• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TARI NUSANTARA MELALUI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MEMANFAATKAN MEDIA AUDIOVISUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TARI NUSANTARA MELALUI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA MEMANFAATKAN MEDIA AUDIOVISUAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MEMANFAATKAN MEDIA AUDIOVISUAL Dwesthi Laksnityasi Budiasih

SMKN 1 Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta email: dwesthi.nugroho@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar tari nusantara menggunakan pembelajaran tutor sebaya memanfaatkan media audiovisual pada siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Depok Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Depok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan

refleksi yang di laksanakan 2 siklus. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas XI

AP 1. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tutor sebaya memanfaatkan media audiovisual. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan observasi dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil belajar tari nusantara menunjukkan peningkatan, dibuktikan dengan pencapaian kriteria ketuntasan minimal pada siklus I sebesar 67 % siswa yang mencapai KKM, pada siklus II meningkat menjadi 90%. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar Tari Nusantara siswa kelas XI AP1 SMKN 1 Depok Sleman tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: hasil belajar tari nusantara, tutor sebaya, media audiovisual

Abstract: This study aims to improve nusantara dance learning outcomes through peer tutoring using audio visual media in class XI AP 1 SMK Negeri 1 Depok Semester 2 Academic Year 2014/2015. This research was conducted at SMK Negeri 1 Depok. This classroom action research covers the planning, implementation, observation, and reflection carried two cycles. These research subjects are students of class XI AP 1. Learning activity is done through peer tutoring learning using audio visual media. Data collection method is observation and documentation. Data analysis use quantitative descriptive analysis techniques. Results of nusantara dance learning indicate an improvement, showed by the achievement of minimum completeness criteria in the first cycle by 67% of students who reached the MCC, on the second cycle increased to 90%. These results show that peer tutoring learning using audio visual media improve nusantara dance learning outcomes of XI grade students of SMK AP1 1 Depok Sleman in the academic year 2014/2015.

Keywords: archipelago dance learning outcomes, peer tutoring, audiovisual media Pendahuluan

Pembelajaran Seni Budaya di SMK N 1 Depok merupakan satu diantara mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum pendidikan. Pembelajaran ini diberikan kepada siswa kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Tujuan pemberian pembelajaran yaitu agar siswa dapat mengapresiasi berkaitan

dengan karya seni. Secara khusus siswa SMK mampu mengekspresikan karya seni tersebut dalam karya tari. Pembelajaran seni tari merupakan bagian dari pembelajaran seni budaya yang diberikan di sekolah karena keunikan perannya yang tak mampu diemban oleh mata pelajaran lain. Keunikan tersebut terletak pada pemberian pengalaman estetik

(2)

dalam kegiatan berekspresi atau berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni”.

Mata pelajaran seni budaya meliputi seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Diantara keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkan satu bidang seni sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya manusia serta fasilitas yang tersedia (Depdiknas, 2006: 61). Standar kompetensi pembelajaran seni tari SMK meliputi mengapresiasi karya seni tari dan mengekspresikan diri berkaitan dengan karya seni tari. Fungsi apresiasi tari yaitu memberikan penghargaan, penikmatan, penilaian terhadap seni tari, memahami isi dan pesan, serta mengadakan perbandingan-perbandingan sehingga mendapatkan kesimpulan. Ekspresi seni tari menjadi wahana untuk mengungkapkan keinginan, perasaan, pikiran melalui berbagai bentuk aktivitas, sehingga menimbulkan kesenangan dan kepuasan.

Menurut Sukiman (2012: 32), siswa belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar, 32 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang dikatakan, serta 90 % dari apa yang dikatakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan jika guru mengajar dengan metode ceramah, maka siswa akan mengingat dan mengusasai pelajaran tersebut hanya 20 % karena ia hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan mempraktikkannya maka siswa akan mengingat dan menguasai

pelajaran sebanyak 90 %.

Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Satu diantara upaya yang harus ditempuh yaitu bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan

cara belajar yang efektif dan efisien. Dalam

hal ini, media pembelajaran merupakan satu diantara pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar dan hasil belajar yang optimal.

Guru perlu melakukan perubahan dan inovasi dalam sebuah pembelajaran. Perubahan tersebut bisa pada metode pembelajaran seni tari yang lebih efektif dan kreatif. Dalam hal ini dicoba diterapkan sebuah metode tutor sebaya dengan memanfaatkan media audiovisual sebagai media pembelajarannya. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat meningkatan hasil belajar khususnya bidang seni tari.

Hasil pengamatan menunjukkan terdapat fenomena rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran seni tari, khususnya pada siswa kelas XI AP 1 yang cenderung pasif dan kurang kreatif. Hal ini perlu mendapatkan penanganan, salah satunya yaitu penggunaan metode dan media belajar yang tepat.

Inovasi dalam penyampaian pembelajaran mutlak diperlukan. Kondisi belajar yang selalu sama tidak akan dapat

(3)

menimbulkan rasa ketertarikan siswa terhadap pelajaran yang disajikan guru. Inovasi pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar lebih optimal. Salah satu metode yang melibatkan siswa yaitu dengan menggunakan metode tutor sebaya memanfaatkan media audiovisual. Penggunaan media dalam pembelajaran seni tari di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.

Metode tutor sebaya dengan memanfaatkan media audiovisual dalam pembelajaran tari diharapkan dapat memotivasi dan membangkitkan rasa ketertarikan siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Penggunaan metode tutor sebaya dengan memanfaatkan media audiovisual dalam pembelajaran seni tari ini dapat menjadi bahan kajian untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas.

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar yaitu perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak

proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Oleh karena fungsi evaluasi antara lain untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran (Sumiati & Asra, 2009: 200). Keberhasilan seseorang memberikan materi dan sejauhmana siswa dapat menyerap materi yang disajikan dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi/ penilaian. Hasil belajar atau penilaian tersebut memiliki kegunaan seperti disampaikan oleh Sunarti dan Selly (2012: 2) yang mengemukakan bahwa hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya, memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remedial untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya, memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas, dan memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.

Oemar Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar terjadi pada perubahan tingkah laku diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan.

(4)

Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran, hasil belajar yang telah diukur atau dinilai dinamakan prestasi belajar. Pencapaian prestasi belajar individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemampuan atau daya intelektual, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya. Pengaruh dari berbagai faktor ini mengarahkan individu yang sedang belajar untuk bertindak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dalam menjawab dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.

Melakukan strategi belajar secara dini merupakan upaya mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa agar tidak berdampak lebih jauh terhadap hasil belajar.

Pengaruh yang cukup signifikan terhadap

kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi harus segera ditangani. Salah satu metode yang mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat membantu kesulitan belajar siswa yaitu metode dengan tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa secara terbuka dan interaktif dibimbing oleh guru, sehingga terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai standar.

Ada beberapa teori yang mendasari strategi pembelajaran dengan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah sekelompok peserta didik yang telah tuntas belajarnya

memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya (Ischak dan Warji, 1987: 44). Amin Suyitno (2004: 360) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan pada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran sangat membantu siswa dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.

Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya yaitu pembelajaran yang dilaksanakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, dengan demikian sumber belajar bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya, sehingga pada saat memberikan bimbingan siswa ini sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan. Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan kelompok berani mengerjakan tugas di depan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang diajar sangat tinggi.

Dari uraian di atas dapat dipahami adanya kebiasaan peserta didik untuk saling membantu terutama yang mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga terjadi keakraban yang pada akhirnya dapat menimbulkan pemahaman yang lebih

(5)

mendalam mengenai materi yang sedang dipelajari. Bimbingan tutor sebaya adalah kegiatan bimbingan yang dilaksanakan oleh siswa yang memiliki pemahaman dan keterampilan lebih luas dibandingkan dengan siswa lain dan telah diberi pengarahan tentang keterampilan komunikasi dan konseling (tutor) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar pada pelajaran seni tari agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran tutor sebaya, yaitu belajar keterampilan akademis, mengembangkan perilaku sosial dan disiplin kelas, serta meningkatkan hubungan antar tutor.

