revisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Pemberian tes awal untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa sebelum mempelajari materi dengan menggunakan modul terintegrasi.

b. Membagikan modul terintegrasi pada kelas eksperimen untuk dipelajari secara mandiri, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding mahasiswa diminta untuk mempelajari modulnya saja. c. Pemberian tes akhir untuk melihat peningkatan penguasaan konsep

dan keterampilan generik sains mahasiswa setelah menggunakan modul terintegrasi.

d. Pengisian angket oleh mahasiswa kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap penggunaan modul terintegrasi.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menskor tes awal dan tes akhir data penguasaan konsep.

(23)

45

c. Menghitung gain yang dinormalisasi penguasaan konsep dan keterampilan generik sains.

d. Menghitung data angket respon mahasiswa tentang penggunaan modul terintegrasi dengan menggunakan skala Likert.

e. Melakukan uji hipotesis penelitian dengan teknik yang relevan. f. Menarik kesimpulan

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Angket

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap penggunaan modul terinegrasi yang meliputi tanggapan terhadap keunggulan, kelemahan serta pengaruhnya terhadap belajar mandiri. Angket ini menggunakan skala likert, setiap mahasiswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

2. Tes Penguasaan Konsep dan Tes Keterampilan Generik Sains

Tes ini berbentuk pilihan ganda digunakan untuk mengevaluasi penguasaan konsep optik dan kemampuan keterampilan generik sains mahasiswa. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) yang digunakan untuk melihat kemampuan awal mahasiswa dan di akhir (post tes) yang digunakan untuk melihat kemampuan akhir mahasiswa. Dari hasil

(24)

46

akan digunakan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan keterampilan generik sains mahasiswa.

F. Analisis Tes

Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda. Butir soal yang tidak memenuhi salah satu kriteria (kualitasnya rendah), maka soal tersebut perlu direvisi atau dibuang. Analisis hasil uji coba tes penelitian berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal penguasaan konsep dan 10 soal keterampilan generik sains. Analisis menggunakan program Anates V.4.

1. Validitas butir soal

Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

(25)

47

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan N = jumlah siswa

X = skor tiap butir soal Y = skor total

Kriteria validitas setiap butir soal ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2008):

Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80< rxy 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy 0,60 cukup(sedang) 0,20< rxy 0,40 rendah (kurang)

xy

r 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

(26)

48

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas Tes dimaksudkan tingkat keajegan dari tes yang digunakan atau sejauh mana tes tersebut dapat menghasilkan skor yang ajeg (konsisten). Rumus yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas tes adalah metode belah dua (split half method). Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Spearman Brown: (Arikunto, 2008):

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari

korelasi Product Moment Pearson:(Arikunto, 2008).

(3.3)

1 = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y

(27)

49

JS

B

P

=

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2008) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Berdasarkan perhitungan reliabilitas tes penguasaan konsep diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,84 yang termasuk kategori sangat tinggi (sangat baik), sedangkan untuk tes keterampilan generik diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,90 yang termasuk kategori sangat tinggi (sangat baik). Perhitungan reliabilitas tes secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.

3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kemudahan untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan persamaan (Arikunto, 2008) :

(28)

50

Keterangan :

P : indeks tingkat kesukaran

B : jumlah siswa yang menjawab soal itu benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut (Arikunto, 2008):

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 soal mudah

(29)

51

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan ganda digunakan persamaan: (Arikunto, 2008)

(3.6) Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2008) Tabel 3.4. Klasifikasi daya pembeda

D Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

(30)

52

Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal penguasaan konsep yang berjumlah 25 butir soal diperoleh 1 butir soal dikategorikan baik sekali yaitu nomor 4 , 1 butir soal dikategorikan baik yaitu nomor 10, 18 butir soal dikategorikan cukup dan 4 butir soal dikategorikan kurang. Soal-soal untuk kategori kurang tidak digunakan pada penelitian ini yaitu nomor 14, 18, 20 dan 24. Sedangkan daya pembeda soal keterampilan generik sains yang berjumlah 10 butir soal diperoleh 8 butir soal dikategorikan baik sekali dan 2 butir soal dikategorikan baik yaitu nomor 5 dan 9. Perhitungan daya pembeda soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.

Dari hasil analisis butir soal secara keseluruhan, maka untuk soal penguasaan konsep yang digunakan sebanyak 20 soal. Soal yang memiliki tingkat validitas kurang yaitu soal nomor 4, dan soal-soal yang memiliki kriteria daya pembeda yang kurang (nomor 14, 18, 20 dan 24) tidak digunakan pada penelitian ini. Tetapi soal-soal yang tersisa tetap mewakili indikator yang akan diukur.

5. Uji Coba

(31)

53

semester 2 adalah mahasiswa yang telah mempelajari materi optik pada saat mereka semester 1.

G. Teknik Analisis Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu: nilai tes awal dan tes akhir untuk penguasaan konsep, keterampilan generik sains, serta angket yang diberikan pada mahasiswa untuk mengetahui tanggapannya terhadap modul terintegrasi. Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif, sedangkan data penguasaan konsep dan keterampilan generik sains dianalisis dengan uji statistik.

Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 14.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains. Data angket, observasi dianalisis secara deskriptif untuk melihat kecenderungan yang muncul pada saat penelitian.

2. Pengolahan Data

(32)

54

dinormalisasi) yang dikembangkan Hake, RR. (Graham, et.al, 2004) dengan rumus :

Kriteria tingkat N-Gain adalah sebagai berikut ; Tabel 3.5. Kategori tingkat N-gain

Batasan Kategori

N-gain > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 sedang N-gain < 0,3 rendah

Data dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes awal dan tes akhir. Untuk menganalisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data tes awal dan tes akhir baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dengan rumus :

(33)

55

Keterangan :

fe = frekuensi yang diharapkan

fo = frekuensi yang diamati

Kriteria:

Data dikatakan berdistribusi normal jika : χ2hitung ≤ χ2tabel

(Sudjana, 2005)

b. Uji homogenitas

Menggunakan uji homogenitas variansi dua peubah bebas dengan rumus (Sudjana, 2005):

(3.9)

Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan (dk), masing-masing untuk dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1) pada taraf kepercayaan dengan α = 0,05,

adalah jika nilai Fhitung ≤ Ftabel memberikan makna bahwa kedua harga variansinya (S2) homogen, dalam hal lain data berdistribusi tidak homogen.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretes siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata posttes siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk N-gain.

kecil S

besar S

F 2

(34)

56

Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus:

x : rata-rata Gain eksperimen

2

x : rata-rata Gain kontrol

n : jumlah Subjek

Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak homogen, pengujian data postes menggunakan rumus (Sudjana, 2005):

(3.12)

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

(35)

57

menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Tes. Hal ini disebabkan jumlah sampel yang kurang dari 30 orang. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata.

d. Analisis Angket Skala Likert

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pertanyaan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak setuju skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya pertanyaan yang bersifat negatif kategori STS (sangat tidak setuju) diberi skor tinggi, makin menuju ke SS (sangat setuju) skor yang diberikan berangsur angsur menurun. Menghitung persentase hasil angket tanggapan mahasiswa menggunakan persamaan:

% Alternatif jawaban = x 100% ideal

skor jumlah

jawaban alternatif

(3.13)

Untuk menarik kesimpulan tingkat persetujuan responden terhadap suatu pernyataan, maka data interval dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item adalah

(36)

58

Pada penelitian ini jumlah respondennya adalah 21 orang, jadi skor maksimumnya adalah 4 x 21 = 84. Data tingkat persetujuan responden untuk tiap-tiap pertanyaan secara garis besar dapar dilihat pada gambar di bawah ini (Sugiyono, 2008).

Gambar 3.3. Skala garis besar tingkat persetujuan responden.

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran dengan sistem belajar mandiri sebenarnya tidak diharuskan ada pertemuan dengan tutor. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan atau tidak adanya pertemuan dengan tutor. Tapi untuk kepentingan penelitian, maka mahasiswa dikumpulkan di salah satu kelompok belajar UPBJJ Bogor untuk belajar secara mandiri di satu lokasi yang sama. Selain itu pertemuan ini untuk memfasilitasi mahasiswa yang tidak memiliki sarana komputer serta membantu mereka yang tingkat keterampilan mengoperasikan komputernya kurang. Mahasiswa yang dijadikan sampel adalah mahasiswa semester satu. Penelitian mulai dari tanggal 1 Mei 2011 dan tanggal 18 sampai dengan 20 Juni 2011, dengan jadwal kegiatan tercantum pada Tabel 3.6. Pertemuan dilakukan selama 120 menit untuk tiap pertemuannya.

STS TS S SS

(37)

59

Tabel 3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Hari/ Tanggal Kegiatan Keterangan

1. Minggu, 1 Mei 2011

Administrasi, dan perijinan ke

pengelola kelompok belajar

2. Minggu, 22 Mei 2011

Uji Coba Soal Semester 3

3. Sabtu, 18 Juni 2011

Tes Awal

Pertemuan kesatu

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

4. Minggu, 19 Juni 2011

Pertemuan kedua Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

5. Senin, 20 Juni 2011

Tes Akhir

Pengisian Angket

(38)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan modul terintegrasi pada sistem belajar mandiri untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan penguasan konsep optik dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan modul terintegrasi pada sistem belajar mandiri secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep optik mahasiswa dibandingkan penggunaan modul. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modul terintegrasi lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengan penggunaan modul konvensional.

2. Penggunaan modul terintegrasi pada sistem belajar mandiri secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains mahasiswa dibandingkan penggunaan modul konvensional.

(39)

81

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan modul terintegrasi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa pada materi optik peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk memfasilitasi mahasiswa yang kurang mampu menggunakan komputer, ada baiknya tutor menerangkan langkah-langkah cara membuka dan mengoperasikan CD interaktif yang terdapat pada modul terintegrasi. Selain itu, tutor juga dapat menyarankan untuk belajar berkelompok bagi mahasiswa yang tidak memiliki sarana komputer di rumahnya.