Dengan demikian pembelajaran dengan bantuan tutor sebaya memberikan keuntungan, baik bagi siswa tutor maupun siswa yang dibimbingnya. Bagi siswa tutor dengan membimbing atau mengajarkan suatu topik kepada temannya, maka pengertian terhadap suatu materi akan menjadi lebih mendalam dan memberikan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar. Sedangkan siswa yang dibimbing akan lebih cepat mengerti karena bahasa siswa lebih mudah dimengerti oleh temannya.

Media merupakan salah satu komponen dari komunikasi dimana terjadi pembawaan pesan dari komunikator menuju komunikan. Media merupakan salah satu komponen dari komunikasi dimana terjadi pembawaan pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Hamdani (2011: 249), “media audio-visual merupakan kombinasi audio dan visual atau disebut media

pandang-dengar”. Sukiman (2012: 84-207) menyampaikan jenis media audiovisual

yaitu film, video, dan televisi. Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Televisi merupakan sebuah media telekomunikasi yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Media audiovisual yang digunakan pada pembelajaran seni tari yaitu video tari nusantara (Tari Pasembahan) yang ditayangkan dan menjadi media pengamatan siswa. Harapan dari penelitian ini yaitu pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya dengan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI AP1 dalam pembelajaran tari nusantara di SMKN 1 Depok Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Depok pada bulan Februari sampai dengan April semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Pada standar kompetensi mengekspresikan diri berkaitan dengan karya seni tari. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan subjek siswa kelas XI AP1 SMKN 1 Depok dengan jumlah siswa 31, terdiri dari 29 siswa putri dan 2 siswa putra.

Pemilihan subjek dengan alasan hasil belajar Siswa Kelas XI AP 1 pada mata pelajaran seni tari masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu faktor siswa, bila dipandang

(6)

dari sudut pandang siswa yang kurang berminat mempelajari seni. Faktor sarana dan prasarana juga turut menyebabkan hasil belajar siswa rendah yakni kurangnya media atau alat bantu yang digunakan sebagai proses penunjang dalam kegiatan belajar mengajar siswa selama di kelas.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model yang dikembangkan Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan prosedur masing-masing siklus melalui 4 tahap yaitu: tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observating), dan refleksi (reflecting). Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada tahap rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian disusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran metode tutor sebaya dengan menggunakan

media audiovisual. Pada tahap refleksi,

kegiatan yang dilakukan yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi

oleh pengamat. Berdasarkan hasil refleksi,

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu: putaran I, dan II, dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu kompetensi dasar yang diakhiri dengan tes unjuk kerja di akhir masing-masing putaran.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari silabus, RPP, dan LKS. Silabus yaitu seperangkat rencana dan

(7)

pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. Lembar Kegiatan Siswa yaitu lembar kegiatan yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas. Tes unjuk kerja ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep mata pelajaran seni tari standar kompetensi mengekspresikan diri berkaitan dengan karya tari yaitu tes unjuk kerja.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan dan persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar, pada setiap akhir putaran dilakukan evaluasi berupa tes unjuk kerja. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana dengan melakukan pejumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas sehingga diperoleh nilai rata-rata. Ketuntasan belajar yang dipakai di SMK Negeri 1 Depok Kelas XI mata pelajaran Seni Tari yaitu berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 75, dan nilai ini digunakan sebagai patokan prestasi.

Tabel 1. Distribusi Nilai Tes pada Siklus I No.

absen Nilai AbsenNo. Nilai absenNo. Nilai absenNo. Nilai

1 71 10 64 19 82 28 80 2 75 11 82 20 75 29 64 3 82 12 68 21 81 30 83 4 77 13 80 22 76 31 68 5 80 14 64 23 76 6 66 15 84 24 80 7 82 16 75 25 80 8 70 17 76 26 80 9 65 18 64 27 77 JUMLAH 2327

Jumlah skor maksimal ideal : 3100

(8)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Pada tahap awal sebelum siklus I dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan deskripsi kondisi awal. Sebelum melakukan observasi dengan metode tutor sebaya dengan media audiovisual, maka dilakukan tes unjuk kerja terlebih dahulu untuk mengetahui hasil metode sebelum observasi. Kondisi hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan menunjukkan siswa memperoleh nilai rata-rata 69,68. Sebesar 42 % siswa mencapai KKM secara klasikal. Hasil ini belum memenuhi nilai kriteria KKM sebesar 75 dan ketuntasan klasikal 80 %.

Siklus I

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba unjuk kerja, data observasi berupa pengamatan pengelolaan penerapan metode tutor sebaya dengan media audiovisual berupa tes unjuk kerja pada setiap siklus. Pada tahap perencanaan disiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran, soal tes unjuk kerja dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode tutor sebaya dengan media audiovisual.

Langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya memanfatkan

media audiovisual yaitu membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, masing-masing berjumlah 5 sampai dengan 6 siswa. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan

bertindak sebagai tutor sebaya. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari tari bentuk melalui video tari nusantara (Tari Pasembahan). Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. Dalam pembelajaran ini setiap kelompok diberi waktu yang cukup untuk berlatih, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam bentuk penugasan. Selanjutnya setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan tari Pasembahan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Siswa diberi tes unjuk kerja dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Aspek penilaian meliputi wiraga, wirama, wirasa, dan harmoni. Data hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan penerapan metode tutor dengan media audiovisual diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 75,06 dan 67 % siswa mencapai KKM secara klasikal.

Refleksi pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar pada siklus I yaitu masih terdapat kekurangan. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan tari dengan benar dan sesuai iringan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Guru sebaiknya menambah lebih banyak latihan praktik pada siswa agar dapat menampilkan gerakan yang benar, sesuai dengan iringan dan menampilkannya dengan dengan percaya

(9)

Tabel 2. Distribusi Nilai Tes pada Siklus II No.

absen Nilai absenNo. Nilai absenNo. Nilai absenNo. Nilai

1 80 10 74 19 83 28 81 2 76 11 82 20 74 29 78 3 82 12 78 21 81 30 82 4 81 13 84 22 80 31 78 5 82 14 75 23 75 6 71 15 82 24 75 7 81 16 78 25 75 8 86 17 82 26 76 9 80 18 74 27 80 JUMLAH 2446

Jumlah skor Maksimal Ideal : 3100

Rata-rata Skor Tercapai : 78,80 (90 % mencapai KKM) diri dan bagi siswa yang tidak tampil tetap

mengamati kelompok yang tampil. Siklus II

Pada tahap perencanaan disiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes unjuk kerja, dan alat-alat pelajaran yang mendukung. Tahap kegiatan dan pelaksanaan siklus II dilaksanakan mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar-mengajar.

Langkah-langkah yang dilaksanakan yaitu membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, masing-masing berjumlah 5 sampai dengan 6 siswa, siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. Masing-masing kelompok diberi tugas

mempelajari tari bentuk melalui media video Tari Pasembahan, setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya, dan diberi waktu yang cukup baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan tari Pasembahan. Kelompok yang tidak maju diberi tugas untuk mengamati dan memberi masukan kelompok yang maju, hal ini tidak dilakukan di siklus I.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes berupa tes unjuk kerja. Data hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan data pada Tabel 2, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa yaitu 78,80. Nilai ini sudah melampaui ketuntasan belajar menurut KKM SMK Negeri 1 Depok pada mata pelajaran seni tari sebesar 75. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II prestasi belajar mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar karena siswa telah

(10)

mulai terbiasa dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Di samping itu, peningkatan disebabkan karena guru menginformasikan bahwa setiap akhir dari proses belajar mengajar akan diadakan tes unjuk kerja.