2. Penggunaan modul terintegrasi pada penelitian ini hanya melibatkan beberapa indikator keterampilan generik sains, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengembangan indikator keterampilan generik sains yang lain.

(40)

82

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Duri. dkk. (2008). Peran Pendidikan Jarak Jauh dalam Pencapaian MDGs. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh,9 (2), 61-67, [Online], Tersedia http://lppm.ut.id [12 Juli 2011]

Amini,M. (2006). “Program Video dalam Paket Bahan Ajar Terintegrasi Mata Kuliah Metode Pengembangan Kognitif Program D-II PGTK”. Jurnal Pendidikan, Maret 2006, 45 - 54,[Online], Tersedia http://pk.ut.ac.id [24 Desember 2008]

Arikunto,S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto,S. (2008). Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Budiman,I. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Dualisme Gelombang Partikel untuk Meningkatkan Penguasaan konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2, (1), 48-55

Brotosiswojo, B.S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi: Fisika. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional (PAU-PPAI) Dirjen Dikti Depdiknas.

Darmadi, I Wayan. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru pada Materi Termodinamika. Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Darmayanti,T. Self-Directed Learning Readiness Scale: Adaptasi Instumen

Penelitian Belajar Mandiri, [Online], Tersedia:

http://pk.ut.ac.id/ptjj/22tri.htm [24 Desember 2008]

Dewi, Aneu Liana. (2010). Pengaruh Penerapan Pembelajaran Sistem Modul Terhadap Hasil Belajar Warga Belajar paket B di PKBM Sumber Arum (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Program Paket B kelas VIII di PKBM Sumber Arum). Skripsi FIP UPI: Tidak diterbitkan.

Graham E. Oberem and Paul G. Jasien (2004). “Measuring the effectiveness of an inquiry-oriented summer physics course for in service teachers ”. J. Phys.

Tchr. Educ. [Online], Tersedia: http://

(41)

83

Halliday, D. Resnick, (1984). Fisika terjemahan P. Silaban dan E. Sucipto, Jakarta : Erlangga

Ikhsanuddin, dkk. (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan BerpikirKritis Siswa pada Topik Hidrolisis Garam dan Sifat Koligatif

Larutan. [Online], Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19810819200 8012-TUSZIE_WIDHIYANTI/Artikel_Penelitian_Hibah_Kimia.pdf [19 Juli 2011].

Kaginan, Marthen. (2007). Fisika untuk SMA Kelas X, Jakarta : Erlangga

Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya Mujiyati, E. (2004). Sikap Guru SD Lulusan Program DII UT Terhadap Program

SI PGSD UT, . Dalam Jurnal Pendidikan, November 2004, 73 - 80, [Online], Tersedia http://pk.ut.ac.id/jp/52sept04/52elang.pdf [4 Desember 2008]

Riduwan. (2008). Dasar-dasar statistika, Bandung: Alfabeta

Riyad. (2007), Model Pembelajaran Hipermedia Induksi Magnetik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Guru Fisika.Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Rusman. (2011), Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Ruwanto, Bambang. (2006). Asas-asas Fisika, ed.3, Jakarta : Yudistira.

Saprudin, (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Arus Bolak-Balik untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Mahasiswa. Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Salmiyati. (2007). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Sistem Saraf untuk Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa. Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Sarwono, Jonathan (2006). Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Soelastri IS. (2001). Jumlah Selalu Kurang, Pendidikan Rendah,[Online]. Tersedia:

(42)

84

Soedojo, Peter, (1999). Fisika Dasar, Yogyakarta : Andi Offset Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sumardi, Yosefat. dkk. (2007). Konsep Dasar IPA SD. Jakarta: Universitas

Terbuka

Sunyono. (2009). Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/50415120/keterampilan-generik [19 Juli 2011]

Vestari, Dewi (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Yahya,S. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Optik Fisis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Guru Fisika. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2, (1), 11-22

Gambar

Tabel 2.2. Perjanjian tanda untuk lensa cembung dan lensa cekung ...............
Gambar 3.1. Desain penelitian
Gambar 3.2. Diagram Alur Proses Penelitian
Tabel 3.1. Kategori Validitas Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman pernyataan atau pedoman observasi yang disusun oleh Saputra (2007) tentang keterampilan lokomotor anak. Berikut

Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif. Bahan Bakar Mesin

Promoter : orang-orang yang merespon dengan memberikan skor 9 atau 10 yang menandakan bahwa mereka antusias terhadap suatu produk dan.. melakukan pembelian kembali pada

interaksi antar siswa yang berasal dari suku, agama, dan budaya yang berbeda untuk.. bisa membuka wawasan siswa terhadap lingkungan yang ada di luar

[r]

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.

dalam Laporan Draf Awal Projek PTB termasuk persetujuan terkini pemilik tanah?. melalui persetujuan persefahaman yang