Pada tahap refleksi akan dikaji apa

yang telah dilaksanakan dengan baik maupun yang kurang baik dalam proses belajar

mengajar dengan penerapan metode tutor sebaya dengan media audiovisual. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan bahwa selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaan untuk masing-masing aspek cukup besar. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Revisi pelaksanaan pada siklus II guru telah menerapkan metode tutor sebaya dengan media audiovisual dengan baik. Jika dilihat dari aktivitas siswa, hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya yaitu memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Grafik nilai rata-rata seni tari dan

grafik presentasi ketuntasan KKM dapat

dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan KKM mata pelajaran seni tari kelas XI AP 1 semester 2 tahun 2015

Gambar 2. Grafik Nilai Rata-rata Seni Tari

Gambar 3. Grafik Persentase Ketuntasan

KKM Seni Tari

Tabel 3. Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

No. Periode Nilai Rata-rata Persentase KKM Keterangan

1 Prasiklus 69,68 42 % Masih di bawah KKM mata pelajaran seni budaya 75 2 Siklus I 74,06 67 % Menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum

metode diterapkan 3 Siklus II 78,80 90 % Menunjukkan adanya peningkatan dari siklus

(11)

dapat dilihat dari awal sebelum tindakan (prasiklus), siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.

Simpulan

Fenomena rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran seni tari perlu mendapatkan penanganan. Perubahan dan inovasi dalam sebuah pembelajaran mutlak diperlukan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran yang lebih efektif dan kreatif. Salah satu metode yang diterapkan yaitu pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan media audiovisual sebagai media pembelajaran. Metode ini diharapkan dapat meningkatan hasil belajar khususnya di bidang seni tari.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus dengan menerapkan metode tutor sebaya dengan media audiovisual berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Seni Tari yang ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata kelas dalam setiap siklus, yaitu prasiklus sebesar 69,68 (42 % mencapai KKM), siklus I menjadi sebesar 74,06 (67 % mencapai KKM), dan pada siklus II menjadi sebesar 78,80 (90% mencapai KKM).

Penerapan metode tutor sebaya dengan media audiovisual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan kenaikan rata-rata kemampuan siswa dalam mengekspresikan diri melalui karya tari. Siswa juga menyatakan merasa tertarik setelah menerapan metode tutor sebaya

dengan media audiovisual. Penerapan metode tutor sebaya dengan media audiovisual efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran tari nusantara, khususnya kelas XI AP 1 SMKN 1 Depok. Daftar Rujukan

Depdiknas. 2006. Model Silabus KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Pustaka Setia.

Ischak S.W. & Warji. 1987. Program Remidial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media

Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Sunarti & Selly R. 2012. Penilaian Hasil Belajar untuk SD dan SMA.

Yogyakarta: Andi Office.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA UNNES.

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1. Distribusi Nilai Tes pada Siklus I No.
Tabel 2. Distribusi Nilai Tes pada Siklus II No.
Tabel 3. Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel dibawah ini akan dilakukan uji coba rotasi lagu oleh Music Director dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh Pro 2 fm tetapi belum menggunakan cara yang baku

Mendapatkan Surat Keputusan BPH HIMAHI (Tidak termasuk ketiga ketua) yang dikeluarkan oleh ketiga ketua. Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ke-Paramadina-an. Mematuhi

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan

Objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Hal tersebut disebut dengan objek pembelajaran granular, yaitu sumber daya pembelajaran digital yang mengacu pada objek pembelajaran yang dibagi menjadi bagian yang

Hasil uji sensoris pada kenampakan mi instan millet-ubi jalar ungu ( Tabel 1 ) menunjukkan bahwa sampel F1 memiliki kenampakan yang paling mendekati kontrol

a multi-jet meter. However, the absence of an industry producing permanent magnets in the domestic market has led PT. Multi Instrumentasi to import such products from

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang konsep-konsep yng berhubungan dengan Gerak Lurus melalui pembelajaran dengan menggunakan